Anda di halaman 1dari 3

RINGKASAN MATERI /SUB MATERI

(CONTENT/SUB-CONTENT) PEMBELAJARAN MK WSBM

PERTEMUAN 9-10

MASYARAKAT MARITIM DAN KATEGORISASINYA (MP/PB6)

Definisi/pengertian masyarakat maritim, kelompok-kelompok etnik (suku-bangsa)


sebagai cikal bakal masyarakat maritim pedesaan di Indonesia, kelompok-kelompok
sub-etnik pewaris kebudayaan maritim pedesaan berikutnya, kelompok-kelompok
masyarakat maritim pedalaman dan kota pantai setelah Indonesia merdeka, kelas sosial-
ekonomi dan struktur sosial dalam masyarakat ,aritim (CPMK3,4)

A. Definisi/Pengertian Masyarakat Maritim


 Masyarakat : ”Kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem
adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan yang terikat oleh suatu rasa identitas
bersama. Identitas yang dimaksudkan ialah kebudayaan milik suatu kesatuan
kelompok, golongan, komunitas, etnis/suku bangsa atau masyarakat bangsa”.
 Masyarakat maritim : “kesatuan-kesatuan hidup manusia yang saling berinteraksi
berupa kelompok-kelompok kerja, kampung atau desa, suku bangsa (ethnic group),
komunitas, kesatuan-kesatuan administratif berupa kecamatan, provinsi, bahkan bisa
merupakan negara atau kerajaan, yang sebagian besar atau sepenuhnya
menggantungkan kehidupan ekonominya secara langsung atau tidak langsung pada
pemanfaatan sumberdaya hayati atau nonhayati laut serta jasa-jasa laut, yang
dipedomani oleh dan dicirikan bersama dengan kebudayaan maritim/baharinya”.

B. Kelompok-Kelompok Etnik (Suku-Bangsa) Sebagai Cikal Bakal Masyarakat


Maritim Pedesaan di Indonesia
 Etnis-etnis Bajo (Sea Gypsies)
 Bugis (bermula di Teluk Bone)
 Makassar (bermula di Galesong)
 Mandar (Sulawesi Barat)
 Buton (dalam wilayah Sulawesi Tenggara)
 Madura (dalam wilayah Jawa Timur)
Mereka adalah pewaris kebudayaan maritim dari Ras Melayu-Polinesia perintis
dan pengembang kebudayaan maritim di Asia Tenggara sejak ribuan tahun silam
(Adrian Horridge).

C. Kelompok-Kelompok Sub-Etnik Pewaris Kebudayaan Maritim Pedesaan


Berikutnya
 Pelayar dan nelayan pulau Bawean
 Pelayar dan nelayan di Masalembo dan Sapudi (Jawa)
 Pedagang-pedagang Bonerate
 Nelayan di Pulau Polu’e di Laut Flores
 Pemburu paus dari Lamalerap (Lomblen di Selat Timor, Orang Luang di sebelah
barat dayanya)
 Pelaut di daerah koloni Bugis (di Flores, Bima, Riau, Lampung) yang menguasai
jaringan perdagangan luas dari berbagai jenis komoditi ekspor dan inpor.

A. Kelompok-Kelompok Masyarakat Maritim Pedalaman dan Kota Pantai Setelah


Indonesia Merdeka
1. Kategori Masyarakat Maritim yang Bersentuhan Secara Langsung dengan
lingkungan laut
 Penduduk nelayan (pakkaja): (miskin tradisional dan kaya modern)
 Petambak (pallawa)
 Pelayar/pengusaha transportasi laut (passompe’): (miskin tradisional dan kaya
modern)
 Petambang batu karang dan pasir laut
 Petambang migas dan mineral (modern)
 Pengelola industri pariwisata bahari
 Penyelam dan olahragawan laut
 Pencinta lingkungan laut
 Peneliti dari kalangan akademisi yang terlibat secara langsung dalam dunia laut
 Marinir/Angkatan Laut dan Satuan-satuan Tugas Keamanan Laut
 Dll.

2. Kategori Masyarakat Ekonomi Maritim yang Kurang Bersentuhan dengan


lingkungan Laut
 Pedagang hasil-hasil laut
 Pemodal/rentenir
 Pekerja di pelabuhan/pasar atau pelelangan ikan
 Pengelola dan pekerja industri hasil-hasil laut
 Pengusaha dan pekerja industri perahu/kapal, alat tangkap, tali-temali, dsb.
 Birokrat dan praktisi dari kementerian, lembaga non-pemerintah, peneliti dari
lembaga ilmiah yang terkait
 LSM dan pemerhati lingkungan laut, dll.

B. Kelas Sosial-Ekonomi dan Struktur Sosial dalam Masyarakat Maritim

 Terdapat dua tipe sosial-ekonomi masyarakat maritim (pada kasus nelayan dan
pelayar/pekerja transportasi dan perdaganagan) : (1) tipe pedesaan lokal-
tradisional yang sedang berkembang, dan (2) tipe modern perkotaan berskala
besar yang kapitalis-industrial.

 Masyarakat ekonomi maritim tipe pertama dicirikan dengan struktur sosial tidak
tajam, kurang berkelas/stratifikasi, dan cenderung dipedomani dengan ideolog
egalitarian. Perbedaan status dan peran dari para pemimpin kelompok dan ABK
(anak buah kapal) atau anggota kelompok seringkali tidak jelas lantaran pembagian
kerja dalam organisasi dan hubungan sosial di antara mereka bersifat akrab, santai
dan penuh persaudaraan, pertemanan/persahabatan dan tolong-menolong. Pada
kelompok masyarakat maritim tersebut lazimnya diterapkan aturan bagi hasil yang
menekankan pemerataan.

 Masyarakat maritim tipe kedua justru dicirikan dengan struktur sosial


berkelas/berstratifikasi yang terwujudkan dalam perbedaan status dan peran
dalam organisasi sosial yang tajam serta hubungan sosial yang formal/resmi. Pada
kelompok kerja masyarakat maritim (nelayan atau pelayar) seperti ini diterapkan
aturan pengupahan dengan porsi pendapatan yang bertingkat-tingkat menurut
status dan peranan.

 Meskipun demikian, jika membandingkan antara kelompok masyarakat nelayan


modern dan kelompok pelayar modern, ternyata spirit dan sikap
kolektivitas/berkehidupan bersama dan ideology egalitarian lebih mencirikan dan
tampak pada masyarakat ekonomi nelayan.

Anda mungkin juga menyukai