Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A .Latar Belakang
Setiap bangsa di dunia mempunyai dasar atau landasan, kekuatan, dan daya dorong bagi
perjuangannya, yang berupa jiwa, semangat dan nilai-nilai untuk mencapai cita-cita nasionalnya.
Begitu juga Bangsa Indonesia telah memiliki jiwa, semangat dan nilai-nilai 45 yang merupakan
akumulasi nilai-nilai kejuangan bangsa Indonesia. Masalahnya, apakah dalam alam kemerdekaan
nilai-nilai 45 perlu terus digelorakan ? Untuk siapa, dimana, kapan, kenapa dan bagaimana
manfaatnya? Dengan memahami nilai-nlai 45 diharapkan bisa menjawab masalah tersebut. Dulu
berjuang mengusir musuh yaitu Belanda, sekarang musuhnya multidimensi yaitu; kebodohan,
kemiskinan, kesejahteraan, keadilan, disintegrasi dan KKN. Mengapa sepertinya Negara dan
pemerintahan kesulitan mengatasi masalah tersebut.

B .Rumusan Masalah
Beberapa rumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini antara lain :
1. Bagaimana sejarah perjuangan Bangsa Indonesia?
2. Bagaimana transformasi nilai kejuangan 1945 pada era globalisasi?
3. Apa saja upaya untuk melestarikan nilai kejuangan Bangsa Indonesia?

C .Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk :
1. Mengetahui nilai perjuangan bangsa indonesia sebelum kemerdekaan dan era
kemerdekaan
2. Memberikan kesadaran kepada pembaca untuk terus menumbuhkan nilai perjuangan
Bangsa yang telah memudar

1
D .Manfaat
1. Bisa mengetahui hal-hal seputar nilai kejuangan Bangsa Indonesia
2. Bisa menumbuhkan kesadaran untuk berupaya menumbuhkan nilai perjuangan
terhadap Bangsa Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Makna Patriotisme

Secara terminologis, patriotisme berasal dari kata “patriot” dan “isme” yang berarti sifat
kepahlawanan atau jiwa pahlawan, atau “heroism” dan “patriotism” dalam bahasa Inggris. Menurut
Stanford Encycloedia of Philosophy, patriotisme bisa didefinisikan sebagai kecintaan terhadap bangsa
dan negara, rasa kebanggaan sebagai warga negara, serta perhatian khusus terhadap sisi positif dari
negara dan rakyatnya. Patriotisme adalah sikap yang berani, pantang menyerah dan rela berkorban demi
bangsa dan negara. Pengorbanan ini dapat berupa pengorbanan harta benda maupun jiwa raga.

Pengertian Patriotisme adalah sikap untuk selalu mencintai atau membela tanah air, seorang
pejuang sejati, pejuang bangsa yang mempunyai semangat, sikap dan perilaku cinta tanah air, dimana ia
sudi mengorbankan segala-galanya bahkan jiwa sekalipun demi kemajuan, kejayaan dan kemakmuran
tanah air.

Ciri-ciri Patriotisme

Ada beberapa ciri yang menunjukkan seseorang memiliki jiwa patriotisme, diantaranya :

1. cinta tanah air


2. menempatkan persatuan dan kesatuan bangsa dan dan Negara diatas kepentingan kelompok dan
individu
3. tidak kenal menyerah dan putus asa
4. rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara
5. berjiwa pembaharu

Selain hal di atas, dalam patriotisme 2 (dua) faktor penting yaitu mencintai dan menjunjung tinggi
nilai-nilai kemanusiaan. Seorang yang layak disebut patriot adalah orang yang menjunjung dan

3
mencintai kelompok baik itu kelompok partai atau bangsa atau negara, namun lebih dari itu ia juga harus
menjunjung nilai-nilai kemanusiaan. Disinilah diperlukan sikap peduli yang muncul dalam kritik dan
evaluasi.

B. Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia

Perjalanan sejarah bangsa Indonesia yang dimulai sejak era sebelum dan selama
penjajahan dilanjutkan dengan era merebut dan mempertahankan kemerdekaan sampai dengan
era mengisi kemerdekaan, menimbulkan kondisi dan tuntutan yang berbeda sesuai dengan
zamannya. Kondisi dan tuntutan yang berbeda tersebut ditanggapi oleh bangsa Indonesia
berdasarkan kesamaan nilai-nilai semangat kebangsaan kejuangan yang senantiasa tumbuh dan
berkembang yang dilandasi oleh jiwa, tekad dan semangat kebangsaan. Kesemuanya itu tumbuh
menjadi kekuatan yang mampu mendorong proses terwujudnya NKRI dalam wadah Nusantara.
1. Era sebelum penjajahan
Sejak tahun 400 Masehi sampai dengan tahun 1617, kerajaan-kerajaan yang ada di Bumi
Persada Nusantara adalah kerajaan Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya, Kediri, Singasari,
Majapahit, Samudera Pasai, Aceh, Demak, Mataram, Goa dan lain-Iainnya, merupakan
kerajaan-kerajaan yang terbesar di seluruh Bumi Persada Nusantara. Nilai yang terkandung pada
era sebelum penjajahan adalah rakyat yang patuh dan setia kepada rajanya membendung
penjajah dan menjunjung tinggi kehormatan dan kedaulatan sebagai bangsa monarki yang
merdeka di bumi Nusantara.
2. Era selama penjajahan
Bangsa Indonesia dijajah oleh bangsa asing mulai tahun 1511 sampai dengan 1945 yaitu
bangsa Portugis, Belanda, inggris dan Jepang. Selama penjajahan peristiwa yang menonjol
adalah tahun 1908 yang dikenal sebagai Gerakan Kebangkitan Nasional Pertama, yaitu lahirnya
organisasi pergerakan Budi Utomo yang dipelopori oleh Dr. Sutomo Dan Dr. Wahidin
Sudirohusodo, Dan 20 tahun kemudian pada tanggal 28 Oktober 1928 ditandai dengan lahirnya
Sumpah Pemuda sebagai titik awal dari kesadaran masyarakat untuk berbangsa Indonesia,
dimana putra putri bangsa Indonesia berikrar : “BERBANGSA SATU, BERTANAH AIR

4
SATU, DAN BERBAHASA SATU : INDONESIA”. Pernyataan ikrar ini mempunyai nilai
tujuan yang sangat strategis di masa depan yaitu persatuan dan kesatuan Indonesia. Niiai yang
terkandung selama penjajahan adalah Harga diri, solidaritas, persatuan dan kesatuan, serta jati
diri bangsa.
3. Era merebut dan mempertahankan kemerdekaan
Dimulai dari tahun 1942 sampai dengan tahun 1949; dimana pada tanggal 8 Maret 1948
Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang me!alui Perjanjian Kalijati. Selama penjajahan
Jepang pemuda -pemudi Indonesia dilatih olah kemiliteran dengan tujuan untuk membantu
Jepang memenangkan Perang Asia Timur Raya. Pelatihan tersebut melalui Seinendan, Heiho,
Peta (Pembela Tanah Air) dan lain-lain, sehingga pemuda Indonesia sudah memiliki bekal
kemiliteran. Pada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu disebabkan dibom
atomnya kota Hirosima dan Nagasaki. Kekalahan Jepang kepada Sekutu dan kekosongan
kekuasaan yang terjadi di Indonesia digunakan dengan sebaik-baiknya oleh para pemuda
Indonesia untuk merebut kemerdekaan. Dengan semangat juang yang tidak kenal menyerah yang
dilandasi iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta keikhlasan berkorban telah
terpatri dalam jiwa para pemuda dan rakyat Indonesia untuk merebut kemerdekaannya, yang
kemudian diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh Soekarno-Hatta. Setelah merdeka
bangsa Indonesia harus menghadapi Belanda yang ingin menjajah kembali Indonesia dengan
melancarkan aksi militernya pada tahun 1948 (Aksi Militer Belanda Pertama) dan tahun 1948
(Aksi Militer Belanda Kedua), dan pemberontakan PKI Madiun yang didalangi oleh Muso dan
Amir Syarifuddin pada tahun 1948. Era merebut dan mempertahankan kemerdekaan
mengandung nilai juang yang paling kaya dan lengkap sebagai titik kulminasinya adalah pada
perang Kemerdekaan 17 Agustus 1945.

Nilai-nilai kejuangan yang terkandung dalam merebut dan mempertahankan


kemerdekaan ‘adalah sebagai berikut :
1. Nilai kejuangan relegius (iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa).
2. Nilai kejuangan rela dan ikhlas berkorban.
3. Nilai kejuangan tidak mengenal menyerah.
4. Nilai kejuangan harga diri.
5. Nilai kejuangan percaya diri.

5
6. Nilai kejuangan pantang mundur.
7. Nilai kejuangan patriotisme.
8. Nilai kejuangan heroisme.
9. Nilai kejuangan rasa senasib dan sepenanggungan.
10. Nilai kejuangan rasa setia kawan.
11. Nilai kejuangan nasionalisme dan cinta tahah air
12. Nilai kejuangan persatuan dan kesatuan.
4. Era mengisi kemerdekaan
Pada awal mengisi kemerdekaan timbul berbagai masalah antara lain timbul pergantian
kabinet sebanyak 27 kali dan terjadinya berbagai pemberontakan-pemberontakan’i seperti :
DIITII, APRA (Angkatan Perang Ratu Adil), RMS (Republik Maluku Selatan), Andi Azis, Kahar
Muzakar, PRRI/Permesta, dan lain-lain serta terjadinya berbagai penyimpangan dalam
penyelenggaraan negara sehingga timbul Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959 untuk kembali
pada UUD 1945, penyimpangan y’ang sangat mendasar adalah mengubah pandangan hidup
bangsa Indonesia Pancasila menjadi ideologi Komunis, yaitu dengan meletusnya peristiwa
G30S/PKI. Peristiwa ini dapat segera ditumpas berkat perjuangan TNI pada waktu itu bersama-
sama rakyat, maka lahir Orde Baru yaitu kembali kepada tatanan kehidupan yang baru dengan
melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara mumi dan konsekuen. Selama Orde Baru
pembangunan berjalan lancar, tingkat kehidupan rakyat perkapita naik, namun penyelenggaraan
negara dan rakyat bermental kurang baik sehingga timbul korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN)
mengakibatkan krisis keuangan, krisis ekonomi dan krisis moneter serta akhimya terjadi krisis
kepercayaan yang ditandai dengan turunnya Kepemimpinan Nasional, kondisi tersebut yang
menjadi sumber pemicu terjadinya gejolak sosial. Kondisi demikian ditanggapi oleh mahasiswa
dengan aksi-aksi dan tuntutan “Reformasi”, yang pada hakekatnya reformasi adalah perubahan
yang teratur, terencana, terarah dan tidak merubah/menumbangkan suatu yang sifatnya mendasar
Nilai yang terkandung pada era mengisi kemerdekaan adalah semangat dan tekad untuk
mencerdaskan bangsa, mengentaskan kemiskinan dan memerangi keterbelakangan, kemandirian,
penguasaan IPTEK serta daya saing yang tinggi berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945
sehingga siap menghadapi abad ke-21 dalam era globalisasi.
Dari uraian tersebut diatas bahwa sejarah perjuangan bangsa memiliki peranan dalam
memberikan kontribusi nilai-niiai kejuangan bangsa dalam mempertahankan dan mengisi

6
kemerdekaan untuk tetap utuh dan tegaknya NKRI yaitu SATU INDONESIA SATU.

C. Transformasi Nilai-Nilai Kejuangan 1945 Pada Era Globlisasi Dihadapkan


pada Hakekat Ancaman yang Ada

Globalisasi dan berkembangnya Teknologi Informasi telah mengakibatkan kaburnya jiwa


semangat dan nilai-nilai kejuangan 45 serta memudarnya rasa nasionalisme, patriotisme dan
kecintaan terhadap negara. Perbedaan pendapat antar golongan atau ketidaksetujuan dengan
kebijakan pemerintah adalah suatu hal yang wajar dalam suatu sistim politik yang demokratis.
Namun berbagai tindakan anarkis, konflik SARA dan separatisme yang sering terjadi dengan
mengatasnamakan demokrasi menimbulkan kesan bahwa tidak ada lagi semangat kebersamaan
sebagai suatu bangsa. Kepentingan pribadi dan kepentingan kelompok telah menjadi tujuan
utama. Semangat untuk membela negara seolah telah memudar. Degradasi nasionalisme
memungkinkan runtuhnya kedaulatan NKRI di masa depan apabila antisipasinya tidak
rasional, sistematis dan empiris. Oleh karena itu seluruh elemen yang ada dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia perlu secara sungguh-sungguh menangani gejala-gejala yang ada
sehingga bangsa dan Negara dapat mentransformasi jiwa semangat dan nilai-nilai kejuangan 45
terlebih di era globalisasi ini.
Karena sejarah menunjukkan, Negara Kesatuan Republik Indonesia lahir bukan karena
belas kasihan orang lain, akan tetapi sebagai perwujudan cita-cita idealisme dan patriotisme yang
kemudian melahirkan rasa nasionalisme dan jiwa semangat serta nilai-nilai kejuangan 45.
Nasionalisme adalah suatu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah
Negara dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia.
Untuk itu, menilik dari problem bangsa saat ini, mulai dari masalah politik, ekonomi,
hukum, sosial dan budaya serta sering terjadinya bencana alam ditanah air yang semakin
menghawatirkan dan memprihatinkan kita semua, maka perlu adanya langkah-langkah untuk
menyusun suatu kegiatan yang positif bagi Pemuda (generasi muda) sebagai penerus bangsa.
Adapun salah satu langkah tersebut adalah menanamkan kesadaran bela Negara bagi generasi
penerus bangsa melalui pendidikan atau penataran, agar pemahaman jiwa semangat dan nilai-
nilai kejuangan 45 yang kita cita-citakan sesuai dengan Pancasila dan amanat UUD

7
1945.Terlebih lagi antara jiwa semangat dan nilai-nilai kejuangan 45 telah menjadi satu kesatuan
yang tak mungkin terpisahkan.

D. Upaya untuk Melestarikan Nilai-Nilai Kejuangan Bangsa Indonesia

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melestarikan nilai kejuangan yang telah
tumbuh sejak zaman penjajahan dahulu :

1. Marilah kita rapatkan barisan untuk memantapkan etika moral serta jiwa semangat dan nilai-nilai
kejuangan 45 dalam melakukan gerakan reformasi kearah yang benar. Reformasi adalah
suatu perubahan bentuk dari sesuatu yang lama menjadi bentuk yang baru, tetapi bukan berarti
harus memporak-porandakan apa yang sudah ada. Reformasi akan berhasil apabila melalui dua
jalan, yaitu memulai dari reformasi aqidah yang benar, dan memilih pemegang amanah yang
beriman, bertaqwa dan ahli di bidangnya.
2. Lakukan Transformasi Jiwa Semangat dan Nilai-Nilai Kejuangan 45, agar setiap warga bangsa,
terutama para elite politik, tokoh masyarakat, ulama, anggota TNI, Polri, dan birokrat, memiliki
visi, misi dan interpretasi yang sama terhadap eksistensi dan integritas bangsa dalam menjaga
Kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Pluralisme adalah kekayaan bangsa yang perlu disyukuri, tapi bukan untuk dipertajam
perbedaannya, terlebih lagi dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi, kelompok atau golongan.
4. Kita memiliki karakter yang mulia, tetapi jiwa semangat dan nilai-nilai kejuangan 45 yang
mulia itu tidak akan dengan sendirinya terpancar dalam kehidupan kita sehari-hari seandainya
kita mengawinkannya dengan tindakan-tindakan yang bertetangan atau tindakan yang tidak
mulia.
5. Watak atau karakter yang baik hanya akan didapat bila dibina, dibangun dan ditempa dengan
kebiasaan baik secara berkelanjutan, dan dijadikan suatu tuntunan perubahan tanpa henti.

8
E. Proses perumusan Pancasila dan UUD Negara RI tahun 1945

A. Proses perumusan Pancasila dan UUD Negara RI tahun 1945


Menjelang tahun 1945 Jepang mengalami kekalahan di Asia Timur Raya, banyak cara yang
digunakan jepang untuk menarik simpati khususnya kepada bangsa Indonesia, salah satunya
adalah janji Jepang untuk memberi kemerdekaan bagi bangsa Indonesia yang diucapkan oleh
Perdana Menteri Kaiso pada tanggal 7 September 1944.
Sebagai kelajutan dari janji tersebut, maka pada tanggal 29 April 1945, Jepang membentuk
Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI atau Dokuritsu
Zyunbi Tyoosakai), yang bertugas untuk menyelidiki segala sesuatu mengenai persiapa n
kemerdekaan Indonesia. BPUPKI diketuai oleh DR. Rajiman Widiodiningrat, wakil ketua R.
Panji Suroso dan Tuan Hachibangase dari Jepang dan beranggotakan 60 orang. Selama masa
tugasnya BPUPKI melakukan dua kali sidang.
1. Sidang BPUPKI I (29 Mei–1 Juni 1945)
Setelah terbentuk BPUPKI segera mengadakan persidangan. Masa persidangan pertama
BPUPKI dimulai pada tanggal 29 Mei 1945 sampai dengan 1 Juni 1945. Pada masa persidangan
ini, BPUPKI membahas rumusan dasar negara untuk Indonesia merdeka. Pada persidangan
dikemukakan berbagai pendapat tentang dasar negara yang akan dipakai Indonesia merdeka.
Pendapat tersebut disampaikan oleh Mr. Mohammad Yamin, Prof. Dr. Soepomo, dan Ir.
Soekarno.

 Mr. Mohammad Yamin


Pada sidang tanggal 29 Mei 1945 Mr. M. Yamin, sebagai Ketua Panitia Konsep UUD
mengusulkan secara lisan Dasar Nagara Indonesia, yaitu:
1.Peri Kebangsaan.
2.Peri Kemanusiaan.
3.Peri Ketuhanan.
4.Peri Kerakyatan.
5.Peri Kesejahteraan Rakyat
Kemudian secara tertulis, tercantum dalam Rancangan Pembukaan UUD Negara RI, sebagai
berikut:

9
1. Ke Tuhanan Yang Maha Esa.
2. Kebangsaan Persatuan Indonesia.
3. Rasa kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dari hasil yang dikemukakan oleh Mr. M. Yamin ini, jelas bahwa beliau adalah penggali
Pancasila yang lebih khusus, yakni Pancasila sebagai Dasar Negara.

 Prof. Dr. Soepomo ( 31 Mei 1945)


Beliau mengemukaan teori-teori Negara sebagai berikut :
1. Teori Negara perseorangan (individualis) yaitu paham yang menyatakan bahwa Negara adalah
masyarakat hukum yang disusun, atas kontrak antara seluruh individu(paham yang banyak
terdapat di eropa dan amerika)
2. Paham Negara kelas (class theory) teori yang diajarkan oleh Marx, Engels dan lenn yang
mengatakan bahwa Negara adalah alat dari suatu golongan (suatu klasse) untuk menindas klasse
lain.
3. Paham Negara integralistik, yang diajarkan oleh Spinoza, Adam Muler, Hegel. Menurut
paham ini Negara buknla unuk mejamin perseorangan atau golongan akan tetapi menjamin
kepentingan masyrakat seluruhnya sebagi suatu persatuan

· Ir. Soekarno
Ir. Soekarno mengusulkan Dasar Negara itu adalah Pancasila. Usul ini dikemukakan beliau
dalam sidang BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) tanggal 1
Juni 1945, yakni:
1. Nasionalisme
2. Internasionalisme, atau peri kemanusiaan.
3. Mufakat, atau Demokrasi.
4. Kesejahteraan Sosial.
5. KeTuhanan yang berkebudayaan.
Pidato ini ketika diterbitkan pada tahun 1947 diberi judul: Lahirnya Panca Sila.

10
Karena Ir. Soekarno juga mengemukakan butir-butir yang kemudian dikenal dengan Pancasila
tersebut, maka beliau juga adalah penggali Pancasila.
2. Piagam Jakarta (22 juni 1945)
Pada tanggal 22 juni 1945 sembilan tokoh yang terdiri dari : Ir. Soekarno, Wachid Hasyim,
Mr Muh. Yamin, Mr Maramis, Drs. Moh. Hatta, Mr. Soebardjo, Kyai Abdul Kahar Moezakir,
Abikoesno Tjokrosoejoso, dan Haji Agus Salim yang juga tokoh Dokuriti Zyunbi Tioosakay
mengadakan pertemuan untuk membahs pidto serta usul-usul mengenai dasar Negara yang telah
dikemukakan dalam sidang Badan Penyelidik. Sembilan tokoh tersebut dikenal dengan “Panitia
Sembilan” setelah mengadakan sidang berhasil menyusun sebuah naskah piagam yag dikenal
denga “Piagam Jakarta”.
Adapun rumusan pancasila yang termuat dalam Piagam Jakarta antara lain :
 Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk-pemeluknya
 Kemanusiaan yang adil dan beradab
 Persatuan Indonesia
 Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
 Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

3. Sidang BPUPKI ke-2 (10-16 juli1945)


Ada tambahan 6 anggota pada siding BPUPKI kedua ini. Selain itu Ir Soekarno juga
melaporkan hasil pertemuan panitia Sembilan yang telah mencapai suatu hasil yang baik yaitu
suatu modus atau persetujuan antara golongan Islam dengan golongan kebangsaan. Peretujuan
tersebut tertuang dalam suatu rancangan Pembukaan hukum dasar, rancangan preambul Hukum
dasar yang dipermaklumkan oleh panitia kecil Badan Penyelidik dalam rapat BPUPKI kedua
tanggal 10 juli 1945. Panitia kecil badan penyelidik menyetujui sebulat-bulatnya rancangan
preambule yang disusun oleh panitia Sembilan tersebut.
Keputusan-kepuusan lain yaitu membentuk panitia perancangan Undang-Undang Dasar yang
diketuai oleh Ir. Soekarno, membentuk panitia ekonomi dan keuangan yang diketuai oleh Drs.
Moh. Hatta, dan juga membentuk panitia pembelaan tanah air diketuai oleh Abikusno
Tjokrosoejoso. Dan pada tanggal 14 Juli Badan Penyelidik bersidang lagi dan Panitia Perancanga
Undang-Undang dasar yang diusulkan terdiri atas 3 bagian, yaitu:

11
o Pernyataan Indonesia merdeka, yang berupa dakwaan di muka dunia atas penjajahan
Belanda
o Pembukaan yang didalamnya terkandung dasar Negara Pancasila
· Pasal-pasal UUD (Pringgodigdo, 1979: 169-170)
4. Sidang PPKI pertama (18 Agustus 1945)
Sebelum sidang resmi dimulai dilakukan pertemuan untuk membahas beberapa perubahan
yang berkaitan dengan rancangan naskah pembukan UUD 1945 yang pada saat itu disebut
piagam Jakarta, terutama yang menyangkut sila pertama pancasila. Dan sidang yang dihadiri 27
orang ini menghasilkan keputusan-keputusan sebagai berikut:
· Mengesahkan UUD 1945 yang meliputi :
a. Setelah melakukan beberapa perubahan pada piagam Jakarta sehingga dihasilkan
pembukaan Undang-undang Dasar 1945
b. Menetapkan rancangan Hukum Dasar yang telah diterima dari Badan Penyelidik pada
tanggal 17 Juli 1945, setelah mengalami beberapa perubahan karena berkaitan dengan
perubahan piagam Jakarta, kemudian menjadi Undang-Undang Dasar 1945
· Memilih Presiden (Ir. Soekarno) dan wakil presiden (Drs. Moh. Hatta)

· Menetapkan berdirinya Komite Nasional Indonesia Pusat sebagai musyawarah darurat.

12
BAB III
Kesimpulan

Patriotisme bisa didefinisikan sebagai kecintaan terhadap bangsa dan negara, rasa kebanggaan
sebagai warga negara, serta perhatian khusus terhadap sisi positif dari negara dan rakyatnya. Patriotisme
adalah sikap yang berani, pantang menyerah dan rela berkorban demi bangsa dan negara. Pengorbanan
ini dapat berupa pengorbanan harta benda maupun jiwa raga.

Nilai-nilai kejuangan dalam patriotisme sudah berlangsung lama hanya saja mencapai
titik kulminasinya pada tahun 1945. Hal itu sudah terbukti mampu membela dan menegakkan
NKRI dan lepas dari penjajahan, serta perekat persatuan dan kesatuan bangsa. Berbagai krisis
yang menimpa bangsa Indonesia dewasa ini dalam banyak hal disebabkan oleh lunturnya nilai
kejungan 1945,terutama dikalangan pemimpinan dan elit politik. Oleh karenanya diperlukan
kesadaran dalam diri kita untuk terus mempertahankan nilai kejuangan yang dahulu sangat
menggebu itu dengan profesi kita masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA

Zubaidi Achmad,2007,Pendidikan Kewarganegaraan, Paradigma,Yogyakarta.

Kaelan,2004,Pendidikan Pancasila,Paradigma,Yogyakarta

http://www.lifestyle.kompasiana.com/
http://www.sitinjaunews.com/
http://suaramerdeka.com/

13
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/

14

Anda mungkin juga menyukai