Anda di halaman 1dari 5

Makalah

“ANCAMAN KEDAULATAN BATAS WILAYAH LAUT ANTARA INDONESIA


DAN CHINA DI ZONA EKONOMI EKSKLUSIF INDONESIA”

Diajukan untuk melengkapi salah satu tugas mata kuliah Geografi Politik
yang diampu oleh:
Rustandy Zainal Abidin, Drs.,B.Eng.,M.Si

Disusun oleh:
Muhammad Julian Chandra (6211191144)
Farisgia Faishal Fadilah (6211191228)
Khaifa Putri Aurelivia (6211191019)
Rhea Evelyn Aliyarahma (6211191008)
Yusuf Rizki Maulana (6211191248)

Kelas : F

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
2021
Ancaman Kedaulatan Batas Wilayah Laut Antara Indonesia dan China di Zona
Ekonomi Eksklusif Indonesia

BAB I

Pendahuluan

Latar Belakang

Laut Cina Selatan merupakan pintu gerbang perdagangan penting untuk sebagian
besar pengiriman komersial dunia dan dengan demikian merupakan sub-wilayah ekonomi
dan strategis yang penting di Indo-Pasifik. Wilayah ini juga menjadi lokasi dari banyak
sengketa teritorial yang kompleks yang telah menyebabkan konflik dan ketegangan di
kawasan tersebut dan di seluruh Indo-Pasifik.1 Perlu diketahui di kawasan laut ini banyak
kapal pengangkut barang hilir-mudik melewati perairan ini.

Dengan luas kurang lebih 3,5 juta persegi, wilayah lautan ini mencakup wilayah
teritorial dari beberapa negara ASEAN, selain itu Laut China Selatan menyimpan berbagai
kekayaan hewani biota lautnya dan juga memiliki cadangan sumber daya mineral di dasar
lautnya.2 Indonesia sebagai salah satu negara ASEAN yang memiliki Zona Ekonomi
Eksklusif di Laut China Selatan, memiliki kedaulatan untuk mengeksplorasi dan
mempertahankan wilayah ZEE-nya tersebut. Dengan sumber kekayaan alam yang dimiliki
Laut China Selatan, terutama kepunyaan Indonesia di Perairan Natuna, seringkali
menimbulkan sengketa atas batas wilayah laut tersebut. Baru-baru ini Indonesia sendiri
kembali mengalami ketegangan dengan China terkait batas wilayah laut di Laut China
Selatan.

Bukan kali ini saja Indonesia mengalami ketegangan dengan China di Laut China
Selatan. Pada tahun 2016 sejumlah kapal penangkap ikan ilegal dari China memasuki ZEE
Indonesia di dekat kepulauan Natuna. Pemerintah Indonesia saat itu mengupayakan
penangkapan terhadap kapal ilegal tersebut, namun proses penangkapan tersebut mengalami
kendala dari kapal Coast Guard China yang melakukan usaha untuk menggagalkan

1
Lowy Institute, South China Sea, dalam (https://www.lowyinstitute.org/issues/south-china-sea/page/1) 16
April 2020. Diakses pada tanggal 20 Januari 2021
2
Eugene C. LaFond, South China Sea, dalam (https://www.britannica.com/place/South-China-Sea/Economic-
aspects) 16 April 2020. Diakses pada tanggal 20 Januari 2021.
penangkapan.3 Hal yang sama juga terulang dipenghujung tahun 2019, dengan masuknya
kapal penangkap ikan asal China ke wilayah ZEE Indonesia di Laut China Selatan. Hal ini
merupakan ancaman keamanan, batas wilayah dan juga integritas geopolitik bagi Indonesia.

Saling klaim batas wilayah antara Indonesia dengan China didasarkan pada perbedaan
sumber hukum mengenai batas wilaya lautan ini. China mengklaim Laut China Selatan yang
tepatnya di perairan Natuna sebagai wilayah laut China. China mengklaim wilayah tersebut
dengan berdasarkan ‘nine dash line’ (sembilan garis putus-putus). Bukan hanya di Perairan
Natuna, China mengklaim keseluruhan Laut China Selatan yang disengketakan sebagai
wilayahnya dengan alasan yang sama. Pada tahun 2016, PBB mematahkan klaim sepihak
China atas wilayah Laut China Selatan secara keseulurhan, namun China mengambil sikap
dengan menghiraukan keputusan PBB tersebut.4 Pada tahun 2017 sendiri, pemerintah
Indonesia mengambil tindakan dengan mengubah penggunaan nama ZEE-nya di Laut China
Selatan menjadi Laut Natuna Utara untuk memperoleh kejelasan hukum dan mengukuhkan
kepemilikan ZEE milik Indonesia.5

Adanya perbedaan persepsi mengenai tatanan internasional juga mempengaruhi


ketegangan di laut China Selatan. China menekankan tatanan internasional berdasarkan
kedaulatan, di lain pihak yang berseteru dengan China di Laut China Selatan menekankan
tatanan internasion berdasarkan aturan.6 China dengan ‘nine dash line’ berupaya mengklaim
keseluruhan Laut China Selatan dengan menghiraukan hukum laut internasional. Dan di satu
sisi lainnya, negara yang bertikai dengan China di Laut China Selatan memegang teguh
aturan hukum laut internasional yang ada pada konvensi UNCLOS.

Latar belakang di atas menunjukan bagaimana kondisi konflik yang terjadi di Laut
China Selatan, tepatnya antara China dengan Indonesia di ZEE Indonesia karena perbedaan
sumber hukum dalam mengklaim batas wilayah perairannya dapat mempengaruhi ancaman
kedaulatan Indonesia. Atas dasar permasalahan tersebut, penulis dalam tulisan ini akan

3
Virdita Rizki Ratriani, Cerita panjang konflik China-Indonesia di Laut Natuna, dalam
(https://nasional.kontan.co.id/news/cerita-panjang-konflik-china-indonesia-di-laut-natuna?page=all) 13
Januari 2020. Diakses pada tanggal 20 Januari 2021.
4
Muhammad Idris, Keputusan PBB: Klaim China Atas Natuna Tidak Sah, dalam
(https://money.kompas.com/read/2020/01/05/111500126/keputusan-pbb-klaim-china-atas-natuna-tidak-
sah?page=all) 5 Januari 2020. Diakses pada tanggal 20 Januari 2021.
5
Virdita Rizki Ratriani, loc. cit.
6
Huiyun Feng, How Dangerous is The South China Sea?, dalam
(https://www.internationalaffairs.org.au/australianoutlook/how-dangerous-is-the-south-china-sea/). 29
Desember 2019. Diakses pada tanggal 21 Januari 2021.
merumuskan masalah, “Bagaimana Ancaman Kedaulatan Batas Wilayah Laut Antara
Indonesia dan China di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia?”

Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari penulisan ini adalah mengkaji, memahami, dan
mendeskripsikan Ancaman Kedaulatan Batas Wilayah Laut Antara Indonesia dan China di
Zona Ekonomi Eksklusif Indonesiadan hal-hal lainnya yang bersifat komplementer (saling
terkait dan mempengaruhi satu sama lain) untuk menghasilkan suatu tulisan yang informatif
mengenai Laut China Selatan sebagai salah satu zona sengketa yang ditimbulkan oleh konflik
antara Indonesia dan China. Sebagaimana telah dipaparkan secara ringkas di latar belakang,
maka tujuan dari tulisan ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Untuk mengetahui konflik yang terjadi antara Indonesia dan China di ZEE Indonesia.
2. Untuk memahami perbedaan sumber hukum atas masing-masing klaim terkait batas
wilayah.
3. Untuk menambah wawasan penulis dan memberikan informasi kepada pembaca
sebagai sarana referensi dan diskusi yang dapat berkelanjutan.
4. Untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Geografi Politik yang diampu oleh Rustandy
Zainal Abidin, Drs.,B.Eng.,M.Si.

BAB II
Pembahasan

Ancaman Kedaulatan Batas Wilayah

Laut China Selatan saat ini dapat dibilang merupakan ladang berlian. Dengan
memiliki cadangan sumber daya mineral di dasar lautnya. Hal serupa juga dimiliki Indonesia
di Zona Ekonomi Eksklusif di Perairan Natuna yang merupakan bagian dari Laut China
Selatan secara keseluruhan. Perairan Natuna yang tidak lama ini diklaim oleh pemerintah
China memiliki cadangan gas alam terbesar di Indonesia, melewati Maluku dan Selat
Makasar.7 Dalam ekonomi global kontemporer, bahan bakar hidrokarbon masih menjadi opsi
utama sumber energi dunia, terutama minyak bumi, batu bara dan gas alam.8

7
Francisca Christy Rosana, Diincar Cina, Natuna Simpan Cadangan Gas Bumi Terbesar, dalam
(https://bisnis.tempo.co/read/1291637/diincar-cina-natuna-simpan-cadangan-gas-bumi-
terbesar/full&view=ok) 6 Januari 2020. Diakses pada tanggal 21 Januari 2021.
8
Mohtar Mas’oed, GEOPOLITIK SUMBER DAYA ALAM (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2018), hlm. 52.
Ketika membahas tentang geopolitik mineral, perlu diketahui yang menjadi faktor
dari masalah geopolitik minereal saat ini adalah ketimpangan distribusi kekayaan mineral
yang mempengaruhi politik internasional.9 Tidak bisa dihindari setiap negara di belahan
dunia memiliki akses geopolitik mineral yang berbeda serta adanya ketimpangan distribusi,
dan tidak bisa dihiraukan juga dari hal itu dapat menyebabkan perebutan sumber daya alam.
Contoh kasus invasi Amerika Serikat ke Iran dimotavasi oleh kepentingan ekonomi dengan
mengamankan kendali atas sumber daya vital, invasi Amerika Serikat di Iran bertujuan untuk
mengamankan pasokan minyak.10

Hal serupa terjadi atas klaim pemerintah China atas wilayah ZEE Indonesia di
Perairan Natuna. Dari ketegangan yang ditimbulkan atas konflik ini dapat menimbulkan
ancaman keamanan, kedaulatan batas wilayah dan integritas geopol Indonesia. China sebagai
negara industri maju ingin memastikan sumber daya mineralnya untuk mengamankan sumber
energi negaranya. Wilayah negara dalam hukum internasional memiliki peranan penting
dalam kedaulatan negara atas wilayah itu.11 Dalam United Nations Convention on the Law of
the Sea, atau yang lebih dikenal dengan Konvensi Hukum Laut 1982 menjelaskan bahwa:

“berada di baawah kedaulatan penuh negara meliputi laut


pedalaman, laut teritorial dan selat yang digunakan untuk pelayaran
internasional....negara mempunyai yurisdiksi eksklusif untuk
memanfaatkan sumberdaya alamnya, yaitu zona ekonomi eksklusif
dan landas kontinen”.12

9
Ibid, hlm. 63.
10
Andrew Heywood, Global Politics (New York: Palgrave Macmillan, 2011), hlm. 226.
11
Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes, PENGANTAR HUKUM INTERNASIONAL (Bandung: Alumni, 2015),
hlm. 162.
12
Ibid, hlm. 171.

Anda mungkin juga menyukai