Anda di halaman 1dari 13

KEDIGDAYAAN BENTENG DIRGANTARA, UNTUK SABANG SAMPAI MERAUKE

Pendahuluan
Tugas pokok TNI berdasarkan Undang-Undang RI No 34 Tahun 2004 adalah
menegakkan kedaulatan Negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia Tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan Negara.
Dalam pelaksanaan tugasnya, setiap satuan di dalam tubuh TNI AD sangat ditentukan
oleh sejauh mana efektifitas dan efisiensi pelaksanaan pembinaan satuan di jajarannya.
Namun pada kenyataannya sejalan dengan perkembangan teknologi yang demikian
cepat, maka teknologi kedirgantaraan juga mengalami kemajuan yang sangat pesat.
Perkembangan alutsista udara saat ini dapat berupa pesawat dan helikopter yang diawaki
dan dilengkapi dengan senjata rudal jarak pendek, menengah dan jarak jauh yang mudah
dioperasionalkan, memiliki daya hancur besar, tingkat akurasi tinggi dan tidak mudah
dideteksi oleh radar karena memiliki bidang tangkapan radar (Radar Cross Section) yang
sangat kecil. Perkembangan pesawat tempur juga diikuti dengan kemampuannya yang
semakin meningkat, tidak hanya memiliki kemampuan menembakkan/meluncurkan
senjatanya baik secara mendatar maupun menukik. Beberapa teknik dan taktik serangan
udara yang dilakukan saat ini menunjukkan kemampuan dari pesawat yang digunakan.
Modernisasi alutsista Arhanud dilakukan untuk memenuhi tuntutan membangun TNI yang
profesional sehingga menjadi kekuatan nasional yang mampu mengemban fungsinya di
era globalisasi dengan hakikat ancaman yang semakin kompleks. Usaha pertahanan
untuk menjaga kedaulatan negara dan keutuhan wilayah NKRI serta menjamin
keselamatan bangsa dari setiap ancaman akan terasa sangat berat dilakukan tanpa
dukungkan alutsista yang modern. Maka dari itu perlu adanya suatu strategi dalam militer
untuk mewadahi suatu situasi dan kondisi masa yang akan datang.
Sehubungan dengan latar belakang tersebut, Strategi menurut ilmu militer adalah
penggunaan pelibatan untuk mencapai objek perang, karena itu harus melihat tujuan
untuk aksi militer secara keseluruhan, dengan demikian tujuannya harus sesuai dengan
objek perang. Dengan kata lain, strategi memetakan rencana perang, dan dengan hal
diatas bertujuan untuk menambahkan serangkaian tindakan untuk memastikan hal
tersebut, yaitu membuat rencana untuk kampanye terpisah dan mengatur keterlibatan
untuk diperjuangkan dimasing-masing darinya. Jelasnya strategi yang harus mengambil
peranan dengan tentara untuk mengatur bagian-bagian dari tempatnya, dan untuk
membuat modifikasi dalam rencana umum yang terus-menerus menjadi keharusan,
kemampuan strategi, karena itu strategi memiliki keharusan dalam implementasi perang.
Strategi perang diperlukan untuk mencapai tujuan militer negara dalam peperangan.
Strategi sangat diperlukan oleh suatu negara untuk memenangkan pertempuran dengan
negara lainnya. Pada dasarnya seperti yang dikatakan oleh Lykke bahwa suatu strategi
perang merupakan gabungan dari, atau sama dengan,tujuan perang itu sendiri (ends),
ditambah konsep cara bertindak suatu perang (ways),dan ditambah dengan instrumen
untuk mencapai tujuan (means). Strategi perang juga bukan suatu hal yang langsung ada
begitu saja. Strategi perang merupakan pengaplikasian dari level strategi diatasnya yang
telah ditentukan oleh negara. Disamping itu, penetapan strategi perang suatu negara juga
tidak terlepas dari doktrin militer negara tersebut. Dari uraian diatas dapat diambil
beberapa persoalan yang harus dipecahkan, antara lain; pertama. Dalam penerapan
taktik Arhanud, pada tahapan operasi serangan meliputi penerapan taktik Arhanud dalam
GMUK, pengintaian paksa, penerobosan, dan eksploitasi; kedua. Dalam komposisi dan
kekuatan Batalyon Arhanud, penerapan taktik Arhanud dalam memberikan perlindungan
udara sesuai dengan prioritas dalam setiap tahapan operasi serangan. Dari
permasalahan tersebut dapat dirumuskan suatu pokok permasalahan yaitu upaya
meningkatkan strategi militer perang Arhanud di masa yang akan datang dalam rangka
mendukung tugas pokok TNI AD. Untuk menjawab hal tersebut maka penulis mencoba
untuk menganalisa permasalahan tersebut dari beberapa sudut pandang yang ada.
Dari penjelasan tersebut diatas, maka pentingnya penulisan essai ini adalah
menjelaskan mengenai Ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya untuk
melaksanakan kebijakan tertentu dalam perang dan damai. Ilmu dan seni memimpin bala
tentara untuk menghadapi musuh dalam perang, dan mengarahkan kepada suatu kondisi
yang menguntungkan. Sebagai Komandan/Perwira harus menguasai medan perang
seperti rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus atau
tempat yang menguntungkan menurut siasat perang. Adapun metode yang digunakan
dalam penulisan essai ini adalah menggunakan metode deskriptif analis yang
berdasarkan pengamatan di lapangan dan pendekatan secara empiris serta studi
kepustakaan.
Adapun nilai guna yang dapat diambil adalah agar pembaca dapat mengetahui
langkah-langkah yang harus diambil dalam menyusun strategi militer perang. Pendekatan
secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan dan
eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu, sedangkan maksud dan tujuannya
adalah menjelaskan dan memberikan gambaran tentang strategi yang harus diambil
ataupun diterapkan. Ruang lingkup penulisan essai ini meliputi pendahuluan,
pembahasan dan penutup.
Pembahasan
Dalam sejarahnya istilah strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu Strategos atau
Strategeus. Dalam perkembangannya, istilah strategi juga dikenal berasal dari kata
“Strategia” yang memiliki arti “ahli militer”. Sedangkan Strategos dalam bahasa Yunani
diartikan sebagai Jenderal. Demikian pada zaman Yunani kuno sering juga diartikan
sebagai perwira negara. Pemahaman lainnya dalam artian yang lebih sempit, strategi
diartikan sebagai seni dari seorang Jenderal (the art of general). Arti ini kemungkinan
besar diadopsi karena pada zaman Yunani kuno seorang Jenderal dianggap orang yang
bertanggung jawab dalam peperangan baik kemenangan maupun kekalahan. Konsep
lainnya tentang strategi, dikemukakan oleh Carl Von Clausewitz dalam bukunya, On War
(1976, rev.1984), mengatakan bahwa, "Strategi dan keahlian adalah aturan terbaik,
dengan teori dapat melakukannya dengan lebih baik serta menunjukkan bagaimana dan
mengapa hal ini bisa terjadi”. Strategi menurut ilmu militer adalah penggunaan pelibatan
untuk mencapai objek perang, karena itu harus melihat tujuan untuk aksi militer secara
keseluruhan, dengan demikian tujuannya harus sesuai dengan objek perang. Dengan
kata lain, strategi memetakan rencana perang, dan dengan hal diatas bertujuan untuk
menambahkan serangkaian tindakan untuk memastikan hal tersebut, yaitu membuat
rencana untuk kampanye terpisah dan mengatur keterlibatan untuk diperjuangkan
dimasing-masing darinya. Jelasnya strategi yang harus mengambil peranan dengan
tentara untuk mengatur bagian-bagian dari tempatnya, dan untuk membuat modifikasi
dalam rencana umum yang terus-menerus menjadi keharusan, kemampuan strategi,
karena itu strategi memiliki keharusan dalam implementasi perang. Dalam hal ini yang
nantinya akan berkaitan dengan penerapan taktik Arhanud pada tahapan operasi
serangan, disamping itu juga selaras dengan komposisi dan kekuatan satuan yang akan
dikerahkan.

Prediksi Peperangan Masa Depan


Prediksi peperangan yang akan terjadi dimasa depan tentunya akan mengarah
kepada peperangan asimetris. Dilihat dari definisi asimetris itu sendiri mengandung
makna sebagai suatu ketidak seimbangan antara kanan dan kiri, atas dan bawah maupun
dalam berbagai sebab lainnya. Sehingga peperangan asimetris itu pun dapat dipahami
sebagai peperangan diantara dua pihak yang bertikai yang tidak terdapat keseimbangan
dalam hal kekuatan, persenjataan dan circumstancenya. Salah satu cara untuk dapat
mengetahui peperangan asimetris adalah dengan memahami siklus antara aksi, reaksi
dan kaunter-reaksi. Sehingga untuk menghadapi peperangan asimetris dimasa depan
perlu adanya upaya-upaya bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebagai suatu
contoh adalah, dalam doktrin peperangan asimetris yang dimiliki Amerika Serikat, ketika
musuh melakukan persiapan peperangan dengan menggunakan senjata biologi, maka
yang dilakukan oleh Amerika Serikat dengan menyiapkan teknologi, doktrinasi dan
kemampuan untuk force protection dengan mengembangkan anti senjata biologi serta
mengembangkan kemampuan untuk menyerang ataupun mengalahkan delivery means
musuh, dukungan pihak sipil dan menguasai informasi untuk melakukan propaganda anti
musuh melalui media internasional. Ancaman asimetris tentunya akan terus berkembang
sesuai dengan perkembangan dan kemajuan teknologi. Bagi Indonesia, dirasa perlu untuk
mempersiapkan ancaman asimetris dimasa yang akan datang sehingga dalam
menghadapi insuregecy, ancaman pertahanan dari negara adi daya maupun menghadapi
ancaman sebuah pakta pertahanan seperti yang dilakukan negara tetangga bersama
beberapa anggota commonwealth bangsa ini memiliki formula yang tepat. Pada 50 tahun
terakhir dalam kerangka proses globalisasi, pertumbuhan dinamis masyarakat dunia luar
biasa, yang diwarnai oleh berbagai inovasi di segala bidang. Namun demikian kita juga
tidak buta terhadap kenyataan, bahwa terutama sejak krisis ekonomi di Asia orang juga
disadarkan oleh keterbukaan dan interdependensi serta sifat transnasional dari hal-hal
yang bersifat mencederai tidak hanya negara, tetapi juga human security. Contoh terakhir
adalah krisis ekonomi global yang melanda dunia, akibat perilaku korporasi multinasional
di Amerika Serikat yang berperilaku jauh dari etika bisnis (salah satu ancaman asimetrik).
Ada beberapa alasan mengapa masalah ini terjadi, antara lain : memanfaatkan
kemampuan dan kekuatan irregular yang tidak tergantung pada besaran pasukan, sebab
sangat memungkinkan perang ini dilakukan oleh satu orang saja dari suatu tempat yang
jauh dari wilayah sengketanya dengan tujuan utama perang adalah mengarahkan lawan
tanpa bertempur serta pemanfaatan taktik, pilihan medan pertempuran yang baru hingga
senjata baru dalam berperang bias atau boleh disebut sebagai langkah taktik asimetrik.
Seorang Komandan di satuan baik dari Komandan satuan bawah seperti Danru,
Danton, Danki sampai Danyon diharapkan memiliki pemikiran yang lebih terbuka lagi
terhadap perkembangan lingkungan strategis yang terjadi di dalam dan luar negeri pada
beberapa tahun terakhir ini menuntut adanya peningkatan kemampuan satuan di jajaran
TNI AD. Peningkatan tersebut selain akibat adanya kecenderungan perubahan hakekat
ancaman, juga perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sistem senjata yang
semakin pesat. Sistem senjata merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
pembangunan kekuatan militer, bahkan kuat atau tidaknya suatu negara sangat
ditentukan oleh sistem persenjataan yang dimiliki oleh angkatan perangnya. Di zaman
modern saat ini, alutsista khususnya sistem senjata udara telah menjadi bagian penting
dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan kemampuannya, sistem
senjata udara sangat efektif untuk digunakan dalam tugas-tugas operasi militer maupun
non militer. Hal ini dapat dilihat dari beberapa pengalaman operasi militer mulai dari
perang Dunia I dan II, perang Malvinas, perang Teluk I dan II serta berbagai operasi
militer selain perang atau MOOTW (Military Operation Other Than War) seperti operasi
bantuan kemanusiaan dan SAR.

Transformasi Yang Dilakukan


Transformasi sendiri dapat diartikan dengan berubah bentuk atau berubah dari
satu bentuk ke bentuk lainnya. Dalam konteks ini, selain memiliki pertahanan yang kuat
maka TNI harus memiliki kapasitas untuk menyerang musuh - musuhnya. TNI AD 
merupakan bagian dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang bertanggung jawab atas
operasi pertahanan Negara Republik Indonesia di darat. Dimana TNI AD mempunyai
tugas pokok yaitu, menegakkan kedaulatan Negara, mempertahankan keutuhan wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan
seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan Bangsa
dan Negara. Dihadapkan dengan kondisi saat ini maka TNI AD kedepan ditantang untuk
menjadi TNI AD yang modern sehingga harus terus melaksanakan peningkatan
kemampuannya, baik untuk menghadapi tugas-tugas operasi militer untuk perang
maupun Operasi Militer selain perang. Konsekuensinya, penataan terhadap sistem
pendidikan, latihan, materiil, doktrin, pokok-pokok organisasi dan prosedur, teritorial,
kepemimpinan, personil, pengelolaan anggaran, persenjataan dan bahkan kebijakan
Angkatan Darat perlu dilakukan oleh generasi mendatang sehingga dapat tercapainya
tujuan dalam mewujudkan visi TNI sebagai tentara profesional dan modern, memiliki
kemampuan yang tangguh untuk menegakkan Kedaulatan Negara, mempertahankan
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan menjaga keselamatan bangsa dan
negara serta kelangsungan pembangunan nasional.
Adapun yang harus dilakukan TNI AD dalam rangka meningkatkan kemampuan
tempurnya yaitu dengan memaksimalkan modernisasi Alutsista. Sebagai negara yang
memiliki luas wilayah yang besar, Indonesia perlu membangun kekuatan pertahanan yang
memadai guna menjaga kedaulatan NKRI. Peningkatan kekuatan pertahanan sudah
menjadi keharusan karena ini menunjukkan kekuatan pertahanan sebuah negara. Negara
yang memiliki Militer lemah dan tidak memiliki sekutu yang kuat akan mudah diintimidasi
oleh negara lain. Kualitas dan kuantitas alutsista yang dimiliki Indonesia akan sangat
mempengaruhi kedudukan Indonesia dalam kancah politik Internasioal. Sebuah negara
dengan kekuatan Militer besar akan lebih didengarkan pendapat dan tindakannya
ketimbang negara yang Militernya lemah.
Modernisasi alutsista Arhanud yang dilaksanakan melalui pengadaan baru sesuai
dengan kriteria standar yang diinginkan seperti pengadaan alutsista Rudal Mistral dan
Rudal Starstreak yang memiliki kemampuan tinggi diharapkan akan mampu mengimbangi
ancaman serangan saat ini. Adanya modernisasi alutsista ini hendaknya diimbangi
dengan taktik yang efektif dan efisien serta aplikatif dalam menghadapi ancaman udara
saat ini. Perubahan doktrin dan taktik Arhanud sangat ditentukan oleh perkembangan
ancaman udara, komposisi dan kekuatan satuan yang dilindungi serta kemampuan
alutsista Arhanud sendiri.
Pelaksanaan operasi ke depan diharapkan dapat mengintegrasikan seluruh
elemen daya tempur antar kecabangan, gabungan antar matra, terpadu dengan instansi
terkait di segala medan operasi. Dalam pelaksanaan operasi tersebut keterlibatan dan
peran satuan Arhanud sangatlah penting untuk mewujudkan keunggulan udara maupun
memberikan perlindungan udara kepada satuan manuver, satuan bantuan tempur
(satbanpur)dan satuan bantuan administrasi (satbanmin) dari segala bentuk ancaman
udara. Yonarhanud merupakan bagian dari satuan yang lebih besar untuk mendukung
tugas pokok satuan atas.Mengacu kepada Doklap Yonarhanud dalam Operasi Nomor
Kep/1027/XI/2019 Tanggal 8 November 2019tentang pelibatan Satuan Arhanud, Pada
Operasi Matra Darat Yonarhanud dilibatkan hanya pada Operasi Tempur antara lain pada
Operasi Serangan, Operasi Pertahanan, Operasi Pemindahan ke Belakang, Operasi
Pergantian, Operasi dalam Kondisi Khusus, Operasi Mobil Udara, Operasi Gerilya, dan
Operasi Lawan Gerilya.

Arhanud Dalam Operasi Serangan


Operasi serangan, merupakan bagian dari bentuk operasi tempur yang memadukan
antara manuver dan tembakan dengan tujuan merebut dan menguasai suatu daerah atau
medan penting untuk keperluan taktis, menghancurkan kekuatan musuh didarat, merebut
sumber kebutuhan dan logistik musuh, mengalihkan perhatian musuh dari daerah lain yang
menentukan, dan mengembangkan keadaan sehingga menguntungkan pasukan sendiri.
Tipe operasi serangan terdiri atas Gerakan Maju Untuk Kontak (GMUK), Pengintaian
Paksa, Serangan Yang Dikoordinasikan (penerobosan, pelambungan, infiltrasi,
peningkaran) eksploitasi, dan pengejaran. Adapun sasaran operasi Yonarhanud dalam
operasi serangan yaitu hancurnya kekuatan udara musuh yang melaksanakan serangan
udara dan terlaksananya perlindungan udara terhadap titik atau objek rawan satgasrat
yang melaksanakan operasi serangan dari kemungkinan ancaman udara musuh. Prioritas
objek rawan yang dilindungi yaitu posko satgasrat,, satbanmin, pasukan cadangan,
satuan manuver dan stelling Armed, serta penentuan prioritas lain berdasarkan perintah
Dansat yang dibantu.
Operasi Gerak Maju Untuk Kontak (GMUK), dalam mengembangkan rencana
harus memperhatikan factor TUMMPAS dan akibat atau pengaruh terhadap serangan
yang akan dilaksanakan, hal-hal yang termuat dalam perencanaan serangan meliputi;
pertama, rencana maneuver. Penentuan sasaran GMUK biasanya ditentukan oleh
Komando Atas dan merupakan satu atau lebih bagian medan yang penting dengan tetap
memberikan peninjauan oleh satuan dalam melanjutkan serangan. Penentuan kekuatan
pasukandimaksudkan untuk dapat merebut sasaran yang telah ditentukan maka seorang
Komandan akan menganalisa kekuatan dan keadaan medan yang mempengaruhi dengan
menilai jumlah daya tempur termasuk bantuan tembakan, bantuan tempur dan bantuan
lainnya. Penentuan susunan tempur didasarkan pada tugas pokok yang dihadapi, intelijen
serta kemungkinan pengerahan pasukan dengan mobilitasnya yang disusun. Penggunaan
pasukan cadangan digunakan sesuai perkembangan situasi dan kondisi di lapangan yang
dihadapi dengan mempertimbangkan tercapainya tugas pokok. Penentuan jalan pendekat
harus mempertimbangkan ruang gerak yang cukup, gerakan yang mudah, mempunyai
lapangan tembak dan lapangan lindung tinjau yang baik, tersamar dan memiliki
kerawanan yang minimal serta harus dapat menguasai medan sekitarnya. Penentuan alat
kendali yang digunakan selama gerak maju untuk kontak harus direncanakan dengan
jelas agar selama proses gerak maju pengendalian pasukan dapat dilakukan secara
optimal. Penentuan formasi, penentuan tindakan keamanan, serta tindakan di daerah
keamanan perlu untuk dipertimbangkan dan direncanakan. Kedua, rencana bantuan
tembakan. Rencana bantuan tembakan yang dibuat meliputi kemungkinan kedudukan
senjata bantuan, kemungkinan kedudukan musuh atau sasaran dan kemungkinan medan
kritik yang diduduki musuh. Ketiga, rencana bantuan tempur. Satuan Arhanud dapat
digunakan untuk memberikan pelindungan terhadap Posko, satuan Bantem, defile, medan
kritik dan jembatan serta rute yang akan dilalui oleh satuan manuver. Keempat, rencana
bantuan administrasi. Dalam hal ini untuk mendukung satuan sebelum, selama dan
sesuadah melakukan gerak maju untuk kontak, maka pada tahap perencanaan
penempatan satbamin sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu gerakan taktis dan
dapat mendukung satuan manuver.
PASUKAN PELINDUNG

KAWAL LAMBUNG KAWAL LAMBUNG

KAWAL DEPAN

INDUK PASUKAN

KAWAL BELAKANG

Gambar 1. Visualisasi Pasukan GMUK

Dari gambar 1 diatas maka satuan Arhanud dalam pergerakannya melindungi


pasukan manuver dengan masuk kedalam pasukan kawal lambung. Apabila pasukan
manuver mendapatkan gangguan musuh darat dalam jumlah kecil maka cukup diatasi
oleh pasukan kawal depan dan GMUK tetap dilanjutkan. Apabila kekuatan musuh besar
yang dapat memaksa pasukan sendiri dengan cara kawal depan kontak dengan musuh
dan laporkan kepada Komandan induk pasukan sehingga akan dilakukan PKT dan PKM
untuk mengatasi musuh. Jika diketahui ada serangan dari darat dan udara maka
Komandan pasukan akan meminta bantuan tembakan kepada satuan Arhanud yang ada
di pasukan kawal lambung untuk mengatasi pesawat udara musuh. Bantuan tembakan
sudah diberikan ternyata musuh masih cukup kuat maka Komandan induk pasukan akan
mengembangkan pasukan untuk mengatasi dan menghancurkan musuh dengan cara
frontal, pelambungan atau cara lain sesuai dengan ancaman dan kondisi medan yang
dihadapi. Dengan demikian GMUK berakhir karena seluruh kekuatan atau pasukan
dikerahkan untuk menghancurkan musuh.
Pengintaian paksa, dalam pengembangan suatu rencananya pun tetap harus
memperhatikan factor TUMMPAS. Hal-hal yang termuat dalam rencana pengintaian
paksa tersebut meliputi : Pertama, penentuan sasaran. Dalam pemilihan sasaran sudah
ditentukan oleh Komando atas sehingga pengintaian paksa dapat dilaksanakan oleh
satuan yang mendapatkan tugas tersebut dalam rangka mencari informasi dan
mengumpulkan keterangan terhadap sasaran yang sudah ditentukan sesuai dengan
tugas masing-masing termasuk didalamnya apabila satuan Arhanud dilibatkan. Kedua,
penentuan kekuatan pasukan. Dalam mengintai sasaran maka harus direncanakan besar
kekuatan pasukan yang ada dihadapkan dengan sasaran yang akan diintai, sehingga
dapat menganalisa kemampuan pasukan sendiri maupun musuh dan medan serta
menentukan kekuatan yang diperlukan untuk mengintai sasaran. Ketiga, penentuan
serangan pokok dan serangan bantuan. Jika jumlah kekuatan yang diperlukan untuk
melaksanakan pengintaian paksa sudah ditentukan maka Komandan akan menentukan
serangan pokok dan serangan bantuan. Keempat, penentuan susunan tempur.
Penyusunan tugas harus didasarkan pada tugas yang dihadapi, intelijen yang tersedia,
kemungkinan pengerahan pasukan serta mobilitas pasukan yang digunakan. Selain itu
factor penggunaan pasukan cadangan, pemilihan jalan pendekat, penentuan bentuk
manuver, penentuan formasi tempur, penentuan tindakan keamanan, serta tindakan di
daerah sasaran tidak luput dalam tahapan perencanaan.
Serangan dalam pengintaian paksa dilaksanakan seperti halnya melaksanakan
serangan biasa, namun pasukan pengintai tidak boleh terlihat dalam pertempuran yang
menentukan. Setiap bentuk kesuksesan yang diperoleh oleh satuan pengintai paksa
harus mampu dieksploitasi oleh Komandan satuan yang meliputitindakan kelanjutan
serangan ataupun upaya untuk mengambil alih wilayah atau daerah yang sudah direbut
oleh satuan pengintai paksa. Komandan satuan harus selalu memantau gerakan pasukan
pengintai paksa, sehingga jika saat pasukan pengintai terlihat pertempuran yang
menentukan, Komandan satuan dapat segera mengambil langkah-langkah taktis dan
strategis untuk melepaskan pasukan pengintaian paksa. Bila mendapat gangguan musuh,
maka pasukan pengintai berusaha menghindari gangguan tersebut dalam pertempurat
yang menentukan. Pengintaian paksa berakhir apabila keterangan tentang musuh sudah
dapat diperoleh secara lengkap sesuai dengan tugas yang diberikan oleh satuan atas dan
atau waktu telah sampai pada batas yang ditentukan serta jika satuan pengintai paksa
yang terlibat dalam pertempuran yang menentukan sudah dapat melepaskan diri,
selanjutnya segera kembali ke tempat yang telah ditentukan ke induk pasukan untuk
melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya.
Penerobosan, merupakan bagian dalam pelaksanaan operasi serangan yang
dalam pelaksanaannya pasukan menyerang dan menembus posisi pertahanan pokok
musuh, membelah pertahanan tersebut menjadi dua dan merebut atau menghancurkan
sasaran yang mengakibatkan rusaknya kelanjutan pertahanan dan memungkinkan untuk
mengadakan eksploitasi. Batalyon dapat menerobos suatu posisi musuh dan
melaksanakan eksploitasi atau dapat menembus suatu posisi musuh dan selanjutnya
diteruskan oleh pasukan lain yang mengadakan eksploitasi.
Kegiatan operasional TNI AD dalam melaksanakan tugas pokok selalu berdampak
taktis dan strategis dan dilaksanakan di daerah yang dikuasai musuh, dengan demikian
maka perlu adanya penerobosan ke daerah kekuasaan musuh yang dilaksanakan dengan
cara penerobosan baik terbuka maupun tertutup, sehingga dalam pelaksanaan tugas
pokok dapat terlaksana sesuai dengan yang diharapkan. Didalam melaksanakan
penerobosan sangat ditentukan oleh kemampuan pasukan yang akan melaksanakan
tugas secara terbuka maupun tertutup dengan mengunakan metode sesuai medan yang
dilalui dan tugas yang akan dihadapi. Agar pelaksanaan penerobosan mencapai hasil
yang sesuai dengan yang diharapkan maka perlu adanya perencanaan dan persiapan
yang teliti dan sederhana. Proses perencanaan dan persiapan dilaksanakan oleh
Komandan satuan maupun Satuan atas yang meliputi : Pertama, hal-hal yang
direncanakan oleh satuan atas. Penentuan tugas bagi satuan bawah, penentuan personel
dan perlengkapan yang akan dibawa, penentuan sarana pengiriman pasukan, penentuan
alat kendali, rencana intelijen, dan alternatif bila diketahui musuh. Kedua, penentuan
tugas. Tugas yang akan dilaksanakan harus ditentukan sebelumnya. Ketiga, Penentuan
personel dan perlengkapan. Harus disesuaikan dengan tugas yang akan dilaksanakan
oleh satuan infiltrasi. Keempat, penentuan sarana yang digunakan. Dalam perencanaan
harus sudah ditentukan sarana apa yang akan digunakan dalam infiltrasi. Kelima,
penentuan alat kendali. Alat kendali ditentukan oleh satuan atas dalam rangka
mendukung kerahasian yang maksimal. Disamping itu rencana intelijen dan alternatif bila
diketahui musuh juga masuk kedalamnya.
Dalam pelaksanaan infiltrasi mulai dari meninggalkan basis operasi sampai
dengan mendekati sasaran. Diperjalanan orang terdepan dan lainya yang dibelakang
memperhatikan medan kritik, setiap perorangan mengerti alat kendali dan sandi yang
digunakan dalam pelaksanaan infiltrasi. Satuan Arhanud sendiri tetap melaksanakan
kawal udara sembari satuan tetangga melaksanakan tugasnya. Keterlibatan personel
Arhanud tergantung perintah dari Komandan Atas dalam memberikan bantuannya.

Gambar 2. Visualisasi Penerobosan Sarana Darat


Eksploitasi, suatu operasi sebagai kelanjutan dari suatu penerobosan atau
pelambungan yang berhasil. Eksploitasi dilakukan terhadap pasukan musuh yang sedang
dalam kesulitan mempertahankan kedudukannya. Di samping mengamankan hasil
eksplotasi yang telah dicapai, Satbak-satbak Arhanud mengikuti gerakan eksplotasi
sesuai dengan mobilitasnya sepanjang tidak memperlambat gerakan eksplotasi.

Komposisi Arhanud Dalam Operasi Serangan


Adapun taktik Arhanud saat ini masih mengacu pada Juknis tentang Taktik
Arhanud yang disahkan oleh Keputusan Kasad Nomor Kep/748/IX/2016 tanggal 7
September 2016. Taktik Arhanud merupakan suatu cara bertindak untuk menghalau,
menangkal dan menghancurkan serangan udara musuh dengan mengerahkan
kemampuan satuan dihadapkan kepada aspek tugas, medan dan musuh sehingga
diperoleh daya guna dan hasil guna satuan Arhanud dalam menyelenggarakan tugas
pokoknya. Dalam penyelenggaraan operasi pertahanan udara, baik dalam rangka operasi
pertahanan udara Nasional maupun operasi pertahanan udara di medan operasi, satuan
Arhanud disusun suatu pola dan metode pertahanan serta komando pengendalian secara
berdaya guna dan berhasil guna dalam memper-tahankan suatu obyek vital.
Tugas pokok satuan satuan Arhanud adalah menyelenggarakan pertahanan udara
aktif, untuk dapat melakukan itu dan karena sesuai dengan sifatnya taktik Arhanud harus
terencana, cepat dan fleksibel. Terencana artinya efektif dan efesiennya suatu pertahanan
udara tergantung dari perencanaan yang cermat dan terinci tentang bagaimana taktik
yang akan digunakan dihadapkan dengan situasi dan kondisi yang ada sedangkan cepat
adalah taktik yang digunakan harus mampu mengantisipasi kemungkinan datangnya
musuh dari segala macam arah dengan cepat, dan flksibel artinya taktik Arhanud yang
ada tidak kaku/statis akan tetapi fleksibel dan berkembang sesuai dengan situasi dan
kondisi yang terjadi dilapangan. Namun pada pelaksanaannya taktik Arhanud dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti tugas, medan dan cuaca, musuh dan pasukan sendiri.
Berkaitan dengan komposisi dan kekuatan Batalyon Arhanud dalam memberikan
perlindungan udara sesuai dengan prioritas dalam setiap tahapan operasi serangan
tentunya akan dilihat dari kekuatan musuh. Jumlah dan kekuatan satuan Arhanud sendiri
dan satuan Arhanud tetangga (baik dari Angkatan Darat dan Angkatan lain), merupakan
bahan-bahan pertimbangan untuk menyusun suatu pola pertahanan udara yang efektif.
Selain itu pertimbangan dari factor internal maupun eksternal juga menentukan komposisi
dan kekuatan Batalyon Arhanud dalam pelaksanaan operasi. Seperti halnya factor
internal yang berpengaruh yaitu tugas. Macam tugas yang diberikan merupakan salah
satu faktor yang berpengaruh dalam menentukan Taktik satuan Arhanud. Dalam
melaksanakan tugas dalam rangka operasi pertahanan udara nasional, obyek vital yang
dilindungi relatif statis maka penggelaran satuan Arhanud relative statis menyesuaikan
dengan bentuk obyek vital dan dapat direncanakan jauh sebelumnya. Akan tetapi dalam
rangka operasi matra darat atau operasi darat gabungan, obyek vital yang dilindungi
tergantung pada situasi yang berlaku saat itu sehingga penggelaran unsur-unsur satuan
Arhanud harus fleksibel menyesuaikan dengan tugas satuan yang dibantu. Begitu juga
dengan factor eksternal yang ada, sebagai contoh macam, bentuk dan keadaan medan
serta keadaan cuaca merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi
penyelenggaraan pertahanan udara. Keadaan medan dan cuaca juga akan
mempengaruhi gerakan satuan Arhanud dalam penempatan satuan-satuan tembaknya,
penempatan jaring peringatan (Radar/Pos Kawud), saran komunikasi serta jalur-jalur
dukungan logistik untuk operasi. Komandan satuan Arhanud harus dapat menganalisa
lima aspek medan untuk dapat menentukan keuntungan bagi satuan sendiri dan
kemungkinan keuntungan bagi musuh. Aspek cuaca juga tidak luput dalam perhitungan
perencanaan, meskipun secara mendasar semua senjata Arhanud mampu beroperasi di
segala cuaca namun Komandan Arhanud harus dapat menganalisa kondisi cuaca yang
berlaku saat operasi ( SACE ).

Penutup
Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pertahanan negara bertujuan
untuk menjaga dan melindungi kedaulatan negara, keutuhan wilayah RI, dan keselamatan
bangsa dari segala ancaman dan gangguan yang baik yang berasal dari dalam negeri
maupun luar negeri. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan adanya sasaran strategis
yang saling terkait. Adapun cara mencapai sasaran strategis pertahanan Negara yang
dirumuskan ke dalam substansi dasar strategi secara proporsional dalam rangka
mewujudkan kekuatan dan kemampuan pertahanan negara yang efektif, dan berdaya
tangkal tinggi dilakukan melalui tujuh cara bertindak strategis yang dipilih, yaitu
menyiapkan pertahanan yang bersifat semesta, mempersiapkan pertahanan defensif aktif,
menyusun pertahanan berlapis, meningkatkan keamanan wilayah Maritim, Daratan, dan
Dirgantara, serta meningkatkan kerjasama Internasional, dan yang tidak kalah pentingnya
dengan memantapkan kesadaran dan kemempuan bela Negara untuk setiap warga
negaranya.
Tentunya dengan upaya-upaya yang dibahas di atas tidak dapat dilaksanakan
secara optimal, oleh karenanya penulis menyarankan yang paling dasar dan diharuskan
yaitu melaksanakan pelatihan kuasi-militer, yang bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran dan mengurangi pengaruh radikalisasi dan ektrimisme dikalangan warga,
dengan menyebarkan nilai-nilai pertahanan negara di lingkungan pendidikan, tempat kerja
dan lingkungan sosial.

Anda mungkin juga menyukai