Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT PESISIR & KEPULAUAN

“Budaya Masyarakat Pesisir”

OLEH
KELOMPOK 2
KELAS A 018

1. ELFIANA (J1A118017)
2. ZULIANTI (J1A118020)
3. LULUH OCTO ASTARINA (J1A118021)
4. IKA TRIANI SARI (J1A118022)
5. NUZUL WIJAYA (J1A118024)
6. MELLY ERDANA (J1A118025)
7. NINGSIH SAPUTRI (J1A118027)

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada
waktunya. Makalah ini membahas tentang “Budaya Masyarakat Pesisir”.

Makalah ini dibuat dari berbagai sumber untuk membantu menyelesaikan


tugas ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing
mata kuliah Epidemiologi Penyakit Pesisir & Kepulauan.

Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang ada pada makalah ini.
Oleh karena itu, kami mengharapkan saran serta kritik yang dapat membangun.

Kendari, 19 Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara Kepulauan dengan jumlah pulau yang
mencapai 17.508 dan panjang garis pantai kurang lebih 81.000 Km. Keadaan ini
menyebabkan kawasan pesisir menjadi andalan sumber pendapatan masyarakat
Indonesia. Secara umum, wilayah pesisir dapat didefinisikan sebagai wilayah
pertemuan antara ekosistem darat, ekosistem laut dan ekosistem udara yang
saling bertemu dalam suatu keseimbangan yang rentan. Indonesia sebagai Negara
kepulauan (archipelagic state) terbesar di dunia, Indonesia memiliki ±17.480
pulau dengan luas lautnya mencapai 5,8 juta km² dengan garis pantai sepanjang ±
95,181 km². Negara kepulauan berarti suatu negara yang seluruhnya terdiri atas
satu atau lebih kepulauan dan dapat mencakup pulau lain. Wilayah perairan laut
yang dimiliki Indonesia lebih luas dari pada wilayah daratannya, sehingga
peranan wilayah laut menjadi sangat penting bagi kehidupan bangsa dan negara
(Tinambunan, 2016).
Posisi geografis kepulauan Indonesia sangat strategis karena merupakan
pusat lalu lintas maritim antar benua. Indonesia memiliki kedaulatan terhadap
laut wilayahnya meliputi; perairan pedalaman, perairan nusantara, dan laut
teritorial (sepanjang 12 mil dari garis dasar). Zona tambahan Indonesia, yang
memiliki hak-hak berdaulat dan kewenangan tertentu dan Zona Ekonomi
Eksklusif Indonesia (ZEEI) sejauh 200 mil dari garis pangkal. Indonesia
memunyai hak-hak berdaulat atas kekayaan alam (perikanan), kewenangan untuk
memelihara lingkungan laut, mengatur dan mengizinkan penelitian ilmiah
kelautan, pemberian izin pembangunan pulau-pulau buatan, instalasi dan
bangunan lainnya (Tinambunan, 2016).
Daerah di sepanjang garis pantai disebut wilayah pesisir. Wilayah pesisir
merupakan tempat permukiman masyarakat nelayan. Wilayah pesisir Indonesia
mempunyai kontribusi sekitar 76% terhadap perikanan rakyat nasional.

4
Masyarakat pesisir khususnya memiliki pola kehidupan yang khas yang
dihadapkan pada kondisi sumber daya pesisir dan laut serta sumber kehidupan
yang langsung maupun tidak langsung pada sumber daya perikanan (Amanah &
Praya, 2015).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa memahami tentang budaya masyarakat pesisir.
2. Tujuan Khusus
Sebagai alat pembelajaran bagi mahasiswa khususnya mahasiswa
dibidang kesehatan tentang budaya masyarakat pesisir.

D. Manfaat

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Budaya Masyarakat Pesisir
1. Definisi Budaya
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah,
yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai
hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris,
kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu
mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau
bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam
bahasa Indonesia (http://id.wikipedia.org).
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama
oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generassi ke generasi.
Budaya terbentuk dari banyak unsure yang rumit, termasuk system agama dan
politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan dan karya seni
(Fatmasari, 2017).
Bagi masyarakat nelayan, kebudayaan merupakan sistem gagasan atau
sistem kognitif yang berfungsi sebagai pedoman kehidupan, referensi pola-
pola kelakuan sosial, serta sebagai sarana untuk menginterpretasi dan
memaknai berbagai peristiwa yang terjadi di lingkungannya (Zamzami, 2016).
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan
yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang
didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan
bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh
kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat
itu adalah Cultural-Determinism.

6
2. Definisi Masyarakat Pesisir
Masyarakat pesisir adalah masyarakat yang tinggal dan melakukan
aktifitas sosial ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya wilayah pesisir
dan lautan. Dengan demikian, secara sempit masyarakat pesisir memiliki
ketergantungan yang cukup tinggi dengan potensi dan kondisi sumber daya
pesisir dan lautan. Masyarakat pesisir adalah sekumpulan masyarakat
(nelayan, pembudidaya ikan, pedagang ikan, dan lan-lain) yang hidup
bersama-sama mendiami wilayah pesisir membentuk dan memiliki
kebudayaan yang khas yang terkait dengan ketergantungannya pada
pemanfaatan sumber daya pesisir (Fatmasari, 2017).
Masyarakat pesisir didefinisikan sebagai masyarakat yang tinggal dan
melakukan aktivitas sosial ekonomi yang terkait dengan sumberdaya wilayah
pesisir dan lautan sehingga masyarakat pesisir memiliki ketergantungan yang
tinggi dengan potensi atau kondisi sumberdaya pesisir (Taufiq, 2017).
Masyarakat pesisir adalah masyarakat yang mendiami wilayah sekitaran
pesisir yang biasanya menggantungkan hidupnya pada laut sebagai sumber
mencari penghasilan (Dewi, 2019).
Masyarakat nelayan yaitu suatu konstruksi masyarakat dimana
kehidupan sosial budayanya dipengaruhi secara signifikan oleh eksistensi
kelompok-kelompok sosial dimana kelangsungan hidupnya bergantung pada
usaha pemanfaatan sumberdaya kelautan dan pesisir (Hartono, 2015).
Masyarakat pesisir adalah kelompok orang yang tinggal di daerah
pesisir dan sumber kehidupan perekonomiannya bergantung secara langsung
pada pemanfaatan sumberdaya laut dan pesisir (Fitriyani, 2016).

B. Karakteristik Masyarakat Pesisir


Masyarakat pesisir pada umumnya telah menjadi bagian masyarakat yang
pluraristik tapi masih tetap memiliki jiwa kebersamaan. Artinya bahwa struktur
masyarakat pesisir rata-rata merupakan gabungan karakteristik masyarakat

7
perkotaan dan pedesaan. Karena, struktur masyarakat pesisir sangat plurar,
sehingga mampu membentuk sistem dan nilai budaya yang merupakan akulturasi
budaya dari masing-masing komponen yang membentuk struktur masyarakatnya
(Wahyudin, 2015).
Hal menarik adalah bahwa bagi masyarakat pesisir, hidup di dekat pantai
merupakan hal yang paling diinginkan untuk dilakukan mengingat segenap aspek
kemudahan dapat mereka peroleh dalam berbagai aktivitas kesehariannya. Dua
contoh sederhana dari kemudahan-kemudahan tersebut diantaranya: Pertama,
bahwa kemudahan aksesibilitas dari dan ke sumber mata pencaharian lebih
terjamin, mengingat sebagian masyarakat pesisir menggantungkan kehidupannya
pada pemanfaatan potensi perikanan dan laut yang terdapat di sekitarnya, seperti
penangkapan ikan, pengumpulan atau budidaya rumput laut, dan sebagainya.
Kedua, bahwa mereka lebih mudah mendapatkan kebutuhan akan MCK (mandi,
cuci dan kakus), dimana mereka dapat dengan serta merta menceburkan dirinya
untuk membersihkan tubuhnya; mencuci segenap peralatan dan perlengkapan
rumah tangga, seperti pakaian, gelas dan piring; bahkan mereka lebih mudah
membuang air (besar maupun kecil). Selain itu, mereka juga dapat dengan
mudah membuang limbah domestiknya langsung ke pantai/laut (Wahyudin,
2015).
Masyarakat pesisir mempunyai sifat-sifat atau karakteristik tertentu yang
khas/unik. Sifat ini sangat erat kaitannya dengan sifat usaha di bidang perikanan
itu sendiri. Karena sifat dari usaha-usaha perikanan sangat dipengaruhi oleh
faktor-faktor seperti lingkungan, musim dan pasar, maka karakteristik
masyarakat pesisir juga terpengaruhi oleh faktor-faktor tersebut. Beberapa sifat
dan karakteristik usaha-usaha masyarakat pesisir diuraikan sebagai berikut:
1. Ketergantungan Pada Kondisi Lingkungan
Salah satu sifat usaha perikanan yang sangat menonjol adalah bahwa
keberlanjutan atau keberhasilan usaha tersebut sangat bergantung pada
kondisi lingkungan, khususnya air. Keadaan ini mempunyai implikasi yang

8
sangat penting bagi kondisi kehidupan social ekonomi masyarakat pesisir.
Kehidupan masyarakat pesisir menjadi sangat tergantung pada kondisi
lingkungan itu dan sangat rentan terhadap kerusakan lingkungan, khususnya
pencemaran, karena limbah industri maupun tumpahan minyak, misalnya,
dapat menggoncang sendi-sendi kehidupan sosial ekonomi masyarakat
pesisir. Pencemaran di pantai Jawa beberapa waktu lalu, contohnya, telah
menyebabkan produksi udang tambak anjlok secara drastis. Hal ini tentu
mempunyai konsekuensi yang besar terhadap kehidupan para petani tambak
tersebut.
2. Ketergantungan Pada Musim
Karakteristik lain yang sangat menyolok di kalangan masyarakat
pesisir, khususnya masyarakat nelayan, adalah ketergantungan mereka pada
musim. Ketergantungan pada musim ini semakin besar bagi para nelayan
kecil. Pada musim penangkapan para nelayan sangat sibuk melaut.
Sebaliknya, pada musim peceklik kegiatan melaut menjadi berkurang
sehingga banyak nelayan yang terpaksa menganggur.
Kondisi ini mempunyai implikasi besar pula terhadap kondisi sosial
ekonomi masyarakat pantai secara umum dan kaum nelayan khususnya.
Mereka mungkin mampu membeli barang-barang yang mahal seperti kursi-
meja, lemari, dan sebagainya. Sebaliknya, pada musim paceklik pendapatan
mereka menurun drastis, sehingga kehidupan mereka juga semakin buruk.
3. Ketergantungan Pada Pasar
Karakteristik lain dari usaha perikanan yang dilakukan oleh
masyarakat pesisir ini adalah ketergantungan pada pasar. Tidak seperti
petani padi, para nelayan dan petani tambak ini sangat tergantung pada
keadaan pasar. Hal ini disebabkan karena komoditas yang dihasilkan oleh
mereka itu harus dijual baru bisa digunakan untuk memenuhi keperluan
hidup. Jika petani padi yang bersifat tradisional bisa hidup tanpa menjual
produknya atau hanya menjual sedikit saja, maka nelayan dan petani tambak

9
harus menjual sebagian besar hasilnya. Setradisional atau sekecil apapun
nelayan dan petani tambak tersebut, mereka harus menjual sebagian besar
hasilnya demi memenuhi kebutuhan hidup.
Karakteristik di atas mempunyai implikasi yang sangat penting,
yakni masyarakat perikanan sangat peka terhadap harga. Perubahan harga
produk perikanan sangat mempengaruhi kondisi sosial ekonomi masyarakat
perikanan (Wahyudin, 2015).

C. Kehidupan Sosial Masyarakat Pesisir

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

11
DAFTAR PUSTAKA
Amanah, S., & Praya, C. (2015). Budaya Masyarakat Pesisir Nelayan Nagari Sago
Salido Kecamatan IV Jurai, 1–15.
Dewi, K. (2019). PELAPISAN SOSIAL-BUDAYA PESISIR KELURAHAN
MANGKANG KULON, SEMARANG, 13(April), 1–12.
Fatmasari, D. (2017). ANALISIS SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA
MASYARAKAT PESISIR DESA WARUDUWUR, KECAMATAN MUNDU,
KABUPATEN CIREBON, 144–166.
Fitriyani, D. (2016). PERUBAHAN ORIENTASI MATA PENCAHARIAN
NELAYAN DI KECAMATAN SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA.
Hartono, D. (2015). Produk Ikan Pindang dan Petis Ikan Dalam Skala Rumah Tangga
Pada Masyarakat Pesisir di Dusun Pesisir Desa Kilensari Kecamatan Panarukan
Kabupaten Situbondo., 1–9.
Taufiq, T. T. (2017). KEARIFAN LINGKUNGAN BERBASIS AGAMA
KOMUNITAS NELAYAN DI PESISIR BANYUTOWO DUKUHSETI PATI,
11(2), 259–280.
Tinambunan, H. S. R. (2016). PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA
PESISIR MELALUI PENGUATAN BUDAYA MARITIM DALAM
MENGHADAPI PASAR BEBAS MASYARAKAT EKONOMI ASEAN, 10(1),
15–34.
Wahyudin, Y. (2015). Sistem Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat Pesisir,
(October). https://doi.org/10.13140/RG.2.1.2522.6965
Zamzami, L. (2016). TRADISI DAN KELEMBAGAAN SOSIAL BERDASARKAN
BUDAYA MASYARAKAT LOKAL BERBASIS KOMUNITAS DALAM
AKTIVITAS PENANGKAPAN IKAN, 39–63.

12
13

Anda mungkin juga menyukai