Anda di halaman 1dari 24

M E N G E N A L S I S T E M P E N G E T A H U A N ………| 1

MENGENAL SISTEM PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, DAN


EKONOMI NELAYAN PANTAI UTARA JAWA

Singgih Tri Sulistiyono*

Abstrak

Bahwa budaya masyarakat nelayan merupakan ‘sea-side culture’ yang paling tua dalam
khasanah budaya bahari. Meskipun dalam sejarah budaya masyarakat nelayan di pantai utara
Jawa mengalami perkembangan yang lamban jika dibandingkan dengan sektor kebaharian yang
lain (seperti perkapalan dan perdagangan) namun budaya masyarakat nelayan juga mengalami
perkembangan sejalan dengan modernisasi yang merebak di sektor-sektor yang terkait. Faktor
ekologis telah memprekondiskan corak budaya nelayan merupakan budaya yang khas jika
dibandingkan dengan berbagai komunitas di sekitarnya. Kekhasan budaya nelayan dapat dilihat
antara lain dari unsur budaya yang terkait dengan sistem pengetahuan, teknologi, dan ekonomi
mereka, seperti sistem bagi hasil, pengetahuan tentang posisi dan arah di tengah laut, iklim dan
cuaca, arah arus dan angin, teknologi prahu, berbagai jenis alat tangkat, dan teknologi
pengolahan ikan.

Kata Kunci: Sistem Pengetahuan, Teknologi, Ekonomi Nelayan, Pantai Utara Jawa
kultural.1 Hal itu, misalnya, dapat dilihat
Pendahuluan
dari ungkapan ‘cerak watu adoh ratu‘ (dekat
Tulisan ini akan mencoba untuk dengan batu jauh dari raja).2 Padahal
mendeskripsikan secara umum sistem sebagai sebuah komunitas yang khas,
pengetahuan, teknologi, dan ekonomi mereka sesungguhnya telah
nelayan khnususnya di kawasan pantai mengembangkan budaya yang khas pula
utara (pantura) Jawa bagian tengah dan yang berbeda dengan jenis budaya
timur. Pemahaman terhadap isu ini sangat mesyarakat lain. Dalam hal ini budaya
signifikan dalam rangka mengenal lebih mereka juga bisa dikatakan telah memiliki
lanjut masyarakat dan budaya nelayan yang apa yang oleh C. Kluckhohn disebut sebagai
merupakan salah satu elemen sosial yang ‘tujuh unsur kebudayaan universal’ yang
sangat penting dalam masyarakat Indonesia.
*Singgih Tri Sulistiyono adalah Dosen
Signifikansi pengenalan terhadap Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya
masyarakat dan budaya nelayan juga sangat Universitas Diponegoro Semarang.
1 Selama ini ada anggapan bahwa
diperlukan mengingat banyak orang melihat
‘kemiskinan nelayan’ merupakan suatu
masyarakat nelayan sebagai kelompok kebenaran, lihat Masyhuri, ‘Iptek dan Dinamika
Ekonomi Nelayan’, dalam: Bondan Kanumoyoso,
masyarakat yang miskin secara ekonomi
dkk. (penyunting), Kembara Bahari: Esei
dan tertinggal dari sisi pengetahuan dan Kehormatan 80 Tahun Adrian B. Lapian (Jakarta:
teknologi serta ‘tersingkir’ secara secara Komunitas Bambu, 2009), hlm. 58.
2Lihat Pujo Semedi, Close to the Stone, Far
from the Throne: The Story of A Javanese Fishing
Community 1820s-1990s (Yogyakart: Benang
Merah, 2003), hlm. 301.
2 | JURNAL AGASTYA VOL 04 NO 02 JULI 2014

mencakup bahasa, sistem teknologi dan alat memiliki keterkaitan yang sangat erat serta
produksi, sistem mata pencaharian hidup saling mempengaruhi. Dalam konteks itu
(ekonomi), sistem organisasi sosial, sistem makalah ini akan membahas beberapa hal,
pengetahuan, sistem religi, dan kesenian.3 yaitu kondisi ekologis dan potensi ekonomi
Sudah barang tentu unsur-unsur pantura Jawa, kejayaan sejarah pantura
kebudayaan masyarakat nelayan tersebut Jawa, dan perkembangan sistem
bukanlah merupakan sesuatu yang statis pengetahuan dan teknologi serta ekonomi
sebagaimana yang sering digambarkan oleh masyarakat nelayan di pantura Jawa.
banyak orang. Budaya mereka juga
mengalami perubahan-perubahan secara Ekologi dan Ekonomi
diakronis dari masa ke masa sebagai
dampak baik dari dinamika internal Laut Jawa membentang antara Pulau
maupun ekspansi kekuatan eksternal. Selain Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan
itu perubahan pada salah satu aspek Bali dan Lombok. Laut ini berbatasan
kebudayaan juga akan berpengaruh dengan Selat Karimata dan Selat Sunda di
terhadap aspek kebudayaan yang lain. sebelah barat dan di sebelah timur
Dalam hubungan itu, makalah ini akan berbatasan dengan Selat Makassar dan Laut
memfokuskan kajian pada tiga dari tujuh Bali. Batas sebelah utara adalah Pulau
unsur kebudayaan masyarakat nelayan di Kalimantan, sedangkan Pulau Jawa adalah
pantura Jawa bagian tengah dan timur yaitu perbatasan selatan. Laut Jawa memanjang
yang terkait dengan sistem pengetahuan, lebih dari 800 mil dari timur ke barat,
teknologi dan alat produksi, dan ekonomi. dengan luas rata-rata 250 mil.4 Laut ini
Ketiga unsur kebudayaan universal pada memiliki luas secara keseluruhan sekitar
masyarakat nelayan pantura Jawa tersebut 320.000 kilometer persegi dengan
akan ditinjau secara diakronis yang kedalaman sekitar 40-50 m.5
menekankan pada aspek-aspek sejarah dan
perkembangannya. Perlu juga ditekankan di 4 A.G. Findlay, A Directory for the

sini bahwa perubahan pada salah satu unsur Navigation of the Indian Archipelago and the
Coast of China from the Straits of Malacca and
kebudayaan juga akan memprekondisikan Sunda, and thePpassage East of Java to Canton,
perubahan pada unsur-unsur kebudayaan Shanghai, the Yellow Sea, and Korea (London:
Laurie, 1889), hlm. 699.
yang lain. Dalam hal ini antara sistem 5W. Rodhes (ed.), The Encyclopedia of
pengetahuan, teknologi dan ekonomi Oceanography (New York: Reinhold, 1966) 424-
429. See also C. Boissevain, Tropisch Nederland:
Indrukken Eener Reis door Nederlandsch-Indië
3 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu (Harleem: Tjeenk Willink, 1909) 50. The central
Antropologi (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), hlm. point of the Java Sea lies on 112 East longitude
203-204. and 5 South latitude.
M E N G E N A L S I S T E M P E N G E T A H U A N ………| 3

Kondisi alam pantai Laut Jawa sangat Pantai Laut Jawa di Kalimantan
heterogen. Pantai utara Jawa umumnya memiliki karakteristik dominan. Hampir
datar, di mana pohon besar bahkan dapat seluruh pantai selatan dan barat Kalimantan
tumbuh di sepanjang pantai. Pada zaman berlumpur dan rawa. Oleh sebab itu pada
dahulu orang masih sangat sulit untuk awalnya tidak ada kota di pantai di
memasuki pedalaman Jawa melalui pintu Kalimantan. Banjarmasin, misalnya, terletak
pantura Jawa. Ada beberapa puncak gunung, sekitar 13 mil dari pantai, sementara itu
yang dapat berfungsi sebagai seamarks. Pontianak terletak sekitar 12 mil dari muara
Beberapa puncak ini berasal dari ketinggian Sungai Mahakam yang dapat dilayari. Barito
10.000 sampai 11.000 kaki. Tanda alam ini dan Martapura merupakan sungai yang
sangat penting bagi pelaut khususnya untuk dapat dilayari mencapai Banjarmasin. Kota
pelayaran prahu tradisional dan nelayan. ini terletak di tepi Sungai Martapura, anak
Pantai di utara pulau Jawa umumnya Sungai Barito.9
berlumpur dan berpasir.6 Dibandingkan dengan pantai-pantai di
Pantai Laut Jawa yang terletak di Kalimantan, pantai sekitar Makassar
pulau Sumatra meliputi pantai Palembang, memiliki sedikit kendala seperti lumpur dan
Lampung, Selat Bangka, dan Selat Sunda. rawa-rawa. Sebagian besar kawasan di
Secara umum, seluruh pantai laut Jawa di di sekitar pelabuhan ini memiliki perairan
Palembang rendah, padat ditutupi oleh dalam, kapal dapat berlabuh dengan mudah.
hutan.7 Sementara itu pantai Laut Jawa yang Inilah sebabnya mengapa selama
ada di Pulau Bangka mengandung bebatuan pemerintahan kolonial Belanda Makassar
yang keras. Ada dua sungai yang dapat dijadikan sebagai pelabuhan besar untuk
dilayari menuju Palembang untuk kapal- kapal uap dan pelabuhan utama di kapal
kapal kecil yaitu sungai Musi dan Asin. berlayar di bagian timur kepulauan
Tidak seperti Palembang, tidak terdapat Indonesia.10
sungai besar di Teluk Betung. Kota ini Faktor alamiah telah memungkinkan
terletak di Teluk Lampung yang berfungsi Laut Jawa mengandung plankton yang
sebagai tempat berlindung dan jalan yang sangat kaya yang pada gilirannya menjadi
baik untuk Teluk Betung.8 tempat yang nyaman bagi ikan untuk
berkembang. Oleh sebab itu Laut Jawa juga

6 Findlay, A directory, hlm. 648. 9Allied Geographical Section, Southwest


7 H. Blink, Nederlandsch Oost- en West- Pacific Area, Terrain Handbook 63: Bandjermasin
Indië: Geographisch, Etnologisch en Economisch (30 March 1945), hlm. 7-9. See also J. Paulus,
Beschreven, tweede deel (Leiden: Brill, 1907), Encyclopaedie van Nederlands-Indië (The Hague:
hlm. 2-3. Nijhoff, 1917), hlm. 137.
8 Findlay, A directory, hlm. 73. 10 Findlay, A directory, hlm. 782.
4 | JURNAL AGASTYA VOL 04 NO 02 JULI 2014

memiliki potensi perikanan yang kaya sekitar 2 juta nelayan di pantai utara Jawa.14
pula.11 Diperkirakan terdapat sekitar 1.500 Namun demikian pertumbuhan jumlah
hingga 3.000 spesies kehidupan laut di nelayan yang begitu besar diiringi dengan
kawasan Laut Jawa baik dari jenis pelagic cara eksploitasi kekayaan perikanan yang
maupun demersal (dasar laut). Menurut tidak sustainable menyebabkan kawasan
catatan pada tahun 1984, potensi hasil laut Jawa menjadi daerah yang disebut
tangkapan ikan demersal di Laut Jawa overfishing.15 Dalam hubungan itu pula
adalah 738.320 metrik ton/tahun dan ikan muncullah paradok bahwa kemiskinan
pelagis sebanyak 624.840 metrik nelayan terjadi di tengah-tengah kawasan
ton/tahun.12 Selama ini, berbagai jenis ikan laut yang kaya. Hampir sebagian besar
yang ditangkap di kawasan Laut Jawa antara nelayan masih hidup dalam kemiskinan,
lain layur, tengiri, tongkol, kakap, belanak, bahkan mereka masih hidup di bawah garis
bawal, kembung, dorang, cucut, manyung, kemiskinan. Pada tahun 1996/1997
lemuru, dan sebagainya. Dengan potensi misalnya, pendapatan nelayan antara Rp
kekayaan ikan tersebut, maka pada tahun 82.000,00 – Rp 200.000,00 per bulan.
1991 misalnya, Laut Jawa memiliki andil 30 Jumlah tersebut masih jauh di bawah UMR
persen dari produksi perikanan di tingkat (Rp 380.000,00) per bulan.16
nasional.13 Selain itu sekitar 60 persen
14 “Lumpur Lapindo Ancam Mata
nelayan di Indonesia melakukan operasi di
Pencaharian Nelayan”, dalam:
kawasan Laut Jawa. Oleh karena itu tidak http://www.forumbebas.com/thread-
125508.html (Dikunjungi tanggal 15 Juni 2010).
mengherankan jika nelayan merupakan 15 William D. Sunderlin, “Beyond
mata pencaharian yang sangat penting bagi Mathusian Overfishing: The Importance of
Structural and Non-demographic Factors”,
masyarakat pantai utara Jawa dan daerah Traditional Marine Resources Management and
sekeliling Laut Jawa yang lainnya. Terdapat Konowledge Information Bulletin (4 September
1994), 3, dalam:
http://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:O
UqqY4hfz7cJ: 202.0.157.3/
coastfish/Sections/reef/Library/InfoBull/TRAD
11 Masyhuri, Menyisir Pantai Utara Jawa:
/4/TRAD4-2-Sun.pdf+over+fishing+java&hl
Usaha dan Perekonomian Nelayandi Jawa dan =id&gl=id&pid= bl&srcid= ADGEESi697kG-
Madura, 1850-1940 (Jakarta: Pusaka Nusatama, WC5joGGJ6mn2JX8fmMm8ZHjrUM0Z
1996), hlm. 26-27. yMi0FUbTOlPoMYyjHjlJPkKT5BckHPlifAr
12 Sutejo K. Widodo, Ikan Layang Terbang 7Cb7s2CoKS9c
Menjulang: Perkembangan Pelabuhan YpGf4OiuIwrs5RCJeHPYDcmyEe2
Pekalongan menjadi Pelabuhan Perikanan1900- M8zUI1rYvkXgI0aMPKY946Vt&sig=AHIEtbRuCa
1990 (Semarang: BP UNDIP-Toyota Foundation, 2-ubDlfHyvmpPiMFzWcYj54A
2005), hlm. 35. 16 “Kemiskinan Nelayan, dalam:
13 B. Sadhotomo & J.R. Durand, “General http://luckyfish06.co.cc/2009/10/kemiskinan-
Features of Java Sea Ecology”, dalam: nelayan/. Lihat juga Mohammad Takdir Ilahi,
file://localhost/C:/Users/LABSEJ~1/AppData/L “Kemiskinan Nelayan”.
ocal/Temp/010017248.pdf (Dikunjungi tanggal http://koran.republika.co.id/koran/0/107854/
15 Juni 2010). Kemiskinan_Nelayan
M E N G E N A L S I S T E M P E N G E T A H U A N ………| 5

Ada sesuatu yang terlupa bahwa atau juragan laut.17 Namun demikina
konsep nelayan itu sendiri sebetulnya menurut Masyhuri bahwa terdapat
bukanlah merupakan suatu konsep yang kecenderungan peningkatan kemakmuran
monolitik. Apa yang disebut sebagai di antara para nelayan. Hal itu bisa dilihat
‘nelayan’ sebetulnya merupakan suatu dari semakin banyaknya jumlah juragan laut
konstruksi masyarakat yang cukup dan juragan darat dan tentu saja juga jumlah
complicated. Dalam hubungan ini, tidak pandega.18
semua nelayan hidup di bawah garis Sistem bagi hasil dengan alat purse
kemiskinan. Ternyata terdapat kelompok seine mini adalah hasil total dikurangi
tertentu dari nelayan yang kaya atau bahkan terlebih dahulu dengan pengeluaran yang
sangat kaya bergantung dari posisi mereka terdiri dari retribusi sebesar 3 persen
dalam masyarakat nelayan itu sendiri dan ditambah biaya untuk asuransi, tabungan
posisi itu banyak ditentukan oleh kematian, dan tabungan paceklik. Setelah itu
penguasaan atas alat-alat produksi. Pada dikurangi biaya perbekalan dan sangu serta
masyarakat nelayan desa Ujungwatu untuk pemeliharaan alat sebesar 15 persen.
misalnya, terdapat tiga kelas sosial yang Sisanya kemudian dibagi menjadi 2 yaitu 50
memiliki perbedaan yang cukup signifikan, persen untuk juragan dan 50 persen untuk
yaitu kelompok nelayan kaya (juragan ABK (Anak Buah Kapal).19
darat), nelayan sedang (juragan laut), dan Kejayaan Sejarah Pantura
nelayan miskin (nelayan
buruh/pandega/jurag). Pertama, juragan Dengan potensi kekayaan laut yang sangat
darat terdiri dari para nelayan kaya yang besar dan didukung pula oleh kesuburan
memiliki seluruh peralatan melaut seperti daratan Jawa serta jumlah penduduk yang
perahu, motor tempel, jaring dan peralatan padat ditambah lagi dengan pertumbuhan
laut lainnya, tetapi mereka tidak secara penduduk yang relatif cepat telah
langsung ikut melaut. Kedua, juragan laut
termasuk kelompok nelayan menengah 17 Sugiyarto, “Perubahan Pandangan
Bekerja Masyarakat Nelayan Desa Ujungwatu,
yang memilki peralatan melaut tetapi
Jepara”, dalam:
mereka selalu melaut sebagai pimpinan http://www.google.co.id/search?q=ujung+watu
+jepara&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=
perahu/nahkoda. Ketiga, kelompok nelayan t&rls=org.mozilla:id:official&client=firefox-a
miskin atau nelayan buruh yang tidak 18 Masyhuri, Iptek dan Dinamika, hlm. 60.

memiliki peralatan utama melaut, sehingga 19 A. Dwihendrosopno, “Dampak


Modernisasi Alat Tangkap Ikan Terhadap Sistem
mereka selalu bekerja pada juragan darat Bagi Hasil Nelayan Di Desa Gempolsewu
Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal”, artikel
Hibah Penelitian Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu
Humaniora Universitas Diponegoro, 2009.
6 | JURNAL AGASTYA VOL 04 NO 02 JULI 2014

menempatkan pulau Jawa khususnya Mataram di Jawa Tengah yang sangat


kawasan pantura memiliki peran yang besar bergantung pada ekonomi pertanian sawah,
dalam sejarah Jawa khususnya dan sejarah wilayah pesisir dan lembah-lembah sungai
Indonesia bahkan Asia Tenggara pada di Jawa Timur belum belum berkembang
umumnya. Sebelum kedatangan bangsa- sebagai daerah-daerahpertanian yang
bangsa kolonialis, kawasan pantai utara surplus yang dapat mendukung kekuatan
Jawa memegang peran yang sangat politik kerajaan baru ini. Oleh karena itu,
signifikan dalam dinamika kebaharian di sejak periode awal raja-raja Jawa Timur
Nusantara. memberi perhatian yang lebih terhadap
Seperti diketahui bahwa sekitar abad perdagangan maritim. Hubungan
ke-7 masehi di kawasan Nusantara bagian perdagangan diselenggarakan baik dengan
barat telah berkembang kerajaan Sriwijaya. kawasan timur kepulauan Indonesia
Perkembangan kerajaan ini sejalan dengan (seperti Maluku) maupun dengan kawasan
perkembangan kekuasaan politik di Jawa bagian barat (seperti dengan orang-orang
Tengah (Kerajaan Mataram). Oleh sebab itu Sumatra dan Semenanjung Malaya yang
kompetisi dan konflik tidak dapat dihindari. pada waktu itu masih di bawah dikuasai
Kompetisi dan konflik antara Sriwijaya dan oleh kerajaan Sriwijaya).
kerajaan-kerajaan di Jawa menunjukkan Selama masa pemerintahan raja
intensitas tinggi ketika pusat kerajaan Dharmawangsa Teguh (985-1006), terjadi
Mataram dipindahkan dari Jawa Tengah ke peningkatan konflik ekonomi dan politik
Jawa Timur. Raja Sendok (929-947), telah antara Jawa dan Sriwijaya. Serangan
memindahkan istana dan ia diakui sebagai pasukan Dharmawangsa terhadap Sriwijaya
pendiri dinasti baru (Isyana) yang telah menempatkan kerajaan maritim ini
memerintah di Jawa Timur sampai 1222. pada 'posisi berbahaya'. Hanya dengan
Salah satu motif pemindahan ini adalah membangun hubungan baik dengan
untuk menghindari konflik dengan kerajaan Cola (India) dan Cina akhirnya
Sriwijaya. Munculnya kekuatan politik di Sriwijaya mampu melakukan serangan balik
Jawa Timur memberikan dampak yang terhadap pasukan Dharmawangsa. Bahkan
signifikan bagi perekonomian daerah di konspirasi yang didalangi oleh Sriwijaya
kawasan pantura Jawa bagian timur pada (dengan salah satu pengikut
khususnya dan kepulauan Indonesia pada Dharmawangsa) bisa menghancurkan istana
umumnya.20 Berbeda dengan kerajaan Dharmawangsa dan membunuhnya pada

20 O.W. Wolters, ‘Studying Srivijaya’, Quaritch Wales, ‘The Extent of Srivijaya’s


JMBRAS 2 (52) (1979), hlm. 6. Lihat juga H.G. Influence Abroad’, JMBRAS 1 (51) (1978), hlm. 5.
M E N G E N A L S I S T E M P E N G E T A H U A N ………| 7

tahun 1006 dalam sebuah insiden yang dan seorang saudara perempuan raja
populer disebut sebagai pralaya.21 Sriwijaya. Ada semacam konsensus di mana
Hubungan baik antara Sriwijaya Sriwijaya mengontrol bagian barat
dengan Chola tidak berlangsung lama. Pada Nusantara, sementara bagian timur berada
tahun 1007 Kerajaan Chola mulai di bawah kontrol oleh Airlangga. Namun
melakukan ekspansi ke wilayah timur. Pada demikian Jawa sebenarnya masih juga
1025 ibukota Sriwijaya diserang. Selama memiliki hubungan perdagangan dengan
agresi berikutnya di tahun 1027, raja bagian barat wilayah Nusantara.22
Sriwijaya (Sanggramawiyottunggawarman) Gelombang ekspansi Jawa semakin
dapat ditangkap. Tidak ada catatan tentang meningkat kembali ketika Kertanegara
nasib raja ini. Setelah jatuhnya istana memegang tampuk kekuasaan sebagai raja
Sriwijaya, serangan berikutnya diarahkan Singasari (Jawa Timur) pada tahun 1268.
ke daerah Sriwijaya di Semenanjung Malaya. Dengan meneruskan tradisi politik Jawa
Kelemahan Sriwijaya sebagai akibat dari yang anti dominasi Cina, ia mencoba untuk
agresi Kerajaan Chola telah menimbulkan memperluas pengaruhnya dengan
dua dampak yang signifikan. Pertama, membentuk aliansi militer dan politik di
penerus Dharmawangsa, yaitu Airlangga antara kekuatan-kekuatan di Nusantara. Dia
(1019-1042) dapat merebut kembali menyadari bahwa Cina adalah kekuatan
daerah-daerah yang melepaskan diri setelah raksasa yang harus dihadapi bersama. Dia
peristiwa pralaya pada tahun 1006. Kedua, ingin menampilkan Singasari sebagai
serangkaian serangan Chola mungkin kekuatan baru di Nusantara (termasuk
memberikan kesadaran kepada penguasa dunia Jawa dan dunia Melayu). Dia
Sriwijaya kemitraan yang baik dengan menggantikan semua pejabat yang tidak
Kerajaan Chola bisa berubah menjadi sejalan dengan ambisinya. Kerajaan
perang dan penaklukan. Hal ini menjadi Sriwijaya dan vassal-vassalnya yang secara
pendorong bagi munculnya ‘gentlement tradisional menjalin hubungan baik dengan
agreement ‘ di antara kekuatan utama di Cina dipaksa untuk menjadi aliansi
Dunia Melayu dan Dunia Jawa. Situasi ini Kertanegara dengan mengirimkan Ekspedisi
menjadi semakin mengkristal ketika dua Pamalayu pada 1273. Tampaknya ia
kekuatan ini bersekutu untuk menghadapi
22 Setelah periode itu Sriwijaya
kerajaan Cola melalui perkawinan politik mengalami kemunduran. Berdasarkan informasi
antara Airlangga (penerus Dharmawangsa) dari sumber-sumber Cina dapat diketahu bahwa
utusan Sriwijaya yang terakhir dikirim ke Cina
pada tahun 1178. Hal itu mengindikasikan
bahwa kerajaan Sriwijaya telah lemah. Kerajaan-
D.G.E. Hall, Sejarah Asia Tenggara
21 kerajaan vassal Sriwijaya mulai mengirimkan
(Surabaya: Usaha nasional, 1988), hlm. 66. utusan-utusannya sendiri ke Cina.
8 | JURNAL AGASTYA VOL 04 NO 02 JULI 2014

mencoba untuk menyatukan Jawa dan dunia mampu secara terus-menerus mengontrol
Melayu untuk menghadapi Cina. Selat Malaka, tetapi sejauh ini Majapahit
Jika selama masa kerajaan Singasari, dipercaya sebagai kerajaan yang terbesar
aliansi kekuatan politik antara Jawa dengan dan terkuat di antara negara-negara Jawa,
Melayu dilakukan dengan relatif damai, dan tidak tidak memiliki saingan yang
namun setelah masa kerajaan Majapahit berarti di Nusantara selama lebih dari satu
(didirikan sejak 1292) kesatuan didirikan abad.
dengan kekuatan militer. Jika upaya raja Pertikaian internal kerajaan
Kertanegara untuk menyatukan dunia Majapahit pada akhir abad ke-14 telah
Melayu dengan dunia Jawa terutama menyebabkan daerah-daerah vassal
ditujukan untuk menghadapi bahaya Majapahit memerdekakan diri. Salah satu
ekspansi eksternal (dari Cina), kesatuan bekas vassal Majapahit yang terletak di
Majapahit ini terutama didorong oleh jantung dunia Melayu, Malaka, juga
ambisi untuk menundukkan kekuasaan melepaskan diri dari Majapahit. Munculnya
politik lokal di bawah bendera integrasi Malaka sebagai sebuah negara merdeka di
Majapahit. Dengan menerapkan kebijakan akhir abad ke-14 segera menjadi pusat
seperti itu, Majapahit bisa 'mewarisi' perdagangan dunia Melayu. Bangkitnya
sebagian besar bekas wilayah Sriwijaya.23 Malaka dapat diasumsikan untuk
Meskipun tampaknya Majapahit tidak menggantikan peran yang sebelumnya
dimainkan oleh Sriwijaya. Perkembangan
23 Sumber tradisional dari pertengahan
abad keempat belas, seperti Pararaton (1350) Malaka diuntungkan oleh dua kondisi yaitu
dan Negarakertagama (1365), menyediakan
banyak informasi mengenai berbagai tempat terjadinya proses kehancuran kerajaan
yang diklaim dan dikuasai oleh kerajaan Majapahit sebagai akibat pertikaian internal
Majapahit. Tempat-tempat ini mencakup
Palembang, Jambi, Kampar, Siak, Rokan, Lamuri, dan perlindungan kaisar Cina dari ancaman
Barus, Haru di Sumatera; Pahang, Kelang, Sai
dan Trenggano di Semenanjung Malaya; Sampit, yang datang dari Ayutthaya yang mulai
Kapuas, Barito, Kutai dan Sedu di Kalimantan; mengembangkan kekuatan militer mereka
Butung, Luwuk, Banggai , Tabalong dan Sedu di
Sulawesi; Wandan di Maluku; Seran di Irian; ke selatan. Selama periode itu, Cina aktif
Sumba dan Timor di pulau-pulau Nusatenggara.
Meskipun daftar kapal Majapahit diragukan, ada untuk patroli ke kawasan Nanyang (daerah
bukti kuat bahwa tempat-tempat yang selatan) yang dipimpin oleh komandan
disebutkan dalam sumber-sumber yang
dihubungkan oleh sebuah jaringan maritim. Cheng-Ho.
Lihat A.B. Lapian, ‘The maritime network in the
Indonesian archipelago in the fourteenth Selain itu, perkembangan Malaka juga
century’, dalam: SEAMEO Project in Archeology seiring dengan semakin meningkatnya
and Fine Arts SPAFA, FinalRreport: Consultative
Workshop on Research on Maritime Shipping and peran para pedagang muslim di sepanjang
Trade Networks in Southeast Asia (Cisarua, West
Java, Indonesia: 20-27 November 1984), hlm.
Jalur Sutra maritim antara Timur Tengah
71-80. dan Asia Tenggara. Dengan memeluk Islam,
M E N G E N A L S I S T E M P E N G E T A H U A N ………| 9

penguasa Malaka berhasil menarik Jawa dapat dilihat di Malaka sebagai pusat
dukungan politik dan dukungan ekonomi perdagangan terbesar di Nusantara
dari pedagang muslim. Dalam waktu singkat menjelang kedatangan bangsa-bangsa Barat.
Malaka menjadi pusat kegiatan Schrieke mengatakan bahwa perdagangan
perdagangan di Asia Tenggara. Pelabuhan di Nusantara pada waktu itu ‘largerly in
ini segera berfungsi sebagai titik transit Javanese hands’.24 Sementara itu Meilink-
komoditi dari kepulauan Indonesia dan Roelofsz menyatakan bahwa Malaka yang
kemudian didistribusikan ke timur dan / merupakan pasar internasional terbesar di
atau ke barat. Nusantara di mana 84 bahasa digunakan
Sementara itu, Jawa juga mengalami setiap hari didominasi oleh dua dua
perkembangan yang menarik. Islam mulai kelompok pedagang paling kaya dan paling
merambah kehidupan politik dan sosial di berkuasa yaitu orang-orang India dan orang
kawasan patura Jawa sehingga menyulitkan Jawa.25 Dengan demikian hubungan dagang
Majapahit dalam mempertahankan antara pantai utara Jawa dengan Malaka
kekuasaannya di jantung Pulau Jawa. Sejak menjadi sangat erat.26
abad ke-15, keseimbangan kekuasaan di Pendidikan dan penyebaran Islam
Nusantara menjauh dari kerajaan Majapahit juga menjadi fondasi bagi pengaruh budaya
dan kota-kota pelabuhan di pantura Jawa Jawa di luar Jawa. Di samping Aceh dan
satu per satu masuk Islam dan ditarik ke Minangkabau, pengaruh Islam dari Jawa di
dalam orbit komersial Malaka. Hal ini wilayah sekitar Laut Jawa juga signifikan.
sejalan dengan kedatangan Portugis di awal Meskipun keberadaan Islam di Jawa sendiri
abad ke-16 ketika kerajaan Majapahit hanya masih kecil dibandingkan Islam di Aceh
bertahan sebagai negara pedalaman kecil di (Samudra Pasai) misalnya, pelembagaan
bagian timur Jawa. pendidikan Islam di Jawa, yaitu pesantren
Sejalan dengan proses integrasi lebih berkembang daripada di tempat-
politik, difusi sosial dan budaya juga terjadi. tempat lain di Nusantara. Sejak abad ke-15
Selain memanfaatkan saluran politik, difusi salah satu kota di pantura Jawa, yaitu Gresik
budaya juga terjadi melalui aktivitas
24 B. Schrieke, Indonesia Sociological
perdagangan, migrasi, pendidikan Islam, Studies (Bandung: Van Hoeve, 1957), hlm. 64.
penggunaan bahasa Jawa di pesantren, dan 25 M.A.P. Meilink-Roelofsz, Asian Trade

and European Influence in the Indonesian


lain-lain. Ekspansi politik ekspansi dan Archipelago between 1500 and about 1630 (The
aktivitas pelayaran dan perdagangan Hague: Nijhoff, 1962), hlm. 37, 55.
26 Nordin Hussin, Trade and Society in the
memungkinkan terjadinya migrasi berbagai
Straits of Melaka: Dutch Melaka and English
kelompok-kelompok etnis di kawasan Penang, 1780-1830 (Singapore: NUS Press &
Nusantara. Dalam hal ini peranan orang NIAS Press, 2007), hlm. 10-11.
10 | JURNAL AGASTYA VOL 04 NO 02 JULI 2014

(Pesantren Giri), menjadi pusat penting kepada kekuatan lokal. Mereka merasa telah
pendidikan Islam di Nusantara. Murid- disahkan oleh kekuatan politik dan militer
murid pesantren ini tidak hanya dari Jawa besar dari Jawa. Beberapa sumber sejarah
tetapi juga dari berbagai daerah di lokal dari daerah-daerah sekitar Laut Jawa
Kepulauan Indonesia, bahkan dari dunia bercerita tentang kekuatan politik lokal
Melayu. Pesantren ini didirikan oleh Sunan yang bangga menjadi bagian dari integrasi
Giri (Raden Paku) yang diyakini sebagai Jawa. Selain itu, beberapa penguasa lokal di
salah satu Wali Songo di Jawa.27 wilayah sekitar Laut Jawa juga bangga jika
Sangat menarik bahwa bahasa Jawa, mereka bisa menikah dengan keluarga
bukan bahasa Melayu, digunakan sebagai kerajaan Jawa dan akhirnya mereka
media pengajaran di pesantren. Murid mendapat gelar bangsawan dari Raja Jawa.28
(santri) dari berbagai daerah di Nusantara Hal ini juga sangat menarik bahwa
harus belajar bahasa Jawa sebelumnya kehadiran unsur-unsur budaya Jawa di
sebelum belajar hukum Islam di pesantren. daerah-daerah di luar Jawa bukan hanya
Ini berarti bahwa lebih banyak orang dari diterima untuk memperkaya budaya lokal
luar Jawa belajar kebudayaan Jawa tetapi juga menjadi semacam simbol
termasuk cara berpikir dan berperilaku prestisius. Bahkan, hal-hal yang di Jawa
orang Jawa. Ketika murid-murid kembali ke hanya digunakan sebagai koin yang
daerah mereka sendiri setelah bergambar tokoh pewayangan Semar
menyelesaikan studi, mereka menyebarkan misalnya, digunakan sebagai jimat di
pengetahuan Islam dalam bahasa campuran, Kelantan. Masyarakat setempat menyebut
antara bahasa lokal dan Jawa. Jika bahasa koin sebagai ‘amulet Jawa’ atau ‘fetis Jawa’
Melayu diakui sebagai lingua franca untuk atau ‘jimat Jawa’. Barang ini diyakini mampu
kegiatan perdagangan, bahasa Jawa menyembuhkan berbagai penyakit.29
digunakan untuk lingua franca dunia Uraian di atas memberikan gambaran
pendidikan Islam di kepulauan Indonesia. yang cukup jelas bahwa sebelum dominasi
Tampaknya secara politis, proses kolonialisme Belanda, kekuatan maritim
integrasi yang dilaksanakan oleh kerajaan- yang berbasis di pantura Jawa memiliki
kerajaan Jawa, di beberapa kasus, dapat andil yang signifikan dalam ikut
dipahami oleh beberapa unsur-unsur lokal menentukan dinamika kebaharian di
sebagai kekuatan eksternal yang dapat
Hal ini bisa dilihat dalam banyak cerita
28
memberikan rasa bangga dan wewenang yang dipaparkan dalam kitab Sejarah Melayu.
Lihat Abdullah (ed.) Sedjarah Melayu (Djakarta:
Djambatan, 1958), hlm. 145.
Umar Hasyim, Sunan Giri (Kudus:
27 29A. Rentse, ‘Majapahit Amulets in
Menara, 1979). Kelantan’, JMBRAS 14 (1936), hlm. 300-304.
M E N G E N A L S I S T E M P E N G E T A H U A N ………| 11

perairan Nusantara. Dinamika kebaharian sistem pengetahuan dan teknologi pada


itu telah memungkinkan terjadinya masyarakat nelayan di pantura Jawa secara
hubungan-hubungan lintas budaya di antara umum.
berbagai kelompok etnis yang ada di Seperti diketahui bahwa di Nusantara
Nusantara baik melalui aktivitas diplomasi pun aktivitas mencari dan mengumpulkan
politik, militer, perdagangan, penyebaran sumber daya pangan yang berasal dari laut
agama, unsur-unsur budaya, dan tentunya sudah ada jauh sebelum datangnya
sebagainya. Namun demikian sayang sekali pengaruh India dan sudah dilakukan oleh
bahwa peran masyarakat nelayan masih berbagai komunitas historis yang mendiami
terasa berada di tempat yang marginal. pulau-pulau di Nusantara sejak ribuan
Peran-peran besar itu biasanya dipegang tahun yang lalu. Hal itu mudah dipahami
oleh kelompok pedagang, pelaut, bisnismen, mengingat bahwa sebagai penghuni
dan sebagainya. kawasan bahari tentunya mereka sangat
akrab dengan dunia laut. Peninggalan
Perkembangan Sistem Pengetahuan dan arkeologis dari Jaman Batu Pertengahan
Teknologi (messolithikum) yang disebut sebagai
kjokkenmoddinger atau secara harafiah
Sebagaimana yang telah disinggung dalam diterjemahkan sebagai sampah dapur, yaitu
bagian pendahuluan bahwa sebagai sebuah sampah-sampah dapur yang sudah
kategori entitas kultural, masyarakat memfosil yang berasal dari kulit kerang dan
nelayan sudah mengembangkan ‘budaya tulang berbagai binatang laut yang
nelayan’ yang sebetulnya merupakan genre merupakan sisa-sisa makanan jaman batu,
tertentu dari budaya bahari secara umum. menunjukkan betapa nenek moyang bangsa
Sebagai sebuah kategori kultural, budaya Indonesia dahulu sudah memanfaatkan
nelayan juga memenuhi tujuh unsur sumber daya bahari sebagai bahan makanan
kebudayaan, termasuk di dalamnya adalah mereka. Hal itu juga berarti bahwa
sistem pengetahuan dan teknologi. Bahkan kenelayanan sudah merupakan bagian dari
bisa dikatakan bahwa matapencaharian sistem mata pencaharian hidup mereka.
nelayan merupakan aktivitas ekonomi yang Namun demikian aneh sekali bahwa
paling tua dalam ekonomi maritim sehingga mata pencaharian hidup kenelayanan
di samping memiliki sistem pengetahuan sebagai mata pencaharian hidup tertua
tertentu yang berkaitan dengan dalam masyarakat mahari ini mengalami
kenelayanan juga meiliki teknologi dan alat- perkembangan yang sangat lamban. Hal ini
alat produksi dalam konteks perikanan. barangkali juga terkait dengan kemajuan
Oleh sebab itu, bagian ini akan mengkaji pengetahuan dan teknologi serta alat
12 | JURNAL AGASTYA VOL 04 NO 02 JULI 2014

produksi, khususnya yang terkait dengan kaitannya dengan dunia kenelayanan atau
pengetahuan dan teknologi penangkapan aktivitas penangkapan dan pemanfaatan
dan pengawetan produk perikanan. Oleh ikan. Ada beberapa pengetahuan tradisional
karena itu meskipun pemanfaatan produk dalam budaya nelayan yang akan
laut sebagai bahan pangan yang dihasilkan difokuskan dalam makalah ini, yaitu
oleh kegiatan kenelayanan sudah dikenal pengetahuan tentang posisi dan arah di
sejak jaman batu namun selama ribuan tengah laut, pengetahuan tentang cuaca, dan
tahun belum berkembang sebagai arah angin.
komoditas yang mampu mendominasi
kehidupan kemaritiman, misalnya sebagai Pengetahuan tentang Posisi dan Arah di
komoditas dagang yang penting. Oleh Tengah Laut
karena itu perlu dikaji perkembangan Bagi nelayan dan pelaut modern,
sistem pengetahuan dan teknologi dalam untuk mengetahui posisi dan arah di tengah
budaya masyarakat nelayan. laut bukan merupakan sesuatu yang sulit.
Mereka dapat menggunakan peralatan yang
A. Sistem Pengetahuan canggih. Untuk mengetahui posisi geografis,
Sebagai suatu sistem mata mereka dapat menggunakan GPS
pencaharian tertua di bidang kebaharian, (Geographical Positioning System) yang
mata pencaharian nelayan sudah memiliki memungkinkan mereka dapat mengetahui
sistem pengetahuan yang cukup established. posisi geografis di mana mereka berada
Sistem pengetahuan dalam budaya dengan mengetahui letak pada posisi lintang
masyarakat nelayan ini mengalami ataupun bujur secara tepat. Di samping itu
perkembangan dari waktu ke waktu. Namun nelayan sekarang sudah menggunakan
demikian sudah barang tentu untuk melacak kompas yang memungkinkan mereka
secara tepat tahap-tahap perkembangan mengetahui secara tepat arah mata angin
sistem pengetahuan pada masyarakat sehingga tidak mungkin salah arah atau
nelayan sulit untuk dilakukan. Hal itu ‘kesasar’ di tengah laut meskipun pada
dikarenakan proses transmisi pengetahuan malam hari.
kenelayanan dari generasi ke generasi Namun demikian para nelayan
berjalan tanpa banyak meninggalkan tradisional jaman dulu belum mengenal GPS
catatan atau dokumen yang dan kompas. Pertanyaannya adalah
memungkinkannya untuk dilacak bagaimana mereka mengetahui posisi dan
perkembangannya. Dalam makalah ini arah di laut sehingga mereka bisa pulang
hanya akan dideskripsikan mengenai sistem kembali ke kampung halamannya dan tidak
pengetahuan masyarakat nelayan yang ada ‘kesasar’ atau tersesat. Dalam hal ini, para
M E N G E N A L S I S T E M P E N G E T A H U A N ………| 13

nelayan tradisional menggunakan gejala- keberadaan bintang Gubug Pnceng ini


gejala dan kejadian alam untuk dapat sangat terkenal karena daerah ini
mengetahui posisi mereka dan arah ke merupakan kawasan yang terletak di
mana mereka akan pergi. Gejala alam kawasan belahan bumi bagian selatan.
tersebut antara lain puncak gunung yang
dapat dilihat dari laut dan letak bintang di Pengetahuan tentang Iklim dan Cuaca
langit. Tidak sulit bagi nelayan modern
Jika puncak gunung hanya dapat untuk mengetahui cuaca di tengah lautan
digunakan pada siang hari dan dengan jarak pada hari tertentu. Bahkan cuaca beberapa
pandang yang terbatas maka letak bintang hari mendatang dapaty diketahui dengan
dapat dimanfaatkan pada malam hari ketika baik sehingga mereka dapat
cuaca tidak mendung ataupun hujan. Dalam mempertimbangkan untuk telap melaut
hal ini rasi bintang yang dapat dengan atau menunda terlebih dahulu sehubungan
mudah dipakai sebagai penanda dan dengan cuaca yang tidak menguntungkan.
sekaligus petujuk arah adalah rasi bintang Dalam hal ini mereka dapat mencari
salib selatan atau zuiderkruis atau Crux atau informasi di kantor BMG (Badan
di Jawa disebut sebagai ‘lintang gubug Meteorologi dan Geofisika). Bahkan mereka
penceng’ (bintang gubug miring). Rasi dapat memperoleh informasi tentang cuaca
bintang ini terletak di belahan bumi bagian tersebut melalui siaran televisi ataupun
selatan. Jika orang dalam perjalanan radio. Namun demikian hal semacam itu
kehilangan arah di malam hari, maka ia tidak bisa diperoleh oleh nelayan tradisional
dapat melihat kedudukan rasi bintang ini. jaman dahulu karena belum ada BMG yang
Bentuk rasi bintang ini seperti layang- sudah menggunakan perangkat yang
layang. Cara untuk menentukan titik selatan canggih. Bagi nelayan tradisonal jaman
adalah dengan menarik garis lurus bintang dahulu, untuk mengetahui keadaan atau
yang paling atas ke arah bumi melalui perubahan cuaca dan iklim digunakan
bintang yang paling bawah. Unjung garis pertanda dan gejalan alam misalnya
dan terusannya adalah titik selatan yang kemunculan dan letak rasi bintang tertentu,
sesungguhnya.30 Di sepanjang pantura Jawa, arah dan sifat angin, kilatan cahaya di langit,
dan sebagainya. Pengetahuan tentang
30 Namun jika orang berada pada belahan gejalan alam semacam ini sangat penting
bumi bagian utara, di sebagian tempat tidak
akan terlihat rasi bintang gubug penceng karena
bumi berbentuk bulat. Sebagai gantinya, di langit maka tepat di atas ubun-ubunnya adalah
belahan bumi bagian utara akan terlihat rasi Bintang Polaris. Lihat “Bintang”, dalam:
bintang Ursa Mayor. Pada ujung Ursa Mayor file://localhost/C:/Users/LABSEJ~1/AppData/L
terdapat bintang Polaris. Seandainya ada orang ocal/Temp/BINTANG.pdf (Dikunjungi tanggal
berdiri di titik Kutub Utara dan menengadah ke 15 Juni 2010.
14 | JURNAL AGASTYA VOL 04 NO 02 JULI 2014

bagi para nelayan karena dengan dalam suasana yang terang maka nelayan
pengetahuan dan pengalaman yang tepat, dengan suka-cita mencari ikan di laut.
para nelayan akan dapat bertindak dengan Lintang Wunoh ini akan selalu bergerak ke
tepat pula sehingga mereka akan arah barat daya sedangkan Lintang Waluku
mendapatkan penghasilan yang banyak dan bergerak dari timur ke barat dengan arah
dapat dihindari adanya berbagai bencana di yang lurus. Sementara itu jika bintang
laut seperti badai. Dengan memiliki Gubug Penceng mulai terlihat dipandang
kemampuan untuk dapat melihat gejala- menandakan bahwa musim ikan telah mulai
gejala alam seperti itu para nelayan tiba dan para nelayan dapat
tradisional jaman dahulu dapat mempersiapkan dan memperbaiki
meprediksikan keadaan yang akan terjadi peralatan untuk turun ke laut. Bintang
misalnya waktu musim ikan atau sebaliknya Gubug Penceng yang muncul terutama pada
paceklik ikan, musim ombak besar, dan bulan Mei, Juni dan Juli ini oleh para nelayan
sebagainya. diyakini bergerak ke arah barat daya.32
Kemunculan Lintang Waluku atau Sementara itu masyarakat nelayan
Orion yang ditandai dengan bertiupnya tradisional di kawasan Rembang juga
angin timur laut, misalnya, dijadikan sebagai mengenal adanya ‘Lintang lanjar’. Apabila
patokan untuk memulai masa tanam bagi bintang ini menampakkan diri maka
petani.31 Dengan adanya musim angin timur masyarakat menandai akan datangnya
lain ini, para nelayan mulai hati-hati untuk musim angin keras yang disertai dengan
mencari ikan di laut karena ombak hujan lebat yang disebut dengan istilah
diperkirakan akan besar. Dalam pandangan ‘barat lanjar’, artinya angin kencang yang
orang Jawa, rasi bintang Orion ini disebabkan oleh munculnya ‘lintang lanjar’.
digambarkan berbentuk seperti waluku Kalau sudah demikian, para nelayan tidak
atau bajak yang sedang ditarik oleh sapi berani melaut untuk mencari ikan ke lepas
ataupun kerbau. pantai. Jika mereka terpaksa melaut
Sementara itu jika Lintang Wunoh biasanya hanya di pantai saja dan apabila
muncul di cakrawala sebelah timur laut mulai muncul awan, mereka segera menepi
dalam suasana remang-remang, maka karena takut datangnya angin dan ombak.33
diperkirakan akan terjadi cuaca buruk
sehinga nelayan tidak berani turun ke laut. 32 D.A. Rinkes, N. Van Zalinge,J.W. De
Sebaliknya jika Lintang Wunoh ini muncul Roever (eds), Het Indische Boek der Zee (Batavia:
Kolff, 1925), hlm. 30.
33 Akhmad Solihin, “Mencermati Program
31 “Astronomi”, dalam: Relokasi Nelayan”, Pikiran Rakyat ( 10 Januari
http://id.wikipedia.org/wiki/Astronomi 2004), dalam:
(dikunjungi tanggal 15 Juni 2010). http://ikanbijak.wordpress.com/2008/03/14/
M E N G E N A L S I S T E M P E N G E T A H U A N ………| 15

Kilatan cahaya yang muncul di ufuk timur mereka, musim ikan berubah-uabah secara
pada sore hari ketika cuaca sedang terang siklis selama tiga bulanan tanpa terikat pada
juga merupakan bagian dari pengetahuan perhitungan bilan dalam kalender. Jika
masyarakat nelayan. Gejala alam seperti itu dalam rentang waktu tiga bulan mereka
dipahami sebagai sebuah pertanda menikmati panen ikan secara besar-besaran
kemungkinan terjadinya gelombang besar. maka pada tiga bulan berikutnya akan
Jika para nelayan di tengah lautan melihat mengalami masa sulit ikan. Namun
gejala semacam itu maka mereka segera demikian masa sulit ikan selama tiga bulan
buru-buru untuk pulang karena takut akan tersebut akan segera disusul oleh masa
terhantanm oleh gelombang besar.34 panen ikan selama tiga bulan berikutnya
Adalah suatu yang menarik bahwa dan seterusnya.35
sistem pengetahuan pada masyarakat
nelayan tradisional dibangun dengan cara Pengetahuan Arah Arus dan Angin
mencermati gejala-gejala alam secara siklis Pengetahuan mengenai arah angin
berulang-ulang. Mereka memiliki dan arus di tengah lautan juga sangat
pengetahuan bahwa peredaran bulan yang penting bagi nelayan tradisional pada jaman
merupakan gejala alam digunakan sebagai dulu. Jika mereka tidak memiliki
patokan. Pada masa petengan periode paroh pengetahuan itu maka niscaya mereka akan
kedua dari setiap bulan, yaitu sekitar menghadapi kesulitan di laut dan bahkan
tanggal 15 hingga awal bulan berikutnya tidak bisa pulang ke kampung mereka.
(sistem kalender Jawa) diyakini bahwa ikan Sudah barang tentu pengetahuan semacam
akan banyak bermunculan di laut. Dengan ini juga dimiliki oleh masyarakat nelayan
demikian para nelayan betul-betul secara umum. Menarik sekali hasil
menyiapkan segala sumber daya yang ada penelitian yang dilakukan oleh antropolog
untuk mencari ikan di laut. Sebaliknya pada Gene Ammarel dari Ohio University
masa wulan benter tidak akan banyak ikan Amerika serikat. Salah satu kutipan hasil
bisa dijumpai di laut sehingga seringkali penelitiannya yang menunjukkan
para nelayan agak enggan untuk melaut. pengetahuan para pelaut tradisiomal
Selain itu pemahaman siklis ini juga dimiliki Mandar, antara lain sebagai berikut:36
oleh para nelayan. Menurut pengetahuan

35 Ibid., hlm. 59.


mencermati-program-relokasi-nelayan/ 36“Resensi – Navigasi Bugis: Sebuah
(Dikunjungi tanggal 16 Juni 2010). Pengetahuan Kebaharian Indonesia”, dalam:
34 A.M. Djuliati Suroyo, dkk., Sejarah dan http://beritadaerah.com/artikel.php?pg=artikel
Budaya Maritim di Lasem (Semarang: Laporan _national&id=10207&sub=Artikel&page=17
Penelitian UNDIP, 1994), hlm. 58. (Dikunjungi tanggal 15 Juni 2010).
16 | JURNAL AGASTYA VOL 04 NO 02 JULI 2014

"... Seiring diangkatnya sauh, Gunung Sindoro, Sumbing, dan Prahu untuk
saya bertanya ke arah manakah
daerah pantai Pekalongan dan sekitarnya,
arus bergerak? Yang
mengejutkan saya, Najamuddin Gunung Ungaran untuk kawasan Semarang
tidak melihat ke laut yang
dan sekitarnya, Gunung Muria untuk daerah
dangkal dan berhias terumbu.
Melainkan, seakan tertuntun Jepara, Gunung Lasem untuk daerah
secara refleks, matanya
Rembang dan sebagainya.37
terangkat ke langit dan,
sementara menyapukan Pada bulan November hingga sekitar
pandangan dari satu cakrawala
Februari biasanya angin dan ombak datang
ke cakrawala lain, dia bertanya
seperti sedang berpikir keras, dari arah timur laut. Sebaliknya pada musim
"Bulan di mana?" Akhirnya
kemarau yang biasanya berlangsung sejak
diketahui, bulan berusia
sembilan hari belum terbit pukul bulan April hingga Oktober, angin dan
10 pagi saat kami berangkat.
ombak akan bergerak dari arah barat laut.
Demi mengetahui bahwa air
sedang surut, dia mencatat Di kawasan patai utara Jawa, jika pada
bahwa arus sedang mengalir ke
malam hari yang cerah, arah timur dapat
barat ..."
diketahui dengan cara melihat bintang yang
Tampaknya pengetahuan serupa juga
oleh para nelayan disebut sebagai ‘Lintang
dimiliki oleh para nelayan tradisional di
Pating’ yaitu sebuah bintang besar yang
pantai utara Jawa. Untuk mengetahui arah
tidak pernah berubah posisinya.
angin jika sedang di tengah lautan, para
nelayan tradisional cukup mengamati gerak
B. Sistem Teknologi dan Alat Produksi
ombak itu sendiri. Mereka memiliki
Sebagai sebuah kategori budaya,
pengetahuan bahwa ombak bergerak
nelayan juga sudah mengembangkan sistem
dengan arah yang tetap pada musim-musim
teknologi dan alat produksi. Dalam hal ini
tertentu. Gejala alam yang berulang-ulang
sistem teknologi dan alat produksi dalam
ini kemudian dijadikan sebagai patokan.
budaya masyarakat nelayan tentu saja
Mereka juga memiliki pengetahuan bahwa
berkaitan erat dengan sistem ekonomi
sebelum ombak datang mereka sudah bisa
nelayan yang menggantungkan pada
mendeteksi dengan mengamati arus yang
eksploitasi sumber daya bahari yang berupa
sedang bergerak. Biasanya angin datang
perikanan dan sejenisnya. Sebagai
setelah ombak datang. Jika mereka
matapencaharian tertua dalam masyarakat
kihilangan arah pada siang hari, biasanya
bahari, kenelayanan atau perikanan tentu
mereka masih memiliki patokan yang
saja sudah memiliki sistem teknologi dan
berupa puncak gunung seperti gunung
alat produksi secara turun-temurun. Sudah
Ceremai di daerah Cirebon, Gunung Slamet
untuk daerah Jawa Tengah bagian barat, 37 Findlay, A directory, hlm. 639-655.
M E N G E N A L S I S T E M P E N G E T A H U A N ………| 17

barang tentu sistem teknologi dan alat Jukung dan Prahu


produksi tersebut mengalami Pada awalnya manusia pantai berburu
perkembangan dari waktu ke waktu. atau menangkap ikan di pantai yang dangkal
Teknologi dan alat produksi dalam sektor sehingga mereka tidak memerlukan prahu.
perikanan ini secara umum mencakup Mereka cukup membawa alat tertentu
penangkapan, pembudidayaan dan seperti panah untuk menangkap ikan atau
pengolahan hasil. Namun demikian, hanya dengan menggunakan tangan untuk
makalah ini hanya akan memfokuskan pada mencari kerang. Dalam perkembangannya
sistem teknologi dan alat produksi yang ketika pengetahuan dan pengalaman
dimiliki atau pernah dimiliki oleh mereka bertambah akhirnya mereka
masyarakat nelayan pantura Jawa secara membuat peralatan agar bisa menangkap
umum. ikan yang lebih banyak di perairan yang
lebih dalam dengan menggunakan alat
1.Teknologi Alat Tangkap tertentu yang kemudian disebut prahu.
Teknologi alat tangkap berkembang Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
terlebih dahulu daripada teknologi oleh Horidge dapat diketahui bahwa
budidaya, sebab pada tahap awal terdapat dua jenis prahu yang digunakan
masyarakat pantai juga masih dapat oleh nelayan yaitu jukung dan mayang.
dikategorikan sebagai masyarakat berburu Jukung atau di kawasan kain disebut
dan meramu. Hanya saja jika masyarakat sebagai kano merupakan prahu kecil yang
berburu dan meramu di pedalaman terbuat dari sebatang kayu yang dikeruk
mengacu kepada perburuan binatang dan pada bagian tertentu sehingga dapat
mengumpulkan makanan dari hutan maka difungsikan untuk alat transport di laut. Di
pada masyarakat nelayan perburuan dan Jawa, bentuk prahu semacam ini juga
peramuan itu berasal dari sumber daya disebut sebagai ‘prahu lesung’. Di kawasan
kelautan, yaitu berburu atau menangkap Asia Pasifik jenis prahu jukung ini disebut
ikan di pantai. Perbedaan lain adalah bahwa sebagai ‘dug-out cano’. Sementara itu prahu
jika alat berburu di pedalaman lebih mayang merupakan perahu yang dibuat dari
sederhana yaitu hanya menyangkut papan kayu. Jukung ini memiliki variasi
persenjataan, maka peralatan berburu di ukuran yang berbeda dan memiliki nama
laut sedikit lebih komplek di samping yang berbeda-beda pula antara satu daerah
menyangkut peralatan tangkap juga dengan daerah lainnya. Di Cirebon misalnya
menyangkut sarana yang khas yang berupa dikenal nama jukung lawak, di Tegal
prahu agar mereka bisa mengarungi laut. terdapat nama jukung klitik, di Semarang
terdapat cemplon, di Surabaya terdapat
18 | JURNAL AGASTYA VOL 04 NO 02 JULI 2014

jaten, sedangkan di ujung Jawa Timur dengan berbagai versi, ukuran, dan
dikenal adanya sampan. Karena ukurannya namanya. Prahu mayang digunakan untuk
yang kecil dan kemampuan navigasi yang menangkap ikan di lepas pantai dengan
sangat sederhana maka biasanya jukung zone tangkap hingga mencapai 50 km dari
hanya digunakan di perairan pantai yang pantai. Pada masa dulu sasaran
dangkal dan di teluk yang relatif tenang.38 penangkapan yang utama adalah ikan
Sementara itu jenis prahu papan yang layang yang sangat berlimpah pada
paling populer adalah prahu mayang. Jenis musimnya. Untuk menangkap ikan layang
prahu ini merupakan perahu tipe nelayan secara efisien biasanya mereka
yang paling besar. Prahu ini digunakan menggunakan jaring payang atau jaring
untuk penangkapan ikan lepas pantai. payang tengah.40 Jaring payang ini
Ukuran prahu ini mencapai panjang antara mempunyai sebuah kantong di bagian
12 sampai 20 meter dan lembar antara 3 tengahnya dengan bibir kantong yang
sampai 5 meter dan biasanya dioperasikan dirancang secara khusus sehingga
oleh 8 sampai 30 orang. Prahu mayang memudahkan ikan terperangkap di
dihasilkan di beberapa tempat di pantura dalamnya dan sulit untuk bisa keluar lagi.
Jawa, yaitu Cirebon, Jepara, Juana, dan Lubang jaring di bagian sangat lebar dan
Rembang.39 makin ke belakang makin mengerucut ke
Sejalan dengan perkembangan arah kantong. Payang yang besar bisa
teknologi, prahu jukung mulai hilang dari mencapai ukuran 100 meter lebih.41 Di
peredaran karena kurang memiliki nilai berbagai tempat, dalam pengertian umum
ekonomis. Sementara itu prahu mayang istilah payang juga digunakan untuk
dalam perkembangannya juga memiliki menyebut semua jenis jala. Jaring atau jala
variasi dalam ukurannya. Untuk prahu yang payang ini merupakan jaring yang
lebih kecil seringkali disebut cukrik. berukuran besar yang terbuat dari bahan
Sementara itu ukuran prahu yang lebih rami ataupun katun. Namun sebetulnya
besar disebut sebagai cantrang. ukuran jaring payang ini disesuaikan
dengan ukuran kapal dan jenis ikan yang
Alat Tangkap akan ditangkap. Barangkali apa yang
Seperti diketahui bahwa jenis prahu disebut sebagai jaring pukat harimau yang
yang secara umum mendominasi kawasan hingga sekarang dipersoalkan barangkali
perairan pantura Jawa adalah prahu mayang merupakan modifikasi dari jaring payang

38 Masyhuri, Menyisir Pantai Utara Jawa,


hlm. 42. 40 Ibid., hlm. 47.
39 Ibid., hlm. 43. 41 Ibid., hlm. 47.
M E N G E N A L S I S T E M P E N G E T A H U A N ………| 19

ini. Dalam hal ini jaring pukat harimau 30 cm yang kemudian diikatkan dengak satu
memiliki lubang-lubang yang lebih kecil tali yang panjang. Jarak antara satu mata
sehingga ikan-ikan kecil pun ikut kail dengan mata kail yang lain sekitar 1,5
tertangkap. Hal ini akan persediaan ikan meter. Ada lagi jenis pancing massal yang
menjadi berkurang drastis. Pada jaman disebut pancing tarik. Pancing ini
dahulu lobang-lobang pada jaring payang ini menggunakan teknik yang sama dengan
disesuaikan dengan jenis ikan yang akan pancing rawe meskipun konstruksinya agak
ditangkap sehingga kelestarian habitat ikan berbeda. Mata pancing langsung dikaitkan
dapat terjamin. Jenis jaring ini secara dengan satu tali yang agak besar dan
tradisional di buat di Lasem dan Palembang. memanjang yang kemudian ditarik dengan
Jala bisa juga dioperasikan oleh satu prahu. Sasaran tangkap yang diharapkan
orang nelayan saja dengan ukuran yang adalah ikan tongkol dan tengiri.42
relatif kecil. Nelayan perorangan bisa Selain jaring payang dan pancing,
menjala di pantai yang dangkal untuk berbagai teknologi dan alat produksi untuk
menangkap ikan secara perorangan. Bisa penangkapan ikan di kawasan pantura Jawa
juga mereka menggunakan jala dengan juga dikenal seperti seser dan serok. Selain
jukung sehingga bisa agak sedikit jauh dari itu juga dikenal adanya alat perangkap ikan
garis pantai. seperti branjang atau bagan. Dengan
Selain itu, penangkapan ikan dengan menggunakan bagan ini, ikan ditangkap
pancing juga merupakan salah satu usaha dengan cara mengangkat ikan dari laut
para nelayan. Biasanya alat pancing ini setelah berkumpul di jaring yang
digunakan unutk menangkap ikan-ikan jenis ditenggelamkan terlebih dahulu di dalam
tertentu yang lebih besar seperti ikan air.43
tongkol, cakalang, dan tengiri. Penangkapan Sejalan dengan perkembangan
ikan dengan pancing ini bisa dilakukan pengetahuan manusia, maka mereka tidak
secara individual yang tentu saja akan hanya berburu menangkap ikan di laut saja
menghasilkan produksi yang sangat kecil tetapi juga semakin lama semakin berpikir
dengan alat yang sederhana. Namun untuk membudidayakan ikan dalam rangka
demikian ada juga alat pancing yang mencukupi kebutuhan mereka dan
dikembangkan untuk menangkap ikan sekaligus untuk pengembangan ekonomi.
secara massal. Di kawasan pantura Jawa Pada masa kerajaan Majapahit dapat
dikenal adanya pancing rawe. Jenis pancing diketahui secara pasti bahwa masyarakat
ini bisa memiliki mata kail sebanyak 200
hingga 600 buah dari berbagai ukuran. Tiap- 42 Masyhuri, ibid. hlm. 51.
tiap pancing dikaitkan pada tali sepanjang 43 Ibid., hlm. 53.
20 | JURNAL AGASTYA VOL 04 NO 02 JULI 2014

nelayan sudah tidak hanya menangkap ikan budidaya garam. Dengan adanya kemajuan
di laut tetapi sudah membudidayakannya di teknologi pengawetan ini peroduk makanan
tambak. Dalam Kitab Kutaramanawa diatur laut tidak hanya dimakan sesaat tetapi juga
bahwa orang harus mentaati peraturan dapat diperdagangkan, yaitu dalam bentuk
bahwa ikan dalam tambak diakui komoditi terasi, ikan asin, dan garam.
kepemilikannya tidak boleh diambil Sebelum kedatangan bangsa-bangsa Barat
seenaknya oleh orang lain. Hasil tambak di Asia Tenggara beras (produk pertanian),
digunakan baik untuk konsumsi sendiri garam dan Ikan (produk kelautan)
maupun untuk diperdagangkan.44 merupakan komoditi yang paling banyak
diperdagangkan dan ikan merupakan salah
2. Teknologi Pengawetan satu bahan pangan pokok masyarakat.45
Pada awal perkembangan masyarakat Miguel de Loarca, orang Spanyol yang
berburu dan meramu, ikan yang berhasil datang di Filipina pada akhir abad ke-16
ditangkap mungkin langsung diolah dan mengatakan: “Penduduk pegunungan tidak
kemudian dimakan. Hal ini terjadi karena bisa hidup tanpa ikan dan garam... Begitu
berbagai jenis kian merupakan bahan juga penduduk pantai tidak bisa hidup
pangan yang cepat busuk sehingga jika tidak tanpa beras dan kapas dari pedalaman”.46
dilakukan sesuatu untuk mengawetkannya Menangkap ikan sudah merupakan
maka akan segera busuk. keahlian penduduk Nusantara yang dimiliki
Sejalan dengan perkembangan tingkat sejak lama. Oleh sebab itu tidak
kemajuan masyarakat Indonesia, berbagai mengherankan ketika Cheng Ho datang di
jenis ikan dan kerang tidak hanya ditangkap kawasan Nusantara berkomentar bahwa
dan langsung dimakan namun juga ada komoditi ikan sangat melimpah dan murah
kemajuan untuk mengemas produk tangkap di mana-mana.47 Bahkan orang Jawa di
tersebut sebagai bahan pangan yang awet. pedesaan masih menyebut lauk-lauk dengan
Jenis-jenis ikan tertentu dibuat menjadi sebutan iwak atau ikan laut. Hal itu
terasi sebagai bumbu penyedap masakan menunjukkan betapa populernya iwak
yang sangat digemari. Mereka juga sebagai bahan konsumsi keseharian
mengawetkan ikan segar menjadi ikan asin masyarakat. Namun demikian perdagangan
dan ikan kering. Hal ini sejalan dengan ikan biasanya dalam bentuk yang sudah
kemampuan mereka untuk melakukan
45Anthony Reid, Asia Tenggara dalam
Kurun Niaga 1450-1680; Jilid I: Tanah di Bawah
Angin (terjemahan Mochtar Pabotinggi) (Jakarta:
44 D.G. Stibbe, Encyclopaedie van Obor, 1992), hlm. 6
Nederlandsch-Indië, Tweede Druk, Vierde Deel (‘s-
Gravenhage-Leiden: Martinus Nijhoff-E.J. Brill,
46 Ibid., hlm. 33.
1921), hlm. 574. 47 Ibid., hlm. 34.
M E N G E N A L S I S T E M P E N G E T A H U A N ………| 21

dikeringkan atau diasinkan sehingga bisa jaman dahulu produk ini sangat terkenal
selalu siap saji. Raffles menggambarkan luas di kalangan masyarakat kepulauan.
bahwa paling tidak pada awal abad XIX ikan Terasi merupakan salah satu jenis makanan
yang biasa dikonsumsi oleh penduduk yang berasal dari sumber daya bahari yang
jumlahnya sangat banyak.48 paling digemari Nusantara. Pada waktu itu
Garam di buat di berbagai kawasan terasi dibuat dari ikan kering yang
pantai di Nusantara, seperti di Maluku, ditumbuk dan dibasahi, kemudian diiris-iris
pantai Utara Jawa antara Juwana dan sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Oleh
Surabaya. Para pelayar Belanda awal karena merupakan salah satu jenis makanan
menceritakan bahwa garam sudah menjadi yang favorit dan tidak semua daerah
konsumsi dan komoditi yang sangat menghasilkan komiditi ini, maka terasi juga
terkenal. Para pedagang mengangkut garam menjadi komoditi yang diperdagangkan di
dari berbagai wilayah di pantai utara Jawa mana-mana baik pada masyarakat pesisir
ke Sumatera (pelabuhan Baros, Pariaman, maupun pedalaman. Sambal terasi
Tulang Bawang, Indera Giri, dan jambi) merupakan salah satu masakan favorit di
melalui Banten.49 Bahkan Knaap hampir seluruh kawasan di Asia Tenggara.
mengatakan bahwa garam merupakan Di Malaysia, terasi disebut sebagai belacan,
produk kebaharian yang bukan hanya untuk di Thailand disebut sebagai kapi, di
skala lokal tetapi merupakan komoditi yang Myanmar disebut nge-pee, sedangkan di
diperdagangkan dalam skala regional di Vietnam disebut sebagai nuoc-mam.51
kawasan Asia Tenggara.50 Banyak legenda dan cerita rakyat di Jawa
Selain dengan menggunakan garam, yang bertutur bahwa hampir setiap kota
salah satu bentuk teknologi pengawetan pelabuhan pada masa pra-kolonial seperti
hasil perikanan adalah adalah terasi. Cirebon merupakan penghasil terasi yang
Meskipun pada saat ini barangkali terasi pada waktu itu cukup memiliki nilai yang
merupakan bahan pangan yang tidak tinggi.52 Cirebon merupakan kota pelabuhan
populer di kalangan tertentu, namun pada

Thomas Stamford Raffles, The History of


48
51 Reid, ibid., hlm. 34.
Java (Penerjemah Eko Prasetyaningrum, Nuryati 52 Dalam kitab babad yang berjudul Carita

Agustin, Idda Qoryati Mahbubah) (Jakarta: Purwaka Caruban Nagari pelabuhan


Narasi, 2008), hlm. 23. Pasambangan (Cirebon) pernah disinggahi oleh
49 Ibid., hlm. 33. armada Cina di bawah pimpinan Laksamana Wai
Ping dan Teng Ho dalam perjalanan mereka ke
Gerrit J. Knaap, “A Forgotten Trade: Salt
50
Majapahit. Selama singgah di pelabuhan ini
in Southeast Asia 1670-1813”, dalam: Gerrit J. mereka membangunkan menara mercu suar
Knaap, Luc Nagtegaal, Roderick Ptak (eds), selama tujuh hari tujuh malam. Setelah selesai,
Emporia, Commodities and Enterpreneurs in oleh penguasa pelabuhan mereka diberi imbalan
Asian Maritime Trade, C. 1400-1750 yang berupa garam, terasi, beras, rempah-
(Wiesbanden: Steiner, 1991), hlm. 127-157). rempah, dan kayu jati. Lihat Uka Tjandrasasmita,
22 | JURNAL AGASTYA VOL 04 NO 02 JULI 2014

pra-kolonial yang menghasilkan terasi yang pengawetan terhadap ikan ini maka
sangat istimewa, yaitu terasi yang terbuat pengonsumsian ikan tidak hanya terbatas di
dari jenis udang kecil yang disebut rebon. daerah pantai saja tetapi juga jauh mencapai
Terasi rebon memiliki rasa yang lebih sedap daerah pedalaman.
daripada jenis terasi yang terbuat dari ikan.
Selain itu masyarakat nelayan juga Catatan Akhir
mengenal metode untuk pengawetan hasil
Dari uraian di atas, dapat
tangkapan dengan cara membuat ikan asap.
dirumuskan beberapa catatan penting:
Tantangan utama yang dihadapi
1. Bahwa budaya masyarakat nelayan
masyarakat dalam pengolahan dan
merupakan ‘sea-side culture’ yang paling
pemanfaatan ikan adalah masalah keawetan
tua dalam khasanah budaya bahari.
(durability). Jenis-jenis ikan merupakan
2. Meskipun dalam sejarah budaya
bahan pangan yang cepat basi. Oleh karena
masyarakat nelayan di pantai utara Jawa
itu sejalan dengan kemajuan pengalaman
mengalami perkembangan yang lamban
dalam pemanfaatan dan pengolahan ikan
jika dibandingkan dengan sektor
mulai ditemukan cara-cara untuk
kebaharian yang lain (seperti perkapalan
mengawetkannya agar dapat memiliki
dan perdagangan) namun budaya
durabilitas yang lama sehingga dapat
masyarakat nelayan juga mengalami
disimpan dan dikonsumsi untuk jangka
perkembangan sejalan dengan
waktu yang lebih panjang. Dengan
modernisasi yang merebak di sektor-
mengunakan garam, mereka dapat
sektor yang terkait.
mengawetkan ikan melalui penggaraman
3. Faktor ekologis telah memprekondiskan
dan pengeringan. Selain itu penemuan
corak budaya nelayan merupakan
teknologi pembuatan terasi juga merupakan
budaya yang khas jika dibandingkan
terobosan tertentu yang memungkinkan
dengan berbagai komunitas di
sumber daya pangan bahari dapat
sekitarnya.
dikonsumsi masyarakat secara luas.
4. Kekhasan budaya nelayan dapat dilihat
Demikian juga teknologi pengasapan juga
antara lain dari unsur budaya yang
merupakan upaya untuk mengawetkan ikan
terkait dengan sistem pengetahuan,
agar dapat disimpan dalam waktu yang
teknologi, dan ekonomi mereka, seperti
relatif lama. Dengan penemuan teknologi
sistem bagi hasil, pengetahuan tentang
“Bandar Cirebon dalam Jaringan Pasar Dunia”, posisi dan arah di tengah laut, iklim dan
dalam: Susanto Zuhdi (Penyunting), Cirebon
sebagai Bandar Jalur Sutera: Kumpulan Makalah cuaca, arah arus dan angin, teknologi
Diskusi Ilmiah (Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, 1996), hlm. 201.
M E N G E N A L S I S T E M P E N G E T A H U A N ………| 23

prahu, berbagai jenis alat tangkat, dan B. Sadhotomo & J.R. Durand, “General
Features of Java Sea Ecology”,
teknologi pengolahan ikan.
dalam:
file://localhost/C:/Users/LABSEJ~
DAFTAR PUSTAKA 1/AppData/Local/Temp/0100172
48.pdf (Dikunjungi tanggal 15 Juni
Abdullah (ed.) 1958. Sedjarah Melayu. 2010).
Djakarta: Djambatan. B. Schrieke, 1957. Indonesia Sociological
Studies. Bandung: Van Hoeve.
A. Dwihendrosopno, 2009. “Dampak
Modernisasi Alat Tangkap Ikan D.A. Rinkes, N. Van Zalinge,J.W. De Roever
Terhadap Sistem Bagi Hasil (eds), 1925. Het Indische Boek der
Nelayan Di Desa Gempolsewu Zee. Batavia: Kolff.
Kecamatan Rowosari Kabupaten
Kendal”, artikel Hibah Penelitian D.G.E. Hall, 1988. Sejarah Asia Tenggara.
Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Surabaya: Usaha nasional.
Humaniora Universitas
Diponegoro. D.G. Stibbe, 1921. Encyclopaedie van
Nederlandsch-Indië, Tweede Druk,
A.G. Findlay, 1889. A Directory for the Vierde Deel ‘s-Gravenhage-Leiden:
Navigation of the Indian Martinus Nijhoff-E.J. Brill.
Archipelago and the Coast of China
from the Straits of Malacca and Gerrit J. Knaap, “A Forgotten Trade: Salt in
Sunda, and thePpassage East of Java Southeast Asia 1670-1813”, dalam:
to Canton, Shanghai, the Yellow Sea, Gerrit J. Knaap, Luc Nagtegaal,
and Korea. London: Laurie. Roderick Ptak (eds), 1991. Emporia,
Commodities and Enterpreneurs in
A. Rentse, 1936. ‘Majapahit Amulets in Asian Maritime Trade, C. 1400-1750
Kelantan’, JMBRAS 14 .

Akhmad Solihin, “Mencermati Program H.G. Quaritch Wales, 1978. ‘The Extent of
Relokasi Nelayan”, Pikiran Rakyat ( Srivijaya’s Influence Abroad’,
10 Januari 2004), dalam: JMBRAS 1 (51)
http://ikanbijak.wordpress.com/2
008/03/14/mencermati-program- H. Blink, 1907. Nederlandsch Oost- en West-
relokasi-nelayan/ (Dikunjungi Indië: Geographisch, Etnologisch en
tanggal 16 Juni 2010). Economisch Beschreven, tweede
deel. Leiden: Brill.
A.M. Djuliati Suroyo, dkk., 1994. Sejarah dan
Budaya Maritim di Lasem. Koentjaraningrat, 1990.Pengantar Ilmu
Semarang: Laporan Penelitian Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
UNDIP.
Anthony Reid, 1992. Asia Tenggara dalam M.A.P. Meilink-Roelofsz, 1962. Asian Trade
Kurun Niaga 1450-1680; Jilid I: and European Influence in the
Tanah di Bawah Angin (terjemahan Indonesian Archipelago between
Mochtar Pabotinggi). Jakarta: Obor. 1500 and about 1630. The Hague:
Nijhoff.
Bondan Kanumoyoso, dkk. 2009. (peny.),
Kembara Bahari: Esei Kehormatan Masyhuri, 1996. Menyisir Pantai Utara Jawa:
80 Tahun Adrian B. Lapian. Jakarta: Usaha dan Perekonomian Nelayandi
Komunitas Bambu. Jawa dan Madura, 1850-1940.
Jakarta: Pusaka Nusatama.
24 | JURNAL AGASTYA VOL 04 NO 02 JULI 2014

Nordin Hussin, 2007. Trade and Society in W. Rodhes (ed.), 1966. The
the Straits of Melaka: Dutch Melaka Encyclopedia of Oceanography. New York:
and English Penang, 1780-1830. Reinhold
Singapore: NUS Press & NIAS Press.

O.W. Wolters, 1979. ‘Studying Srivijaya’,


JMBRAS 2 (52).

Pujo Semedi, 2003. Close to the Stone, Far


from the Throne: The Story of A
Javanese Fishing Community 1820s-
1990s. Yogyakart: Benang Merah.

Sugiyarto, “Perubahan Pandangan Bekerja


Masyarakat Nelayan Desa
Ujungwatu, Jepara”, dalam:
http://www.google.co.id/search?q
=ujung+watu+jepara&ie=utf-
8&oe=utf-8&aq=
t&rls=org.mozilla:id:official&client=
firefox-a

Susanto Zuhdi (Peny.), 1996. Cirebon


sebagai Bandar Jalur Sutera:
Kumpulan Makalah Diskusi Ilmiah.
Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan..

Sutejo K. Widodo, 2005. Ikan Layang


Terbang Menjulang: Perkembangan
Pelabuhan Pekalongan menjadi
Pelabuhan Perikanan1900-1990.
Semarang: BP UNDIP-Toyota
Foundation.

Thomas Stamford Raffles, 2008.The History


of Java (Penerjemah Eko
Prasetyaningrum, Nuryati Agustin,
Idda Qoryati Mahbubah). Jakarta:
Narasi.

Umar Hasyim, 1979. Sunan Giri. Kudus:


Menara.

William D. Sunderlin, “Beyond Mathusian


Overfishing: The Importance of
Structural and Non-demographic
Factors”, Traditional Marine
Resources Management and
Konowledge Information Bulletin (4
September 1994).

Anda mungkin juga menyukai