Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Indonesia yang sangat terkenal dengan ciri khas sumber daya alam dan
sumber daya kelautan nya yang melimpah menjadikan salah satu negara dengan
sebutan negara maritim terbesar di dunia. Hal ini merupakan suatu kebanggaan
tersendiri bagi masyarakat Indonesia dengan ketersediaan sumber daya yang
begitu melimpah karena hal tersebut dapat menjadikan suatu keuntungan bagi
bangsa dan negara.

Sayangnya masyarakat belum memahami betul makna dari kekayaan


maritim yang dimiliki Indonesia. Hal ini dikarenakan masyarakat luas belum
dapat memanfaatkan dengan arif dan bijaksana sumber daya alam khususnya
sumber daya alam kelautan yang dimiliki bangsa ini.

Oleh karena itu perlu adanya pengenalan dan pembekalan mengenai


kebudayaan maritim yang dimiliki Indonesia agar masyarakat luas dapat
memahami dan memaknai suatu anugerah kekayaan yang telah diberikan oleh
Tuhan terhadap bangsa ini agar nantinya masyarakat dapat mengelola sumber
daya kelautan ini secara efektif dan berkelanjutan.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1 Apa konsep dari masyarakat maritim?
1.2.2 Apa saja karakteristik sosial masyarakat maritim?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk mengetahui konsep dari masyarakat maritim
1.3.2 Untuk mengetahui karakteristik masyarakat maritim
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Konsep Masyarakat Maritim


Menurut Ralph Linton (1956), dalam Sitorus et.al. (1998) mengartikan
masyarakat sebagai kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama
cukup lama sehingga mereka dapat mengatur dan menganggap diri mereka
sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu. Sedangkan
masyarakat menurut Koentjaraningrat (1980), ialah kesatuan hidup manusia
yang beinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat
kontinyu dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Kesatuan hidup
manusia yang disebut masyarakat ialah berupa kelompok, golongan,
komunitas, kesatuan suku bangsa (ethnic group) atau masyarakat negara
bangsa (nation state). Interaksi yang kontinyu ialah hubungan pergaulan dan
kerja sama antar anggota kelompok atau golongan, hubungan antar warga dari
komunitas, hubungan antar warga dalam satu suku bangsa atau antar warga
negara bangsa. Adat istiadat dan identitas ialah kebudayaan masyarakat itu
sendiri.
Masyarakat maritim yang mendiami pulau-pulau kecil dan pantai-pantai
terpencil hamper tidak dikenal oleh sebagian besar oleh orang di Nusantara.
Hal tersebut telah menyebabkan mereka termarjinalkan dari berbagai bidang
pembangunan kebangsaan, padahal salah satu kebudayaan yang menjadi ciri
khas nusantara ialah kebudayaan maritim nya. Kebudayaan adalah sesuatu
kumpulan pedoman atau pegangan yang kegunaannya operasional dalam hal
manusia mengadaptasi diri dengan menghadapi lingkungan tertentu
(lingkungan fisik/alam, sosial dan kebudayaan) untuk dapat melangsungkan
kehidupannya, yaitu memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Masyarakat dan kebudayaan, karena itu, merupakan suatu kesatuan tak
terpisahkan, meskipun dapat diuraikan untuk dipahami kesatuan
fungsionalnya. Jadi, masyarakat bahari/maritim dipahami sebagai kesatuan-
kesatuan hidup manusia berupa kelompok-kelompok kerja (termasuk satuan-
satuan tugas), komunitas sekampung atau sedesa, kesatuan suku bangsa,
kesatuan administratif, berupa kecamatan, provinsi, bahkan bisa merupakan
negara atau kerajaan, yang sebagian besar atau sepenuhnya menggantungkan
kehidupan ekonominya secara langsung atau tidak langsung pada pemanfaatan
sumber daya laut (hayati dan nonhayati) dan jasa-jasa laut, yang dipedomani
oleh dan dicirikan bersama dengan kebudayaan baharinya.

2.2. Karakteristik Sosial Masyarakat Maritim


Menurut HAROLD J. LASKI Masyarakat adalah suatu kelompok manusia
yang hidup dan bekerjasama untuk mencapai terkabulnya keinginan-keinginan
mereka bersama. Menurut (Soegiarto, 1976; Dahuri et al, 2001), Pesisir
merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut. ke arah darat meliputi
bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi
sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin.
Sedangkan ke arah laut meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi oleh
proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air
tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti
penggundulan hutan dan pencemaran.
Masyarakat pesisir adalah sekumpulan masyarakat yang hidup
bersamasama mendiami wilayah pesisir membentuk dan memiliki kebudayaan
yang khas yang terkait dengan ketergantungannya pada pemanfaatan
sumberdaya pesisir (Satria, 2004). Tentu masyarakat pesisir tidak saja nelayan,
melainkan juga pembudidaya ikan, pengolah ikan bahkan pedagang ikan.
Masyarakat pesisir pada umumnya sebagian besar penduduknya bermata
pencaharian di sektor pemanfaatan sumberdaya kelautan (marine resource
based), seperti nelayan, pembudidaya ikan, penambangan pasir dan
transportasi laut.
Pertama, masyarakat pantai tersebut menggantungkan mataa
pencahariannya dari eksploitasi laut. Artinya bahwa mereka hidup dari sumber
daya dan alam ynag masih berlimpah di dekat sekitar pantai, yaitu dari hasil
sumber daya laut. Kedua, ciri khas yang menonjol masyarakat maritim adalah
sifat keterbukaan dalam menerima unsurunsur dari luar. Sebagai contoh
berkembangnya agama Islam pada abad ke-15 dan ke-16 di Indonesia atau
Nusantara, adalah melalui daerah-daerah atau kota-kota pelabuhan seperti
Samudra Pasai, Aceh, Malaka, Demak, Gresik, Tuban dan lainlain. Ketiga,
dalam hal religi yang berorientasi kepada kepercayaan adanya dunia roh dan
lebih khusus lagi penghormatan kepada roh nenek moyang mereka. Pada
masyarakat pantai, terutama masyarakat nelayan atau pelaut, upacara-upacara
semacam itu juga ditujukan kepada tokoh-tokoh mistis penjaga laut, seperti
Ratu Pantai Selatan dan Pantai Utara, agar mereka diberi keselamatan dalam
menjalankan pekerjaan sebagai nelayan atau pelaut. Keempat, ciri masyarakat
penduduk pantai suka melakukan hubungan interaksional dengan penduduk
pantai lainnya maupun terhadap masyarakat pedalaman. Kalau masyarakat
pantai dengan masyarakat pantai lainnya yaitu dalam bentuk perdagangan dan
pelayaran. Sedangkan dengan masyarakat pedalaman yaitu dengan tukar-
menukar hasil laut dengan bahan makanan pokok seperti beras. Karena,
struktur masyarakat pesisir sangat plurar, sehingga mampu membentuk sistem
dan nilai budaya yang merupakan akultrasi budaya dari masingmasing
komponen yang membentuk struktur masyarakatnya.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Masyarakat bahari/maritim dipahami sebagai kesatuan-kesatuan hidup
manusia berupa kelompok-kelompok kerja (termasuk satuan-satuan tugas),
komunitas sekampung atau sedesa, kesatuan suku bangsa, kesatuan
administratif, berupa kecamatan, provinsi, bahkan bisa merupakan negara atau
kerajaan, yang sebagian besar atau sepenuhnya menggantungkan kehidupan
ekonominya secara langsung atau tidak langsung pada pemanfaatan sumber
daya laut (hayati dan nonhayati) dan jasa-jasa laut, yang dipedomani oleh dan
dicirikan bersama dengan kebudayaan baharinya. Karakteristik masyarakat
maritim di antaranya yang pertama, masyarakat pantai tersebut
menggantungkan mata pencahariannya dari eksploitasi laut. Kedua, ciri khas
yang menonjol masyarakat maritim adalah sifat keterbukaan dalam menerima
unsurunsur dari luar. Ketiga, dalam hal religi yang berorientasi kepada
kepercayaan adanya dunia roh dan lebih khusus lagi penghormatan kepada roh
nenek moyang mereka. Keempat, ciri masyarakat penduduk pantai suka
melakukan hubungan interaksional dengan penduduk pantai lainnya maupun
terhadap masyarakat pedalaman.
Daftar Pustaka

Aisy, Rohadatul. (n.d). Masyarakat Maritim. [Diakses pada 23 September 2019].


https://www.academia.edu/12747145/MASYARAKAT_MARITIM

Anda mungkin juga menyukai