Anda di halaman 1dari 10

Kerjasama Indonesia Dengan Rusia Dalam Bidang Pertahanan Militer Pada Masa

Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono Periode 2004-2009

Oleh : Olivia Sallshabila

Jurnal ini membahas kerja sama militer antara Indonesia dan Rusia dalam
pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Kerja sama ini didasarkan pada kondisi
pertahanan militer Indonesia yang tidak dilengkapi dengan baik. Rusia dipilih karena
merupakan negara yang dapat bersaing dengan teknologi militer Amerika dan Eropa
tanpa biaya administrasi. Fokus kerja sama pertahanan militer selama Susilo Bambang
Yudhoyono pada periode 2004-2009 adalah memperbaharui dan memperbaiki kondisi
dan fungsi alat utama sistem persenjataan tentara Indonesia.

Kata Kunci: Kerjasama Militer, Teknologi Militer, Pertahanan Militer, Sistem Senjata.

1. PENDAHULUAN

Uni Soviet berakhir pada masa Perang Dingin mempengaruhi perubahan peta
politik internasional dan mempengaruhi posisi Uni Soviet dalam politik internasional.
Rusia mulai bangkit sebagai negara penerus Uni Soviet di bawah kepemimpinan
Mikhail Gorbachev. Indonesia diembargo oleh Kongres Amerika Serikat dalam
pembelian senjata dan hubungan

. Kerjasama pertahanan antara Indonesia dan Rusia selama pemerintahan Presiden


Susilo Bambang Yudhoyono dimulai ketika pemerintah Rusia menawarkan kerja sama
pertahanan dengan Indonesia pada tahun 2005. Indonesia dan Rusia setuju untuk
membentuk Komisi Kerjasama Teknik Militer (KKTM). Pembentukan KKTM
ditandatangani pada Pertemuan Komisi Pertama di Rusia pada 22 September 2005.

Penentuan dan implementasi kerja sama pertahanan militer Indonesia dengan Rusia
selama pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono sangat dipengaruhi oleh kondisi
pertahanan militer negara yang termasuk pengembangan peralatan pertahanan Indonesia
saat ini. Meskipun Amerika telah mencabut embargo atas Indonesia, ini belum menutup
kerjasama pertahanan militer Indonesia dengan Rusia, dan telah mempertahankan
hubungan baik dengan Amerika Serikat. Kerja sama pertahanan juga bermanfaat bagi
Indonesia lebih jauh, karena Indonesia tidak hanya bergantung pada satu negara dalam
hal pengadaan peralatan teknik militer dan pasokan senjata.

Kolaborasi dengan Rusia tidak berarti bahwa Indonesia telah mengubah kebijakan
luar negerinya yang cenderung ke arah Barat. Namun, itu menunjukkan bahwa
membuka kerja sama dengan Rusia merupakan upaya untuk memperbaiki praktik
kebijakan luar negeri yang bebas dan aktif. Indonesia tidak pernah menentang Barat dan
Amerika Serikat. Tetapi Indonesia memiliki keseimbangan dalam memenuhi kebutuhan
besar sehingga tidak selalu terhambat. Entah dengan hambatan politik atau hambatan
lain.

Di mata negara-negara Asia Tenggara, Indonesia disebut bangsa yang besar. Besar
karena luas daratan dan perairannya, juga besar karena populasinya. Jumlah peralatan
pertahanan (sistem senjata utama) untuk keamanan tidak sebanding dengan ukuran
NKRI.

2. PEMBAHASAN

Selama masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2004-2009), ini


adalah saat yang tepat untuk melanjutkan kerja sama strategis dengan Rusia yang
dulunya dikenal sebagai Uni Soviet. Dalam pengembangan kebijakan luar negeri
Indonesia saat ini, penting untuk memperluas mitra strategis di seluruh dunia. Rusia
adalah salah satu negara yang memiliki potensi besar, di antaranya yang potensial
adalah di bidang pertahanan militer dan kerjasama keamanan.

Kerjasama strategis Indonesia-Rusia di bidang militer dan keamanan dapat menjadi


"pintu pembuka" untuk pembentukan kemitraan strategis di bidang lain di luar bidang
politik dan militer. Seperti Sains dan Teknologi (Sains dan Teknologi). Secara
geografis, Indonesia sangat luas, meliputi ribuan pulau dari Sumatra hingga Papua, yang
menjelaskan bahwa Indonesia membutuhkan tentara modern yang kuat untuk menjamin
keamanan nasional.
Pada pertemuan antara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Vladimir Putin
pada 29 November 2006, di Rusia, suatu bentuk kerja sama di bidang militer, politik
dan ekonomi disepakati. Di bidang ekonomi, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
mendorong investasi Rusia untuk masuk ke Indonesia, karena volume perdagangan
kedua belah pihak pada tahun 2005 dengan perkiraan awal sebesar US $ 680 juta,
melebihi 42% pada tahun 2004 (US $ 480 juta). Indonesia memiliki minat membuka
kerja sama energi nuklir, untuk mengatasi krisis energi yang terus terjadi di negara
tersebut. Padahal di sisi lain, Rusia memiliki kepentingan dalam menyeimbangkan
dominasi perusahaan-perusahaan AS di Indonesia, terutama sektor pertambangan, yang
telah memperoleh keuntungan besar. Padahal di bidang militer disepakati pelaksanaan
kerja sama militer 2006-2010.

Pemerintah Indonesia dan Rusia menandatangani tujuh nota kesepahaman di bidang


pertahanan, politik, ekonomi dan hukum. Nota kesepahaman ketujuh yang
ditandatangani, yaitu, kerjasama dalam eksplorasi ruang angkasa untuk tujuan damai,
kerja sama dalam penggunaan energi atom untuk tujuan perdamaian, kerja sama antara
kantor jaksa agung, perlindungan intelektual dalam kerjasama teknik militer. Selain itu,
nota kesepahaman ditandatangani dalam bantuan pelaksanaan militer Rusia-Indonesia
dari 2006 hingga 2010, pelepasan kunjungan visa jangka pendek untuk kepentingan
layanan dan diplomatik, dan kerjasama dalam pariwisata. Penandatanganan perjanjian
itu disaksikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Vladimir Putin
di ruang Malachite Fuyet, Istana Kepresidenan Rusia.

Pada tanggal 6 September 2007, Presiden Putin melakukan kunjungan resmi ke


Indonesia. Kunjungan tersebut merupakan kunjungan timbal balik kepada kunjungan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada bulan Desember 2006, dan merupakan
kunjungan pertama oleh Presiden Rusia sejak tahun 1991. Selama kunjungan tersebut,
Presiden Putin ingin meninjau kembali hubungan kerja sama yang telah terjalin sejak
2003, terutama di bidang militer dan ekonomi. perdagangan.

Sistem kredit negara antara Indonesia dan Rusia, dilakukan dengan cara sederhana
tidak berbelit-belit dan tanpa perantara. Misalnya, Departemen Pertahanan ingin
membeli sistem persenjataan dari Rusia, setelah mendapat persetujuan dari Departemen
Keuangan (Departemen Keuangan), Departemen Pertahanan Republik Indonesia secara
langsung memiliki wewenang untuk menunjuk satu perusahaan Rusia yang akan
memproduksi pertahanan. peralatan yang dibutuhkan oleh RI, misalnya
Rosoboroneksport. Sehingga Rosoboroneksport akan menghadapi Departemen
Pertahanan Republik Indonesia. Rosoboroneksport memiliki lembaga pendukung lain
dalam administrasi, seperti pengiriman, dan transportasi.

Memanfaatkan pinjaman Rusia untuk memperkuat peralatan pertahanan di


Indonesia memberikan manfaat bagi Indonesia di tengah krisis pendanaan untuk
pembaruan dan pemeliharaan peralatan pertahanan. Pembelian senjata ini melalui kredit
dari Rusia diperlukan untuk memperkuat Tentara Nasional Indonesia dalam menjaga
kedaulatan daerah. Penambahan senjata tempur akan memiliki efek jera pada negara
lain yang mencoba mengganggu kedaulatan Indonesia.

Pengadaan alat pertahanan dari Rusia adalah pilihan yang rasional ketika industri
strategis domestik tidak dapat memenuhi kebutuhan peralatan militer dan teknologi.
Menggunakan produk dari Amerika Serikat atau Eropa, selain lebih mahal, selalu ada
rintangan politik yang dapat mempersulit Indonesia di masa depan. Rusia pada
umumnya tidak sulit tentang perijinan, izin, dan politik. Pembelian peralatan pertahanan
dari Amerika Serikat dan Uni Eropa pada umumnya dipersulit oleh persyaratan untuk
penegakan hak asasi manusia (terkait dengan masalah Aceh, Poso atau Papua), masalah
perizinan, dan prosedur pembelian yang rumit. Pengalaman dengan Inggris, misalnya,
tank Scorpion dan armors serangan Stromer untuk operasi untuk menghancurkan
Gerakan Aceh Merdeka (GAM) tidak boleh digunakan di Aceh karena persyaratan kerja
sama hanya untuk pertahanan eksternal.

Kerja sama dalam pembelian peralatan militer dari Rusia dianggap yang paling
menguntungkan. Selain proses yang tidak rumit, pembelian langsung di badan yang
ditunjuk pemerintah dapat menghemat 40 persen dari anggaran, karena tanpa melalui
perantara. Salah satu sistem pembayaran yang diusulkan oleh pemerintah Indonesia
adalah sistem peralatan pertahanan. Misalnya, pembelian peralatan pertahanan dengan
komoditas batu bara adalah untuk memberikan kesempatan bagi pemerintah dan
pengusaha Rusia untuk berinvestasi dalam eksplorasi batubara di Indonesia, alih-alih
bertukar komoditas batubara dengan peralatan pertahanan.

Rusia dalam menjual produk pertahanan militer memiliki kualitas yang sama
dengan produk yang digunakan oleh Rusia sendiri, tidak ada istilah downgrade. Tidak
seperti Amerika Serikat, setiap produk terjual, beberapa fitur berkurang karena takut
kehilangan daya saing. Rusia juga tidak keberatan dengan transfer teknologi dan
modifikasi teknologi buatan Indonesia. Misalnya, ketika membeli Sukhoi oleh
Indonesia, Rusia lupa menyertakan adaptor pengisian bahan bakar pesawat, akhirnya
teknisi Indonesia membuat modifikasi ke adaptor pengisian bahan bakar A-4 skyhawk,
dan akhirnya Sukhoi bisa terbang lebih dulu dari pangkalan Angkatan Udara

Beberapa alasan Indonesia memilih Rusia sebagai negara penghasil senjata militer
terbaru untuk TNI. Pertama, sejarah hubungan militer Indonesia-Rusia. Kedua,
kemudahan persyaratan kerjasama di bidang pertahanan militer dari Rusia. Ketiga,
Rusia lebih fleksibel tentang harga seperti yang bisa dibayar oleh komoditas milik
Indonesia. Keempat, Rusia memiliki teknologi militer yang sepadan dengan Eropa dan
Amerika Serikat. Rusia memiliki kekuatan infanteri yang dapat diunggulkan sehingga
Indonesia dapat mengadopsi sistem militer melalui kerja sama yang kini sedang
dijalankan. Kolaborasi dengan Rusia tidak hanya terbatas pada kerja sama, tetapi juga
belajar dan menyerap sains Rusia. Rusia dikenal memiliki reputasi sebagai negara yang
cukup efektif dalam transfer teknologi. India dan Cina telah memproduksi pesawat
tempur berkat kerjasama teknis militer dengan Rusia.

Bagi Indonesia, inovasi dalam sistem pembelian senjata itu penting. Untuk
mengurangi beban valuta asing dan dampaknya pada neraca pembayaran, dan
merangsang pengembangan industri pertahanan dalam negeri. Inovasi harus menjadi
bagian dari mekanisme transisi untuk pengadaan senjata. Karena itu, embargo bukan
lagi hal yang menakutkan. Rusia bersedia menerima pembayaran untuk pembelian
peralatan pertahanan dan peralatannya melalui sistem pembayaran.
Kerja sama dengan Rusia adalah salah satu cara Indonesia untuk mengurangi
ketergantungan Indonesia pada Amerika Serikat di bidang senjata yang saat ini
mencapai 70 persen. Sebagai akibat embargo militer Amerika Serikat terhadap
Indonesia selama hampir empat belas tahun, kondisi peralatan TNI yang dibuat oleh
Amerika Serikat sangat buruk, karena tidak adanya pemeliharaan dan pemeliharaan
suku cadang dari Amerika Serikat. Beberapa persenjataan buatan AS yang digunakan
oleh TNI berakhir dengan kecelakaan yang membunuh para prajurit TNI yang dibunuh
sepatutnya karena membela tanah air Indonesia, tidak dibunuh oleh sistem yang telah
kadaluwarsa.

Setelah pencabutan embargo militer oleh Amerika Serikat melawan Indonesia,


sekarang TNI sangat selektif dalam kerja sama. Ada syarat jika menawarkan pengadaan
senjata ke Indonesia, yaitu tidak ada kondisi politik atau embargo. Indonesia menganut
sistem baru dalam pengadaan senjata militer. Sistem yang paling penting adalah
pembelian senjata yang dilakukan langsung oleh pemerintah Indonesia tanpa melalui
perantara.
Target pengadaan alat pertahanan dan pemeliharaan dalam APBN 2004-2009 adalah
untuk meningkatkan jumlah dan kondisi peralatan pertahanan sehingga dapat
melakukan pertahanan nasional secara terpadu dan berkelanjutan sesuai skala prioritas
terhadap pertahanan terpadu dari dimensi darat, laut dan udara. Terkait dengan hal ini,
perlu untuk mengganti sistem persenjataan yang telah habis masa berlakunya dengan
persenjataan teknologi tinggi terbaru dengan mempertahankan kondisi peralatan
pertahanan untuk memperpanjang masa manfaatnya guna meningkatkan kualitas senjata
guna mencapai kekuatan dasar minimum. Kerja sama antara pemerintah Indonesia dan
pemerintah Rusia dalam pengadaan peralatan militer diharapkan dapat menjadi model
kerjasama militer lebih lanjut untuk kedua negara. Pengadaan alat pertahanan di
Indonesia akan dilakukan secara bertahap. Pengamatan dilakukan oleh pasukan,
pengajuan dilakukan oleh Markas Besar TNI, dan keputusan diambil oleh Departemen
Pertahanan. Rusia dan Indonesia saling membutuhkan. Dengan tujuan yang sama,
perdamaian dunia, keamanan dan kemakmuran.
Target pengadaan alat pertahanan dan pemeliharaan dalam APBN 2004-2009 adalah
untuk meningkatkan jumlah dan kondisi peralatan pertahanan sehingga dapat
melakukan pertahanan nasional secara terpadu dan berkelanjutan sesuai skala prioritas
terhadap pertahanan terpadu dari dimensi darat, laut dan udara. Terkait dengan hal ini,
perlu untuk mengganti sistem persenjataan yang telah habis masa berlakunya dengan
persenjataan teknologi tinggi terbaru dengan mempertahankan kondisi peralatan
pertahanan untuk memperpanjang masa manfaatnya guna meningkatkan kualitas senjata
guna mencapai kekuatan dasar minimum.

Kerja sama antara pemerintah Indonesia dan pemerintah Rusia dalam pengadaan
peralatan militer diharapkan dapat menjadi model kerjasama militer lebih lanjut untuk
kedua negara. Pengadaan alat pertahanan di Indonesia akan dilakukan secara bertahap.
Pengamatan dilakukan oleh pasukan, pengajuan dilakukan oleh Markas Besar TNI, dan
keputusan diambil oleh Departemen Pertahanan. Rusia dan Indonesia saling
membutuhkan. Dengan tujuan yang sama, perdamaian dunia, keamanan dan
kemakmuran.

Target pengadaan alat pertahanan dan pemeliharaan dalam APBN 2004-2009 adalah
untuk meningkatkan jumlah dan kondisi peralatan pertahanan sehingga dapat
melakukan pertahanan nasional secara terpadu dan berkelanjutan sesuai skala prioritas
terhadap pertahanan terpadu dari dimensi darat, laut dan udara. Terkait dengan hal ini,
perlu untuk mengganti sistem persenjataan yang telah habis masa berlakunya dengan
persenjataan teknologi tinggi terbaru dengan mempertahankan kondisi peralatan
pertahanan untuk memperpanjang masa manfaatnya guna meningkatkan kualitas senjata
guna mencapai kekuatan dasar minimum.

Kerja sama antara pemerintah Indonesia dan pemerintah Rusia dalam pengadaan
peralatan militer diharapkan dapat menjadi model kerjasama militer lebih lanjut untuk
kedua negara. Pengadaan alat pertahanan di Indonesia akan dilakukan secara bertahap.
Pengamatan dilakukan oleh pasukan, pengajuan dilakukan oleh Markas Besar TNI, dan
keputusan diambil oleh Departemen Pertahanan. Rusia dan Indonesia saling
membutuhkan. Dengan tujuan yang sama, perdamaian dunia, keamanan dan
kemakmuran.

Kerja sama antara pemerintah Indonesia dan pemerintah Rusia dalam pengadaan
peralatan militer diharapkan dapat menjadi model kerjasama militer lebih lanjut untuk
kedua negara. Pengadaan alat pertahanan di Indonesia akan dilakukan secara bertahap.
Pengamatan dilakukan oleh pasukan, pengajuan dilakukan oleh Markas Besar TNI, dan
keputusan diambil oleh Departemen Pertahanan. Rusia dan Indonesia saling
membutuhkan. Dengan tujuan yang sama, perdamaian dunia, keamanan dan
kemakmuran.

3. KESIMPULAN

Selama kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Rusia, sebuah


kesepakatan dicapai atas bantuan dalam konteks pelaksanaan kerja sama militer 2006-
2010. Pemerintah Rusia bersedia membantu militer Indonesia untuk mendapatkan
senjata. Di antara mereka, Rusia memberikan pinjaman lunak sebesar 1 miliar US $
bagi Indonesia untuk membeli peralatan pertahanan militer. Penjualan pesawat tempur
dan senjata Rusia adalah produk terbaru dan paling efektif, dengan harga lebih murah
dan persyaratan mudah dibandingkan dengan produk senjata yang berasal dari negara-
negara Eropa Barat dan Amerika.

Kondisi peralatan pertahanan TNI sangat memprihatinkan dan sangat tidak memadai
untuk mengamankan seluruh wilayah Indonesia. Banyak peralatan pertahanan tidak
berfungsi dengan baik dan rusak, sehingga pertahanan militer Indonesia menjadi
semakin lemah. Karena itu kerja sama pertahanan sangat penting. Kerjasama militer
antara kedua negara termasuk penjualan senjata dan peralatan pertahanan buatan Rusia
ke Indonesia. Selain 2004-2009 Kerjasama Indonesia-Rusia di Bidang Pertahanan
Militer, kerjasama teknis dan perdagangan senjata, kedua negara juga sepakat untuk
mengadakan pelatihan bersama dan pendidikan perwira Indonesia di Rusia, atau
sebaliknya.
Dalam jangka panjang, kebijakan pengadaan untuk peralatan pertahanan
membangun keseimbangan hubungan antara negara-negara besar yang merupakan mitra
strategis Indonesia. Pengadaan peralatan militer yang dibuat oleh AS, UE, China atau
Australia akan terus sesuai dengan kebutuhan masing-masing pasukan. Namun merujuk
pada pengalaman pahit embargo senjata dari AS dan sekutu-sekutunya, Indonesia secara
alami menyesuaikan diri.

Daftar Pustaka

Coplin, William D. Pengantar Politik Internasional: Suatu Telaah Teoritis terj. M.


Marbun, Edisi Kedua. Bandung: Pustaka Sinar Baru, 1992.

Hasyim Djalal. 1990. Politik Luar Negeri Indonesia Dalam Dasawarsa. Jakarta:CSIS.

Holsti, K.J. 1992. Politik Internasional Suatu Kerangka Analisis. Bandung: Bina Cipta.

Jackson, Robert dan George Sorensen. 2005. Pengantar Studi Hubungan Internasional.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Malikul Kusno. 2006. Hubungan Indonesia-Rusia, dalam Fajar baru Indonesia Rusia,
Artikel, Laboratorium Politik Universitas Muhammadiyah, Jakarta.

Plano, Jack C dan Roy Olton. 1999. Kamus Hubungan Internasional. Jakarta: Putra A
Bardin.

Suffi Yusuf. 1989. Hubungan Internasional dan Politik Luar Negeri. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.

Hazairin Pohan, Direktur Eropa Tengah dan Timur Departemen Luar Negeri Indonesia,
Diskusi Deplu dengan Grup Kerjasama Bilateral (GKSB) DPR RI-Parlemen Rusia:
Indonesian-Russian Strategic Partnership Relation in the 21st Century, Paper seminar,
Jakarta: 2006, hal.13 Suara Angkasa: Dispen AU

Anda mungkin juga menyukai