Anda di halaman 1dari 5

Nama : Natalia Windy Duapadang

NIM : D071211067
Departemen Teknik Industri B

1. Uraikan definisi kebudayaan dan kebudayaan maritim dari pendekatan etimologisnya!


Berdasarkan etimologinya, budaya berasal dari bahasa Sanskerta, yang terdiri atas kata
budi yang berarti pikiran dan daya yang berarti kekuatan. Maka, dapat disimpulkan
bahwa kebudayaan adalah wujud yang mencakup keseluruhan dari gagasan, kelakuan,
dan hasil-hasil kelakuan. Kebudayaan dilihat sebagai tingkah laku, pola-pola keyakinan
dan semua produk dari kelompok manusia tertentu yang diturunkan dari generasi kee
generasi, Sedangkan, kebudayaan maritim adalah sistem ide yang digunakan masyarakat
maritime dalam rangka pengelolaan dan pemanfaatan Sumber Daya Alam dan
merekayasa jasa-jasa lingkungan laut bagi kehidupannya.

2. Uraikan 3 (tiga) konsep wujud kebudayaan menurut Koentjraningrat!


Koentjaraningrat membagi konsep wujud kebudayaan menjadi 3, yaitu :
a. Kompleksitas ide, gagasan , nilai, norma peraturan, dan sebagainya. Wujud ini
mencakup konteks ide, gagasan, nilai yang ada di masyarakat, termasuk dalam entitas
masyarakat maritime, dimana mereka memiliki prinsip keyakinan tertentu yang khas.
Kompleksitas ini juga menyangkut tentang bagaimana mereka memandang diri
sendiri, lingkungan dan Tuhannya. Seperti contoh, cara pandang masyarat maritime
terhadap sumber daya laut, dimana mereka tak lagi melihat laut sebagai suatu objek
yang lain, namun laut dipandang sebagai satu kesatuan yang telah menyatu dalam
diri mereka, sehingga tindakan merusak laut sama artinya dengan merusak diri
mereka sendiri.
b. Sebagai suatu kompleks aktivvitas kelakuan berpola dari manusia ke dalam
masyarakat. Kelakuan terpola ini mengandung arti suatu kelakuan yang sifatnya
turun-temurun dilakukan. Contohnya seperti ritual-ritual yang menjadi sebuah
esistensi masyarakat setempat. Keberadaan ritual ini hendaknya dipandang sebagai
cara masyarakat dalam mengekspresikan hubungan keterikatan yang masih terjalin
erat dengan leluhurnya.
c. Sebagai benda-benda hasil karya manusia. Ini merupakan kebudayaan berbentuk fisik
yang berbeda dari dua kebudayaan sebelumnya. Adapun contoh dari kebudayaan ini
yaitu candi, keris, dan peninggalan-peninggalan zaman dahulu lainnya.
3. Uraikan 5 (lima) ciri kompleksitas kebudayaan maritim!
Kompleksitas budaya maritim dicirikan oleh lima fenomena, yaitu :
a. Kelompok sosial maritime seringkali bukan sekedar kelompok-kelompok kerja yang
merupakan sub-sub komunitas desa. Mereka dikategorikan sebagai sub-sub etnis
seperti ditunjukkan oleh adanya desa-desa nelayan Bugis, Mandar, Makassar. Seperti
contoh kelompok nelayan Bugis, dimana suatu ciri yang melekat pada kelompok ini
adalah adanya diaspora penyebaran kelompok Bugis yang menjangkau berbagai
wilayah di Nusantara. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya kampung Bugis di
Jakarta, Kalimantan, Papua. Ini menunjukkan bagaimana sifat diaspora masyarat Bugis
yang aktivitas perpindahan tempatnya untuk mencari sumber-sumber kehidupan
sangatlah tinggi.
b. Munculnya berbagai kategori sosial yang dikondisikan oleh perkembangan jenis-jenis
usaha ekonomi yang terkait dengan laut. Misalnya pada masyarakat maritime Bugis
Makassar, terbentuk hirarki sosial yang dikenal dengan sebutan Punggawa Sawi yang
terdiri atas 3 lapisan atau tingkatan, yaitu punggawa lompo, punggawa caddi, dan
sawi. Punggawa lompo adalah pihak yang menjadi penyedia modal, seperti kapal, dan
segala kebutuhan yang menyangkut proses produksi atau aktivitas penangkapan
ikan.Sementara pada lapisan kedua, disebut dengan punggawa caddi atau mereka
yang memimpin, meninjau, dan mengawasi aktivitas penangkapan secara langsung.
Lapisan yang terakhir, disebut dengan sawi yang adalah pekerja yang akan membantu
punggawa caddi dalam aktivitas penangkapan ikan. Dimana, sawi ini direkrut oleh
punggawa caddi yang biasanya didasarkan atas hubungan kekerabatan. Para pelaku
ekonomi maritime menerapkan berbagai gaya manajemen baik berupa ekstensifikasi
dengan strategi diversifikasi usaha maupun intensifikasi dengan jenis usaha tunggal.
c. Adanya kategori sosial selain pelaku dan pengguna langsung yang turut terlibat dalam
sector ekonomi maritime. Seperti pada sector perikanan, dimana tak hanya
melibatkan nelayan, namun juga membutuhkan peran serta pihak-pihak lain diluar
aktivitas penangkapan secara langsung seperti pembuat perahu dan alat-alat tangkap,
pedagang, pengusaha, rentenir, koperasi, bank, pasar, instansi peemrintah terkait,
petugas keamanan laut, dan lain-lain.
d. Fenomena sosial budaya maritime tidak hanya tampak pada aspek budaya tetapi
diperlihatkan pula oleh kategori-kategori atau hierarki sosial pendukungnya yang
berbeda-beda. Kategori sosial yang sama mempunyai karakter budaya maritime yang
berlainan seperti kelompok nelayan rumpon (Mandar), bagang (Bugis), penyelam
teripang (Bajo, Bugis, Makassar), pemburu hiu (Bajo) yang semuanya berasal dari
Sulawesi Selatan namun memiliki karakter maritime yang berbeda.
e. Kompleksitas fenomena berkaitan pula dengan dinamika sosial, budaya maritime itu
sendiri sebagai akibat dari perkembangan faktor internal maupun perkembangan
faktor eksternal

4. Uraikan 3 (tiga) kategorisasi akses pemanfaatan sumberdaya oleh masyarakat maritim!


a. Masyarakat nelayan tertentu yan bernasib baik dan mempunyai akses langsung
pemanfaatan sumber daya alam.
b. Akses sebagian masyarakat nelayan pada pemanfaatam sumber daya laut dilokasi
yang sulit dijangkau atau yang dianggap keramat.
c. Kontrol dan dominasi punggawa darat, pedagang lokal dan pengusaha besar
memungkinkan mereka mendapatkan keuntungan yang jauh lebih kecil.

5. Uraikan 7 (tujuh) unsur kebudayaan yang menjadi ciri kehidupan masyarakat maritime!
C. Kluckhon membagi 7 unsur kebudayaan, yaitu:
1. Sistem pengetahuan
Sistem pengetahuan terbagi lagi menjadi 3 konsep, yaitu
a. Pengetahuan pelayaran ini mencakup pemahaman masyarakat maritime
terkait musim, kondisi cuaca dan suhu, kondisi dasar laut, kondisi air laut dan
tanda-tanda alam untuk menentukan waktu kegiatan pelayaran.
b. Pengetahuan tentang lingkungan dan sumber daya laut, baik hayati maupun
nonhayati, terkait jenis/spesies bernilai ekonomis dan kondisi
populasi/perilaku/lokasi.
c. Pengetahuan tentang lingkungan sosial, terkait dengan siapa mereka
bertransaksi, bekerja sama, meminta pelindungan keamanan, sebaliknya
melakukan persaingan dan konflik memperebutkan potensi sumberdaya dan
jasa laut.

2. Sistem kepercayaan dan religi.


Kebanyakan masyarakat maritime sangat percaya dengan kekuasaan Allah dan
takdirnya. Sedikit banyak dari hasil yang diperoleh senantiasa dikembalikan pada
ketentuan takdir. RIntangan arus dan ombak yang mereka lalui, berbahaya dan
angkernya tempat penangkapan menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi
masyarakat maritim. Namun, mereka percaya bahwa semua rintanga ini dapat
dihadapi dan dilawan dengan keyakinan religius atau praktek ritual. Dimana ritual ini
dapat berfungsi sebagai media yang dapat meyakinkan mereka untuk memperoleh
perlindungan dari Tuhan selama proses melaut, kemudian agar keluarga mereka tetap
dijaga selama sepeninggalan mereka untuk pergi melaut, dan untuk memohon agar
mereka mendapatkan hasil tangkapan yang berlimpah
3. Sistem bahasa
Bahasa yang digunakan masyarakat maritime banyak berbeda dengan masyarakat
didarat meskipun berasal dari suku bangsa yang sama. Dimana dalam menjalankan
sistem produksi, ada sistem-sistem bahasa yang bisa diucapkan ketika melaut dan ada
pula sistem bahasa yang sifatnya pantang untuk diucapkan ketika melaut.

4. Sistem kekerabatan
Sistem kekerabatan ini memiliki fungsi :
a. Meringankan pekerjaan berat dan rumit di laut
b. Meknaisme perolehan modal dan pemasaran
c. Wadah dan media pembelajaran pengetahuan, keterampilan kerja dan
kepribadian kebaharian
d. Lembaga dan mmedia tolong menolong dan sekuritas sosial
e. Mekanisme distribusi risiko
Sistem kekerabatan ini dapat dilihat dari sistem Punggawa Sawi dari masyarakat
maritime Bugis, Makassar, dan Bajo. Tanase wasanae di Maluku, dan Juragan-Pandega
di Jawa.

5. Sistem teknologi
Berbicara mengenai sistem teknologi, maka teknologi penangkapan di Indonesia
dapat dibagi menjadi 5 kategori yaitu :
a. Net
b. Pancing
c. Bubu
d. Alat tusuk (tombak, panah)
e. Teknik lainnya.

Dimana, teknologi penangkapan/alat tangkap ini dapat berbeda-beda antar


masyarakat maritime karena disesuaikan dengan karakteristik laut, biola laut yang
mereka tangkap, dan karakteristik permukaan dan dasar laut yang menjadi aktivitas
tempat penangkapan mereka.

6. Sistem ekonomi
Sistem ekonomi kebaharian terdiri dari :
a. Sektor-sektor perikanan (perikanan tangkap)
b. Jasa (pelayaran/pengangkutan, pengamanan wilayah laut, pendidikan,
pemerintahan, pengerukan dasar laut Kawasan pelabuaj dan pemukiman,
pembangunan pemukiman pantai)
c. Perdagangan (lewat laut, hasil laut ke darat, usaha modal)
d. Industry (hasil alut, pertambangan, pembuatan garam, pembuatan
kapal/perahu dan alat tangkap, industry jasa pariwisata dan barang kerajinan
hasil laut)

7. Sistem seni kebaharian


Kebudayaan maritime tidak luput dari unsur kesenian, terutam seni
arsitektur/konstruksi kapal/ perahu dan layer, ukit dan gambar dengan motif dan
warna cat, lagu dan music. Perahu-perahu jawa dan Bali, India dan China banya
dicirikan dengan ukiran dan gambar binatang dengan kombinasi warna cat. Ukiran
dan gambar tersebut selain berfungsi seni, juga memuat makna akan gagasan dunia
dan keyakinan religius.

Anda mungkin juga menyukai