Anda di halaman 1dari 6

UNSUR-UNSUR UMUM KEBUDAYAAN

(Sistem Pengetahuan dan Bahasa)

Nama : Nurul Annisa Rachman

NIM : J011201039

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

NOVEMBER 2020
Mempelajari unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah kebudayaan sangat penting untuk
memahami beberapa unsur kebudayaan manusia. Kluckhon dalam bukunya yang berjudul
Universal Categories of Culture membagi kebudayaan yang ditemukan pada semua bangsa di
dunia dari sistem kebudayaan yang sederhana seperti masyarakat pedesaan hingga sistem
kebudayaan yang kompleks seperti masyarakat perkotaan. Kluckhon membagi sistem
kebudayaan menjadi tujuh unsur kebudayaan universal atau disebut dengan kultural universal.
Menurut Koentjaraningrat, istilah universal menunjukkan bahwa unsur-unsur kebudayaan
bersifat universal dan dapat ditemukan di dalam kebudayaan semua bangsa yang tersebar di
berbagai penjuru dunia.

Kebudayaan bahari terdiri dari bagian unsur-unsur yang seling terkait membentuk salah
satu kesatuan menyeluruh (holistic) .Unsur-unsur tersebut berupa sistem-sistem ideasional/
kognitif/ mental (gagagsan, pengetahuan, kepercayaan, nilai, norma, moral, emosi, dan perasaan
kolektif,refleksi/intropeksi diri, intuisi), bahasa, kelompok/ organisasi sosial, ekonomi teknologi,
seni dan religi berkaitan pengololaan dan,pemanfaatan sumber daya dan jasa-jasa laut. Setiap
unsur kebudayaan maritim tersebut mengandung dan dapat di analisis dalam tiga wujud
kebudayaan, yakni sistem budaya, system sosial, dan budaya material.

1. Sistem Bahasa
Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan sosialnya untuk
berinteraksi atau berhubungan dengan sesamanya. Dalam ilmu antropologi, studi
mengenai bahasa disebut dengan istilah antropologi linguistik. Menurut Keesing,
kemampuan manusia dalam membangun tradisi budaya, menciptakan pemahaman
tentang fenomena sosial yang diungkapkan secara simbolik, dan mewariskannya kepada
generasi penerusnya sangat bergantung pada bahasa. Dengan demikian, bahasa
menduduki porsi yang penting dalam analisa kebudayaan manusia.
Bahasa yang digunakan masyarakat maritim banyak berebdadengan yang digunakan
masyarakat di darat meskipun berasal dari suku bangsa yang sama. Perbedaan itu bukan
dari segi tatabahasa / gramtikannya, tetapi dalam hal perbendaharaan danpemaknaan
kata-kata yang diucapkan sehari-hari menamai unsur-unsur dan gejala alam fisik dan
flora-fauna yang dimanfaatkan, lingkungan sosial untuk bergaul dan bekerjasama,sektor
kerja dan teknologi yang diterapkan dan lain-lain.
Bagaimana bahasa dan budaya maritim dapat memperkaya budaya bangsa ? Bila
dicermati lebih dalam, bahasa dan budaya maritim sangat memperkaya budaya Indonesia.
Dalam hal menangkap ikan sebagai sistem mata pencarian, sebagai contoh, aktivitasnya
bergerak dari hulu sampai ke hilir. Banyak pihak terlibat. Mereka adalah penyedia kapal
dan pembuat kapal dengan segala ikutannya, para nelayan, pembeli dan pengolah ikan.
Dari sisi penyedia dan pembuat kapal, mereka harus memiliki sistem pengetahuan
tentang perkapalan untuk nelayan seperti jenis bahan baku, kekuatan, disain, model dan
ukuran kapal. Setiap suku di Indonesia ternyata memiliki nama-nama khas daerahnya
untuk nama kapal tradisional penangkap ikan sebagai berikut.
1) PATORANI : Makasar
2) LAMBO : Mandar
3) JUKUNG : Jawa
4) PINISI : Bugis
Diyakini pula bahwa suku-suku lainnya di Indonesia yang belum
disebutkan di sini juga memiliki nama-nama perahu atau kapal tradisional
penangkap ikan yang khas budaya setempat yang disesuaikan pula dengan sistem
pengetahuan masyarakat setempat. Selanjutnya, dari sisi nelayan, mereka harus
memiliki sistem pengetahuan tentang pengoperasian kapal. Nelayan harus
memiliki pengetahuan tentang musim, cuaca dan sifat-sifat ikan. Nelayan harus
memiliki pengetahuan tentang lingkungan laut yang disukai ikan sehingga para
nelayan mudah menangkap ikan dengan jumlah banyak. Nelayan harus memiliki
pengetahuan tentang cara penyimpanan ikan di laut jika tidak cepat dibawa ke
darat. Setelah dibawa ke darat, ikan berpindah tangan dari nelayan ke pembeli
atau pengumpul untuk selanjutnya dioleh menjadi aneka masakan ikan. Semua
pihak yang bersentuhan dengan aktivitas penangkapan ikan sebagai sistem mata
pencarian sebagaimana disebutkan di atas harus cermat, teliti, tangguh, ulet,
berani, sabar, bersih, jujur dan kreatif.

2. Sistem Pengetahuan
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu
knowledge. Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa difinisi pengetahuan
adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief ). Sedangkan secara
terminologi definisi pengetahuan ada beberapa definisi.
a) Pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu.Pekerjaan tahu
tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengertidan pandai. Pengetahuan itu
adalah semua milik atau isi pikiran.Dengan demikian pengetahuan merupakan
hasil proses dari usaha manusia untuk tahu.
b) Pengetahuan adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung
dari kesadarannya sendiri. Dalam hal ini yang mengetahui (subjek) memiliki yang
diketahui (objek) di dalamdirinya sendiri sedemikian aktif sehingga yang
mengetahui itumenyusun yang diketahui pada dirinya sendiri dalam kesatuan
aktif.
 Sistem pengetahuan masyarakat maritim
Masyarakat Pesisir meyakini bahwa lautan yang dimiliki oleh
mereka berdasarkan pembagian kawasan laut yang disahkan oleh Raja Desa itu
merupakan suatu sumber daya alam yang dijadikan untuk memenuhi kebutuhan hidup
dan lebihnya dijual untuk keuntungannya. Karakteristik masyarakat pesisir berbeda
dengan karakterisik masyarakat agraris atau petani. Dari segi penghasilan, petani
mempunyai pendapatan yang dapat dikontrol karena pola panen yang terkontrol
sehingga hasil pangan atau ternak yang mereka miliki dapat ditentukan untuk
mencapai hasil pendapatanyang mereka inginkan. Berbeda halnya dengan masyarakat
pesisir yang mata pencahariannya didominasi dengan pelayan. Pelayan bergelut
dengan laut untukmendapatkan penghasilan, maka pendapatan yang mereka inginkan
tidak bias dikontrol. “Nelayan menghadapi sumber daya yang bersifat openacces
dan beresiko tinggi. Hal tersebut menyebabkan masyarakat pesisir sepeti nelayan
memiliki karakter yang tegas, keras, dan terbuka” (Satria, 2002).Selain itu,
karakteristik masyarakat pesisir dapat dilihat dari beberapa aspek diantaranya, aspek
pengetahuan, kepercayaan (teologis), dan posisi nelayansosial. Dilihat dari aspek
pengetahuan, masyarakat pesisir mendapat pengetahuan dari warisan nenek
moyangnya misalnya mereka untuk melihat kalender dan penunjuk arah maka mereka
menggunakan rasi bintang. Secara garis besar Sistem pengetahuan kemaritiman dapat
digolongkan menjadi tiga golongan yaitu: pengetahuan pelayaran, pengetahuan
kondisi lingkungan dan sumber daya laut, dan pengetahuan lingkungan sosial
budaya.Yang dimana ketiga subsistem pengetahuan ini berkaitan satu sama lain
secara fungsional.
1) Pengetahuan Pelayaran
Memiliki pengetahuan tentang musim, kondisi cuaca dan suhu ,kondisi dasar, dan
tanda-tanda alam lainnya merupakan hal-hal yangmutlak diperlukan dan diketahui
oleh nelayan khususnya. Dengan berbekal pengetahuan tersebut nelayan mampu
menentukan waktu-waktukegiatan pelayaran yang efektif dan menjamin keselamatan
di Laut. Di Nusantara ini, Masyarakat nelayan memiliki pengetahuan tentang
dua tipemusim yaitu musim barat dan musim timur, yang memiliki pola
dankarakteristik masing-masing. Nelayan juga memiliki pengetahuan tentang tempat-
tempat keramat yang dihuni oleh hantu-hantu laut, dan juga tempat-tempat yang aman
untuk dilalui dan digunakan sebagai tempat beristirahat. Selain itu, Nelayan juga
memiliki pengetahuan tentang kondisi dasar ( dalam dangkal, berpasir, berlumpur,
berbatu-batu, rata, landau, curam) dan kondisi air laut (berombak dan berarus).
Pengetahuan seperti ini diperlukan bagi pilihan penggunaan tipe-tipe alat tangkap.
2) Pengetahuan tentang Lingkungan dan Sumber Daya Laut.
Kategori pengetahuan masyarakat maritim tentang lingkungan dansumber daya
laut berbeda dari satu kelompok ke kelompok atau komunitasdari satu tempat ke
tempat lain. Sebagai contoh, Nelayan Indonesia yang memiliki klasifikasi
pengetahuan lokal seperti berikut:
- Udang laut. Nelayan pengguna kawasan karang Sulawesi Selatan mengetahui
tiga jenis udang/ lobster merupakan komoditi eksporandalan, yaitu udang
mutiara, udang bamboo, dan udang kipas.
- Teripang. Nelayan pulau Sembilan mengenal kurang lebih 20 jenisteripang,
diantaranya ialah teripang koro, teripang buang kulit asli,teripang buang kulit
biasa, teripang tai kongkong, teripang batu,teripang tenas, teripang pandang.
Walaupun Nelayan memiliki banyak pengetahuan mengenai hal tersebut
namun klasifikasi pengetahuan nelayan lokal masih dinilai sangat minim, hal ini
dikarenakan nelayan hanya perlu memberi nama pada jenis-jenis ikan dan biota
lainnya berdasarkan nilai ekonominya, berbahaya, bermakna simbolik,
dan berfungsi praktis bagi kehidupan masyarakat nelayan. Berbeda dengan
pengetahuan dari komunitas saintis (dosen, mahasiswa, peneliti, pengelola
laboratorium, ahli lingkungan dan pengelola museum) yang mengetahui ratusan
bahkan ribuan jenis ikan dan biota laut lainnya dengan nama/istilah latin.Mereka
mengetahui lokasi dan perkembangbiakan, kondisi populasidan perilaku biota laut
melalui pendidikan dan penelitian ilmiah.

3) Pengetahuan tentang Lingkungan Sosial


Masyarakat maritim khususnya nelayan memerlukan dan memiliki pengetahuan
tentang lingkungan social di sekelilingnya dengan siapa mereka bertransaksi,
bekerjasama, meminta jasa perlindungan keamanan, atau sebaliknya melakukan
persaingan dan konflik memperebutkan potensi sumber daya dan jasa-jasa laut
Lingkungan sosial masyarakat maritim berdasarkan buku Wawasan Sosial
Budaya Maritim (2011:111) meliputi:
- Para pedagang hasil laut, pengusaha modal, pasar, industry hasillaut, tukang
perahu, pembuat alat-alat tangkap, toko
bahan pembuatan alat tangkap dan alat-
alat pertukangan serta bahan perlengkapan dan perbekalan ke laut.
- Kelompok-kelompok nelayan penyaing yang mengusahakan hasillaut yang
sama. Penggunaan tipe teknologi tangkap lain, kelasusaha perikanan yang
lebih tinggi dan dominan, petambak dan pembudidaya laut, yang berasal dari
daerah dan suku bangsa yang berlainan atau sama.
- Pihak pemerintah dari instansi terkait, aparat keamanan laut, peneliti.
Pemerhati lingkungan laut, LSM, lembaga donor, pelayar, petambang, industri
pariwisata, seniman, dan ragawan laut, pencariharta karun, dan sebagainya.
Pengetahuan mengenai hal-haltersebut dapat digunakan sebagai bahan acuan
dalam menentukansikap dan membuat suatu keputusan.

Sistem pengetahuan lokal nelayan salah satunya patorani (nelayan takalar)


sarat dengan pola-pola yang mempraktekkan system pengetahuan tradisional yang
bersumber dari pengalaman yang dituurnkan dari generasi ke genherasi.
Bertahannya system pengetahuan lokal disebabkan oleh kuatnya kepercayaan bagi
nelayan patorani yang memandang nilai keseimbangan mikro kosmos
terhadapmakro kosmos sesuatu yang fundamental dalam interaksi manusia dan
alam fisik,dan beberapa daerah disulawesi selatan lainnya.
Referensi :
Oktavianus . Bahasa dan Budaya Maritim:Identitas pemerkaya budaya bangsa.
Pustaka. 2019; Vol 14(1). Pp 17-21
Unknown. Bab 2 landasan teori. [online]. Avalaible from
http://digilib.uinsby.ac.id/903/2/Bab%202.pdf diakses pada 22 November
2020
Riswahyuni. Kebudayaan masyarakat maritime [online]. Avalaible from
https://riswahyuni.wordpress.com/2013/11/22/20/ diakses pada 23
November 2020
Efendi ND. Wawasan sosial budaya maritim. Avalaible from
https://www.academia.edu/35344993/WAWASAN_SOSIAL_BUDAYA_
MARITIM

Anda mungkin juga menyukai