Anda di halaman 1dari 10

KETAHANAN NASIONAL BID MILITER (NATUNA DALAM ANCAMAN

NEGARA ASING/CHINA)

Pendahuluan :
KOMPAS.com - Pulau Natuna berada di Provinsi Kepulauan Riau dan berada dekat dengan Laut
China Selatan. Kawasan tersebut sampai saat ini menjadi sumber konflik antara kedaulatan
Indonesia dengan China. Diambil dari jurnal Konflik Kepulauan Natuna antara Indonesia dengan
China (2017) oleh Butje Tampil, isu tersebut menguak setelah Presiden Republik Indonesia Joko
Widodo mengkritik peta dari China yang memasukkan daerah Natuna ke dalam wilayahnya.
Sejarah Natuna Natuna terdiri dari tujuh pulau dengan Ibu Kota di Ranai. Pada 1957, Kepulauan
Natuna masuk dalam wilayah Kerajaan Pattani dan Kerajaan Johor di Malaysia. Namun pada
abad ke-19, Kepulauan Natuna akhirnya masuk ke dalam kepenguasaan Kedaulatan Riau dan
menjadi wilayah dari Kesultanan Riau. Natuna sampai saat ini masih menjadi jalur strategis dari
pelayaran internasional. Baca juga: Kekayaan dan Potensi Natuna Setelah Indonesia merdeka,
delegasi dari Riau ikut menyerahkan kedaulatan pada Republik Indonesia yang berpusat di
Pulau Jawa. Pada 18 Mei 1956, pemerintah Indonesia resmi mendaftarkan Kepulauan Natuna
sebagai wilayah kedaulatan ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Lihat Foto Teritorial Laut
China Selatan yang di klaim China(-) Konflik Natuna Berada di kawasan dengan sumber daya
alam melimpah dan berbatasan langsung dengan laut bebas membuat Natuna menjadi incaran
banyak negara tetangga. Kontraversi diawali dari Malaysia yang menyatakan bahwa Natuna
secara sah seharusnya milik Malaysia. Namun untuk menghindari konflik panjang, pada era
konfrontasi 1962-1966 Malaysia tidak menggugat status Natuna. Lepas dari konflik tersebut,
Indonesia membangun berbagai infrastruktur di kepulauan seluas 3.420 kilometer persegi. Etnis
Melayu menjadi penduduk mayoritas di Natuna, mencapai sekitar 85 persen. Suku Jawa sekitar
6,34 persen dan etnis Tionghoa sekitar 2,52 persen. Baca juga: Kabupaten Natuna, Jalur
Pelayaran Internasional Selepas kofrontasi Indonesia-Malaysia, sentimen anti China di kawasan
Natuna muncul. Dari 5.000-6.000 orang, tersisa 1.000 orang etnis China. Kemudian muncul
slentingan warga keturunan Tionghoa menghubungi Presiden China saat itu, Deng Xiaoping
untuk mendukung kemerdekaan Natuna. Meski banyak pihak yang memaksa merebut Natuna,
secara Hukum Internasional, negosiasi yang dibangun China tidak dapat dibuktikan sampai saat
ini. Pada 2009 secara nyata China melanggar Sembilan Titik ditarik dari Pulau Spartly ditengah
Laut China Selatan, lalu diklaim sebagai wilayah Zona Ekonomi Eksklusifnya. Saat itu Presiden
Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono memprotes langkah China melalui Komisi
Landas Kontinen PBB. Di mana garis putus-putus yang diklaim China sebagai Pembaharuan
peta 1947 membuat pemerintah Indonesia atas negara-negara yang berkonflik akibat Laut China
Selatan. Baca juga: Dianggap Langgar Teritori di Natuna, Kemenlu China Sebut Negaranya
Punya Hak Klaim yang membuat repot negara-negara tetangga ternyata dipicu dari kebijakan
pemerintahan Partai Kuomintang (saat itu di Taiwan). Bahwa wilayah China mencapai 90 persen
Laut China Selatan. Meski saat itu China tidak pernah menyinggung isu Natuna dihadapan PBB,
sejak 1996 Indonesia telah mengerahkan lebih dari 20.000 personil TNI untuk menjaga Natuna
yang memiliki cadangan gas terbesar di Asia. Memasuki era Presiden Joko Widodo, pihaknya
kembali menegaskan dengan keras, bahwa Sembilan Titik yang diklaim China tidak memiliki
dasar hukum internasional apapun. Bahkan dikutip dari Surat Kabar Jepang Yomiuri Shimbun,
Presiden Joko Widodo mengatakan China perlu hati-hati dalam menentukan peta perbatasan
lautnya. Indonesia salah satu negara yang terancam dirugikan akibat Sembilan Titik yang
digambar China. Menurut Kementrian Luar Negeri, klaim China atas Natuna telah melanggar
Zona Ekonomi Eksklusif milik Indonesia. Posisi Natuna sangat jauh dari China. Natuna justru
berdekatan dengan batas Vietnam dan Malaysia. Sehingga tidak masuk akal jika China
mengklaim Natuna masuk wilahnya. Baca juga: Rekam Jejak Pelayar China di Natuna Sampai
saat ini Natuna masih menjadi sasaran negara-negara asing untuk berlayar masuk ke wilayah
tersebut. Bahkan Indonesia beberapa kali masih menangkap kapal-kapal asing yang masuk ke
Natuna. Dilansir dari Kompas.com kapal penangkap ikan dan coast guard China diduga
melakukan pelanggaran Zona Ekonomi Eksklusif dengan memasuki Perairan Natuna pada 31
Desember 2019. Mereka juga melakukan pelanggaran ZEE seperti melakukan praktik illegal,
Unreported and Unregulated (IUU) Fishing di wilayan tertitori Indonesia. Pemerintah Indonesia
melalui Menteri Luar Negeri Retno Masudi meminta China untuk patuh terhadap ketentuan yang
telah ditetapkan UNCLOS 1982 tentang batas teritori. Selain itu kementrian Luar Negeri telah
mengirimkan nota protes resmi dan memanggil Dubes China untuk Indonesia di Jakarta.
Keberadaan Natuna dilihat dari hukum Landas Kontinen suatu negara pantai meliputi dasar laut
dan tanah di bawahnya dari daerah di bawah permukaan laut yang terletak di luar teritorial. Baca
juga: Dikaitkan dengan Natuna, Berapa Utang Indonesia ke China? Teritorial yang dimaksud
adalah sepanjang 200 mil laut dari garis pangkal. Landas Kontinen negara pantai tidak boleh
melebihi batas-batas yang sudah diatur dalam Pasal 76 ayat 4 hingga 6. Salah satu masalah
penting dari klaim China adalah garis demarkasi. Tidak ada peta yang bisa menunjukkan seperti
apa bentuk garis tersebut. Pasalnya tidak ada penjelasan dari pihak China. Sembilan Titik atau
Nine Dash Line China tidak bisa disahkan sebagai perbatasan teritorial karena tidak sesuai
dengan hukum internasional. Dalam hukum internasional mengatakan bahwa perbatasan
teritorial harus stabil dan terdefinisi dengan baik. Sembilan Titik yang dibuat China tidak stabil
karena dari 11 menjadi sembilan garis tanpa alasan. Kemudian tidak ada definisi secara jelas
dan kuat. Selain itu tidak memiliki koordinat geografis dan tidak menjelaskan bentuk bila semua
garis dihubungkan. Baca juga: TNI Gelar Rapat Tertutup untuk Operasi Pengamanan Natuna
Pemerintah Indonesia tetap melakukan beberapa upaya diplomatik dengan China, agar
sengketa Laut China Selatan tidak meluas sampai ke Natuna. Kedua belah pihak sudah sepakat
mengedepankan diplomasi dengan mengimplementasikan Declaration on the Conduct of Parties
in the South China Sea (DOC). Selain itu, Indonesia juga sudah mengusulkan zero draft code of
conduct South China Sea yang bisa dijadikan senjata bagi diplomasi Indonesia. Tiga poin
tersebut, yaitu: Menciptakan rasa saling percaya. Mencegah terjadinya insiden. Mengelola
insiden, jika memang insiden terjadi dan tidak dapat dihindari. Keterlibatan ASEAN Indonesia
bersama ASEAN serta China dalam upaya menyelesaikan masalah Laut China Selatan dengan
terciptanya Declaration on the Conduct of Parties in the South China Sea pada tahun 2002
dianggap sebagai salah satu implementasi Doktrin Natalegawa. Baca juga: Kekayaan Laut
Natuna, Menyimpan Banyak Keramik Kuno ASEAN juga mengupayakan perubahan DOC
menjadi Code of Conduct (COC) sehingga kesepakatan perjanjian konstruktif terkait sengketa
wilayah tersebut bisa mengikat masing-masing pihak. ASEAN juga memaksimalkan fungsi
mekanisme kerja lembaga internalnya yang telah disepakati khususnya di bidang maritim dan
implementasi di lapangan. ASEAN memperkuat upaya kerja sama bilateral secara berkelanjutan
untuk tujuan pemanfaatan bersama dalam potensi sumber daya alam di wilayah sengketa baik
antara sesama anggota ASEAN maupun yang sedang bersengketa.
(Sumber:KOMPAS.com/Luthfia Ayu Azanella | Editor: Inggried Dwi Wedhaswary, Muhammad
Idris)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sejarah Konflik Natuna dan Upaya
Indonesia", https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/04/180000169/sejarah-konflik-natuna-
dan-upaya-indonesia?page=all.
Penulis : Serafica Gischa
Editor : Serafica Gischa

Berdasarkan berita tersebut dpat kita ketahui bahwa Natuna menjadi bagian yang cukup
strategis sehingga banyak negara mencoba untuk mengambil dan menguasainya, dan maka dari
itu sudah selayaknya dari bangsa Indonesia berusaha untuk memeprkuat ketahanan negara kita
agar semakin lebih kuat dan bisa tetap menjaga wilayah perbatasan.
Kajian Pustaka :

A. DASAR DASAR PONDASI TANNAS :

A ) Faktor Sejarah

Berdasarkn sejarah kelam indoensia yang telah dijajah selama berabad abad, yang
membuat perjuangan untuk membela Tanah air bermula sejah perlawanan Sultan agung dari
kerajaan mataram pada tahun 1613 sampai peralwanan Sisingamangaraja pad atahun 1900
tidak membuahkan sebuah kesuskesan. Di karenakan tidak adanya rasaeprsatuan dan secara
individual melawan para penjajah, yang kemudian di tahun 1908 berdirinya Budi Utomo, Sumpah
Pemuda pada tahun 1928 demi melawan trick dari belanda yagn biasa di eknal De vide et
impera, yang kemudian eprjuangan memasuki babak baru melawan Jepang yang dari 1942-
1945 demi melawan konsep Romusha yang di gagas oleh jepang, yang pad aakhrinya pula
muncul kesmepatan untuk merdeka pada 17 Agustus 1945 karena takluknay jepang pad
asekutu pada tanggal 15 Agustus 1945, setelah Kemerdekaan telah di umumkan perjuangand I
lanjutkan melawan NETHERLAND INDIES CIVIL ADMINISTRATION yang ternyata masih
belum menyerahkan “ kemerdekaan “ sepenuhnya pada kita, akhirnya peperangan kembali
pecah pada tanggal 10 November 1945 yang ktia kenal sebagai Hari Pahlawan. Dan berikut
memunculkan pertempuran pertempuran di ebrbagai tempat lainnya seperti di Medan pada
Desember 1945- April 1946, lalu di Bandung pada tanggal 24 Maret 1946, yang pad aujungnya
melakukan berbagai perudnuignan dengan NICA seperti Perundingan Linggar jati yang akhrinya
tealah di curangi oleh NICA karena melakukan agresi militer, dan berakhir di perundingan
Renvile 8 Desember 1947 yang membawa Indonesia – Belanda ke Konfresi Meja Bundar pada
tanggal 23 Agustus 1949 yagn menghasilkan Indoensia sebagai negara serikat atau Negara
Indonesia Serikat ( RIS ) yagn terdiri dari 16 negara bagian. Namun hal ini pun di tetnang oleh
Sebagian rakyat Indonesia yang akhirny a muncul sebuah diskusi dan melahrikan Negara
Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI ) pada tanggal 17 Agustus 1950.

Setelah kejadian ini muncul permasalahan apda tanggal 7 Agustus 1949 Kartosuwirjo
mengungmkan berdirinya Negara Islam Indonesia ( NII ) dikarneakan keekacuauan politik dan
ketika cocokan dengan hasil yagn telah lahir NKRI tersebut dengan memiliki landasaran atau
beraltar belakangi ideologi Agama yang terjadi di area Jaw Barat dan Jawa Tengah, yang
kemudian muncul emebrontakan terhadap kebijakan pemerintah pusat ( Darul islam di Sualwesi
Selatan dan Aceh ) hingga Ideologi Komunis atau biasa ktia kenal sebagai G30 S PKI , dan di
tambah nuansa SARA juga kerap di naikkan isunya, namun pada akhrinya semua jenis
pemebrontakan itu dapat di redam dengan baik pada masa itu. Dan dari situ menunujukan
bahwa faktanya Indonesia slealu memilik konfilik yagn muncul dari luar atau dalam, dan berkat
TANNAS maka itu smeau dapat di redam dan di selesaikans ehingga NKRI tetap dapat
melakukan roda pemerintahannya dengan baik.

B ) FAKTOR HUKUM TANNAS

Dasar Konsep dari Ketahanan Nasional yang selanjutnya akan di sebut TANNAS, dijelaskan pada
MKDU4111/Modul 3 hal 3.8 – 3.9

TANNAS dalam perkembangannya sejak pertama di bentuk pada tahun 1965, TANNAS memilki
perkembagnan dalam konsep nya sendiri dan pada akhrinya hingga saat ini pun masih di kaji ulang
perihal konsep tersbeut, namun yang saat ini masih di pegang adalah 3 konsep utamanya adalah :

a. TANNAS adalah keuletan dan daya tahan kita dalam menghadapi segala
kekuatan, baik datang dari luar maupun dari dalam, yang langsung maupun
ttidak langsung membahayakan kelangsungan hidup negara dan bangsa
Indonesia. ( Dibentuk pada Tahun 1965 )
b. TANNAS adalah keuletan dan daya tahan suatu bangsa yang mengandung
kemampan untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi
segala ancaman, baik yang datang dari luar maupun dari dalam, yang
langsung atatu tidak langsung membahayakan kelangsungan hidup negara
dan bangsa indoensia. ( Dibentuk pada Tahun 1969 )
c. TANNAS merupakan kondisi dinamis suatu bangsa, berisikan keyletan
danketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan
nasional didalam menghadapi dan mengatasi segala macam ancaman,
tantangan hambatan serta gangguan baik yang datang dari luar maupun
dari dalam, yang langsung maupun tidak langsung membahayakan identitas,
intergritas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan
mengejar tujuan nasional. ( Dibentuk pada Tahun 197 dan disahkan oleh
Menhaknam/ Pangab dengan Surat Keputusan No SKEP 1382/XIII/1974
tanggal 20 Desemebr 1974 )

PEMBAHASAN :

A. Perincian TANNAS

Perincinian TANNAS dalam MKDU4111 hal 3.16 -3.17 di sebutkanmemiliki 8 hal penting yaitu
adalah :

a. Keuletan merupakan kualitas diri, masyarakat dan bangsaytangmenunjukkan


kemampuan mengobservasi dampak ATHG ( Ancaman, Tantangan, Hamabtan,
Gangguan), untuk kemudian diatasi
b. Ketangguhan adalah kualitas yang menunjukkan kekuatan atau keokohan
sebagaimana dipersepsikan dari pihak luar oleh pihak lain, Jadi ketangguhan sifatnya
memancar keluar yang bilamana diproyeksikan sampai tingkat bangsa dan negara
maka kualtias ketangguhan memebrikan dimensi kekuatan penangkalan.
c. Ancaman merupakan hal atau usaha yang bersifat mengubah atau merombak
kebijkasanaan dan dilaksanakan secara konsepsioal criminal serta politis.
d. Tantangan merupakan hal atau usaha yang bertujuan atau bersifat menggugah
kemampuan
e. Hambatan merupakan hal atau usaha yang bersifat atau bertujuan melemahkan
atau menghalangi secara tidak konsepsional yagn berasa; dari diri sendiri
f. Gangguan adalah hambatan yang berasal dari luar yang bertujuan melemahkan atau
menghalangi secara tidak konsepsional
g. Identitas adalah ciri khas suatu bangsa dilihat secara keseluruhan yang membedakan
dengan bangsa lain
h. Integritas adalah kesatuan( kebulatan) yang menyeluruh dalam kehidupan nasional
suatu bangsa, baik itu aspek alamiah maupun aspek sosial.
Dan perlu digaris bawahi juga bahwa bisa di tekankan bahwa Kesejahteraan dan keamanan
hanya dapat diebdakan tetapi tidak dapat dipisahkan, di analogikan sebagai berikut Ketika
ktia memiliki semuanya serba kecukupan tapi kita emrasa tidak aman setiap saat maka akan
sama saja tidaklah baik, ataupun sebaliknya kita merasa aman tapi kebutuhan ktia tidak
dapat terpenuhi juga tidak lah baik juga, maka dari itu tingkat kesejahteraan bisa dapat kita
artikan segaris dengan tingkat keamanan suatu negara tersebut. Maka dari itu wajar jika
ketiak Negara kita mengalmi serangan dari pihak luar seprti kasus Natuna maka pemerintah
memeprkuat kemanan di area Perbatasan.
B. FUNGSI TANNAS

Fungsi TANNAS secara umum meiliki 4 fungsi yang tealh di jabarkan pada MKDU4111 hal3.24 – 3.25,
yaitu adalah :

1. TANNAS sebagai doktrin pada dasarnya suatu ajaran yang diyakini keebanrannya, diikuti dan
didalami hal yang berfungsi membimbing kita dalam pola pikir, pola tindak dan pola kerja
guna memeprsatupadukan usaha Bersama bangsa dalam pembangunan. Oleh karean itu
sebagai Doktrin TANNAS itu perlu dimasyaratkandan dibudayakan karean Ia juga merupakan
mplementasi Pancasila,UUD 1945,dan Wasantra
2. TANNAS sebagai Pola Dasar Pembangungan Nasional, Pada hakikatnya memebriakn arah,
pedoman, dalam pembagnunan melalui tahapan – tahapan pembafgnunan ( Repelita )
3. TANNAS sebagai metode pembinaan kehidupan nasional, Tannas menggunakan pendekatan
komprehensif intergral utuh menyeluruh dalam aspek kehidupan bangsa tersebut yang
mencakup dalapan gatra ( ASTAGTRA ). Kelemahan pada salah satu gatra dapat
mengakitbatkan kelemahan pada gara lainnay sheingga mempengaruhi kondisi keseluruhan.
TANNAS merupakann hasil dari ketahanan masing masing gatra atau aspek kehidupan. Dari
konsepsi dasar ini maka jelaslah bahwa TANNAS itu meliputi masa damai dan masa perang
4. TANNAS sebagai Sistem kehidupan nasional, adalah tata upaya suatu bagnsa yagn telah
dilakukan dalam melaksanakan pembagnunan nasional yagn telah dibabukan dalam
melaksanakan pembangunan nasional sebagai aspirasi bangsa dalam meningkatkan
kesejahteraan dan keamanan, untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa, menuju
kejayaan bangsa dan negara.

C. SIFAT SIFAT TANNAS

Dikarenakan fugnsinya maka dari itu TANNAS sendiri memiliki 6 sifat yang menjadi karakteristik
TANNAS itu sendiri yang telah di jabarkan dalam MKDU4111 hal 3.21-3.23, yaitu adalah :

1. Manunggal
Aspek kehidupan bangsa Indonesia di kelompokkan kedalam delapan gatera atau
astagatra. Astagatra di bagi dalam dua kelompok yaitu gatra alamiah ( Trigatra) dan
gatra sosial ( Pancagatra). Astagatra itu harus di lihat secara holistic terintegrasi 9
manunggal ) karena adanya hubungan dan keterkaitan antara gatra maupun antar
kelompok gatra, kelemahan salah satu gatra dapat melemahkan gatra yagn lain.
2. Mawas kedalam dan Mawas ke luar
TANNAS terutama diarahkan pada diri bagnsa dan negara sendiri. Mawas kedalam
diarahkan kepada meingkatkan derajat kemandirian sedangkan mawas keluar dimana
kita suak atau tidak suka harus menerima adanya saling ketergantungan ( interpendensi)
antar bagnsa ( globalisasi ). Dalam kondisi globalisasi ini ktia hharapkan bangsa Indonesia
dapat mengembangkan keunggulan kompetitif dan komparatifnya dengan bangsa lain,
sambal membina hubungan baik dengan bangsa bagnsa lain di dunia
3. Kewibawaan
Makin meningkatnya pembagnunan ansional, akan menignkatkan TANNAS, peningkatan
TANNAS menggambarkan kekautan atau ketangguhan bagnsa yang mempunyai daya
cegah dan daya tangkal bahkan daya hancur terhadap lawan yagn mungkin mencoba
untuk mengagnggu atau menguasai. Kekuatan atau ketangguhan ini ( menurut persepsi
pihak luar) mencerminkan sautu keiwabawaan.
4. Berubah menurut waktu
TANNAS, sebagai kondisi bangsa tidak sealalu tetap, tergantung dari upaya bagnsa
dalam pembangunan nasonal dari kewaktu dan ketangguhannya menghadapi ancaman,
tantangan, hamabtan dan gangguan. Makin tinggi intensitas pembagnunan nasional dan
hasil – hasilnya, TANNAS semakin menigkat sebaliknya apabila pembangunan nasional
menurun maka TANNAS akan menurun pula
5. Tidak membenarkan adu ekkautan dan adu kekausaan
Konsep TANNAS tidak hanya mengutamakan kekautan fisik tetapi juga kekautan moral
yang dimiliki suatu bangsa. Kekuatan ini ditunjukkan secara lagnsugn untuk memelihara
kesejahteraan dan keamanan yang penggunannya dengan menamplkan atau
menonjolkan kewibawaan. Oleh karenanya dalam penggunaan kekautan, lebih
diutamakan kekuatan abstrakj ( moral ) dan musyawarah, sikap saling menghargai,
menghindarkan permusuhan dan sifat konfrotatif, Penggunaan kekuatan fisik
merupakan jalan terakhir. Hal ini sangat berbeda dengan konsep power yang di tujukan
hanya untuk memelihara kemampuan dengan menonjolkan kekuatan fisik untuk
penangkalan dalam pemebrian hukuman pada pihak lawan.
6. Percaya pada diri sendiri
TANNAS ditingkatkan dan dikembagnkan didasarkan atas kemampuan sumber daya
yagna da pada bagnsa dan sikap percaya kepada diri sendiri. Sebagai bagnsa yang
merdeka dan berdaulat kita tidak tergantung kepada bantuan luar yang mengikat atau
yang mendekte dan mencampuri urusan dalam negeri ktia. Bantuan luar yagn kita
perlukan bersifat melengkapi sumber daya pembangunan yang ktia miliki tanpa ikatan
yang menurunkan martabat bangsa. Rasa kebanggaan seabgai bagnsa Indonesia harus
dipertahankan, dan rasa cinta kepada tanah air Indonesia harus ditanamkan di lubuk hati
setiap abngsa Indonesia, untuk diaktualisasikan dalam kehidupan sehari – hari .

D. Natuna dalam segi Hukum


Landas Kontinen suatu negara pantai meliputi dasar laut dan tanah di bawahnya dari daerah di
bawah permukaan laut yang terletak di luar teritorial. Teritorial yang dimaksud adalah sepanjang
200 mil laut dari garis pangkal. Landas Kontinen negara pantai tidak boleh melebihi batas-batas
yang sudah diatur dalam Pasal 76 ayat 4 hingga 6. Salah satu masalah penting dari klaim China
adalah garis demarkasi. Tidak ada peta yang bisa menunjukkan seperti apa bentuk garis
tersebut. Pasalnya tidak ada penjelasan dari pihak China. Sembilan Titik atau Nine Dash Line
China tidak bisa disahkan sebagai perbatasan teritorial karena tidak sesuai dengan hukum
internasional. Dalam hukum internasional mengatakan bahwa perbatasan teritorial harus stabil
dan terdefinisi dengan baik. Sembilan Titik yang dibuat China tidak stabil karena dari 11 menjadi
sembilan garis tanpa alasan. Kemudian tidak ada definisi secara jelas dan kuat. Selain itu tidak
memiliki koordinat geografis dan tidak menjelaskan bentuk bila semua garis dihubungkan. Baca
juga: TNI Gelar Rapat Tertutup untuk Operasi Pengamanan Natuna Pemerintah Indonesia tetap
melakukan beberapa upaya diplomatik dengan China, agar sengketa Laut China Selatan tidak
meluas sampai ke Natuna. Kedua belah pihak sudah sepakat mengedepankan diplomasi
dengan mengimplementasikan Declaration on the Conduct of Parties in the South China Sea
(DOC). Selain itu, Indonesia juga sudah mengusulkan zero draft code of conduct South China
Sea yang bisa dijadikan senjata bagi diplomasi Indonesia. Tiga poin tersebut, yaitu: Menciptakan
rasa saling percaya. Mencegah terjadinya insiden. Mengelola insiden, jika memang insiden
terjadi dan tidak dapat dihindari.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sejarah Konflik Natuna dan Upaya
Indonesia", https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/04/180000169/sejarah-konflik-natuna-
dan-upaya-indonesia?page=all.
Penulis : Serafica Gischa
Editor : Serafica Gischa

Berdasarkan Berita diatas kita dapat menyimpulkan bahwa dari segi Hukum kita dapat
mengklaim area yagn teengah menjadi polinemik tersebut.

E. POTENSI NATUNA
Natuna memiliki luas wilayah daratan dan lautan mencapai 264.198,37 kilometer persegi.
Berbagai komoditas laut menjadi kekayaan alam Natuna. Dilansir dari situs resmi Kementrian
Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, secara administratif Natuna terdiri dari 12
kecamatan. Natuna terletak di antara 1° 16’ - 7° 19’ Lintang Utara dan 105° 00’ - 110°00’ Bujur
Timur. Komoditas laut Natuna Natuna memiliki luas laut mencapai 99 persen dari total luas
wilayahnya. Selain luas, laut Natuna juga memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan.
Potensi sumber daya ikan laut Natuna pada 2011 sebesar 504.212,85 ton per tahun atau sekitar
50 persen dari potensi Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP RI)
711 di Laut Natuna. Baca juga: Kabupaten Natuna, Jalur Pelayaran Internasional Jumlah
tangkapan yang diperbolehkan mencapai 403.370 ton. Kemudian pada 2014, pemanfaatan
produksi perikanan tangkap Natuna mencapai 233.622 ton atau 46 persen dari total potensi
lestari sumber daya ikan. Dari hasil yang didapat tersebut, komoditas perikanan di Natuna
terbagi dalam dua kategori, yaitu ikan pelagis dan ikan demersal. Potensi ikan pelagis di Natuna
mencapai 327.976 ton per tahun, dengan jumlah tangkapan yang dibolehkan sebesar 262.380,8
ton per tahun atau 80 persen. Pada 2014, tingkat pemanfaatan ikan pelagis hanya mencapai
37,8 persen atau 99.037 ton. Selebihnya sebesar 163.343,8 ton per tahun belum dimanfaatkan.
Ikan pelagis merupakan ikan yang hidupnya di permukaan air hingga kolam anatara 0-200
meter. Ikan pelagis memiliki kebiasaan hidup membentuk kelompok dalam melangsungkan
hidupnya. Berdasarkan ukurannya, ikan pelagis dibedakan menjadi pelagis kecil dan besar.
Contohnya ikan tuna, ikan pedang, marlin, cakalang, tenggiri, dan lainnya. Untuk pelagis kecil
adalah selar, teri, kembung, tongkol, dan lainnya. Untuk potensi ikan demersal mencapai
159.700 ton per tahun, sedangkan tingkat pemanfaatannya pada 2014 hanya sebesar 40.491
ton atau 25 persen per tahun. Artinya masih ada sekitar 119.209 ton per tahun ikan demersal
yang belum dimanfaatkan di Natuna. Ikan demersal adalah ikan yang melangsungkan
kehidupannya di dasar laut, baik untuk mencari makan atau memijah. Baca juga: 3 Pembagian
Wilayah Laut Indonesia Ikan demersal banyak dijumpai di lingkungan pantai hingga laut dalam.
Ikan demersal dibagi menjadi dua jenis, yaitu benthic dan benthopelagic. Beberapa jenis ikan di
Natuna yang potensial untuk dikembangkan antara lain ikan jenis kerapu, tongkol krai, teri,
tenggiri, ekor kuning, selar, kembung, udang putih, udang windu, kepiting, rajungan, cumi-cumi,
dan sotong. Daerah penangkapan ikan di Natuna berada di sekitar Pulau Bunguran, Natuna
Besar, Pesisir Pulau Natuna, Midai, Pulau Serasan, Tambelan, dan Laut China Selatan. Lokasi
penangkapan kepal besar umumnya berada di luar lokasi 4 mill laut yang berada di wilayah laut
Natuna, Laut China Selatan.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kekayaan dan Potensi


Natuna", https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/04/190000869/kekayaan-dan-potensi-
natuna?page=all#page2.
Penulis : Serafica Gischa
Editor : Serafica Gischa
Berdasarkan berita tersebut bahwa data yagn telah di kutip emnunjukakn bahwa bagaimana
Natuan sangat berpotensi untuk di rebut oleh negara lain karena SDA yang berada di daerah
terssebut.

F. UPAYA PEMERINTAH DALAM PENJAGAAN AREA PERBATASAN DI NATUNA


JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan, aktivitas
pertahanan di Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, semakin meningkat selama dua tahun
pemerintah Joko Widodo-Jusuf Kalla. Hal itu terjadi karena mobilisasi tentara dan alutsista ke
daerah itu. "Tiga angkatan TNI kita sudah ke sana (TNI AU, TNI AD dan TNI AL)," ujar
Ryamizard di Kantor Kepala Staf Presiden, Jakarta, Kamis (27/10/2016). (baca: Dukung
Kesiapan Latihan di Natuna, Yonbekang TNI AD Kirim Leopard dan Pasukan) Khusus TNI
Angkatan Darat, akan ditempatkan satu batalyon Raider di Natuna. Sementara itu, masing-
masing akan ditempatkan satu kompi pasukan elite TNI AU Korps Pasukan Khas (Korpaskhas)
dan pasukan elite TNI AL Marinir. "Ada tiga kapal Sea Raider untuk mendukung mereka kejar-
kejaran di laut," ujar dia. Kedua, yakni keberadaan landasan pesawat tempur dan pesawat
komersil serta perangkat pertahanan lainnya juga ditempatkan di sana. (baca: Saat Menteri Susi
"Tawar-menawar" dengan Jokowi soal Kawasan Perikanan Natuna...) Saat ini, baru landasan
dan pesawat tempur saja yang sudah dapat digunakan. Sementara, perangkat radar laut dan
udara serta drone baru akan diadakan beberapa waktu mendatang. "Jadi apa yang terjadi di
Laut China Selatan bisa kita lihat. Kelihatan ada yang masuk, tinggal kejar saja," ujar Ryamizard.
Ke depan, pemerintah juga akan membangun pelabuhan dan melebarkan jalan-jalan di Natuna.
Hal tersebut demi percepatan pertumbuhan ekonomi di salah satu kabupaten terluar di
Indonesia tersebut. "Natuna itu ibaratnya pintu depan. Kalau orang lihat kok pintu depannya
enggak ada yang jaga, jangan begitu. Apalagi dari konflik (Laut China Selatan) ini, walaupun kita
tidak terlibat konflik di dalamnya tapi tetap harus ada yang jaga," ujar Ryamizard.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ini Upaya Pemerintah Jokowi Jaga Wilayah
Natuna", https://nasional.kompas.com/read/2016/10/27/14253251/ini.upaya.pemerintah.jokowi.ja
ga.wilayah.natuna.
Penulis : Fabian Januarius Kuwado

Dari berita tersebut bisa kita ketahui bahwa hal hal yang telah di berikan oleh Pemerintah demi
menjaga keamanan area perbatasan adalah dengan memberikan penambahan personil, dan
memperkuat fasilitas yang ada di area tersebut sehingga mennunjukkan Intergritas kita sebagai
Bangsa yang mampu menjaga apa yang menjadi milik kita.
PENUTUP :

Kesimpulan :

Berdasarkan Dasar TANNAS itu sendiri, sudah sewajarnya jikalau ada yang mengusik
keamanan Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka Indonesia dengan segala kemampuan
yang dimilikinya akan beruapya untuk melawan di karenakan NKRI telah menjadi bangsa yang
merdeka yang mampu untuk menjaga batas wilayahnya sendiri dan menunjukkan Integritas kita
sebagai bangsa yang telah merdeka yang tidak lagi berada di bawah penindasan atau
penjajahan dari bangsa lain. Dan Langkah yang telah di lakukan di era kepemimpinan Presiden
Jokowi, dengan sangat tegas menyatakan bahwa Indonesia tidak akan diam jka Indoensia di
usik dengan mengerahkan kemapuan untuk memeprkaut pertahanan yang ada di sana.

Saran :

Kita sebagai generasi muda meskipun ktia tidak dapat untuk memabtnu secara menyeluruh
kepada keamanan negara, karena kta sebagai rakyat sipil yang tidak memiliki kewajiban berada
di garda terdepan, namun kita dapat menjadi masyarakat yang memabntu dalam mengapresiasi
peemrintah dan membantu menjaga keamanan yagn terdapat di dalam negeri, terkait yagn saat
ini sedang berkembang di Indonesia adalah serangan HOAX, dan adu domba di tengah tengah
kita. Karena dengan kasus natuna ini kita telah mempercayakan hal itu kepada Pemeritnah yang
saaat ini menjabat, untuk itu kita sebagai warga negara harus dapat memabtnu dari segilain,
dengan memerangi HOAX dan memerangi apra provokator di kalngan rakyat ktia sendiri yagn
dapt berpotensi memecah belah NKRI.
Daftar Pustaka :

Anda mungkin juga menyukai