Anda di halaman 1dari 9

`0

Pertanyaan
1. Menurut pendapat anda Bagaimana penerapan hukum humaniter di dunia ?
berikan contoh 3 kasus !
Jawab :
Sebelum menjawab soal di atas perlu Pasis uraiakan tentang beberapa Pokok
terkait Hukum Humaniter di dunia :
Mahkamah Pidana Internasional : 1
a. Kesepakatan masyarakat Internasional membentuk Statuta Mahkamah
Pidana Internasional / ICC, bersifat permanen (Juni 1998)
b. Bertugas mengadili orang-orang yang oleh masyarakat internasional
dikategorikan melakukan kejahatan serius
c. ICC melaks fungsinya bila Mahkamah Nasional tidak dapat melaksanakan
fungsinya dengan (tidak mau /unwilling, tidak mampu / unable) utk mengadili
pelaku.
d. Yuridiksi ICC : Genosida, kejahatan Perang, kejahatan Agresi, kejahatan
Kemanusiaan.
Tindakan Genoside Pasal 6 Statuta adalah sebagai berikut :
a. Membunuh anggota kelompok.
b. Menyebabkan kerusakan tubuh atau mental yang serius pada anggota
kelompok.
c. Dengan sengaja menimbulkan kondisi kehidupan kelompok yang
diperhitungkan untuk menyebabkan kehancuran fisik secara keseluruhan atau
sebagian.
d. Tindakan memaksakan dengan maksud untuk mencegah kelahiran dalam
kelompok.
e. Secara paksa memindahkan anak-anak dari satu kelompok ke kelompok
lainnya.
Kejahatan Perikemanusiaan Pasal 7 Statuta adlh Serangan yg Meluas /
Sistematik Ditujukan secara Langsung terhadap Penduduk Sipil dengna Tujuan:
a. Pembunuhan;
b. Pemusnahan;
c. Perbudakan;
d. Menganiaya

1
Dikuti dari : Paparan Hukum Humaniter Internasional Oleh Kolonel Inf Agung Udayana S.E, Seskoad,
2023.
`1

e. Apartheid;
f. Pengusiran atau pemindahan penduduk;
g. Perampasan kemerdekaan/perampasan kebebasan fisik lain;
h. Memperkosa, perbudakan seksual, memaksa seorang menjadi
pelacur,menghamili secara paksa, sterilisasi secara paksa, dan bentuk kejahatan
seksual lainnya;
i. Penyiksaan terhadap kelompok berdasarkan alasan politik, ras, kebangsaan,
etnis, kebudayaan, agama, dan jenis kelamin (gender) sebagaimana diatur dalam
artikel 3 ICC ataupun dengan alasan-alasan lainnya yang secara umum diketahui
sebagai suatu alasan yang dilarang oleh hukum internasional;
j. Penghilangan seseorang secara paksa;
k. Perbuatan lainnya yang tak berperikemanusiaan yang dilakukan secara
sengaja sehingga mengakibatkan penderitaan dan luka parah, baik tubuh, mental,
maupun kesehatan fisiknya.
Kejahatan Perang terdapat dalam Pasal 8 Statuta. Kejahatan Perang terdapat
dalam Pasal 8 Statuta, yaitu mencakup pelanggaran berat sebagaimana yang
dimaksud dalam konvensi Jenewa dan pelanggaran serius lainnya terhadap hukum
dan kebiasaan perang yang diberlakukan pada sengketa bersenjata yang bersifat
internasional dan non-internasional.
Kejahatan Agresi pasal 5 (2) statuta. Mahkamah melaksanakan jurisdiksi atas
kejahatan agresi setelah suatu ketentuan disahkan sesuai dengan pasal 121 dan
123 yang mendefinisikan kejahatan dan menetapkan kondisi-kondisi di mana
Mahkamah menjalankan jurisdiksi berkenaan dengan kejahatan ini. Ketentuan
semacam itu harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan terkait dari Piagam PBB.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, bagaimana penerapan hukum humaniter


di dunia ? berikan contoh 3 kasus !, dapat dijelaskan sebagai berikut :
Hukum humaniter adalah seperangkat aturan dan prinsip yang mengatur
perlindungan korban konflik bersenjata, termasuk warga sipil dan personel militer yang
terluka atau tertangkap selama perang. Penerapan hukum humaniter di seluruh dunia
dapat bervariasi tergantung pada situasi masing-masing konflik, tetapi organisasi seperti
Komite Palang Merah Internasional (ICRC) bertindak sebagai penjaga dan pengawas
universal aturan-aturan ini. Berikut adalah tiga contoh penerapan hukum humaniter di
dunia:
`2

Contoh :
a. Konflik Suriah. Konflik Suriah telah memakan korban ribuan jiwa, termasuk
banyak warga sipil yang terluka atau tewas. ICRC telah memainkan peran penting
dalam memberikan bantuan medis dan kemanusiaan di wilayah yang terkena
dampak konflik. ICRC juga telah berusaha memastikan bahwa semua pihak yang
terlibat dalam konflik mematuhi aturan-aturan hukum humaniter yang berlaku,
termasuk perlindungan terhadap warga sipil, personel medis, dan fasilitas
kesehatan.
b. Konflik Israel-Palestina. Konflik Israel-Palestina telah berlangsung selama
bertahun-tahun dan telah melibatkan tindakan kekerasan yang merugikan warga
sipil dan personel medis. Penerapan hukum humaniter di sana telah menimbulkan
beberapa tantangan, terutama karena perbedaan pandangan tentang siapa yang
berhak menduduki tanah dan memerintah wilayah tersebut. Namun, ICRC tetap
bekerja untuk memastikan bahwa semua pihak yang terlibat dalam konflik
menghormati hak asasi manusia dan perlindungan terhadap warga sipil.
c. Konflik Darfur. Konflik di Darfur, Sudan, telah memakan korban ribuan jiwa
dan mengakibatkan jutaan orang kehilangan tempat tinggal dan penghidupan
mereka. ICRC telah berusaha untuk memberikan bantuan kemanusiaan kepada
korban konflik, serta memastikan bahwa aturan-aturan hukum humaniter dihormati
oleh semua pihak yang terlibat. Meskipun tantangan seperti penggunaan senjata
kimia dan kekerasan seksual membuat penerapan hukum humaniter sulit di Darfur,
organisasi seperti ICRC tetap berjuang untuk melindungi warga sipil yang terkena
dampak konflik.
`3

2. Menurut Pendapat anda Bagaimana strategi TNI untuk terhindar dari potensi
ancaman melanggar hukum humaniter ? Jelaskan !
Jawab :
Instrumen hukum internasional telah mengatur ketentuan mengenai pertahanan
yang terkait dengan permasalahan perang yang disebut dengan Hukum Humaniter
Internasional. Indonesia sendiri telah berupaya menangani persoalan survival bangsa ini
secara komprehensif. Upaya tersebut diimbangi dengan upaya membangun rasa
kebangsaan, sistem sosial, politik dan ekonomi untuk mengisi kemerdekaan tersebut.
Dalam membangun national security, bangsa ini telah mengembangkan Sistem
Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta (Sishankamrata), Wawasan Nusantara
(Wanus) dan Ketahanan Nasional. Perlindungan hukum bagi penduduk sipil pada saat
konflik bersenjata dalam instrumen hukum internasional diatur dalam ketentuan yang
disebut Hukum Humaniter Internasional. Hukum humaniter tersebut dikodifikasi ke dalam
Pertama, Hukum Den Haag. Kedua, Hukum Jenewa. Perlindungan penduduk sipil diatur
tersendiri dalam Konvensi IV Jenewa. ketiga, Instrumen Hukum Internasional lainnya
yakni ketentuan diluar dari ketentuan Hukum Den Haag maupun Hukum Jenewa.
Sedangkan, perlindungan hukum bagi penduduk sipil pada saat konflik bersenjata
berdasarkan Sistem Pertahanan Negara di Indonesia mengacu kepada ketentuan
perlindungan terhadap hak asasi manusia (HAM) secara umum yang diatur di dalam
Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang Nomor 56 Tahun 1999 tentang Rakyat
Terlatih, Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1997 tentang Mobilisasi dan Demobilisasi,
serta Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara. 2
Atas dasar uraian tersebut di atas sebagai institusi militer (TNI) yang bertanggung
jawab untuk melindungi keamanan dan kedaulatan negara, TNI memiliki kewajiban untuk
mematuhi hukum humaniter dalam pelaksanaan tugasnya. Berikut adalah beberapa
strategi yang dilakukan TNI untuk terhindar dari potensi ancaman melanggar hukum
humaniter:
a. Pelatihan dan Pendidikan
TNI memberikan pelatihan dan pendidikan yang berkaitan dengan hukum
humaniter kepada seluruh personelnya, termasuk dalam proses rekrutmen dan
seleksi. Pelatihan dan pendidikan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan
pemahaman personel tentang aturan-aturan hukum humaniter yang berlaku selama
operasi militer.
2
Herman Suryokumoro, Ikaningtyas, Jurnal tentang Perlindungan Penduduk Sipil Saat Terjadi Konflik
Bersenjata Berdasarkan Hukum Humaniter Internasional dan Hukum Pertahanan Indonesia, Fakultas
Hukum Universitas Brawijaya, hermans-fh@ub.ac.id, 12-12-2020.
`4

b. Perencanaan Operasi Militer


TNI merencanakan operasi militer dengan mempertimbangkan faktor-faktor
yang terkait dengan hukum humaniter. Selama perencanaan, TNI memperhatikan
aspek-aspek seperti perlindungan terhadap warga sipil, kegiatan non-kombat, dan
penanganan tahanan perang untuk memastikan bahwa operasi militer dilaksanakan
sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku.
c. Pengawasan dan Pemeriksaan Internal
TNI melakukan pengawasan dan pemeriksaan internal terhadap personelnya
untuk memastikan bahwa mereka mematuhi aturan-aturan hukum humaniter
selama pelaksanaan tugas. Hal ini meliputi pengawasan atas perlakuan terhadap
tahanan perang, penanganan korban perang, dan tindakan yang dilakukan selama
operasi militer.
d. Kolaborasi dengan Organisasi Internasional
TNI bekerja sama dengan organisasi internasional seperti ICRC dan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk memperoleh pemahaman dan panduan
terkait dengan hukum humaniter. Kolaborasi ini juga dilakukan untuk memastikan
bahwa TNI mematuhi aturan-aturan hukum humaniter yang berlaku dalam situasi-
situasi tertentu, seperti dalam operasi perdamaian PBB.

Dengan mengimplementasikan strategi-strategi tersebut, TNI berupaya untuk


terhindar dari potensi ancaman melanggar hukum humaniter dalam pelaksanaan
tugasnya. Namun demikian, implementasi hukum humaniter dalam konflik bersenjata
sering kali sangat kompleks dan memerlukan koordinasi dan kerjasama yang erat antara
TNI dan berbagai pihak terkait.
`5

3. Menurut Pendapat anda Bagaimana hukum humaniter memandang kejahatan


penjajahan masa lalu dan teorisme ? Jelaskan
Jawab :
Dasar hukum humaniter tentang penjajahan masa lalu dapat ditemukan dalam
berbagai instrumen hukum internasional, termasuk Konvensi Jenewa 1949 dan Protokol
Tambahan I dan II dari 1977. Dalam konteks penjajahan masa lalu, hukum humaniter
menetapkan norma-norma yang mengatur perlindungan terhadap populasi yang diduduki
atau dijajah oleh kekuatan asing.
Berdasarkan uraian diatas, bagaimana hukum humaniter memandang
kejahatan penjajahan masa lalu dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Hukum humaniter (hukum perang internasional) memandang kejahatan
penjajahan masa lalu sebagai pelanggaran terhadap hak asasi manusia dan
norma-norma kemanusiaan yang melindungi warga sipil dan korban perang. Dalam
konteks hukum internasional, kejahatan penjajahan biasanya mengacu pada
tindakan kekerasan dan penindasan yang dilakukan oleh suatu negara terhadap
wilayah atau negara lainnya yang diduduki.
b. Secara historis, kejahatan penjajahan telah diatur dalam berbagai instrumen
hukum internasional, termasuk Konvensi Jenewa 1949 dan Protokol Tambahan I
dan II dari 1977, Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi
Rasial (ICERD), serta Konvensi tentang Pencegahan dan Penghukuman Kejahatan
Genosida.
c. Dalam perspektif hukum humaniter, kejahatan penjajahan dapat mencakup
tindakan seperti penghilangan paksa, penyiksaan, pelecehan seksual, dan
pembunuhan massal, serta tindakan yang merugikan kesehatan, kehormatan, dan
martabat manusia. Karena pelanggaran ini melanggar hak-hak asasi manusia dan
norma-norma kemanusiaan, maka pelakunya dapat dihukum oleh pengadilan
internasional atau pengadilan nasional yang memiliki yurisdiksi atas kasus tersebut.
d. Dalam situasi penjajahan, hukum humaniter mengharuskan kekuatan
penjajah untuk memperlakukan populasi yang diduduki secara manusiawi dan
dengan rasa hormat terhadap hukum dan kebudayaan mereka. Kekuatan penjajah
juga dilarang melakukan tindakan kekerasan, perampasan hak-hak sipil dan politik,
serta pemaksaan budaya dan agama.
e. Selain itu, dalam menangani kejahatan penjajahan masa lalu, terdapat pula
pengadilan internasional yang bertugas menangani kejahatan internasional, seperti
Mahkamah Internasional dan Mahkamah Kejahatan Internasional (International
`6

Criminal Court/ICC), yang memiliki yurisdiksi untuk memproses kasus kejahatan


penjajahan masa lalu. Beberapa instrumen hukum internasional yang terkait
dengan penjajahan masa lalu antara lain Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia
(UDHR), Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial
(ICERD), dan Konvensi tentang Pencegahan dan Penghukuman Kejahatan
Genosida.
f. Namun, penting untuk dicatat bahwa hukum humaniter sering kali berbicara
tentang perlindungan untuk masa konflik atau perang, dan tidak selalu secara
eksplisit membahas tindakan kejahatan penjajahan masa lalu. Oleh karena itu,
upaya untuk mengejar keadilan bagi korban kejahatan penjajahan masa lalu dapat
memerlukan interpretasi hukum yang lebih luas dan kompleks dari pengadilan
internasional atau nasional.

Perkembangan terorisme yang cepat yang tidak lagi hanya bersumber dari dalam
negeri namun telah menjelma menjadi kejahatan transnasional yang memiliki jejaring dan
sumber daya dari berbagai negara menyebabkan penanganan terorisme tidak lagi dapat
hanya mengandalkan pendekatan keamanan negara. Oleh karena itu pendekatan hukum
humaniter internasional sangat mendesak diterapkan untuk mengurangi penderitaan yang
tidak semestinya dari umat manusia. Dalam hal ini, hukum humaniter internasional
merupakan suatu instrument kebijakan dan sekaligus pedoman teknis yang dapat
digunakan oleh semua aktor internasional untuk mengatasi isu internasional berkaitan
dengan kerugian dan korban perang. 3
Berdasarkan uraian tersebut diatas, bagaimana hukum humaniter
memandang kejahatan Terorisme dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Hukum humaniter (hukum perang internasional) memandang kejahatan
terorisme sebagai tindakan kekerasan yang dilakukan terhadap warga sipil dan
non-kombatan dalam situasi konflik bersenjata atau di luar situasi konflik
bersenjata. Tindakan terorisme dapat merujuk pada serangan terhadap fasilitas
publik, tempat ibadah, transportasi umum, atau wilayah sipil lainnya, yang bertujuan
untuk menimbulkan ketakutan dan memaksakan kehendak tertentu.
b. Kejahatan terorisme melanggar norma-norma hukum humaniter karena
menargetkan warga sipil yang tidak terlibat dalam konflik dan bertujuan untuk
menciptakan ketakutan dan kepanikan yang meluas di antara populasi sipil.

3
Markus H Simarmata, Jurnal tentang Pentingnya Prinsip-Prinsip Hukum Humaniter Dalam Undang-
Undang Tindak Pidana Terorisme, Jurnal LEGISLASI INDONESIA Vol 15 No.2 - Juli 2018 : 119 – 128.
`7

Menurut hukum humaniter, tindakan terorisme dianggap sebagai pelanggaran


serius terhadap hak asasi manusia dan norma-norma kemanusiaan, dan pelakunya
dapat dianggap sebagai penjahat perang yang harus diadili dan dihukum sesuai
dengan hukum.
c. Upaya internasional dalam menangani tindakan terorisme melibatkan
berbagai instrumen hukum internasional, seperti Konvensi Internasional untuk
Penghapusan Pembiayaan Terorisme, Konvensi Internasional untuk
Pemberantasan Tindakan Terorisme, serta Protokol Tambahan II dari Konvensi
Jenewa yang melindungi warga sipil terhadap serangan yang dilakukan tanpa
diskriminasi.
d. Namun, perlu dicatat bahwa terdapat debat mengenai definisi dan klasifikasi
tindakan terorisme, terutama dalam konteks politik. Beberapa kelompok
masyarakat dan negara sering kali menuduh tindakan terorisme sebagai bentuk
perjuangan politik atau pembebasan nasional. Oleh karena itu, dalam mengejar
keadilan bagi korban terorisme, diperlukan interpretasi hukum yang tepat dan
komprehensif untuk menjamin keadilan bagi semua pihak yang terlibat.

Dasar hukum Humaniter Kejahatan Teorisme adalah :


a. Dasar hukum humaniter pada kejahatan terorisme terdapat dalam Konvensi
Internasional tentang Pemberantasan Pembiayaan Terorisme yang disetujui oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1999. Konvensi ini menetapkan bahwa
pembiayaan terorisme merupakan kejahatan yang harus diperlakukan serius oleh
negara-negara yang menandatanganinya.
b. Selain itu, terdapat pula Konvensi Internasional untuk Pemberantasan
Tindak Pidana Terorisme yang disahkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa pada
tahun 2000. Konvensi ini menetapkan bahwa tindak pidana terorisme harus
dianggap sebagai kejahatan serius yang melanggar hukum internasional dan harus
diperlakukan dengan tegas oleh negara-negara yang menandatanganinya.
c. Pada tingkat nasional, setiap negara memiliki hukum dan peraturan yang
mengatur pencegahan dan penindakan terhadap tindak pidana terorisme. Misalnya,
di Indonesia, terdapat Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2018 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme yang mengatur berbagai aspek terkait
pencegahan, penindakan, dan penanggulangan terorisme.
d. Dalam hal ini, hukum humaniter berperan penting untuk memastikan bahwa
upaya penindakan terhadap kejahatan terorisme dilakukan secara adil dan sesuai
`8

dengan prinsip-prinsip hak asasi manusia. Hukum humaniter juga menjamin


perlindungan terhadap warga sipil dan tahanan yang terkait dengan kasus
terorisme.

DAFTAR PUSTAKA

1. Naskah Hanjar BK. HAM, 30 Desember 2022.


2. Maya Puspita Maharani, Jurnal tentang Pelaksanaan Sosialisasi Ketentuan Hukum
Humaniter Internasional di Lingkungan Prajurit TNI AD Batalyon Infanteri Litas Udara
501/Bajra Yudha, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Universitas
Brawijaya, Fakultas hukum, Malang, 2015.
3. Herman Suryokumoro, Ikaningtyas, Jurnal tentang Perlindungan Penduduk Sipil
Saat Terjadi Konflik Bersenjata Berdasarkan Hukum Humaniter Internasional dan Hukum
Pertahanan Indonesia, Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, hermans-fh@ub.ac.id, 12-
12-2020.
4. Markus H Simarmata, Jurnal tentang Pentingnya Prinsip-Prinsip Hukum Humaniter
Dalam Undang-Undang Tindak Pidana Terorisme, Jurnal LEGISLASI INDONESIA Vol 15
No.2 - Juli 2018 : 119 – 128.
5. Nils Melzer, Hukum Humaniter Internasional sebuah Pengantar Komprehensif,
International Committe of the Red Cross, Jl. Iskandarsyah 1 No. 14, Kebayoran Baru,
Jakarta Selatan 12160, November 2019.

Ir. Asrul

Anda mungkin juga menyukai