Anda di halaman 1dari 10

`0

KONSEP INTEROPERABILITAS DAN MODERNISASI ARMED GUNA MENDUKUNG


KECABANGAN MATRA DARAT YANG ANDAL DI ERA SOCIETY 5.0.

LATAR BELAKANG
Pembangunan kekuatan TNI AD dilaksanakan atas dasar konsep pertahanan
berbasis ke mam puan (based defence capabilities), kekuatan dan gelar satuan dengan
mengutamakan kemampuan melaksanakan tugas pokoknya dalam menegakkan
kedaulatan negara, menjaga keutuhan wilayah darat dan menyelamatkan segenap
Bangsa Indonesia. Pembangunan kekuatan tersebut diarahkan untuk tercapainya
kekuatan pokok Minimum Essential Force (MEF), terhadap ancaman yang timbul dan
tuntutan tugas pokok dengan sasaran tingkat kekuatan yang mampu menjamin
kepentingan strategis pertahanan aspek darat.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh TNI AD guna tercapainya kemampuan
tersebut adalah dengan memodernisasi Alutsista termasuk didalamnya Satuan Armed.
Memperhatikan kondisi Alutsista yang dimiliki Satuan Armed saat ini dalam menjawab
tuntutan tugas pokok memerlukan sentuhan teknologi modern di era Society 5.0. dalam
rangka memodernisasikan dan gelar satuan dengan pembentukan satuan baru khususnya
di wilayah perbatasan darat dengan negara tetangga, daerah rawan konflik dan pulau-
pulau terluar. Kehadiran Satuan Armed dengan Alutsista yang modern tentunya akan
mampu mendukung semua operasi yang dilakukan oleh TNI AD dan juga memberikan
deterrent effect.
Trend perkembangan perang di era Society 5.0., sifat dan karakeristik perang saat
ini telah bergeser seiring dengan perkembangan teknologi khususnya teknologi digital,
perebutan sumber energi dan tuntutan kepentingan kelompok tertentu telah menciptakan
perang dengan berbagai modus operasi, diantaranya perang Asimetris, perang Hibrida
dan perang Proxy. Bila memperhatikan kondisi geografi s Indonesia yang meliputi 17.504
pulau dan 10 perbatasan dengan negara lain (7 perbatasan laut dan 3 perbatasan
daratan), maka hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap stabilitas keamanan negara.
Belum lagi letak Indonesia berada pada posisi strategis dan jalur
perekonomian/perdagangan antar negara, akan membutuhkan keberadaan satuan-satuan
pengamanan yang lebih besar dalam melindungi kepentingan negara.
Kondisi saat ini bahwa Kondisi gelar Satuan Armed dinilai belum ideal dalam
mendukung kemampuan kesiapan operasional dan kesiapsiagaan yang optimal
dihadapkan pada dislokasi Satuan Armed saat ini. Hal tersebut dilihat dari dislokasi
`1

Satuan Armed apabila dikelompokkan dalam tiga wilayah Indonesia, gelar Satuan Armed
saat ini masih belum merata tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Sebagian besar
terpusat di wilayah Indonesia bagian barat, kemudian wilayah tengah dan di wilayah timur
belum tergelar Satuan Armed. Kemampuan Alutsista yang dimiliki Satuan Armed cukup
memadai dalam memberikan bantuan tembakan. Kondisi Alutsista yang dimiliki masih
menggunakan sistem manual dan membutuhkan sentuhan teknologi persenjataan yang
ada, seperti peningkatan jarak capai meriam, peningkatan kecepatan penembakan,
peningkatan akurasi penembakan, peningkatan daya hancur sasaran dan mobilitasnya.
Bila dibandingkan dengan beberapa negara tetangga, Alutsista Satuan Armed perlu
dimodernisasi dan pengadaan senjata yang memiliki seperti kemampuan di atas.
Persenjataan Satuan Armed masih menggunakan meriam caliber ringan seperti meriam
76 mm/Gun dan meriam 105 mm/ Tarik dan meriam 105 mm/GS.
Bila ditinjau dari perkembangan alutsista negara tetangga, bahwa perkembangan
teknologi persenjataan di Kawasan regional serta menguatnya kemampuan militer negara
tetangga yang secara signifi kan melebihi kemampuan pertahanan militer Negara
Indonesia telah melemahkan posisi tawar dalam ajang diplomasi internasional. Sebagai
perbandingan, kekuatan Alutsista Armed negara-negara tetangga antara lain: Malaysia.
Satuan Armed Negara Malaysia menggunakan meriam kaliber 105 dan 155 mm,
diantaranya: 130 pucuk meriam 105 mm M-56 Pack, 32 pucuk meriam 155 mm sebagai
Bantem taktis. Sedangkan kekuatan Bantem strategis Tentara Diraja Malaysia berupa
Roket Astros II 18 pucuk dengan jarak capai lebih dari 200 km. Singapura. Satuan Armed
Negara Singapura dilengkapi dengan Bantem taktis berupa meriam kaliber 105 mm 37
pucuk dan 160 pucuk meriam 155 mm dengan berbagai jenis. Sedangkan Bantem
strategisnya berupa 18 unit MLRS M142 (HIMARS) kaliber 227 mm yang dilengkapi 32
unit XM31 Unitary HE GMLRS Pod dengan kemampuan jarak capai maksimal 70.000
meter dan daya hancur massal di atas radius 10.000 m². Thailand. Satuan Armed Negara
Thailand menggunakan meriam kaliber 105 mm 321 pucuk dengan berbagai jenis
meriam, 15 pucuk kaliber 130 mm dan 211 pucuk kaliber 155 mm dengan berbagai jenis
serta MRL 130 mm sebagai Bantem taktisnya. Saat ini, sedang mengembangkan MBRL
(Multi Barel Rocket Launchers) DTI- 1. Australia. Australia menggunakan meriam kaliber
105 mm 234 pucuk berbagai jenis dan 36 pucuk meriam 155 mm M-198. Saat ini,
menggelar sistem pertahanan peluru kendali di Pine Gap meliputi rudal Joint Air to
Surface Stand off Missile (JASSM) dengan jarak capai 400 km mampu menembak ke
wilayah Indonesia, Rudal jelajah jenis KEPD dengan jarak capai 350 km dan Rudal anti
kapal selam SLAM-ER dengan jarak capai 250 km sebagai Bantem strategisnya.
`2

Tiongkok. Negara ini menggunakan Meriam GUN 120 mm 200 pucuk berbagai jenis,
14.000 pucuk yang terdiri dari meriam Towed berbagai jenis dan tipe. Self Propelled 1200
pucuk dengan berbagai jenis dan tipe sebagai Bantem taktis. Sedangkan Bantem
strategis menggunakan Rudal Balistik DF-5A Nuklir 260 pucuk, MLRS 2.400 pucuk dan
Artileri mobile 6.246 pucuk. 1
Dari uraian tentang latar belakang tersebut diatas maka dapat dirumuskan yang
menjadi pokok permasalahan dalam tulisan Paper ini perlu adanya pembahasan rumusan
permasalahan untuk melaksanakan modernisas Alutsista Armed guna mewujudkan
interoperabilitas dan pembangunan kekuatan pertahanan matra darat yang andal yaitu :
pertama, bagaimana pengadaan Alutsista skala prioritas ?, kedua, bagaimana
perimbangan Alutsista sendiri dihadapkan dengan perkembangan Alutsista negara
tetangga?, ketiga, bagaimana penataan gelar serta operasionalnya dihadapkan dengan
kondisi ancaman?, dan keempat bagaimana peningkatan pembangunan teknologi
Alutsista Armed .
Adapun maksud tulisan Paper ini adalah untuk memberikan gambaran kepada
komando atas tentang Konsep Interoperabilitas Dan Modernisasi Armed Guna
Mendukung Kecabangan Matra Darat yang andal di era Society 5.0., dengan tujuan agar
dapat memberikan sumbangan saran dan pemikiran kepada Pimpinan TNI AD dalam
merumuskan kebijakan lebih lanjut terkait dengan modernisasi Armed.

PEMBAHASAN.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka konsep Interoperabilitas dan
memodernisasi Alutsista Satuan Armed dalam mewujudkan pembangunan kekuatan
pertahanan yang andal harus dibangun secara profesional dalam bidangnya. Menurut TB
Silalahi bahwa militer profesional adalah well organized, well managed, well equiped well
paid (diorganisir, diatur, dilengkapi dan dibiayai dengan baik) sehingga terbentuknya
prajurit Armed yang profesional, efektif, efi sien dan modern. Sebagai jati diri TNI untuk
menjadi tentara profesional harus dilengkapi dengan peralatan militer secara baik.
Demikian pula dengan Korps Armed sebagai salah satu kecabangan TNI AD, agar dapat
melaksanakan tugas pokoknya dengan optimal serta diharapkan dapat memberikan
deterrent effect kepada negara lain maka Satuan Armed juga perlu memodernisasi
Alutsistanya. Dengan tetap mengacu kepada trend perkembangan perang, kondisi
geografis dan gelar Satuan Armed, kemampuan Alutsista Armed saat ini dan
perkembangan Alutsista negara tetangga, maka dimungkinkan modernisasi yang
1
Brigjen TNI Yudi Satriyono, S.H, Jurnal Modernisasi Armed, Yudhagama,, 2019.
`3

dilakukan mampu mendukung kelancaran tuntutan tugas pokok. Disisi lain, dapat
menjadikan sebuah power/kekuatan bagi Indonesia dalam hal ini TNI AD dalam menjaga
“stabilitas keamanan” di kawasan.
Teknologi Alutsista Armed diarahkan untuk mempermudah, mempercepat dan
menambah akurasi pemberian bantuan tembakan terhadap berbagai bentuk dan kekuatan
sasaran. Selaras dengan hal tersebut, maka pembangunan Satuan Armed yang modern
harus memenuhi kriteria pertimbangan sebagai berikut: pertama, peningkatan
kemampuan jarak capai meriam (extended range). Faktor kemampuan jarak capai
merupakan faktor utama dalam penentuan kemampuan meriam Armed. Semakin jauh
jarak capainya, maka akan posisi tawar dalam ajang diplomasi internasional. Sebagai
perbandingan, kekuatan Alutsista Armed negara-negara tetangga antara lain: Malaysia.
Satuan Armed Negara Malaysia menggunakan meriam kaliber 105 dan 155 mm,
diantaranya: 130 pucuk meriam 105 mm M-56 Pack, 32 pucuk meriam 155 mm sebagai
Bantem taktis. Sedangkan kekuatan Bantem strategis Tentara Diraja Malaysia berupa
Roket Astros II 18 pucuk dengan jarak capai lebih dari 200 km. Singapura. Satuan Armed
Negara Singapura dilengkapi dengan Bantem taktis berupa meriam kaliber 105 mm 37
pucuk dan 160 pucuk meriam 155 mm dengan berbagai jenis. Sedangkan Bantem
strategisnya berupa 18 unit MLRS M142 (HIMARS) kaliber 227 mm yang dilengkapi 32
unit XM31 Unitary HE GMLRS Pod dengan kemampuan jarak capai maksimal 70.000
meter dan daya hancur massal di atas radius 10.000 m². Thailand. Satuan Armed Negara
Thailand menggunakan meriam kaliber 105 mm 321 pucuk dengan berbagai jenis
meriam, 15 pucuk kaliber 130 mm dan 211 pucuk kaliber 155 mm dengan berbagai jenis
serta MRL 130 mm sebagai Bantem taktisnya. Saat ini, sedang mengembangkan MBRL
(Multi Barel Rocket Launchers) DTI- 1. Australia. Australia menggunakan meriam kaliber
105 mm 234 pucuk berbagai jenis dan 36 pucuk meriam 155 mm M-198. Saat ini,
menggelar sistem pertahanan peluru kendali di Pine Gap meliputi rudal Joint Air to
Surface Stand off Missile (JASSM) dengan jarak capai 400 km mampu menembak ke
wilayah Indonesia, Rudal jelajah jenis KEPD dengan jarak capai 350 km dan Rudal anti
kapal selam SLAM-ER dengan jarak capai 250 km sebagai Bantem strategisnya.
Tiongkok. Negara ini menggunakan meriam GUN 120 mm 200 pucuk berbagai jenis,
14.000 pucuk yang terdiri dari meriam Towed berbagai jenis dan tipe. Self Propelled 1200
pucuk dengan berbagai jenis dan tipe sebagai Bantem taktis. Sedangkan Bantem
strategis menggunakan Rudal Balistik DF-5A Nuklir 260 pucuk, MLRS 2.400 pucuk dan
Artileri mobile 6.246 pucuk. semakin tinggi nilai kemampuan meriam tersebut. Kedua,
peningkatan akurasi (high precision). Tujuannya untuk meminimalisasi kerugian non
`4

tempur (collateral damage) dengan Alutsista meriam yang memiliki CEP (Circular Error
Probability) kecil. Ketiga, peningkatan persentase daya hancur terhadap sasaran dengan
berbagai jenis dan karakteristik proyektil. Persentase daya hancur yang tinggi
berpengaruh besar terhadap efektivitas penggunaan sarana Bantem. Keempat,
peningkatan mobilitas deployment memudahkan dalam kegiatan taktis, operasional
maupun strategis (tactical, operational and strategic mobility). Dengan daya gerak yang
tinggi maka pelaksanaan taktik hit and run yang memungkinkan satuan-satuan Armed
menembak dengan cepat dan berpindah kedudukan untuk menghindari counter attack
musuh. Kelima, peningkatan interoperability Alutsista Armed dengan satuan manuver
lainnya. Interoperabilitas antar kecabangan dan angkatan mempengaruhi jalannya
pertempuran. Keenam, berkembangnya dimensi peperangan menuntut semua
persenjataan dapat beradaptasi dengan medan pertempuran yang mungkin akan
dihadapi. Dapatnya pelibatan dan penggunaan Alutsista Armed untuk pertempuran di
wilayah pemukiman/perkotaan (urban) maupun pertempuran jarak dekat seperti Operasi
Lawan Insurjensi maupun pertempuran kota.
Teori Era Society 5.0 berasal dari Jepang dan merupakan konsep tentang masa
depan masyarakat yang diharapkan akan datang setelah Era Society 4.0 (atau Industri
4.0). Society 5.0 diharapkan menjadi suatu masyarakat yang berfokus pada penerapan
teknologi yang lebih canggih dan cerdas untuk mengatasi berbagai masalah sosial dan
lingkungan. Society 5.0 didasarkan pada gagasan bahwa teknologi dapat digunakan untuk
memperbaiki kualitas hidup manusia, bukan hanya untuk meningkatkan efisiensi produksi
atau keuntungan ekonomi semata. Konsep ini menekankan pada pentingnya
keseimbangan antara kemajuan teknologi dan nilai-nilai kemanusiaan.
Modernisasi alat utama diharapkan mampu menjawab ancaman kedepan dan
menjamin perimbangan di kawasan. Alat utama Armed tersebut di Era Soicty 5.0. adalah:
1) Teknologi Multiple Launcher Rocket System (MLRS). Merupakan tipe peluncur
rudal/roket yang berbentuk Ranpur dengan jumlah laras yang banyak dan kaliber yang
beragam, mudah mobilisasi dan dapat menembakkan roket bersamaan sehingga dampak
kehancuran (Lethal impact) lebih besar. Dapat menembak secara independen (tidak
tergantung sistem Armed pada peninjau-Pibak-pucuk) serta mampu bergerak dan
menentukan posisi tidak tergantung pada tim Pengukuran medan (Kurmed). Melalui
teknologi ini dengan memiliki daya jangkau yang jauh serta daya hancur yang begitu
dahsyat membuat MLRS begitu spesial dikarenakan setiap roketnya terisi Improve
Submunition yang mampu menghancurkan daerah seluas sampai dengan 5,2 Ha dengan
waktu yang cukup singkat. 2) Teknologi meriam Armed GS (Self Propelled Artillery).
`5

Teknologi meriam GS dengan roda ban yang cepat dalam perpindahan dan mampu
melayani permintaan tembakan ketika bergerak serta memiliki adaptabilitas terhadap
cuaca dan medan geografis Indonesia. Meriam dengan teknologi modern ini memiliki jarak
capai tembakan sampai dengan 40 km. 3) Light Gun teknologi. Memiliki bobot ringan dan
berteknologi tinggi sehingga dapat diangkut mengunakan helikopter dan pesawat udara
untuk mendukung Operasi Mobud dan Operasi Linud.
Modernisasi Alutsista Armed saat ini sangat mendesak dihadapkan ancaman dan
kondisi geografis agar Satuan Armed mampu mendukung optimal semua operasi yang
dilakukan oleh TNI AD sebagai upaya mewujudkan kekuatan pertahanan negara.
Langkah-langkah Interoperabilitas dan modernisasi Alutsista Satuan Armed di Era
Society 5.0. yang harus dilakukan, sebagai berikut :
Pertama, pengadaan Alutsista skala prioritas. pengadaan Alutsista.
Keberadaan Satgas pengamanan perbatasan belum mampu mengamankan seluruh
wilayah Indonesia sehingga perlu pengadaan Alutsista Satuan Armed yang ditempatkan di
daerah flash point. Dengan demikian pengadaan Alutsista Armed dengan
mempertimbangkan sebagai berikut; 1) Pengadaan Alutsista skala prioritas. Dihadapkan
kondisi anggaran pertahanan yang terbatas maka pengadaan Alutsista menggunakan
skala prioritas di daerah rawan/perbatasan dikaitkan dengan kemungkinan ancaman dan
kondisi geografis Indonesia sehingga efektif dan efi sien memberikan daya tangkal. 2)
Mampu menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Pengadaan Alutsista Armed hendaknya
dengan mempertimbangkan kondisi geografis wilayah Indonesia dan kemungkinan
ancaman yang dihadapi. Disamping itu juga mempertimbangkan track record dari
Alutsista yang dibeli atau dengan istilah pengalaman perang dari negara yang
menggunakan. Sebagai contoh Negara Brazil dalam penggunaan Roketnya guna
melaksanakan pertahanan dan Negara Perancis dalam penggunaan meriam kaliber 155
mm GS di Lebanon guna melindungi pasukan manuver dan menetralisir serangan roket
Katyusha.
Kedua, perimbangan Alutsista sendiri dihadapkan dengan perkembangan
Alutsista negara tetangga. Perimbangan Alutsista di kawasan. Kondisi persenjataan dan
postur kekuatan militer negara tetangga yang ada di kawasan seperti Singapura,
Malaysia, Thailand, Tiongkok dan Australia, memiliki kemampuan Alutsista dari jenis
meriam kaliber ringan sampai dengan berat bahkan memiliki roket maupun rudal. Dalam
hal ini modernisasi Alutsista Armed perlu mempertimbangkan kondisi Alutsista negara
Kawasan baik dari segi kualitas, kemampuan, jarak capai maupun teknologi.
`6

Penambahan Alutsista Armed jenis Roket akan memberikan daya tangkal di kawasan,
karena memiliki daya hancur dan jarak tembak hingga 300 km.
Ketiga, penataan gelar serta operasionalnya dihadapkan dengan kondisi
ancaman. penataan gelar Satuan Armed. Penataan gelar dihadapkan dengan kondisi
ancaman dan kondisi geografi s dimana penataan gelar Satuan Armed saat ini masih
belum merata. Gelar Satuan Armed perlu penataan kembali agar mampu melaksanakan
tugas dengan optimal, mampu memberikan bantuan secepat mungkin dan diharapkan
mampu memberikan deterrent effect kepada negara tetangga, maka gelar Satuan Armed
sebagai berikut: 1) gelar Satuan Armed terpusat. Gelar Satuan Armed secara terpusat ini
dibawah komando Kostrad yang memiliki jenis kaliber varian setingkat Batalyon yaitu
kaliber 76 mm/105 mm, kaliber 155 mm GS dan Roket. 2) Gelar Satuan Armed tersebar.
Penataan gelar Satuan Armed tersebar di Kotama memiliki caliber campuran/komposit
yaitu kaliber 105 mm dan 155 mm sehingga perlu adanya validasi dan pembentukan
satuan Armed baru. 3) Gelar Satuan Armed di daerah rawan dan pulau terluar. Penataan
gelar disini lebih baik menggunakan Alutsista Armed yang mempunyai jarak capai jauh,
daya hancur dan mobilitas tinggi, seperti jenis Roket.
Keempat peningkatan pembangunan teknologi Alutsista Armed terutama
penggunaan Teknologi Digital dalam pengoperasionalan Alutsista. Dalam
pengoperasionalan Satuan Armed harus disesuaikan dengan ancaman/sasaran dan
tuntutan tugas yang dihadapi. Pelibatan dalam membantu satuan manuver, Satuan Armed
tidak hanya dioperasionalkan mulai tingkat Resimen sampai dengan Baterai namun dapat
dioperasionalkan setingkat seksi bahkan 1 pucuk dapat dioperasionalkan dengan tetap
berpedoman kesisteman persenjataan Armed tergantung dari tugas yang dihadapi.
Dihadapkan dengan trend perang saat ini bahwa musuh yang dihadapi bukan saja dalam
jumlah yang besar namun bisa kelompok kecil yang mempunyai nilai strategis.
Pengoperasionalan Satbak terkecil lebih efektif dalam melaksanakan operasi tersebut.
Disisi lain dalam pengoperasionalan Satuan Armed dikelompokkan menjadi empat
sebagai berikut: 1) Meriam ringan adalah meriam yang memiliki kaliber 76 dan 105 mm. 2)
Meriam sedang merupakan meriam yang memiliki kaliber 155 mm. 3) Meriam berat
merupakan meriam yang memiliki kaliber 210 mm. 4) Roket merupakan meriam yang
menggunakan roket.
Kelima, Interoperabilitas Satuan Armed dengan kecabangan lain. Satuan
Armed berbeda dengan satuan tempur TNI AD lainnya seperti Kavaleri, Infanteri,
merupakan satuan bantuan tempur (banpur) di Tentara Nasional Indonesia Angkatan
Darat. Pasukan ini menggunakan meriam sebagai bantuan tembakan jarak jauh dan
`7

perusakan wilayah musuh secara luas. Artileri Medan berada di bawah Pusat Kesenjataan
Artileri Medan (Pussenarmed). Dalam era Society 5.0. saat ini makna daya tempur akan
semakin kompleks, dimana kemenangan tentu saja akan di raih oleh pihak yang memiliki
keunggulan daya tempur relatif terhadap lawannya. Dalam konteks perang modern, daya
tempur dapat diartikan sebagai totalitas dari fungsi-fungsi pertempuran yang dimiliki oleh
sebuah militer secara terintegrasi satu sama lainnya. Sehingga dengan adanya
perubahan-perubahan Alutsista tersebut tentu akan berpengaruh terhadap perkembangan
doktrin dan taktik di setiap kecabangan, dimana harus ada revisi dan penyelarasan-
penyelarasan terhadap doktrin agar dapat dijadikan dasar atau pegangan untuk bisa
berbuat yang lebih jauh maupun taktik antara kecabangan satu dengan kecabangan
lainnya termasuk antar matra. Hal tersebut tentu saja akan dapat dicapai dengan adanya
latihan-latihan yang dilakukan baik intern satuan atau kecabangan itu sendiri ataupun
melaksanakan latihan-latihan gabungan antar kecabangan-kecabangan yang ada.
Jika dilaksanakan secara terpisah maka daya gempur kita saat ini belum bisa optimal,
sudah saatnya kita melaksanakan combined arms dan joint efforts. Untuk mencapai
interopobelitas Satuan Armed dengan kecabangan lain maka perlu dilakukan latihan
bersama antar kecabangan secara simultan dan terus menerus sehingga akan didapat
kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan dalam rangka memperoleh
kesempurnaan doktrin dan taktik kedepan. Faktor utama terbangunnya integrasi dan
sinergi antar kesenjataan/kecabanganTNI AD adalah komunikasi dan koordinasi yang
baik karena setiap satuan memiliki kemampuan dan batas kemampuan yang berbeda dan
semua juga memiliki peran dan fungsi yang berbeda pula, maka untuk itu harus ada
semangat yang saling melengkapi dan saling mendukung sehingga setiap satuan dapat
saling mendukung dan saling melengkapi satu dengan yang lainnya.

PENUTUP
Berdasarkan uraian diatas maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa tugas TNI
AD Era Society 5.0. di masa depan semakin kompleks. Satuan Armed sebagai salah satu
satuan di jajaran TNI AD senantiasa dibangun, dikembangkan dan dibina secara terus
menerus melalui pembinaan satuan dalam rangka menyiapkan satuan untuk mampu
melaksanakan tugas pokok. Pembangunan kekuatan pertahanan oleh TNI AD mutlak
harus dilaksanakan agar mampu melaksanakan tugas pokok yang diembannya. Dalam
realisasinya pembangunan tersebut termasuk didalamnya modernisasi Alutsista Armed
diarahkan guna tercapainya kekuatan pokok MEF dan mampu menjamin kepentingan
strategis bangsa. Oleh karenanya dalam rangka menghadapi tuntutan dan tantangan
`8

tugas yang semakin kompleks tersebut diperlukan adanya Konsep Interopetabilitas dan
Modernisasi Armed guna mendukung Kecabangan Matra Darat yang andal di Era Society
5.0. Dengan demikian modernisasi Alutsista Armed yang dilakukan nantinya mampu
menjawab tuntutan tugas dan mampu melindungi seluruh wilayah Indonesia dalam
mewujudkan kekuatan pertahanan matra darat yang andal.
Adapun saran dan masukan yang dapat diberikan agar “Konsep Interoperabilitas
dan Modrnisasi Armed guna mendukung Kecabangan Matra Darat yang andal di Era
Society 5.0.” dapat terwujud, antara lain : Pertama, Perlunya peningkatkan kemampuan
personel Armed di bidang penguasaan teknologi terutama teknolgi digital agar mampu
mengawaki dan mengoperasikan komputer serta penggunaan alutsista yang berbasis
teknologi; Kedua, Perlu adanya pengenalan alutsista baru kepada seluruh satuan Armed
yang ada di jajaran TNI AD yang dikemas melalui pembuatan brosur yang berisikan
spesifikasi alutsista Armed dihadapkan pada kemampuan dan batas kemampuan alutsita
Armed tersebut sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi para prajurit
Armed pada khususnya.

Bandung, Maret 2023


Ir. Asrul

DAFTAR PUSTAKA

1. Dian Akhmad Arifandi, Tri Legionosuko, Priyanto, Strategi Gelar Satuan Armed
dalam rangka menunjang Tugas Pokok TNI AD, Program Studi Strategi Pertahanan Darat
Universitas Pertahanan (arifandix@gmail.com).
2. Sgt. Erin Conway, Artikel on the US Army field artillery unit teams up with Air Force
for training, https://www.army.mil/article/262501/us_ army_field_ artillery_ unit_ teams_
up_with_air_force_for_training
3. L T. GEN. L ESLEY J. MCN AIR, Jurnal on the Battle Performance of Field Artillery,
U. S. FIELD ARTILLERY ASSOCIATION, WASHINGTON 6, D. C, https://tradocfcoeccaf
coepfwprod.blob.core.usgovcloudapi.net/fires-bulletin-archive/1943/ SEP_ 1943/ SEP_
1943_ FULL_EDITION.pdf
4. https://en.wikipedia.org/wiki/119th_Field_Artillery_Regiment
`9

5 Prof. Dr. Armaidy Armawi, M.Si.Jurnal tentang Eksistensi TNI dalam menghadapi
ancaman militer dan nir militer multidimensional di Era Milinial, Program Studi Ketahanan
Nasional Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2019.
6. Mayjen TNI Rizerius Eko Hadisancoko, S.E., S.AP., M.S, Artikel tentang
Pembangunan Postur Pertahanan Militer yang di arahkan pada pembangunan Minimum
Essensial Force (MEF) TNI menuju terwujudnya Postur TNI yang ideal, Direktur Jenderal
Strategi Pertahanan Kemhan.
7. https://kominfo.jatimprov.go.id/read/umum/alutsista-canggih-butuh-didukung-
postur-prajurit-ideal
8. https://tni.mil.id/view-219274-menarmed-2-kostrad-melaksanakan-kegiatan-latihan-
menembak-senjata-berat-terintegrasi-selama-tiga-hari.html

Anda mungkin juga menyukai