Anda di halaman 1dari 5

UNSUR KEBUDAYAAN MARITIM

OLEH:

KELOMPOK 2

1. MUH. HAIZAM YUSRI (F081201010)

2. FATHIMAH AMATULLAH A. (F081201011

3. NURUL MASYRIFAH (F081201015)

4. A .FANY ALFAHIRA (F081201029)

5. STEFANIE QUIN MANUHUTU (F081201032)

6. HANDOYO MULYO (F081201037)

PRODI SASTRA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2021


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang Indonesia

Indonesia merupakan Negara Maritim yang memiliki beribu-ribu pulau dengan area
teritorial laut yang sangat luas. Daratan Indonesia seluas 1.904.569 km2 dan lautannya seluas
3.288.683 km2 yang membentang sepanjang khatulistiwa dan terletak antara benua Asia dan
Australia.1 Hal tersebut menunjukkan bahwa wilayah laut lebih luas dari wilayah daratan,
terdapat 5 pulau besar dan ratusan pulau kecil lainnya, baik yang berpenghuni maupun yang
tidak berpenghuni. Sejatinya laut merupakan penghubung antara pulau yang satu dengan yang
lain.

Bagi masyarakat yang berada di pesisir atau kepulauan yang berjiwa Maritim diperlukan
kepandaian dalam menaklukkan lautan luas serta pandai mengarungi lautan dengan melakukan
pelayaran ke berbagai daerah lainnya baik untuk berdagang maupun untuk mencari ikan. Pada
hakekatnya jauh sebelum masyarakat Indonesia memperjuangkan hak-hak kebebasan demi
mencapai kemerdekaan dari imperialisme2 barat, pada mulanya pengenalan dan penerapan
sistem pelayaran dan perdagangan merupakan salah satu mata pencaharian yang utama dan
hingga saat ini terus mengalami perkembangan.

Masyarakat pesisir pada saat itu tidak hanya mampu mengarungi perairan Nusantara, akan
tetapi lebih dari itu seperti yang diketahui oleh penulis bahwa orang Indonesia telah mampu
berlayar sampai pada jarak terjauh seperti Madagaskar3 yang terletak di Samudera Hindia.
Keadaan geografis suatu daerah sangat berpengaruh terhadap kebudayaan suatu masyarakat
didaerah tersebut. Masyarakat yang bermukim didaerah pedalaman, akan mengembangkan
budaya agraris. Demikian pula dengan masyarakat yang bermukim di daerah pesisir pantai dan
daerah kepulauan yang tentu saja akan berbudaya kelautan (maritim). Salah satu kelompok
masyarakat pesisir Indonesia yang berpenghuni terdapat di Daerah Mandar, Sulawesi Barat
yang terletak diwilayah bagian timur Indonesia pulau Sulawesi.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sistem Pengetahuan

Didalam unsur kebudayaan maritime Indonesia, sistem pengetahuan terbagi menjadi 3 yakni:

 Pengetahuan pelayaran
Membahas mengenai musim, kondisi cuaca dan suhu, kondisi dasar, kondisi air laut
dan tanda-tanda alam untuk menetukan waktu kegiatan dalam berlayar

 Pengetahuan tentang lingkungan dan sumber daya


Laut, baik hayati maupun nonhayati atau yang tekait jenis/spesies bernilai ekonomis
dan kondisi populasi perilaku/lokasi.

 Pengetahuan tentang lingkungan social


Yang terkait dengan siapa mereka berinteraksi ,bekerjasama, meminta jasa
perlindungan keamanan dan sebaliknya melakukan persaingan dan konflik
memperebutkan potensi sumber daya dan jasa laut

B. Bahasa

Bahasa yang digunakan masyarakat maritime banyak berbeda dengan masyarakat di darat
meskipun berasal dari suku bangsa yang sama. Perbedaannya dalam hal pembendaharaan dan
pemaknaan kata-kata yang diucapkan sehari hari untuk menamai :

 Unsur-unsur dan gejala alam fisik dan flora fauna yang dimanfatkan
 Lingkungan social untuk bergaul dan bekerja sama
 Sector kerja dan teknologi yang diterapkan

Contoh beberapa kata dalam bahasa pelaut , yakni:

 Musim : timo’ (musim timur), bare’ (musim barat), jenne’ kebo’(musim pancaroba) dll.
 Lokasi SDA : taka, pasi;, bungin, dll
 Perahu : lepa-lepa, sampan, jarangka’, katinting, jolloro, pinisi, bodi, dll.
 Alat tangkap : pancing labu, babu, puka’, rumpong, bagang, kompresor, dll.

C. Organisasi social

Contoh kelompok kerjasama nelayan dan pelayar :

 Juragan-pandega (Jawa)
 Tanase wasanae (Maluku)
 Ponggawa-sawi (Bugis, Makassar, Bajo)

Adapun fungsi utama dari organisasi social unsur kebudayaan maritime, yakni:

 Meringankan pekerjaan yang berat dan rumit di laut


 Mekanisme perolehan modan dan pemasaran
 Sebagai wadah dan media dalam pembelajaran pengetahuan, keterampilan kerja dan
kepribadian bahari
 Lembaga media tolong menolong dan sekuritas social
BAB III
PENUTUP

Kebudayaan tidak lain dari dunia kehidupan manusia itu sendiri. Kebudayaan atau
dunia kehidupan manusia tersebut sekurang-kurangnya meliputi tujuh unsur umum
(cultural universal), yakni pengetahuan (cognitive/ideational/mental material), bahasa,
organisasi sosial, ekonomi, teknologi, kesenian, religi dan kepercayaan. Setiap unsur
kebudayaan terdiri dari tiga tingkatan wujud/rupa, yakni sistem budaya (gagasan,
pengetahuan, nilai, keyakinan, norma, moral, perasaan, intuisi, dan lain-lain), sistem
sosial (tindakan dan kehidupan kolektif), dan sistem alat peralatan/teknologi. Sudah
dijelaskan pula bahwa sistem budaya (terkristalisasi menjadi sistem nilai budaya)
merupakan pedoman/acuan (preference/dominant) bagi sistem sosial dan sistem alat
peralatan, sebaliknya sistem alat peralatan dan sistem sosial menjadi prasyarat/penentu
(determinant) terhadap sistem budaya. Adapun sistem sosial sendiri merupakan wadah
bagi pengamalan sistem nilai budaya dan penerapan sistem alat peralatan/teknologi

DAFTAR PUSTAKA

Oktavianus. BAHASA DAN BUDAYA MARITIM: IDENTITAS DAN PEMERKAYA BUDAYA BANGSA.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/pustaka/article/download/61025/35187/ (Diakses 4
Mei 2021).
Jamil Muh. Sistem Sosial Budaya Maritim.
https://www.kompasiana.com/muhammad/54f37f67745513942b6c78a4/sistem-
sosial budaya-masyarakat-maritim (Diakses 4 Mei 2021).
Anonym. Mengenal Lebih Jauh Budaya Maritim Indonesia.
https://kolom.tempo.co/read/1035968/mengenal-lebih-jauh-budaya-
maritim indonesia/full&view=ok (Diakses 4 Mei 2021).
Floriaan Rumengan. Kebudayaan Maritim.
https://www.scribd.com/doc/308307211/kebudayaan-maritim . (Diakses 4 Mei 2021).
Isbul Ansari. Kebudayaan Maritim.
https://www.slideshare.net/IsbulAnsariFib/kebudayaan-maritim-2 (Diakses 4 Mei
2021).

Anda mungkin juga menyukai