Anda di halaman 1dari 8

Nama : Dewi Rahmadani

NIM : P032202007
PRODI/Matkul : S2 PLH/Antropologi Maritim

 Perkuliahan minggu ke 2.
Antropologi maritim adalah kehidupan masyarakat atau manusia yang
berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya alam dan jasa-jasa laut. Sebuah
asumsi jagat maritim prekondisi tumbuh kembangnya kebudayaan (dunia
kehidupan) hidup berkepercayaan, hidup berlembaga, hidup berkelompok-
kelompok dan mempelajari tentang kebudayaan atau kehidupan maritim di
dunia.
A. Masyarakat maritim.
Masyarakat atau kesatuan hidup manusia yang saling berinteraksi berupa
kelompok-kelompok/Lembaga/organisasi kerja, kampung atau desa,suku
bangsa,komunitas kesatuan sosial adminstratif,pada tingkat kecamatan,
kabupaten ada kesatuan masyarakat berada dikepulauan, provinsi, bahkan
kesatuan bangsa dari suatu negara atau kerajaan yang sebagian besar atau
sepenuhnya menggantungkan kehidupan dan ekonominya secara langsung atau
tidak langsung pada pemanfaatan sumberdaya laut (hayati dan non hayati) serta
jasa-jasa laut yang dipedomani dan dicirikan bersamaan dengan kebudayaan
maritim.
1. Kelompok-kelompok suku bangsa sebagai cikal bakal maritim di pedesaan
Indonesia.
 Etnis-etnis 3B (bajo,bugis, buton (bau-bau) dan 3M (makassar bermula di
galesong, mandar, madura), menurut catatan sejarahwan eropa, mereka ini
adalah pewaris kebudayaan maritim dari ras melayu polinesia sebagai peritis
dan pengembang kebudayaan meritim di asia tenggara sejak ribuan tahun
silam (Adrian Horridge).
2. Kelompok sub etnik pewaris kebudayaan maritim pedesaan berikutnya
sebagai pewarisnya.
Pelayan dan nelayan pulau bawean, di masalembo dan di jawa,pedagang di
bonerate, nelayan di pulau polue di laut flores,pemburu paus dari lamelerap
(katolik),pelaut dari koloni bugas di flores bima ria lampung yg menguasai
jaringan perdagangan luas dll
3. Kelompok masyarakat maritim pedalaman dan kota pantai setelah Indonesia
merdeka.
4. Kategori masyarakat maritim yang bersentuhan langsung dengan lingkungan
laut :
Penduduk nelayan (pakkaja) ,petambak , pelayar, petambang batu karang
dan pasir laut,petambang migas dan mineral, Pengelola industri pariwisata
bahari,penyelam, pecinta lingkngan laut,peneliti dan kalangan akademisi
,marinir/Angkatan laut .
5. Kategori masyarakat maritim yang kurang bersentuhan langsung dengan
lingkungan laut.
Pedagang hasil laut, pemodal,pekerja dipelabuhan atau di pelelangan ikan,
pengelola industry hasil-hasil laut, pengusaha dan pekerja industri perahu,alat
tangkap,tali temali, birokrat dan praktisi dari kementrian,Lembaga non
pemerintah, LSM dan pemerhati lingkungan laut.
Manusia yang menjadi subject yang menggagas dan berfikir apa yang dapat
dimanfaatkan di laut itu yang menyebabkan masyarakat menumbuhkan
kebudayaan maritime, dominan di dunia bangsa yang menguasai globe yang
mengkondisikan tumbuhnya kebudayaan maritime.
6. Kelas dan struktur sosial ekonomi dalam masyarakat maritim
 Terdapat dua tipe sosial ekonomi masyarakat maritim:
1). Tipe pedesaan lokal tradisional yang sedang berkembang.
Tipe ini didasarkan dengan struktur ekonomi yang tidak tajam yang
dipedomani oleh ideologi egalitarian. Perbedaan status peran pemimpin dan
anggota kelompok/ABK (anak buah kapal) seringkali tidak jelas lantaran
pembagian kerja dalam organisasi dan hubungan sosial diantara mereka yang
bersifat akrab satu sama lain yaitu santai, penuh persaudaraan. Tipe kelompok
masyarakat ini biasanya diterapkan aturan bagi hasil yang menekankan
pemerataan.
2). Tipe modern perkotaan berskala besar dan berkapitalis insdustrial pasar
global.
Tipe ini didasarkan dengan struktur dan kelas sosial tajam yang tercermin
melalui perbedaan status dan peran yang tajam dalam organisasi sosial serta
hubungan yang formal/resmi.
B. Kebudayaan maritim, wujud, unsur-unsur universal dan fungsi sosialnya
1) Kebudayaan maritim
Kebudayaan dipahami sebagai dunia kehidupan atau cara hidup masyarakat
manusia yg diperoleh dengan belajar, unsur hasil karya yang dilengkapi moral
kasih saying, intiusi kehidupan bersama, dll.
Menurut koentjaraningrat kebudayaan adalah system gagasan (pengetahuan,
nilai, norma, keyakinan, Tindakan dan hasil karya manusia dalam ranngka
berkehidupan masyarakat uang menjadi miliknya melalui proses belajar.
2) Wujud/rupa kebudayaan ada tiga :
7. Wujud mental/kogniti yang terdiri dari komponen komponen gagasan ,
pengetahuan, kepercayaan ,nilai,norma, moral, emosi kolektif, kasih saying,
selera dan intiusi disebut system budaya (cultural system).
8. Tindakan/praktik aktivitas organisasi sosial dalam semua bidang kehidupan
manusia.
9. Benda-benda budaya buatan manusia disebut budaya material.
Tanggapan : menurut saya, Masyarakat maritim masih menggunakan cara-cara
tradisional dalam memanfaatkan hasil tangkapan dari laut , pengetahuan
tentang pemanfaatan laut masih kurang dan belum bisa dilakukan masyarakat
maritim dengan baik sehingga perlu diedukasi dengan orang yang lebih ahli atau
berpendidikan agar isi laut bisa dimanfaatkan dengan baik.

 Perkuliahan minggu ke 3
3) Unsur-unsur umum kebudayaan maritim dan fungsi sosialnya :
a. Sistem mental/kognitif/ideasional kemaritiman
Sistem pengetahuan mengenai semua bidang kehidupan pendidkan dan
kebudayaan
 Pengetahuan tentang : geografi ,SD laut,ling.alam iklim musim dan
cuaca,perbintangan, tipe perahu dan alat tangkap, tempat dan situasi pasar.
 Gagasan: laut dan isinya adalah milik Bersama
 Nilai : pelestarian ekosistem laut
 Moral: keseimbangan dan kebersamaan dengan lingkungan laut
 Norma : pengaturan dpengelolaan pemanfaatan ruang sumber daya laut
 Kepercayaan : tentang tuhan, ilmu gaib, penciptaan, ketentuan dosa, dan
bagaimana manusia di amanahkan untuk menjaga alam dan mencegah alam
itu dirusak.
b. Sistem Bahasa berciri maritim karena semua manusia pasti berbahasa.
Kata kata atau istilah yg digunakan mengacu pada pemanfaatan laut.
Contoh musim :timo’ (m.timur) bare’ m.barat,jenne’ kebo’ m.pancaroba.
Kebanyakan pelaut Organisasi sosial negara, partai politik, tudang simpulung
,gotong royong dll.
c. Sistem organisasi sosial kemaritiman. Kelompok Kerjasama tradisional
nelayan dan pelayar antara lain :
Nelayan dri bangsa-bangsa inggris, juragan pandega, parabola, panglima
menteng , panglima laut
d. Sistem ekonomi / mata pencarian hidup kemaritiman .
-Perikanan tangkap
-Perikanan budidaya laut
-Perhubungan, perdagangan, usaha modal dan kredit ,industry maritime
:hasil laut,perahu,alat tangkap, Pertambangan tradisional ,Industry pariwisata
bahari.
e. Sistem kesenian (lagu-lagu music dll)
f. Sistem teknologi kemaritiman : tipe atau bentuk perahu tradisional milik
kelompok-kelompok nelayan dan pelayar berbagai etnis maritime lainnya.
-Palari (TR)
-Pinisi ( bugis), TR, dll
g. Sistem kepercayaan/keyakinan (agama/ilmu gaib) pada umumnya manusia
yang memilki kepercayaan atau beragam : tipe bentuk perahu tradisional
milik kelompok-kelompok nelayan dan pelayar berbagai etnis maritime
lainnya.
 Fungsi organisasi kelompok kerja nelayan pelayar :
1. Meringankan pekerjaan berat dan rumit
2. Mekanisme perolehan modal
3. Media pewarisan pengetahuan
4. Sarana distribusi risiko kerugian
5. Pengelolaan pemanfaatan SDL dan SDM

Tanggapan : Menurut saya, perlu dilakukan sosialisasi, edukasi untuk


meningkatkan pemahaman masyarakat maritim terkait nilai, moral,norma, dll,
agar bisa memanfaatkan isi laut dengan baik dengan cara yang baik kepada
masyarakat maritime yang kurang Pendidikannya. Karena masih ada masyarakat
maritim yang melakukan penangkapan ikan dengan cara membom padahal hal
ini berdampak buruk bagi mereka.
 Perkuliahan minggu ke 4
Objek Formal/ Pendekatan perspektif dalam studi antropologi maritim.
1. Pendekatan Strategi Adaptif
Aplikasi dari pendekatan adaptif (J.Bennett) : Bahwa masyarakat maritim
senantiasa dihadapkan berbagai masalah sehingga dalam rangka
mempertahankan eksistensinya mereka harus menggunkan berbagai macam
strategi adaptif atau strategi pemecahan masalah.
 Masalah masalah umum yg dihadapi masyarakat nelayan.
1). Laut penuh resiko bahaya ketidakmenentuan.
2). Berbagai macam jenis dan pola prilaku ikan dan biota laut Sumberdaya
perikanan yang sulit diperoleh
3). Lingkungan laut yang tampak homogen tetapi bersifat mendua.
4). SDL perikanan merupakan milik kekayaan bersama yang open access/use.
5). Hasil produksi laut yang gampang membusuk
6). Harga ikan di pasar yang berfluktuasi
7). Ketidakmampuan nelayan menghadapi perlakuan eksploitatif dari luar.
8). Masalah psikologi dan penyimpangan budaya.
 Strategi adaktif yang umum digunakan nelayan
1). Kerjasama dengan pengerahan tenaga kerja.
2). Penekanan ideologi egalitarian.
3). Penerapan bagi hasil.
4). Pengaturan hak-hak kepemilikan
5). Penggunaan berbagai macam alat tangkap
6). Strategi yang digunakan secara perorangan (strategi yang sifatnya
situasional, kombinasi berbagai macam pekerjaan, pengelolaan modal,
penemuan dan perubahan Teknik.
7). Penggunaan agama dan ritual-ritual
8). Menjalin hubungan kuat dengan pengusaha/pedagang.
9). Menggunakan bantuan pemerintah.
2. Pendekatan ekosistemik dipinjam dari ekologi manusia : Melihat situasi yang
bersifat sakral baru mau dilihat apa fungsinya terhadap pelestarian
lingkungan.
Pandangan ekosistemik dari roy Rappaport dan A.P.Vayda ; manusia dan
lingkungan dipahami sebagai komponen-komponen ekosistem yang
senantiasa menciptakan dan memelihara kondisi keseimbangan
(equilibrium).
Kebudayaan berupa adat istiadat, instituisi, upacara, kepercayaan,
merupakan mekanisme penyeimbang antara komponen-komponen
ekosistem manusia/pengguna dan lingkungan.
Komunitas nelayan dan pelayar, adat istiadat, instituisi, upacara, kepercayaan
dipelihara,difunsikan dan diwariskan secara turun temurun.
3. Pendekatan fungsional, fungsi institusi/kelembagaan komunitas masyarakat
maritim : saat dijelaskan langsung bisa dilihat bahwa hal tersebut berfungsi
untuk menjaga lingkungan.
 panglima laut, panglima menteng, pranata rumpon, bagang di sulsel, tempat-
tempat keramat dilaut, budidaya laut menyelamatkan ekosistem laut,
berbagai kelembagaan yang dibuat pemerintah.

Tanggapan : Menurut saya, ke tiga pendekatan diatas yaitu pendekatan


adaptif, pendekatan ekosistemik, dan pendekatan fungsional/kelembagaan
sangat bagus diterapkan untuk mengatasi masalah-masalah di daerah tempat
tinggal masyarakat maritim, serta diperlukan keterlibatan dari berbagai bidang
yang ahli tentang lingkungan agar masyarakat maritim khususnya nelayan
teredukasi dengan baik untuk memanfaatkan hasil laut, perlu juga adanya
regulasi pemerintah untuk melihat siapa saja yang bisa mengelolah SDA di laut
dan mengingatkan perusahan besar agar tidak merampas hasil laut masyarakat
maritim yang kurang berpendidikan formal.

Anda mungkin juga menyukai