Anda di halaman 1dari 7

PERAN PEREMPUAN DALAM KEHIDUPAN PESISIR

Oleh : Putu Eka Febyanti (1701571005)

Abstrak
Peran perempuan dalam kehidupan pesisir tidak semata-mata hanya sebagai ibu rumah tangga
belaka. Perempuan pesisir juga memiliki sebuah potensi, meskipun bukan memancing ikan ke
laut. Peran perempuan pesisir melaksakan tugasnya sebagai pemelihara ekosistem, karena
mereka sadar akan iklim atau cuaca yang kelak akan berganti. Oleh karena itu, selain sebagai
sebuah strategi kehidupan kedepannya, perempuan pesisir juga berinisiatif untuk menjadikan
mangrove sebagai kearifan lokal mereka.

Kata Kunci : perempuan, peran, pesisir, mangrove, maritime.

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Potensi perairan laut Indonesia sejak lama sudah dikenal luas sebagai salah satu yang paling
kaya di dunia. Kekayaan laut itu, mengelilingi gugusan 17.508 pulau dengan garis pantai
membentang sepanjang 81.000 kilometer. Di antara gugusan pulau itu, ada 3,1 juta km persegi
luas laut yang mencakup 0,8 juta km2 perairan teritorial, dan 2,3 juta km2 perairan Nusantara.
Wilayah laut yang luas tersebut, diketahui menjadi kawasan yang paling disukai oleh banyak
biota laut dan makhluk hidup lainnya. Itu kenapa, wilayah laut Nusantara menjadi kawasan
perairan yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi di dunia. Ekosistem pesisir dan laut
Indonesia yaitu, hutan bakau (mangrove) dengan luas mencapai 3,3 juta hektare, kemudian
menyimpan potensi lamun hingga mencapai luas 29.464 ha, dan terumbu karang dengan luasan
mencapai 25 ribu km2.
Populasi masyarakat pesisir didefinisikan sebagai kelompok orang yang tinggal di daerah
pesisir dan sumber kehidupan perekonomiannya bergantung secara langsung pada pemanfaatan
sumber daya laut dan pesisir, Mereka terdiri dari nelayan pemilik, buruh nelayan, pembudidaya
ikan dan organisme laut lainnya, pedagang ikan, pengolah ikan, supplier faktor sarana produksi
perikanan. Dari sisi skala usaha perikanan, kelompok masyarakat pesisir diantaranya terdiri dari
rumah tangga perikanan yang menangkap ikan tanpa menggunakan perahu, menggunakan
perahu tanpa mesin dan perahu bermesin tempel atau pasang
Dalam hal ini, laut merupakan sorotan penting bagi kelangsungan hidup masyarakat nelayan
karena lebih dari 50% kebutuhan mereka terpenuhi oleh jasa melaut atau mencari ikan, namun
masyarakat yang tersebar di setiap budaya memiliki cara-cara tersendiri untuk mengaplikasikan
hal tersebut. Dalam masyarakat nelayan di dunia, ada pembagian kerja seksual yang kuat antara
laki-laki yang memancing, sementara perempuan sebagai yang mengurusi rumah tangga. Tentu
saja ini adalah kasus terdalam dari industri perikanan. Memancing membutuhkan stamina dan
kekuatan, dan wanita dengan kemampuan yang lembut tidak memiliki kualitas ini.

2. Rumusan Masalah
 Bagaimana peranan wanita pesisir selain menjadi ibu rumah tangga?
 Bagaimana upaya masyarakat melestarikan ekosistem pada daerah pesisir?

3. Kerangka Teori
 Teori Partisipasi
Dalam skripsi “Partisipasi Kelompok Nelayan Pesisir Karya Segara Dalam Konservasi
Terumbu Karang Di Pantai Serangan Denpasar” yang ditulis oleh Indra Jaya (2015), memuat
bahwa teori partisipasi dari Cernea menyatakan partisipasi masyarakat digambarkan sebagai
memberi lebih banyak peluang kepada masyarakat untuk terlibat langsung secara efektif
dalam kegiatan-kegiatan pembangunan (Cernea 1991 dalam Katimin 1995 ; 7). Terdapat dua
bentuk partisipasi yang sangat erat kaitannya dengan program-program pembangunan
masyarakat lokal yakni, partisipasi vertikal dan partisipasi horizontal (Ndraha dalam
Loosyanhe 2003 ; 9). Disebut partisipasi vertikal, karena partisipasi ini dapat terjadi dalam
kondisi tertentu yaitu kondisi masyarakat lokal terlibat atau mengambil bagian dalam suatu
program pihak lain. Dalam hal ini masyarakat lokal berada pada posisi sebagai bawahan atau
klien. Partisipasi horizontal adalah partisipasi yang pada saat masyarakat lokal mempunyai
kemampuan untuk berprakarsa yang mana setiap anggota atau kelompok dari masyarakat
lokal berpartisipasi satu dengan lainnya, baik dalam melakukan usaha bersama maupun
dalam rangka melakukan kegiatan dengan pihak lain. Apabila partisipasi horizontal ini telah
terjadi merupakan suatu tanda permulaan tumbuhnya masyarakat yang mampu berkembang
secara mandiri

4. Metode yang Digunakan


 Studi Pustaka
Koentjaraningrat (1993 : 33) menyebutkan bahwa studi kepustakaan adalah cara dalam
hal melakukan penelitian untuk memperoleh data dengan berdasarkan buku, majalah,
laporan, karangan, skripsi dan karya tulis yang lain mengenai suatu bidang ilmiah atau gejala
yang relevan dengan hal atau masalah yang diangkat dan dibahas. Untuk mendapatkan
tulisan yang maksimal, peneliti akan mencari berbagai referensi untuk membuat rancangan
penelitian karena studi pustaka sangat diperlukan. Studi pustaka juga digunakan sebagai
pengolahan dan analisis data, menemukan berbagai referensi dalam menginterpretasikan
data-data di lapangan contohnya media sosial, media internet yang dilakukan dengan
pengamatan secara virtual.

PEMBAHASAN

1. Pengertian Antropologi Maritim, Etnis Maritim, Komunitas Maritim dan Masyarakat

Maritim

Antropologi maritim merupakan ilmu yang mengkaji atau mempelajari manusia, mencakup
manusia sebagai pelaku dalam aktivitas kehidupan di wilayah maritim dan sistem
kebudayaannya, yaitu sikap-sikap, aktivitas, kebiasaan dan kehidupan sosial yang berlaku dalam
wilayah maritim (pesisir pantai). Tidak hanya manusia sebagai subjek kajian antropologi
maritim, tetapi juga wilayah maritim itu sendiri, dilihat dari aspek luas perairan laut, jenis dan
jumlah ikan di laut, morfologi dasar laut dan warisan dalam laut (harta karun, kapal karam, dll).
Pengertian selanjutnya adalah etnis maritim. Kata etnis berasal dari bahasa Yunani ethnos
yang berarti “suku bangsa” atau “orang” atau “kelompok orang.” Menurut Koentjaraningrat
(1983), suku bangsa adalah kelompok manusia yang terikat pada kesadaran dan identitas
“kesatuan kebudayaan” sementara kesadaran identitas seringkali (tetapi tidak selalu) juga
dikukuhkan dengan kesatuan bahasa. Istilah etnis sendiri juga sering diartikan sebagai kelompok
sosial yang ditentukan oleh ras, adat-istiadat, bahasa, nilai dan norma budaya yang
mengindikasikan adanya kenyataan kelompok minoritas dan mayoritas dalam suatu masyarakat.
Fredrick Barth menegaskan, yang dimaksud dengan etnis adalah himpunan manusia karena
kesamaan ras, agama, asal-usul bangsa ataupun kombinasi dari kategori tersebut yang terikat
pada sistem nilai budaya. Di dalam Ensiklopedia Indonesia, istilah etnis didefinisikan sebagai
kelompok sosial dalam sistem sosial atau kebudayaan yang mempunyai arti atau kedudukan
tertentu karena keturunan, adat, agama, bahasa, dan sebagainya. Sementara itu, Ricardo Delgado
dan Stefanis (2001) memperluas pengertian kelompok etnis menjadi kelompok sosial yang dapat
tersusun atas ras, agama, atau asal negara.
Apakah yang dimaksud dengan etnis maritim? Mengacu pada beberapa pengertian etnis di
atas, maka istilah etnis maritim barangkali dapat didefinisikan sebagai suatu kelompok
masyarakat yang diikat oleh kesatuan tempat tinggal, asal-usul, adat-istiadat, dan bahasa, yang
pada umumnya menggantungkan Sedikit berbeda dengan pengertian etnis, yang dimaksud
dengan komunitas (community) adalah sekelompok orang yang berinteraksi dan hidup
berdampingan karena adanya kesamaan nilai-nilai yang dianut, tempat tinggal, dan kepercayaan,
serta memiliki kohesi sosial. Sementera itu menurut Soerjono Soekanto (1995), yang dimaksud
dengan komunitas adalah sebuah kelompok yang hidup bersama sedemikian rupa, sehingga
mereka merasakan bahwa kelompok tersebut dapat memenuhi kepentingan-kepentingan hidup
yang utama.
Menurut The New Oxford Dictionary of English (1998) setidaknya ada dua definisi
masyarakat. Definisi yang pertama adalah sekelompok orang yang hidup bersama dalam
komunitas yang teratur, misalnya kelompok orang yang hidup di sebuah negara atau wilayah
tertentu dan memiliki kebiasaan bersama, hukum, dan organisasi. Definisi kedua adalah sebuah
organisasi atau klub yang dibentuk untuk tujuan atau kegiatan tertentu. Dapat dikatakan bahwa
sekelompok manusia dapat disebut masyarakat apabila mereka memiliki pemikiran dan perasaan,
sistem dan aturan yang sama. Dengan kesamaan-kesamaan tersebut, manusia kemudian
berinteraksi dengan sesama mereka berdasarkan kemaslahatan. Berdasarkan beberapa definisi
tersebut maka kelompok masyarakat yang bisa dikategorikan sebagai masyarakat maritim antara
lain adalah kelompok nelayan beserta kelompok lain yang terkait, serta kelompok orang-orang
yang meskipun tidak berdomisili di wilayah pantai atau pesisir tetapi menggantungkan
kehidupannya kepada aktivitas kemaritiman, seperti misalnya kelompok marinir, kelompok
buruh bongkar muat kapal/perahu di pelabuhan, para pelaku ekspedisi muatan kapal laut, para
pelaku wisata bahari, para pelaku industri dan jasa maritim (misal industri perkapalan yang
meliputi indusrti galangan kapal, penunjang galangan kapal, bangunan lepas pantai), dan
sebagainya. Secara umum sebenarnya semua kelompok masyarakat, baik yang merupakan
pelaku langsung berbagai aktivitas kemaritiman maupun para pelaku tidak langsung/para
pendukung dan pemerhati bidang kemaritiman dapat dikategorikan sebagai masyarakat maritim.

2. Peran Perempuan Dalam Kehidupan Pesisir


Keterlibatan perempuan dalam pemeliharan lingkungan dan sektor usaha berbasis sumber
daya perikanan/pesisir adalah realitas yang umum terjadi di banyak tempat termasuk Indonesia.
Di sejumlah tempat, perempuan sudah mentradisi terlibat dalam penangkapan ikan. Di Demak
hanya dalam dua dekati ini saja perempuan menjadi penangkap ikan di laut. Hal yang lebih
umum terjadi adalah keterlibatan perempuan dalam persiapan melaut para lelaki, pengolahan
pasca panen dan pemasaran ikan serta pengelolaan keuangan rumah tangga nelayan. Mengingat
saling ketergantungan antara produksi, pengolahan pasca panen dan pemasaran, apapun peran
perempuan dalam sektor perikanan, mereka juga menduduki peran kunci. Mengapa demikian?
karena hasil tangkapan nelayan, berapapun banyaknya, tidak serta-merta bisa menjadi uang tanpa
keterlibatan pengolah pasca panen atau pelaku pemasaran.
Undang-Undang Nomor 7 tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan,
Pembudidaya Ikan dan Petambak Garam diharapkan akan memberikan dampak positif karena
memiliki tujuan untuk melindungi dan memberdayakan masyarakat pesisir khususnya nelayan
dan pelaku usaha kelautan dan perikanan skala kecil, akan tetapi dalam kenyataannya,
perempuan pesisir yang kebanyakan juga merupakan nelayan dan pelaku usaha kelautan dan
perikanan belum diperhitungkan keberadaannya, karena status perempuan pesisir umumnya
hanya diposisikan sebagai ibu rumah tangga. Bahkan Undang-Undang 7/2016 menyebutkan
bahwa peran perempuan dalam penyelenggaraan pemberdayaan sebatas keterlibatan dalam
rumah tangga (pasal 45).
Kartini Sjahrir, Penasehat Senior Menteri Bidang Perubahan Iklim Kementerian
Koordinator bidang Kemaritiman menegaskan perekonomian keluarga di kawasan pesisir
tidaklah mudah dan kemiskinan cenderung telah menempatkan mereka sebagai perempuan
dalam posisi terendah atau terpinggirkan. Keterpurukan pada perempuan pesisir tidak hanya
dalam hal ekonomi, akan tetapi tingginya tingkat kejahatan serta kekerasan dalam rumah tangga
yang dialami perempuan pesisir.
Masyarakat pesisir, khususnya perempuan pesisir, merupakan kelompok yang saat ini rentan
terhadap perubahan iklim. Cuaca ekstrim, banjir, dan rob ini menjadi tantangan yang harus
dihadapi oleh perempuan nelayan dan keluarganya. Dalam menghadapi perubahan iklim,
perempuan memiliki situasi, permasalahan dan inisiatif yang berbeda, yang dipengaruhi oleh
kedekatan perempuan dengan alam. Kartini Sjahrir mengungkapkan kesadaran masyarakat
pesisir akan lingkungan sudah sangat mandiri dan masyarakat paham akan pentingnya mangrove
untuk melindungi tambak. Mangrove juga merupakan tumbuhan multifungsi dalam menjaga
kelestarian lingkungan dan menjaga kesuburan perairan pesisir atau sumberdaya ikan. Terkait hal
ini pemerintah selama ini telah turut membantu pemeliharan mangrove. Kesadaran masyarakat
akan arti mangrove untuk melindungi tambak sangat tinggi dan masyarakat sudah paham bahwa
mangrove bisa dimanfatkan dan bernilai produksi. Di Rembang, bahkan masyarakat pesisir telah
lama menggunakan kearifan lokal dalam menggunakan mangrove sebagai tumbuhan yang bisa
menjaga kekokohan sedimentasi di pesisir sedemikian rupa sehingga masyarakat kemudian
dapat mengembangkan penghidupan yang berbasiskan pada tambak. Dengan kearifan ini,
masyarakat selalu berusaha menyeimbangkan antara penanaman mangrove dan konservasinya
dengan usaha pengembangan tambak.
Upaya yang dilakukan oleh masyarakat ini perlu mendapatkan perhatian khusus dari
berbagai pihak karena menjaga lingkungan ini bukan semata-mata kegiatan masyarakat sendiri,
tetapi harus menjadi gerakan bersama seluruh para pemangku kepentingan terkait, termasuk
pemerintah. Gerakan bersama menjaga lingkungan akan berdampak terwujudkan resiliensi
pesisir terhadap perubahan iklim. Gerakan mandiri masyarakat ini, perlu difasilitasi oleh
pemerintah sehingga para pemangku kepentingan lainnya pihak swasta, perguruan tinggi dan
komunitas-komunitas lainnya turut berpartisipasi mewujudkan “ekosistem pesisir”. Ke depan
gerakan ini diharapkan dapat menjadi gerakan nasional yang bertujuan menghadapi beberapa
aspek yaitu perubahan iklim, kerusakan lingkungan, ketangguhan mata pencaharian masyarakat,
dan untuk menghadapi sampah laut plastik serta kesejahteraan.

PENUTUP
1. Kesimpulan
Peran perempuan dalam kehidupan pesisir selain menjadi ibu rumah tangga, juga sangat
penting bagi kehidupan pesisir lainnya. Sebagai contoh kasus di atas, peran perempuan yang
peka terhadap kondisi iklim di pesisir. Cuaca ekstrim, banjir, dan rob tersebut menjadi tantangan
yang harus dihadapi oleh perempuan nelayan dan keluarganya. Dalam menghadapi perubahan
iklim, perempuan memiliki situasi, permasalahan dan inisiatif yang berbeda, yang dipengaruhi
oleh kedekatan perempuan dengan alam. Mereka berinisiatif untuk menjaga ekosistem, salah
satunya adala hutan mangrove. Para perempuan pesisir sudah memahami bagaimana pentingnya
mangrove bagi kehidupan mereka. Oleh karena itu, perlu sebuah gerakan bersama yang
bertujuan mejaga ekosistem.

Anda mungkin juga menyukai