Basrowi
i
Kesenian Masyarakat Pesisir
Oleh : M. Basrowi
Editor : Sulistiono
Lay out : Hery
Perwajahan: Hery
Ilustrator : Hery
Sampul : Gatot
ISBN :
978-979-053-105-5
ii
Masyarakat pesisir secara geografis berada dan tinggal disepanjang
daerah pantai utara Pulau Jawa. Sebagian besar masyarakat pesisir
memiliki latar belakang budaya dan kesenian yang berbeda dengan
masyarakat lainnya. Kesenian masyarakat pesisir yang cukup terkenal
diantaranya tari topeng, tari lengger, tari gandrung, baritan, dan masih
banyak lagi.
Buku Kesenian Masyarakat Pesisir ini mengajak kita mengenal
masyarakat pesisir dan kesenian daerah yang berkembang disana. Kita
dapat mengenal kesenian daerah Cirebon, Pati, Pekalongan, Pemalang,
Indramayu, Jepara dan Kudus dengan membaca buku ini. Mengenal
kesenian daerah, khususnya kesenian masyarakat pesisir membuat
generasi muda semakin mencintai kesenian bangsa sendiri.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam buku ini. Oleh
karena itu, saran dan kritik membangun dari pembaca sangat diharapkan
untuk penyempurnaan buku ini.
Penyusun,
iii
Kata Pengantar iii
Daftar Isi iv
1 Pendahuluan 1
Daftar Pustaka 51
Glosarium 52
iv
1
Pendahuluan
1. Tari Topeng
Tari topeng merupakan salah satu tarian tradisional yang ada di
Cirebon. Tari ini dinamakan tari topeng karena setiap sang penari beraksi
2. Kesenian Gembyung
Seni gembyung merupakan salah satu kesenian peninggalan para wali
di Cirebon. Seni ini merupakan pengembangan dari kesenian terbang yang
hidup di lingkungan pesantren. Konon seperti halnya kesenian terbang,
gembyung digunakan oleh para wali yang dalam hal ini Sunan Bonang
dan Sunan Kalijaga sebagai media untuk menyebarkan agama Islam di
Cirebon. Kesenian gembyung ini biasa dipertunjukkan pada upacara-
upacara kegiatan Agama Islam seperti peringatan Maulid Nabi, Rajaban
dan Kegiatan 1 Syuro yang digelar di sekitar tempat ibadah. Untuk pastinya
kapan kesenian ini mulai berkembang di Cirebon tak ada yang tahu pasti.
Yang jelas kesenian gembyung muncul di daerah Cirebon setelah kesenian
terbang hidup cukup lama di daerah tersebut. Gembyung merupakan jenis
musik ensambel yang didominasi oleh alat musik yang disebut waditra.
Meskipun demikian, di lapangan ditemukan beberapa kesenian gembyung
yang tidak menggunakan waditra tarompet.
Sumber: www.img442.imageshack.us.com
3. Sintren
Salah satu tradisi lama rakyat pesisiran Pantai Utara (Pantura) Jawa
Barat, tepatnya di Cirebon, adalah sintren. Kesenian ini kini menjadi
sebuah pertunjukan langka bahkan di daerah kelahiran sintren sendiri.
Sintren dalam perkembangannya kini, paling-paling hanya dapat
dinikmati setiap tahun sekali pada upacara-upacara kelautan selain
nadran, atau pada hajatan-hajatan orang gedean.
Berdasarkan keterangan dari berbagai sumber kalangan seniman
tradisi Cirebon, sintren mulai dikenal pada awal tahun 1940-an, nama
sintren sendiri tidak jelas berasal dari mana, namun katanya sintren
adalah nama penari yang masih gadis yang menjadi staring dalam
pertunjukan ini.
Sumber: www.lh5.ggpht.com
Sumber: www.images.google.co.id
Waktu Penyajian
Pegelaran sintren semula disajikan pada waktu sunyi dalam malam
bulan purnama dan menurut kepercayaan masyarakat lebih utama lagi
kalau dipentaskan pada malam kliwon, karena dikandung maksud bahwa
sintren sangat berkaitan dengan kepercayaan adanya roh halus yang
menjelma menyatu dengan penari sintren. Namun demikian pada saat
sekarang ini pertunjukan sintren dapat dilaksanakan kapan saja baik siang
maupun malam hari tidak tergantung pada malam bulan purnama.
Busana Sintren
Busana yang digunakan penari sintren dulunya berupa pakaian
kebaya (untuk atasan) sekarang ini menggunakan busana golek.
Busana kebaya ini lebih banyak dipakai oleh wanita yang hidup di
desa-desa sebagai busana keseharian. Adapun macam-macam busana
yang lain sebagai pelengkap busana penari sintren dapat diuraikan
berikut ini.
1. Baju keseharian, yang dipakai sebelum pertunjukan kesenian sintren
berlangsung.
2. Baju golek, adalah baju tanpa lengan yang biasa dipergunakan dalam
tari golek.
3. Kain atau jarit, model busana wanita Jawa.
4. Celana Cinde, yaitu celana tiga perempat yang panjangnya hanya
sampai lutut.
5. Sabuk, yaitu berupa sabuk lebar dari bahan kain yang biasa dipakai
untuk mengikat sampur.
6. Sampur, berjumlah sehelai/selembar dililitkan di pinggang dan
diletakkan di samping kiri dan kanan kemudian ditutup sabuk atau
diletakkan di depan.
Bagian Pertunjukan
Setelah penonton berkumpul dan perlengkapan pentas sudah siap,
maka pemimpin pertunjukan menjemput pelaku utama laesan untuk
memasuki arena pentas. Kemudian pemimpin pertunjukan mengambil
sesaji yang ada di pinggir untuk dibawa ke tengah arena pentas. Laes
(pelaku utama) masuk ke tengah arena pementasan kemudian duduk
di tengah arena pertunjukan dengan menghadap ke timur dalam
keadaan hening dan berkonsentrasi penuh sebelum ditutup dengan
kurungan.
Bersamaan dengan mengalunnya lagu, kurungan yang sudah penuh
dengan asap dari kemenyan ditutupkan pada laes (pelaku utama) tersebut
yang dilanjutkan dengan nyanyian untuk mendatangkan roh Bidadari. Roh
bidadari didatangkan dengan maksud agar laes menjadi trance, yaitu
melakukan perbuatan di luar kemampuan manusia biasa.
Nyanyian yang berupa mantra dalam kesenian laesan itu dinyanyikan
secara bersama-sama oleh sekelompok penembang dengan harapan
kekuatan gaib yang ada di alam gaib turun di dunia. Setelah bidadari
datang, pelaku utama (laes) memberitahu pemimpin pertunjukan dengan
memberi isyarat kurungan digerak-gerakan. Apabila kurungan bergerak-
gerak, merupakan pertanda pelaku laesan sudah mulai trance, maka
kurungan segera dibuka. Dalam keadaan mata terpejam, pelaku tersebut
berdiri dan berjalan kesana kemari mengitari arena pertunjukan.
Gerakan yang dilakukan oleh laes bukan atas kemauannya sendiri
melainkan karena adanya roh yang memasuki tubuhnya. Setelah dianggap
cukup dinikmati oleh penonton, laes yang masih dalam keadaan trance
1. Tari Sintren
Sintren adalah kesenian tradisional
masyarakat Pekalongan dan sekitarnya,
merupakan sebuah tarian yang berbau
mistis/magis yang bersumber dari cerita
cinta kasih Sulasih dan Raden
Sulandono. Tersebut dalam kisah bahwa
Raden Sulandono adalah putra Ki
Bahurekso dari perkawinannya dengan
Sumber: www.wordpress.com
Dewi Rantansari.
2. Simtud Durrar
Simtud durrar merupakan kesenian tradisional yang bernapaskan
Islam dengan menggunakan rebana dan jidur sebagai alat musiknya.
Kesenian ini beranggotakan antara 15 orang hingga 20 orang, dengan
diiringi musik. Mereka melantunkan puji-pujian atau sholawatan sebagai
ungkapan syukur dan permohonan keselamatan dunia dan akhirat.
Sumber: www.1.bp.blogspot.com
1. Calung
Calung adalah alat musik yang terbuat dari potongan bambu yang
diletakkan melintang dan dimainkan dengan cara dipukul. Perangkat
musik khas Banyumas yang terbuat dari bambu wulung mirip dengan
gamelan Jawa, terdiri atas gambang barung, gambang penerus, dhendhem,
kenong, gong dan kendang.
Selain itu ada gong sebul. Dinamakan demikian karena bunyi yang
dikeluarkan mirip gong, tetapi dimainkan dengan cara ditiup (Bahasa
Jawa: disebul), alat ini juga terbuat dari bambu dengan ukuran yang besar.
2. Kenthongan
Kenthongan adalah alat musik
yang terbuat dari bambu. Kenthong
adalah alat utamanya, berupa
potongan bambu yang diberi lubang
memanjang disisinya dan
dimainkan dengan cara dipukul
dengan tongkat kayu pendek.
Kenthongan dimainkan dalam
kelompok yang terdiri dari sekitar
20 orang dan dilengkapi dengan
Sumber: www.2.bp.blogspot.com
3. Bongkel
Bongkel yakni peralatan musik tradisional sejenis angklung, namun
terdiri empat bilah berlaras slendro.
1. Lengger
Sumber: www.duaberita.com.
2. Sintren
Sintren adalah tarian yang dimainkan oleh laki-laki yang mengenakan
baju perempuan. Tarian ini biasanya melekat pada kesenian ebeg. Di
3. Aksimuda
Aksimuda merupakan kesenian bernapaskan Islam. Kesenian ini
berupa silat yang digabung dengan tari-tarian.
4. Angguk
Angguk yakni kesenian tari-tarian bernapaskan Islam. Kesenian ini
dilakukan oleh delapan pemain. Di mana pada akhir pertunjukan pemain
tidak sadarkan diri.
6. Buncis
7. Ebeg
Sumber: www.2.bp.blogspot.com
1. Ritual Seblang
Ritual Seblang adalah salah satu ritual masyarakat Using yang
hanya dapat dijumpai di dua desa dalam lingkungan kecamatan
Glagah, Banyuwangi, yakni desa Bakungan dan Olihsari. Ritual ini
Sumber: www.hasansentot2008.blogdetik.com
Sumber: www.ksupointer.com
Gandrung Banyuwangi
berasal dari kata “gandrung”,
yang berarti ‘tergila-gila’ atau
‘cinta habis-habisan’ dalam
bahasa Jawa. Kesenian ini masih
satu genre dengan tari ketuk tilu
di Jawa Barat, tayub di Jawa
Tengah dan Jawa Timur bagian
barat, lengger di wilayah Sumber: www.3.bp.blogspot.com
Banyumas dan joged bumbung
di Bali, dengan melibatkan seorang wanita penari profesional yang menari
bersama-sama tamu (terutama pria) dengan iringan musik (gamelan).
Bentuk kesenian yang didominasi tarian khas Banyuwangi yang
terletak di ujung timur Pulau Jawa, hingga tak salah jika Banyuwangi selalu
diidentikkan dengan gandrung. Masyarakat Banyuwangi sering dijuluki
3. Barong
Barong adalah salah satu kesenian yang tetap diminati di kabupaten
Banyuwangi. Hampir sama dengan Bali, barong kemiren juga mengandung
mistis, dimana diyakini bahwa orang yang menggerakkan barong dalam
keadaan tidak sadar alias kesurupan.
Sumber: www.lareosing.org
Kesenian ini cukup unik dan aman untuk dinikmati. Seni barong
tampil pada saat upacara adat desa seperti ider bumi, acara pernikahan
sebagai suguhan tontonan bagi para tamu undangan.
Sumber: www.dotcomcell.com
1. Jaran Kepang
Jaran kepang atau kuda lumping adalah jenis kesenian tradisional
yang umumnya dikenal di masyarakat Jawa Tengah. Kesenian ini
Sumber: www.files.wordpress.com
2. Kuntulan
Kesenian ini mulai dikenal masyarakat Pemalang pada sekitar awal
abad ke-20 yaitu pada saat di tanah air banyak muncul pergerakan
kebangsaan. Tokoh-tokoh masyarakat Pemalang saat itu tak mau
ketinggalan ikut dalam kancah perjuangan nasional. Dibentuklah
perkumpulan bela diri, khususnya pencak silat. Kegiatan bela diri ini ketika
itu selalu diiringi rebana dan pukulan bedug.
3. Baritan
Baritan atau sedekah laut merupakan prosesi melarung jolen ke
tengah laut yang dilaksanakan para nelayan sebagai upacara rasa syukur
atas hasil usaha menangkap ikan di laut. Baritan atau sedekah laut ini
diselenggarakan setiap tahun sekali pada Maulud, setiap Selasa atau
Jumat Kliwon.
Sumber: www.suaramerdeka.com
4. Krangkeng
Krangkeng merupakan Kesenian tradisional yang dikenal oleh
masyarakat Pemalang sejak tiga abad silam. Berawal dari peristiwa
penyerbuan ke Batavia oleh laskar Mataram. Pemalang yang saat itu
termasuk dalam wilayah Mataram membantu laskar Sultan Agung dengan
mengirim prajurit-prajurit terbaiknya. Cara menghasilkan prajurit
tangguh saat itu ialah melatih para pemuda dengan ilmu kanuragan dan
olah keprajuritan. Caranya setiap latihan olah kanuragan selalu diiringi
musik atau tetabuhan.
Kegiatan latihan olah kanuragan yang diiringi musik kini masih terus
berlangsung, bahkan kian meluas. Materi yang ditampilkan kian
berkembang dan diperkaya berbagai jenis ketangkasan lainnya seperti
atraksi kekebalan tubuh dan keterampilan akrobatik. Olah kanuragan kini
telah beralih fungsi menjadi sebuah kegiatan kesenian dan tontonan yang
menarik. Inilah cikal bakal lahirnya kesenian krangkeng.
1. Ngarot
Upacara adat ngarot merupakan salah satu upacara adat yang sejak
abad ke-16 sampai saat ini masih diselenggarakan oleh masyarakat Desa
2. Nadran
Merupakan mensyukuri
hasil tangkapan ikan,
mengharap peningkatan hasil di
tahun mendatang dan berdoa
agar tidak mendapat aral
melintang dalam mencari
nafkah di laut. Hal ini
merupakan maksud utama dari
Upacara Adat Nadran yang Sumber: www.kfk.kompas.com
diselenggarakan secara rutin setiap tahun. Selain upacara ritual adat,
kesenian tradisional serta pasar malam pun diselenggarakan selama
seminggu.
Umumnya Upacara Adat Nadran diselenggarakan antara bulan
Oktober sampai Desember yang bertempat di Pantai Eretan, Dadap,
Karangsong, Limbangan, dan Glayem. Upacara nadran ini juga diperingati
setiap masyarakat selain Indramayu.
Sumber: www.3.bp.blogspot.com
Tari topeng Dermoyan memiliki ciri yang berbeda dengan tari topeng
daerah lain. Ciri khusus tersebut di antaranya memiliki gerak tari yang
khas dan kostum yang berciri topeng spesifik.
4. Genjring Akrobat
Genjring akrobat merupakan salah satu
jenis kesenian tradisional masyarakat
Indramayu. Kesenian ini mempertunjukkan
akrobat atau atraksi dengan media tangga,
sepeda beroda satu dan sebagainya. Kesenian
genjring akrobat dalam penyajiannya diiringi
alat musik genjring atau rebana dengan
Sumber:
dilengkapi tari rudat. www.1.bp.blogspot.com
1. Emprak
Emprak merupakan sendratari yang diiringi dengan musik slawatan
yang bercerita tentang kisah kelahiran Nabi Muhammad. Emprak boleh
dibilang merupakan suatu peragaan dari isi cerita yang ada dalam Kitab
Barzanji. Fungsi kesenian Emprak ini hanyalah sebagai hiburan atau
tontonan biasa. Kesenian ini lahir pada sekitar tahun 1927 di desa Pleret/
Mejing, Gamping, Sleman.
Penciptanya adalah Kyai Derpo, beliau adalah putra dan seorang abdi
dalem kraton yang bernama Dipowedono. Jumlah pemain kesenian ini
berkisar 30 orang yang terdiri dari 20 orang penari dan 10 orang pemain
alat musik atau pengiring. Pada mulanya penari Emprak terdiri dari laki-
laki semua, tetapi pada tahun 1950 mulai ada penari wanita. Mereka
berusia antara 15 tahun sampai dengan 35 tahun.
Kostum yang dipakai para pemain Emprak bersifat realistis dan
berorientasi ke Arab, sedangkan rias mukanya ada yang realistis, ada juga
yang tidak realistis. Kostum pemain terdiri dari serban, kupluk (peci) yang
berwarna merah atau hitam, sampur, kain, kemeja panjang, blangkon,
jubah dan lain-lainnya.
Warna kostum dan rias muka para pemain memiliki arti simbolis
sebagai berikut:
(1) warna merah pada rias muka dan kostum untuk watak angkara murka;
(2) warna putih pada rias muka dan kostum untuk watak suci;
(3) warna hitam untuk watak jujur,
(4) warna lorek menggambarkan watak yang meliputi ketiga watak
sebelumnya yaitu, angkara murka, suci dan jujur.
2. Tari Tayub
Tari Tayub atau acara Tayuban merupakan salah satu kesenian Jawa
yang mengandung unsur keindahan dan keserasian gerak. Tarian ini mirip
dengan tari Jaipong dari Jawa Barat. Unsur keindahan diiikuti dengan
kemampuan penari dalam melakonkan tari yang dibawakan. Tari tayub
mirip dengan tari Gambyong yang lebih populer dari Jawa Tengah. Tarian
ini biasa digelar pada acara pernikahan, khitan serta acara kebesaran
misalnya hari kemerdekaan Republik Indonesia. Perayaan kemenangan
dalam pemilihan kepala desa, serta acara bersih desa. Anggota yang ikut
dalam kesenian ini terdiri dari sinden, penata gamelan serta penari
khususnya wanita. Penari tari tayub bisa dilakukan sendiri atau bersama,
biasanya penyelenggara acara (pria). Pelaksanaan acara dilaksanakan pada
tengah malam antara pukul 9.00-03.00 pagi. Penari tarian tayub lebih
dikenal dengan inisiasi ledhek.
2. Tari Kretek
Tari Kretek sendiri merupakan tari khas Ku-
dus yang menggambarkan proses produksi rokok
kretek, baik mulai dari memanen tembakau
sampai proses produksi rokok kretek. Dengan
membawa tampah sebagai salah satu intrumen
tarian, mereka melenggak-lenggok dengan iringan
musik yang khas untuk Tari Kretek.
Sumber: www.citizenimages.kompas.com