KELAS B
Oleh : Kelompok 1
JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS HALUOLEO
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Sejarah Maritim Indonesia dan Arti Geopolitik"
dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah Wawasan Kemaritiman.
Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang sejarah maritim Indonesia
dan arti geopolitik bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Fitriaman, SE.,MSA. selaku dosen Mata
Kuliah Wawasan Kemaritiman. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat unik di dunia, letak
antar pulau yang menjadikan negara Indonesia sebagai salah satu wilayah yang di
juluki negara kepulauan. Hal ini terbukti adanya, karena jika dilihat secara kasat
mata pulau – pulau di Indonesia di batasi oleh laut, satu negara tapi bukan satu
daratan. Oleh karena itu, dalam sejarah, laut juga harus memiliki peranan sebagai
sentral perhubungan antar pulau masa lalu.
Dalam buku Nasionalisme laut dan sejarah, Susanto Zuhdi mengatakan “adalah
hal yang mustahil jika membicarakan
sejarah Indonesia tanpa laut. Melalui pidato A.B. Lapian yang berjudul “Sejarah
Nusantara Sejarah Bahari” ia memadankan arti “nusantara” dengan “bahari”.
Kedua kata tersebut sudah tentu tidak sinonim, tetapi terkait dalam talian makna.
Nusa suatu pulau yang dimaksud adalah Jawa dan “antara” artinya pulau lainya
atau “pulau – pulau yang lainnya”. Dengan kondisi geografis kepulauan dikenal
dengan nusantara maka laut yang dalam kenyataannya mengambil porsi yang
lebih besar hendak dimaknai dengan penghubung.
Indonesia sebagai negara yang dikelilingi oleh laut hampir semua provinsinya
memiliki wilayah perairan, kondisi geografis yang demikian menjadikan Indonesia
negara maritim yang mempunyai daerah perikanan laut tak kurang dari 6,85 juta km2
dan diperkirakan daerah tersebut memiliki kandungan produksi ikan 10 juta ton
pertahunnya. Namun sayangnya dengan potensi kelautan yang berlimpah itu
masyarakat Indonesia belum dapat memaksimalkan potensi tersebut. Hal ini
diakibatkan oleh paradikma pembangunan yang lebih memprioritaskan masyarakat
perkotaan dan pertanian di pedalaman sehingga kurang memperhatikan kehidupan
masyarakat di daerah pesisir. Sebab lain yang mengakibatkan kurang diperhatikannya
masyarakat didaerah pesisir dari segi historis karena masih kurangnya para sejarawan
yang melakukan penelitian dibidang kemaritiman. Perhatian para sejarawan pada aspek
maritim seperti perdagangan, pelayaran, perkapalan, perikanan, perompakan, dan
sebagainya masih sangat kurang proporsinya jika dibandingkan dengan aspek-aspek
lainnya seperti bidang pertanian, industri, perhubungan politik dan sebagainya. Hal
tersebut mungkin berkaitan dengan pengalaman sebagai bangsa Indonesia yang
semenjak memproklamirkan kemerdekaannya lebih banyak di warnai dengan
persoalan-persoalan kebaratan daripada persoalan-persoalan kebaharian, inilah yang
menyebabkan bangsa Indonesia naluri kebahariaannya semakin tumpul sehingga
kurang mampu melihat apalagi bertindak untuk memanfaatkan dunia kebahariaan.
B. Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
Sepertiga wilayah Indonesia terdiri dari bentangan perairan, mulai dari laut hingga
danau dan sungai. Secara khusus laut memiliki peranan penting dalam dinamika politik dan
masyarakat Indonesia. Dari sudut pandang masa kini, laut tidak lagi dipandang sebagai
pemisah daratan atau pulau-pulau tetapi lebih sebagai pemersatu. Selain itu, laut
merupakan urat nadi penting dalam komunikasi antar tempat di nusantara.
Pada tahun 1980-an muncul gagasan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), yang memberikan
kedaulatan kepada Negara kepulauan untuk menggarap sumber daya maritimnya. Belitung
termasuk dalam jajaran pulau-pulau terdepan (Zuhdi 2006: 8). Kemudian, perhatian
terhadap Sejarah Maritim membawa perubahan besar dalam metodologi Historiografi
Indonesia. Sudut pandang Sejarah Indonesia bertambah dengan “sudut pandang dari laut.”
Maksudnya, dinamika kelautan menjadi bagian perubahan di Indonesia terutama yang
“berlangsung di daratan.” Dengan begitu, penulisan sejarah Indonesia menjadi lengkap dan
komprehensif. Dalam pemikiran Susanto Zuhdi (2006), seorang Guru Besar Sejarah
Indonesia di Universitas Indonesia, perspektif Tanah Air perlu memperoleh pertimbangan
dalam Historiografi Indonesia. Penulisan Sejarah Maritim berawal dari karya A.B. Lapian
(1987) yang mengetengahkan trikotomi tipologi dalam konstelasi dan dinamika di laut,
sebagai Raja Laut, Bajak Laut dan Orang Laut.
1. Pra Kemerdekaan
Sebelum masuknya era modern, kehidupan nenek moyang di Indonesia pada waktu
itu sangat bergantung pada sektor pertanian atau hal-hal yang bersifat agraris.
Berbagai macam sumber daya alam yang dimiliki, menyebabkan banyak negara
penjajah yang ingin menduduki Indonesia, terlebih lagi dengan mengambil hasil
kekayaan alam yang ada. Sejarah menyebutkan bahwa sejak zaman kerajaan,
kemaritiman di Indonesia memiliki pengaruh yang besar untuk kehidupan nenek
moyang pada waktu itu. Segala bentuk aktivitas perdagangan maupun pelayaran
dapat terkontrol dengan baik dan pada masa itu juga, kerajaan-kerajaan yang ada di
Indonesia sangat disegani didunia internasional. Kerajaan-kerajaan yang pernah
membangun kemaritiman Indonesia antara lain: Kerajaan Kutai, Kerajaan Sriwijaya,
Kerajaan Majapahit, Kerajaan Ternate.
a. Kerajaan KutaiS
A.