Anda di halaman 1dari 11

0

Pertanyaan.
1. Jelaskan asal-usul konflik Laut Natuna / Laut Cina Selatan, keadaan saat ini,
kegiatan lain yang dilakukan Cina untuk memperluas pengaruh regional dan global
mereka dan dampaknya terhadap keamanan baik regional maupun global ?
Jawab :
Asal usul konflik Laut Natuna / Laut Cina Selatan, keadaan saat ini dapat
dijelaskan sebagai berikut :
Pulau Natuna berada di Provinsi Kepulauan Riau dan berada dekat dengan Laut
China Selatan. Kawasan tersebut sampai saat ini menjadi sumber konflik antara
kedaulatan Indonesia dengan China. Natuna terdiri dari tujuh pulau dengan Ibu Kota di
Ranai. Pada 1957, Kepulauan Natuna masuk dalam wilayah Kerajaan Pattani dan
Kerajaan Johor di Malaysia. Namun pada abad ke-19, Kepulauan Natuna akhirnya masuk
ke dalam kepenguasaan Kedaulatan Riau dan menjadi wilayah dari Kesultanan Riau.
Natuna keadaan saat ini masih menjadi jalur strategis dari pelayaran internasional.
Setelah Indonesia merdeka, delegasi dari Riau ikut menyerahkan kedaulatan pada
Republik Indonesia yang berpusat di Pulau Jawa. Pada 18 Mei 1956, pemerintah
Indonesia resmi mendaftarkan Kepulauan Natuna sebagai wilayah kedaulatan ke
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Asal usul Konflik Laut Natuna / Laut Cina Selatan
Berada di kawasan dengan sumber daya alam melimpah dan berbatasan langsung
dengan laut bebas membuat Natuna menjadi incaran banyak negara tetangga.
Kontraversi diawali dari Malaysia yang menyatakan bahwa Natuna secara sah seharusnya
milik Malaysia. Namun untuk menghindari konflik panjang, pada era konfrontasi 1962-
1966 Malaysia tidak menggugat status Natuna. Lepas dari konflik tersebut, Indonesia
membangun berbagai infrastruktur di kepulauan seluas 3.420 kilometer persegi. Etnis
Melayu menjadi penduduk mayoritas di Natuna, mencapai sekitar 85 persen. Suku Jawa
sekitar 6,34 persen dan etnis Tionghoa sekitar 2,52 persen
Selepas kofrontasi Indonesia-Malaysia, sentimen anti China di kawasan Natuna
muncul. Dari 5.000-6.000 orang, tersisa 1.000 orang etnis China. Kemudian muncul
slentingan warga keturunan Tionghoa menghubungi Presiden China saat itu, Deng
Xiaoping untuk mendukung kemerdekaan Natuna. Meski banyak pihak yang memaksa
merebut Natuna, secara Hukum Internasional, negosiasi yang dibangun China tidak
dapat dibuktikan sampai saat ini. Pada 2009 secara nyata China melanggar Sembilan
Titik ditarik dari Pulau Spartly ditengah Laut China Selatan, lalu diklaim sebagai wilayah
Zona Ekonomi Eksklusifnya. Saat itu Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang
1

Yudhoyono memprotes langkah China melalui Komisi Landas Kontinen PBB. Di mana
garis putus-putus yang diklaim China sebagai Pembaharuan peta 1947 membuat
pemerintah Indonesia atas negara-negara yang berkonflik akibat Laut China Selatan.
Klaim yang membuat repot negara-negara tetangga ternyata dipicu dari kebijakan
pemerintahan Partai Kuomintang (saat itu di Taiwan). Bahwa wilayah China mencapai 90
persen Laut China Selatan. Meski saat itu China tidak pernah menyinggung isu Natuna
dihadapan PBB, sejak 1996 Indonesia telah mengerahkan lebih dari 20.000 personil TNI
untuk menjaga Natuna yang memiliki cadangan gas terbesar di Asia. Memasuki era
Presiden Joko Widodo, pihaknya kembali menegaskan dengan keras, bahwa Sembilan
Titik yang diklaim China tidak memiliki dasar hukum internasional apa pun. Bahkan dikutip
dari Surat Kabar Jepang Yomiuri Shimbun, Presiden Joko Widodo mengatakan China
perlu hati-hati dalam menentukan peta perbatasan lautnya. Indonesia salah satu negara
yang terancam dirugikan akibat Sembilan Titik yang digambar China. Menurut Kementrian
Luar Negeri, klaim China atas Natuna telah melanggar Zona Ekonomi Eksklusif milik
Indonesia. Posisi Natuna sangat jauh dari China. Natuna justru berdekatan dengan batas
Vietnam dan Malaysia. Sehingga tidak masuk akal jika China mengklaim Natuna masuk
wilahnya.
Sampai saat ini Natuna masih menjadi sasaran negara-negara asing untuk berlayar
masuk ke wilayah tersebut. Bahkan Indonesia beberapa kali masih menangkap kapal-
kapal asing yang masuk ke Natuna. Dilansir dari Kompas.com kapal penangkap ikan dan
coast guard China diduga melakukan pelanggaran Zona Ekonomi Eksklusif dengan
memasuki Perairan Natuna pada 31 Desember 2019. Mereka juga melakukan
pelanggaran ZEE seperti melakukan praktik illegal, Unreported and Unregulated (IUU)
Fishing di wilayan tertitori Indonesia. Pemerintah Indonesia melalui Menteri Luar Negeri
Retno Masudi meminta China untuk patuh terhadap ketentuan yang telah ditetapkan
UNCLOS 1982 tentang batas teritori. Selain itu kementrian Luar Negeri telah mengirimkan
nota protes resmi dan memanggil Dubes China untuk Indonesia di Jakarta.
Keberadaan Natuna dilihat dari hukum
Landas Kontinen suatu negara pantai meliputi dasar laut dan tanah di bawahnya
dari daerah di bawah permukaan laut yang terletak di luar teritorial. Teritorial yang
dimaksud adalah sepanjang 200 mil laut dari garis pangkal. Landas Kontinen negara
pantai tidak boleh melebihi batas-batas yang sudah diatur dalam Pasal 76 ayat 4 hingga 6.
Salah satu masalah penting dari klaim China adalah garis demarkasi. Tidak ada peta yang
bisa menunjukkan seperti apa bentuk garis tersebut. Pasalnya tidak ada penjelasan dari
pihak China. Sembilan Titik atau Nine Dash Line China tidak bisa disahkan sebagai
2

perbatasan teritorial karena tidak sesuai dengan hukum internasional. Dalam hukum
internasional mengatakan bahwa perbatasan teritorial harus stabil dan terdefinisi dengan
baik. Sembilan Titik yang dibuat China tidak stabil karena dari 11 menjadi sembilan garis
tanpa alasan. Kemudian tidak ada definisi secara jelas dan kuat. Selain itu tidak memiliki
koordinat geografis dan tidak menjelaskan bentuk bila semua garis dihubungkan. 1

Dampaknya terhadap keamanan baik regional maupun global


Konflik Laut Cina Selatan telah menghadirkan kompetisi antarbangsa, yang
cenderung mengarah pada perebutan pengaruh. Persaingan ini berdampak tak sebatas
global tapi juga regional kawasan ASEAN dan nasional. Ketegangan dan konflik di
Laut China Selatan juga tidak hanya terjadi diantara beberapa negara ASEAN yang batas
lautnya saling berhimpitan, tetapi juga terjadi dengan China yang turut mengklaim wilayah
Laut China Selatan dan Amerika Serikat yang turut memiliki kepentingan ekonomi dan
politik atas wilayah ini. Potensi konflik terbuka telah mendorong negara-negara untuk
mengoptimalkan hubungan sipil-militer negaranya dalam menjaga kedaulatan laut.
Peningkatan eskalasi sengketa Laut China Selatan akan berdampak pada
terancamnya perdamaian dan stabilitas kawasan keamanan baik regional maupun global
serta akan memberikan implikasi politik yang signifikan terhadap Indonesia. Implikasi
tersebut pada satu sisi adalah Indonesia akan terjepit dalam pertarungan kepentingan
kekuatan besar di kawasan, yaitu Amerika Serikat versus China. Apabila Indonesia
bersama negara-negara ASEAN lainnya tidak mampu menata sengketa di perairan itu
secara damai, akan berkontribusi negatif terhadap keamanan nasional Indonesia.
Sengketa Laut China Selatan yang bertransformasi menjadi konflik akan menyerap
sumber daya nasional Indonesia yang tidak sedikit guna mengamankan kepentingan
nasionalnya, termasuk menyangkut stabilitas kawasan pada ranah diplomatik.
Selain negara Indonesia yang terlibat dan memiliki kepentingan terhadap konflik
wilayah perairan Laut China Selatan, terdapat juga negara yang memiliki kepentingan
terhadap konflik tersebut. Salah satu dampak global adalah negara Adidaya atau
Super Power Amerika Serikat. Setelah adanya konflik tersebut, Amerika turut serta
menjadi jembatan dalam berbagai dialog antar negara yang berselisih mengenai
perebutan wilayah Laut China Selatan tersebut. Meskipun Amerika Serikat tidak memiliki
singgungan wilayah dengan wilayah Laut China Selatan, tetapi mereka merasa perlu ikut
serta menjaga kestabilan keamanan di dunia karena mereka merupakan negara Adidaya.

1
https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/04/180000169/sejarah-konflik-natuna-dan-upaya-
indonesia?page=all, Diakses : 04/03/2023.
3

Namun banyak juga yang menganggap bahwa sebenarnya Amerika memiliki kepentingan
tersembunyi di balik langkah yang diambil terhadap konflik tersebut. Hal ini berdampak
pada keamanan regional maupun global.

2. Jelaskan sikap masing-masing negara anggota ASEAN, khususnya Indonesia, dan


negara-nagara atau blok lain yang berkepentingan terhadap konflik Laut Natuna/Laut Cina
Selatan! Kenapa saat ini tidak ada kemajuan menuju resolusi dan apa peran ASEAN,
dalam menyelesaikan konflik ini ?
Jawab :
Sikap masing-masing negara anggota ASEAN, khususnya Indonesia, dan
negara-nagara atau blok lain yang berkepentingan terhadap konflik Laut
Natuna/Laut Cina Selatan dapat dijelaskan sebagai berikut :
Sikap Pemerintah Indonesia tetap melakukan beberapa upaya diplomatik dengan
China, agar sengketa Laut China Selatan tidak meluas sampai ke Natuna. Kedua belah
pihak sudah sepakat mengedepankan diplomasi dengan mengimplementasikan
Declaration on the Conduct of Parties in the South China Sea (DOC). Selain itu, Indonesia
juga sudah mengusulkan zero draft code of conduct South China Sea yang bisa dijadikan
senjata bagi diplomasi Indonesia. Tiga poin tersebut, yaitu: Menciptakan rasa saling
percaya. Mencegah terjadinya insiden. Mengelola insiden, jika memang insiden terjadi dan
tidak dapat dihindari.
Sikap masing-masing negara anggota ASEAN
Keterlibatan negara anggota ASEAN, Indonesia bersama ASEAN serta China
dalam upaya menyelesaikan masalah Laut China Selatan dengan terciptanya Declaration
on the Conduct of Parties in the South China Sea pada tahun 2002 dianggap sebagai
salah satu implementasi Doktrin Natalegawa. ASEAN juga mengupayakan perubahan
DOC menjadi Code of Conduct (COC) sehingga kesepakatan perjanjian konstruktif terkait
sengketa wilayah tersebut bisa mengikat masing-masing pihak. ASEAN juga
memaksimalkan fungsi mekanisme kerja lembaga internalnya yang telah disepakati
khususnya di bidang maritim dan implementasi di lapangan. ASEAN memperkuat upaya
kerja sama bilateral secara berkelanjutan untuk tujuan pemanfaatan bersama dalam
potensi sumber daya alam di wilayah sengketa baik antara sesama anggota ASEAN
maupun yang sedang bersengketa.
4

Kenapa saat ini tidak ada kemajuan menuju resolusi, hal ini disebabkan
karena :
a. Laut Cina Selatan merupakan salah satu komoditas politik internasional
dalam kerangka politik kekuatan bagi setiap negara yang berusaha meningkatkan
posisi kekuatannya terhadap negara-negara saingannya, sehingga negara-negara
tersebut berusaha mempertahankan hegemoni-nya untuk merebut pengaruh di
kawasan agar tetap dapat memanfaatkan potensi yang ada di sepanjang tepian
“pasifik”.
b. Dengan berakhirnya perang dingin, berubahnya sistem internasional menjadi
multipolar, menciptakan kesulitan-kesulitan baru dalam menghadapi kekuatan dan
ancaman luar yang semakin sulit ditebak. ASEAN sebagai organisasi kawasan Asia
Tenggara tidak dapat lagi melihat persolaan dan ancaman terbatas satu kawasan
saja. Tetapi harus lebih dapat menangkap segala keadaan yang mengancam yang
dapat datang dari manapun, termasuk dari kawasan yang lebuh luas, seperti Asia
Pasifik.
c. Perubahan sistem internasional yang menciptakan konsep-konsep
keamanan baru tersebut melatarbelakangi ASEAN untuk mengambil bagian dalam
penyelesaian konflik di Laut Cina Selatan, disamping beberapa pertimbangan dan
kepentingan-kepentingan ASEAN lainnya. Signifikansi konflik Laut Cina Selatan
bagi ASEAN, secara singkat dapat duraikan sebagai berikut:
1) Kepentingan ASEAN dalam menjaga stabilitas hubungan negara-
negara anggotanya, khususnya yang terlibat langsung dalam konflik Laut
Cina Selatan (Malaysia, Vietnam, Filipina, dan Brunei Darusalam).
2) Laut Cina Selatan merupakan wilayah yang strategis. Sehingga
kawasan ini sangat potensial untuk menjadi pangkalan militer dari negara-
negara yang akan meluaskan pengaruhnya di Asia Tenggara. Kemungkinan
tersebut merupakan ancaman yang haruas diperhatikan ASEAN dalam
mempertahankan keamanan regional.
3) Masalah ekonomis. Laut Cina Selatan memiliki potensi besar baik dari
sumber daya mineral, perikanan bahkan minyak dan gas bumi.
Dari urain tersebut, maka sampai saat ini tidak ada kemajuan menuju resolusi
karena besarnya potensi konflik yang ada di kawasan laut Cina Selatan, dan pengaruhnya
yang juga besar terhadap stabilitas kawasan Asia Tenggara, memaksa ASEAN untuk
berfikir lebih serius menjaga segala kemungkinan gangguan keamanan yang datang.
Konflik Laut Cina Selatan juga merupakan wahana bagi ASEAN untuk mempertegas
5

eksistensinya sebagai organisasi regional yang solid dan masih berfungsi sebagaimana
mestinya.
Peran ASEAN dalam menyelesaian Konflik ini.
Peran ASEAN dalam menyelesaikan konflik ini dengan mengupayakan perubahan
DOC menjadi Code of Conduct (COC) sehingga kesepakatan perjanjian konstruktif terkait
sengketa wilayah tersebut bisa mengikat masing-masing pihak. ASEAN juga
memaksimalkan fungsi mekanisme kerja lembaga internalnya yang telah disepakati
khususnya di bidang maritim dan implementasi di lapangan. ASEAN memperkuat upaya
kerja sama bilateral secara berkelanjutan untuk tujuan pemanfaatan bersama dalam
potensi sumber daya alam di wilayah sengketa baik antara sesama anggota ASEAN
maupun yang sedang bersengketa. Keterlibatan negara anggota ASEAN, Indonesia
bersama ASEAN serta China dalam upaya menyelesaikan masalah Laut China Selatan
dengan terciptanya Declaration on the Conduct of Parties in the South China Sea pada
tahun 2002 dianggap sebagai salah satu implementasi Doktrin Natalegawa.

3. Apa yang Anda lihat terjadi dalam 5 tahun ke depan sehubungan dengan masalah
Laut Natuna/Laut Cina Selatan? Apa tindakan dan tanggapan yang paling mungkin
dilakukan oleh pemangku kepentingan utama. Apa saja yang menjadi pemicu-pemicu
tindakan dan apa garis merah untuk tanggapan masing-masing negara ?
Jawab :
Yang Pasis lihat terjadi dalam 5 tahun ke depan sehubungan dengan masalah Laut
Natuna/Laut Cina Selatan, bahwa Kabupaten Natuna khususnya Laut Natuna sebagai
beranda depan negara, menjadi perhatian khusus bagi pemerintah. Sehingga isu
ancaman terhadap kedaulatan dan hak berdaulat NKRI di Laut Natuna Utara menjadi isu
strategis yang sangat menonjol.
Perkembangan konflik di Laut China Selatan masih terus berlanjut 5 tahun ke
depan antara China dengan negara-negara yang bersengketa. Indonesia berada pada
posisi tidak menjadi bagian dari konflik tersebut, namun demikian, Indonesia memiliki
wilayah kedaulatan dan yurisdiksi di Laut Natuna Utara, sehingga sangat berkepentingan
terhadap keamanan di wilayah tersebut. Kepentingan Indonesia mencakup keutuhan
wilayah, stabilitas kawasan dan kepentingan ekonomi. Kepentingan keutuhan wilayah
terkait kekhawatiran atas klaim nine dash line di Laut China selatan menyentuh klaim
Indonesia di wilayah yurisdiksi yang saat ini sedang proses perundingan dengan Vietnam.
Di mana konflik tersebut dapat berdampak terhadap stabilitas keamanan Indonesia di Laut
6

Natuna Utara dan kawasan, sementara kepentingan ekonomi Indonesia menyangkut hak
berdaulat atas sumber daya alam di Zona Ekonomi Ekslusif dan Landas Kontinen. Oleh
sebab itu perlu diwaspadai adanya ancaman kejahatan transnasional yang berpotensi
masuk melalui perbatasan negara, dan ancaman terhadap kedaulatan dan hak berdaulat
negara di wilayah yurisdiksi Indonesia. Pengendalian keamanan mutlak dilakukan di
wilayah Laut Natuna Utara melalui peningkatan patroli pengaman laut terpadu dan
penguatan kerjasama antar negara dalam rangka menjaga stabilitas keamanan laut dan
kawasan.

Apa tindakan dan tanggapan yang paling mungkin dilakukan oleh pemangku
kepentingan utama :
a. Tindakan yang paling mungkin dilakukan oleh pemangku kepentingan utama
adalah upaya Indonesia sebagai salah satu negara anggota ASEAN untuk
menentukan perebutan wilayah Laut Cina Selatan atas kasus kasus yang terjadi,
maka yang dilakukan Indonesia selain dalam hal melakukan pengamanan dalam
hal militer Indonesia juga turut berperan aktif sebagai organisasi internasional
dengan wakil pemerintah negara- negara sebagai anggota atau Intergovernmental
Organization (IGO) bersama negara ASEAN lainya, yang dimana IGO ini memiliki
tugas dan fungsi sebagai forum komunikasi antar pemerintah negara dalam satu
kawasan.
b. Negara-negara ASEAN juga mengacu pada aturan hukum laut yang ada dan
mereka gunakan sendiri dalam menentukan batas terjauh dari wilayah laut negara
tersebut. Dalam hal ini jika tidak ditangani dengan baik, kasus tumpang tindih
aturan dalam menentukan batas negara ini lama kelamaan akan memicu bentrokan
terbuka yang lebih parah lagi di daerah tersebut. Untuk sementara pertemuan tanya
jawab yang sebagian besar merupakan negara anggota ASEAN, sudah cukup lama
enggan memanfaatkan sistem ASEAN dalam mengurusi isu-isu yang berlandaskan
kekuasaan publik. Jika negara-negara yang terlibat dalam perebutan kawasan di
Laut Cina Selatan belum memutuskan untuk mencoba mempertahankan suatu
wilayah berdasarkan kekuasaan dan menegaskan batas-batas di sekitar sana,
maka pada saat itu dapat dipastikan bahwa mereka benar-benar sedang menyusun
suatu panduan untuk berhenti. dengan akibat yang tak terhindarkan dari bentrokan
militer di Laut Cina Selatan.
7

Apa saja yang menjadi pemicu-pemicu tindakan dan apa garis merah untuk
tanggapan masing-masing negara
Yang menjadi pemicu-pemicu tindakan adalah :
a. Tuntutan atas klaim yang di ajukan oleh pemerintahan RRC atas
kepemilikan dan kawasan Laut Cina Selatan yang dilakukan oleh Cina sejak
dekade 1970 didasarkan pada tiga hal pokok yakni kemajuan tingkat
perekonomian masyarakat, politik, dan kebutuhan akan pertahanan dan
keamanan, Selain itu hal ini juga didasari akibat adanya kebangkitan Cina dan
kekuasasaan dari pengaruh Amerika, terutama yang terjadi di kawasan Asia
Tenggara juga menghadirkan suasana baru pada bidang pergerakan dunia saat ini.
Kebangkitan Cina memberikan tanda akan adanyaperubahan dalam keseimbangan
kekuatan baru dalam hubungan internasional.
b. Semakin panasnya persaingan antara wilayah barat yang selama ini
dikomandoi oleh Amerika dengan kekuasaan Cina yang mulai bangkit, hal ini
tentunya berdampak sangat besar terhadap kedudukan negara lainnya khususnya
di Asia Tenggara seperti Indonesia yang cenderung bersifat netral dan tidak
memihak pihak manapun sehingga menjadi rawan akan adanya usaha untuk
mendapatkan simpati dari pihak yang berkonflik guna mendapat dukungan atas apa
yang dilakukan.
c. Dalam kasus yang terbaru dalam berita CNBC Indonesia tanggal 8 February
2021 menyebutkan dalam sebuah artikel dalam buletin Sekolah Staf Umum dan
Komando Angkatan Darat Indonesia bulan Desember 2020, atau Seskoad pernah
menyimpulkan Cina sedang bersiap-siap apabila memerlukan serangan yang besar
kepada musuh-musuhnya di LCS. "Operasi militer Cina di Kepulauan Natuna
sangat dekat karena mereka memiliki niat dan kemampuan militer untuk melakukan
serangan besar dari markas mereka di Kepulauan Spratly." Per September 2019,
Bakamla memergoki kapal penjaga pantai Cina di ZEE Indonesia dalam perairan
LCS. RI kemudian mengirimkan nota protes ke Beijing. Kapal penjaga pantai Cina
juga ditemukan kembali masuk tanpa izin di perairan Natuna pada Desember 2019,
bahkan Bakamla pernah mencegat sebuah kapal survei Cina yang sedang
melewati jalur laut kepulauan Indonesia. Kapal tersebut mematikan Sistem
Identifikasi Otomatis (AIS) tiga kali, dengan kapten mengklaim bahwa sistem
tersebut rusak. Hal ini tentunya menjadi ancaman bahaya tersendiri bagi
kedaulatan wilayah Indonesia ( Laksamana Madya Aan Kurnia:2021).
8

d. Banyak faktor pemicu yang mengakibatkan RRC sangat gigih dalam


memperjuangkan wilayah laut Cina Selatan yang kaya akan potensi, salah satunya
yaitu sebagai dampak dari Pembangunan penduduk yang cepat memperhitungkan
peningkatan pemanfaatan energi minyak. Bagi Cina, dalam jangka panjang,
penghematan minyak di Laut Cina Selatan, meskipun dalam jumlah yang tidak
pasti, bagaimanapun juga akan digunakan untuk membantu kebutuhan dalam
negeri. Kebutuhan akan cadangan minyak yang melimpah dari sumber-sumber
baru telah dirasakan sejak pertengahan tahun 1970-an, ketika produksi minyak
China mengalami penurunan. Elemen luar, khususnya darurat minyak dunia, juga
berdampak pada ekonomi lokal pada pentingnya penghematan minyak. Peluruhan
ini berlanjut ke dekade berikutnya meskipun jumlah spesifiknya tidak diketahui. Bisa
dibayangkan kenyataan ini dipengaruhi oleh pesatnya perkembangan penduduk
dan industrialisasi selama program modernisasi. Kecenderungan ini mempengaruhi
minat masyarakat terhadap sumber bahan bakar mineral yang terus berkembang.

Garis merah untuk tanggapan masing-masing negara adalah :


a. Ada beberapa hal yang dikaitkan garis merah untuk tanggapan masing-
masing negara yang menjadi alasan dengan perjuangan terus menerus di
dekatnya. Sebagai permulaan, para ahli tertentu menjamin bahwa kawasan Laut
Cina Selatan memiliki kekayaan normal (SDA) yang melimpah. Pada tahun 1968,
ditemukan penghematan minyak yang memperluas nilai Laut Cina Selatan. Potensi
penghematan minyak di Kepulauan Spratly dan Paracel diperkirakan mencapai 105
miliar barel dan di seluruh Laut China Selatan sebanyak 213 miliar barel.
Organisasi Data Energi AS menilai bahwa penyimpanan gas dan minyak di Laut
Cina Selatan adalah yang terbesar ketujuh di planet ini. Wilayah ini dinilai memiliki
190 triliun kaki bensin gas. Organisasi otonom itu juga memperkirakan ada 11 miliar
barel minyak yang disimpan di Laut Cina Selatan. Kedua, area dasarnya selalu luar
biasa bagi berbagai negara untuk mengklaimnya. Kawasan Laut Cina Selatan yang
menghubungkan kedua laut tersebut menjadi jalur persimpangan yang paling
digandrungi kapal-kapal dunia. Mengaitkan bisnis dari Eropa, Timur Tengah,
Australia ke Jepang, Korea, Cina, dan berbagai negara
9

b. Garis merah lain yang menjadikan faktor pendorong RRC ingin


menguasai wilayah Laut Cina Selatan karena mereka menganggap wilayah Laut
Cina Selatan sebagai wilayah teritorial Cina untuk memproyeksikan peranan
strategisnya secara aktual. Adanya keterlibatan Beijing yang merupakan musuh
dari RRC dalam konfilk ini dianggap hanya untuk menegaskan kembali bahwa itu
bukan negara besar di bidang teritorial. Akhir dari perjuangan Kamboja telah
mengubah bagian dari Beijing, yang baru-baru ini memanfaatkan masalah ini untuk
menarik negara-negara non-sosialis ke dampaknya. Melalui langkah ini, China
memiliki opsi untuk melepaskan posisi Vietnam di tingkat kawasan. Penyelesaian
Kamboja mempengaruhi gaya strategi internasional China terhadap negara-negara
Asia Tenggara, khususnya yang merupakan individu dari ASEAN. Sebagai usaha
pilihan, bangsa penghias jendela bambu ini berusaha membina hubungan baru
yang bermanfaat, khususnya di bidang politik dan keuangan. Strategi ini diperlukan
sebagai upaya untuk menghilangkan kesan "risiko kuning atau bahaya dari utara".
Isu bahaya kuning sering dikaitkan dengan pemberontakan sosialis yang terjadi di
beberapa negara Asia Tenggara yang secara langsung atau implisit didukung oleh
China. Isu ini dan selanjutnya episode Tiananmen yang terkait dengan pelanggaran
kebebasan bersama telah merusak gambaran global

DAFTAR PUSTAKA

1. Naskah Hanjar BK. Isu Kawasan Strategis, PB. Isu Regional,Seskoad, 30


Desember 2022.
2. Yusa Djuyandi, Adilla Qaia Illahi, Adinda Corah Habsyah Aurel, Jurnal tentang
Konflik Laut China Selatan Serta Dampaknya Atas Hubungan Sipil Militer di Asia
Tenggara, Jurnal Ilmiah Muqoddiman : Jurnal Ilmu Sosial Politik dan Humaniora, Program
Studi Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Padjajaran Jl. Raya
Bandung Sumedang KM 21, Hegarmanah, Kec. Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa
Barat.
3. Dewi Triwahyuni, Jurnal tentang Dilema Keamanan Asean dalam Konflik Laut Cina
Selatan, Diakses dari : https://repository.unikom.ac.id/33219/1/%28
PERTEMUAN%20V%29%20 DILEMA%20KEAMANAN%20ASEAN.pdf, pada :
04/03/2023.
10

4. Ari Sura Gunawan, Isrina Siregar, Jurnal tentang Peranan Pemerintahan Indonesia
dalam menjaga Keutuhan Wilayah Maritim NKRI dalam Konflik Laut Cina Selatan, Jurnal
Sejarah & Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Jambi, Vol. 1 No. 1, Juli (2021) 95-108.
5. https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/04/180000169/sejarah-konflik-natuna-
dan-upaya-indonesia?page=all, Diakses : 04/03/2023.
6. https://voi.id/memori/86864/akar-konflik-china-indonesia-di-perairan-natuna,
Diakses : 04/03/2023.
7. https://nasional.kontan.co.id/news/konflik-laut-china-selatan-berdampak-ke-
indonesia, Diakses : 04/03/2023.
8. https://www.antaranews.com/berita/1663770/perdebatan-sengketa-laut-china-
selatan-di-tengah-pandemi-covid-19, Diakses : 04/03/2023.
9. https://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2011/07/110719_aseanmeeting,
Diakses : 04/03/2023.
10. https://menpan.go.id/site/berita-terkini/berita-daerah/konflik-di-perairan-natuna-
arahan-presiden-pemerintah-tegas-sekaligus-prioritaskan-diplomatik-damai, Diakses :
04/03/2023.
11. https://www.cnbcindonesia.com/news/20211123200213-4-293875/ri-tidak-menjadi-
bagian-dari-konflik-di-laut-china-selatan, Diakses : 04/03/2023.
12. https://www.mongabay.co.id/2020/01/06/konflik-laut-natuna-utara-bintang-utama-di-
laut-cina-selatan/, Diakses : 04/03/2023.

Anda mungkin juga menyukai