Jurnal ini membahas kerja sama militer antara Indonesia dan Rusia dalam
pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Kerja sama ini didasarkan pada kondisi
pertahanan militer Indonesia yang tidak dilengkapi dengan baik. Rusia dipilih karena
merupakan negara yang dapat bersaing dengan teknologi militer Amerika dan Eropa
tanpa biaya administrasi. Fokus kerja sama pertahanan militer selama Susilo Bambang
Yudhoyono pada periode 2004-2009 adalah memperbaharui dan memperbaiki kondisi
dan fungsi alat utama sistem persenjataan tentara Indonesia.
Kata Kunci: Kerjasama Militer, Teknologi Militer, Pertahanan Militer, Sistem Senjata.
1. PENDAHULUAN
Uni Soviet berakhir pada masa Perang Dingin mempengaruhi perubahan peta
politik internasional dan mempengaruhi posisi Uni Soviet dalam politik internasional.
Rusia mulai bangkit sebagai negara penerus Uni Soviet di bawah kepemimpinan
Mikhail Gorbachev. Indonesia diembargo oleh Kongres Amerika Serikat dalam
pembelian senjata dan hubungan
Penentuan dan implementasi kerja sama pertahanan militer Indonesia dengan Rusia
selama pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono sangat dipengaruhi oleh kondisi
pertahanan militer negara yang termasuk pengembangan peralatan pertahanan Indonesia
saat ini. Meskipun Amerika telah mencabut embargo atas Indonesia, ini belum menutup
kerjasama pertahanan militer Indonesia dengan Rusia, dan telah mempertahankan
hubungan baik dengan Amerika Serikat. Kerja sama pertahanan juga bermanfaat bagi
Indonesia lebih jauh, karena Indonesia tidak hanya bergantung pada satu negara dalam
hal pengadaan peralatan teknik militer dan pasokan senjata.
Kolaborasi dengan Rusia tidak berarti bahwa Indonesia telah mengubah kebijakan
luar negerinya yang cenderung ke arah Barat. Namun, itu menunjukkan bahwa
membuka kerja sama dengan Rusia merupakan upaya untuk memperbaiki praktik
kebijakan luar negeri yang bebas dan aktif. Indonesia tidak pernah menentang Barat dan
Amerika Serikat. Tetapi Indonesia memiliki keseimbangan dalam memenuhi kebutuhan
besar sehingga tidak selalu terhambat. Entah dengan hambatan politik atau hambatan
lain.
Di mata negara-negara Asia Tenggara, Indonesia disebut bangsa yang besar. Besar
karena luas daratan dan perairannya, juga besar karena populasinya. Jumlah peralatan
pertahanan (sistem senjata utama) untuk keamanan tidak sebanding dengan ukuran
NKRI.
2. PEMBAHASAN
Sistem kredit negara antara Indonesia dan Rusia, dilakukan dengan cara sederhana
tidak berbelit-belit dan tanpa perantara. Misalnya, Departemen Pertahanan ingin
membeli sistem persenjataan dari Rusia, setelah mendapat persetujuan dari Departemen
Keuangan (Departemen Keuangan), Departemen Pertahanan Republik Indonesia secara
langsung memiliki wewenang untuk menunjuk satu perusahaan Rusia yang akan
memproduksi pertahanan. peralatan yang dibutuhkan oleh RI, misalnya
Rosoboroneksport. Sehingga Rosoboroneksport akan menghadapi Departemen
Pertahanan Republik Indonesia. Rosoboroneksport memiliki lembaga pendukung lain
dalam administrasi, seperti pengiriman, dan transportasi.
Pengadaan alat pertahanan dari Rusia adalah pilihan yang rasional ketika industri
strategis domestik tidak dapat memenuhi kebutuhan peralatan militer dan teknologi.
Menggunakan produk dari Amerika Serikat atau Eropa, selain lebih mahal, selalu ada
rintangan politik yang dapat mempersulit Indonesia di masa depan. Rusia pada
umumnya tidak sulit tentang perijinan, izin, dan politik. Pembelian peralatan pertahanan
dari Amerika Serikat dan Uni Eropa pada umumnya dipersulit oleh persyaratan untuk
penegakan hak asasi manusia (terkait dengan masalah Aceh, Poso atau Papua), masalah
perizinan, dan prosedur pembelian yang rumit. Pengalaman dengan Inggris, misalnya,
tank Scorpion dan armors serangan Stromer untuk operasi untuk menghancurkan
Gerakan Aceh Merdeka (GAM) tidak boleh digunakan di Aceh karena persyaratan kerja
sama hanya untuk pertahanan eksternal.
Kerja sama dalam pembelian peralatan militer dari Rusia dianggap yang paling
menguntungkan. Selain proses yang tidak rumit, pembelian langsung di badan yang
ditunjuk pemerintah dapat menghemat 40 persen dari anggaran, karena tanpa melalui
perantara. Salah satu sistem pembayaran yang diusulkan oleh pemerintah Indonesia
adalah sistem peralatan pertahanan. Misalnya, pembelian peralatan pertahanan dengan
komoditas batu bara adalah untuk memberikan kesempatan bagi pemerintah dan
pengusaha Rusia untuk berinvestasi dalam eksplorasi batubara di Indonesia, alih-alih
bertukar komoditas batubara dengan peralatan pertahanan.
Rusia dalam menjual produk pertahanan militer memiliki kualitas yang sama
dengan produk yang digunakan oleh Rusia sendiri, tidak ada istilah downgrade. Tidak
seperti Amerika Serikat, setiap produk terjual, beberapa fitur berkurang karena takut
kehilangan daya saing. Rusia juga tidak keberatan dengan transfer teknologi dan
modifikasi teknologi buatan Indonesia. Misalnya, ketika membeli Sukhoi oleh
Indonesia, Rusia lupa menyertakan adaptor pengisian bahan bakar pesawat, akhirnya
teknisi Indonesia membuat modifikasi ke adaptor pengisian bahan bakar A-4 skyhawk,
dan akhirnya Sukhoi bisa terbang lebih dulu dari pangkalan Angkatan Udara
Beberapa alasan Indonesia memilih Rusia sebagai negara penghasil senjata militer
terbaru untuk TNI. Pertama, sejarah hubungan militer Indonesia-Rusia. Kedua,
kemudahan persyaratan kerjasama di bidang pertahanan militer dari Rusia. Ketiga,
Rusia lebih fleksibel tentang harga seperti yang bisa dibayar oleh komoditas milik
Indonesia. Keempat, Rusia memiliki teknologi militer yang sepadan dengan Eropa dan
Amerika Serikat. Rusia memiliki kekuatan infanteri yang dapat diunggulkan sehingga
Indonesia dapat mengadopsi sistem militer melalui kerja sama yang kini sedang
dijalankan. Kolaborasi dengan Rusia tidak hanya terbatas pada kerja sama, tetapi juga
belajar dan menyerap sains Rusia. Rusia dikenal memiliki reputasi sebagai negara yang
cukup efektif dalam transfer teknologi. India dan Cina telah memproduksi pesawat
tempur berkat kerjasama teknis militer dengan Rusia.
Bagi Indonesia, inovasi dalam sistem pembelian senjata itu penting. Untuk
mengurangi beban valuta asing dan dampaknya pada neraca pembayaran, dan
merangsang pengembangan industri pertahanan dalam negeri. Inovasi harus menjadi
bagian dari mekanisme transisi untuk pengadaan senjata. Karena itu, embargo bukan
lagi hal yang menakutkan. Rusia bersedia menerima pembayaran untuk pembelian
peralatan pertahanan dan peralatannya melalui sistem pembayaran.
Kerja sama dengan Rusia adalah salah satu cara Indonesia untuk mengurangi
ketergantungan Indonesia pada Amerika Serikat di bidang senjata yang saat ini
mencapai 70 persen. Sebagai akibat embargo militer Amerika Serikat terhadap
Indonesia selama hampir empat belas tahun, kondisi peralatan TNI yang dibuat oleh
Amerika Serikat sangat buruk, karena tidak adanya pemeliharaan dan pemeliharaan
suku cadang dari Amerika Serikat. Beberapa persenjataan buatan AS yang digunakan
oleh TNI berakhir dengan kecelakaan yang membunuh para prajurit TNI yang dibunuh
sepatutnya karena membela tanah air Indonesia, tidak dibunuh oleh sistem yang telah
kadaluwarsa.
Kerja sama antara pemerintah Indonesia dan pemerintah Rusia dalam pengadaan
peralatan militer diharapkan dapat menjadi model kerjasama militer lebih lanjut untuk
kedua negara. Pengadaan alat pertahanan di Indonesia akan dilakukan secara bertahap.
Pengamatan dilakukan oleh pasukan, pengajuan dilakukan oleh Markas Besar TNI, dan
keputusan diambil oleh Departemen Pertahanan. Rusia dan Indonesia saling
membutuhkan. Dengan tujuan yang sama, perdamaian dunia, keamanan dan
kemakmuran.
Target pengadaan alat pertahanan dan pemeliharaan dalam APBN 2004-2009 adalah
untuk meningkatkan jumlah dan kondisi peralatan pertahanan sehingga dapat
melakukan pertahanan nasional secara terpadu dan berkelanjutan sesuai skala prioritas
terhadap pertahanan terpadu dari dimensi darat, laut dan udara. Terkait dengan hal ini,
perlu untuk mengganti sistem persenjataan yang telah habis masa berlakunya dengan
persenjataan teknologi tinggi terbaru dengan mempertahankan kondisi peralatan
pertahanan untuk memperpanjang masa manfaatnya guna meningkatkan kualitas senjata
guna mencapai kekuatan dasar minimum.
Kerja sama antara pemerintah Indonesia dan pemerintah Rusia dalam pengadaan
peralatan militer diharapkan dapat menjadi model kerjasama militer lebih lanjut untuk
kedua negara. Pengadaan alat pertahanan di Indonesia akan dilakukan secara bertahap.
Pengamatan dilakukan oleh pasukan, pengajuan dilakukan oleh Markas Besar TNI, dan
keputusan diambil oleh Departemen Pertahanan. Rusia dan Indonesia saling
membutuhkan. Dengan tujuan yang sama, perdamaian dunia, keamanan dan
kemakmuran.
Kerja sama antara pemerintah Indonesia dan pemerintah Rusia dalam pengadaan
peralatan militer diharapkan dapat menjadi model kerjasama militer lebih lanjut untuk
kedua negara. Pengadaan alat pertahanan di Indonesia akan dilakukan secara bertahap.
Pengamatan dilakukan oleh pasukan, pengajuan dilakukan oleh Markas Besar TNI, dan
keputusan diambil oleh Departemen Pertahanan. Rusia dan Indonesia saling
membutuhkan. Dengan tujuan yang sama, perdamaian dunia, keamanan dan
kemakmuran.
3. KESIMPULAN
Kondisi peralatan pertahanan TNI sangat memprihatinkan dan sangat tidak memadai
untuk mengamankan seluruh wilayah Indonesia. Banyak peralatan pertahanan tidak
berfungsi dengan baik dan rusak, sehingga pertahanan militer Indonesia menjadi
semakin lemah. Karena itu kerja sama pertahanan sangat penting. Kerjasama militer
antara kedua negara termasuk penjualan senjata dan peralatan pertahanan buatan Rusia
ke Indonesia. Selain 2004-2009 Kerjasama Indonesia-Rusia di Bidang Pertahanan
Militer, kerjasama teknis dan perdagangan senjata, kedua negara juga sepakat untuk
mengadakan pelatihan bersama dan pendidikan perwira Indonesia di Rusia, atau
sebaliknya.
Dalam jangka panjang, kebijakan pengadaan untuk peralatan pertahanan
membangun keseimbangan hubungan antara negara-negara besar yang merupakan mitra
strategis Indonesia. Pengadaan peralatan militer yang dibuat oleh AS, UE, China atau
Australia akan terus sesuai dengan kebutuhan masing-masing pasukan. Namun merujuk
pada pengalaman pahit embargo senjata dari AS dan sekutu-sekutunya, Indonesia secara
alami menyesuaikan diri.
Daftar Pustaka
Hasyim Djalal. 1990. Politik Luar Negeri Indonesia Dalam Dasawarsa. Jakarta:CSIS.
Holsti, K.J. 1992. Politik Internasional Suatu Kerangka Analisis. Bandung: Bina Cipta.
Jackson, Robert dan George Sorensen. 2005. Pengantar Studi Hubungan Internasional.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Malikul Kusno. 2006. Hubungan Indonesia-Rusia, dalam Fajar baru Indonesia Rusia,
Artikel, Laboratorium Politik Universitas Muhammadiyah, Jakarta.
Plano, Jack C dan Roy Olton. 1999. Kamus Hubungan Internasional. Jakarta: Putra A
Bardin.
Suffi Yusuf. 1989. Hubungan Internasional dan Politik Luar Negeri. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.
Hazairin Pohan, Direktur Eropa Tengah dan Timur Departemen Luar Negeri Indonesia,
Diskusi Deplu dengan Grup Kerjasama Bilateral (GKSB) DPR RI-Parlemen Rusia:
Indonesian-Russian Strategic Partnership Relation in the 21st Century, Paper seminar,
Jakarta: 2006, hal.13 Suara Angkasa: Dispen AU