Anda di halaman 1dari 19

INTERNALISASI DAN AKTUALISASI IDEOLOGI PANCASILA

“Pancasila 23 (Peternakan F)”

Kelompok 4:
Kurnia Setyawati I011201207
Muh. Yusran Tang I011201215
Sri Wulan Krisdayanti Hutahuruk I011201225
Nurul Azykin Salman I011201212
Hasrul I011201232

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDI
MAKASSAR
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-
Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul INTERNALISASI
DAN AKTUALISASI IDEOLOGI PANCASILA dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas kami pada Dosen pengajar mata
kuliah Pancasila. Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca tentang perkembangan teknologi.

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu


selaku Dosen mata kuliah Pancasila. Tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang kami geluti seperti saat
ini. Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
proses penyusunan makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kami akan senang jika para pembaca memberi kritik dan saran pada makalah
kami ini, agar makalah kami ini dapat menjadi lebih sempurna dari sebelumnya.

Makassar, 1 Maret 2021

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL .......................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN ..........................................................................................4
A. Latar Belakang ..........................................................................................4
B. Tujuan dan Manfaat ..................................................................................6
C. Rumusan Masalah .....................................................................................7
BAB 2 PEMBAHASAN .............................................................................................8
A. Internalisasi dan Aktualisasi Ideologi Pancasila .....................................8
B. macam-macam aktualisasi ideologi Pancasila ........................................9
C. Aktualisasi pancasila dalam aspek Kehidupan .....................................10
D. Nilai-nilai internalisasi ideologi Pancasila ............................................13
E. Hambatan dalam internalisasi ideologi Pancasila .................................13
F. Implementasi internalisasi ideologi Pancasila ......................................15
BAB 3 PENUTUP .....................................................................................................17
Kesimpulan dan Saran ............................................................................17
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mahfud (2011:31) menyatakan bahwa apabila berdasarkan Pancasila
mestinya masyarakat Indonesia dapat menyadari kalau perbedaan bukan
merupakan hal yang perlu untuk diperdebatkan dan dirisaukan apalagi menilai
perbedaan itu merupakan hal yang harus diberangus dan diseragamkan. Justru
dengan perbedaan tersebut harus saling bersinergi satu sama lain supaya
menjadi sumber kekuatan bagi Bangsa Indonesia untuk menyatukan
keanekaragaman yang ada di dalamnya.
Pancasila merupakan ideologi, dasar negara, dan dasar falsafah bangsa
negara. Selain itu Pancasila merupakan sebuah warisan kejeniusan dari proses
filsafati para founding father. Penjelasan Archipelago dalam buku Yudilatif (R.
Dwi. 2019) menjelaskan bahwa Pancasila merupakan warisan dari nusantara
yang sesuai dengan karakteristik alam yang terdapat lautan luas yang berisi
gugusan pulau-pulau. Adanya hal tersebut dapat diartikan bahwa Pancasila
merupakan rekontruksi dari bermacam-macam suku, adat, budaya, ras, serta
agama yang ada di Indonesia tanpa mengkerdilkan salah satunya.
Pancasila merupakan ideologi, dasar negara, dan dasar falsafah bangsa
negara. Selain itu Pancasila merupakan sebuah warisan kejeniusan dari proses
filsafati para founding father. Penjelasan Archipelago dalam buku Yudilatif (R.
Dwi. 2019) menjelaskan bahwa Pancasila merupakan warisan dari nusantara
yang sesuai dengan karakteristik alam yang terdapat lautan luas yang berisi
gugusan pulau-pulau. Adanya hal tersebut dapat diartikan bahwa Pancasila
merupakan rekontruksi dari bermacam-macam suku, adat, budaya, ras, serta
agama yang ada di Indonesia tanpa mengkerdilkan salah satunya. Secara de
facto dan de jure, Pancasila sudah menjadi ideologi dan dasar negara.
Secara de facto Pancasila digali dari proses kehidupan masyarakat
Indonesia yang sudah ada sejak jaman sebelum nama Pancasila hadir, hal ini
biasa disebut sebagai causa materialis. Oleh karena itu, Pancasila bukan
merupakan ideologi yang tiba-tiba muncul dengan memerlukan penyesuaian,
tetapi Pancasila sudah menjadi satu kesatuan dari jiwa masyarakat Indonesia.

4
Secara de jure, Pancasila menjadi ideologi dan dasar negara sejak sehari setelah
kemerdekaan yakni tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI. Sejak ditetapkannya
secara de jure, maka sudah menjadi konsensus bagi bangsa untuk dipahami,
dihayati dan diamalkan dalam kehidupan.
Saat ini banyak masyarakat yang justru bersikap sinis, phobia, bahkan
dengan mudahnya melecehkan Pancasila baik secara verbal maupun subtansial.
Sebagaimana dikemukakan Mahfud MD yang merupakan anggota Dewan
Pengarah Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP)
meyatakan bahwa setelah reformasi kesadaran tentang Pancasila dan konstitusi
sudah mulai berkurang di masyarakat (Fabian Januarius, 2017). Selain itu,
terdapat contoh lain yakni kasus pelecehan terhadap Pancasila. Kasus ini
dilakukan oleh seorang remaja berusia 14 tahun di Kabupaten Malang yang saat
ini kasusnya sedang ditangani kepolisian setempat untuk membina remaja
tersebut. Remaja tersebut mengatakan bahwa kenalan, pacaran, berhubungan
seksual, hamil, dan melahirkan merupakan Pancasila (Andi Harti, 2018).
Bahkan ada stigma dalam memberikan Pendidikan Pancasila di sekolah atau di
lembaga pendidikan dianggap gagal dalam memeperbaiki kondisi masyarakat.
Penilaian ini didasarkan dengan semakin maraknya perilaku menyimpang yang
jauh dari pedoman moral Pancasila.
Sultan HB X (2014: xxi) mengemukakan bahwa saat ini aktualisasi
Pancasila jarang dibicarakan oleh organisasi sosial dan politik, karena tujuan
utama mereka adalah untuk mencapai keuasaan dan kekayaan. Hal ini
merupakan problem yang hadapi setelah reformasi adalah menurunnya
semangat kebangsaan dan mengendurnya pemahaman Pancasila meskipun telah
berumur lebih dari 74 tahun. Semestinya dengan umur yang semakin tua
semakin matang dan dewasa, tetapi pada kenyataannya Pancasila semakin
tergerus oleh perkembangan zaman dan arus globalisasi yang semakin masif.
Keberadaan ideologi Pancasila seolaholah justru ‘dirongrong’ oleh
bangsanya sendiri. Sebagai contoh dengan membuat Pancasila hanyalah sebagai
simbol ceremony upacara di hari senin dan hari-hari besar kebangsaan lainnya
tanpa dipahami apalagi diterapkan dalam kehidupan seharihari, khususnya oleh
generasi muda. Selain itu semakin banyak ideologi dari luar yang masuk ke

5
Indonesia yang semakin membuat Pancasila terpinggirkan, bahkan tidak
menutup kemungkinan ideologi Pancasila akan hilang dari jiwa generasi muda.
Terlebih lagi adanya hasil penelitian IKIP (Indeks Ketahanan Nasional Ideologi
Pancasila) yang menunjukkan bahwa dari sembilan provinsi di Indonesia
terdapat 2 provinsi dengan nilai rendah. Adapun hasil penelitian tersebut
disajikan pada tabel di bawah ini:

Dengan demikian dapat diartikan bahwa bahwa persepsi dan


pengetahuan masyarakat Indonesia tentang Pancasila sedang memasuki masa
surut. Hal demikian mengingatkan bahwa diterimanya Pancasila sebagai dasar
negara dan ideologi sebenarnya bukan seperti istilah taken for gruanted.
Kenyataan ini disebabkan pada masa tertentu ada di mana Pancasila
melekat kuat pada benak masyarakat, akan tetapi ada juga masa pemahaman
Pancasila mulai mengalami penurunan (As’ad Said, 2009:3). Pemahaman
rakyat terhadap Pancasila mulai berkurang, bahkan ada yang tidak hafal isi dari
sila-sila Pancasila. Kenyataan ini membuat aktualisasi nilai Pancasila dalam
kehidupan akan sangat sulit terwujud.
Dengan melihat fenomena dan fakta yang telah diuraikan, maka
formulasi pokok masalah adalah internalisasi nilai-nilai Pancasila belum
terselenggara dengan baik sehingga tidak dapat menangkal penyebaran paham
radikal secara optimal. Untuk itu perlu dirumuskan konsepsi untuk lebih
mengoptimalkan upaya internalisasi dan aktualisasi nilai-nilai Pancasila.

B. Tujuan dan Manfaat


1. Mengetahui maksud internalisasi dan aktualisasi Ideologi Pancasila
2. Mengetahui macam-macam aktualisasi ideologi Pancasila
3. Mengetahui aktualisasi pancasila dalam aspek Kehidupan

6
4. Mengetahui nilai-nilai internalisasi ideologi Pancasila
5. Mengetahui hambatan dalam internalisasi ideologi Pancasila
6. Mengatahui implementasi internalisasi ideologi Pancasila

C. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan internalisasi dan aktualisasi Ideologi
Pancasila?
2. Apa macam-macam aktualisasi ideologi Pancasila?
3. Apa saja aktualisasi pancasila dalam aspek kehidupan?
4. Apa saja nilai-nilai internalisasi ideologi Pancasila?
5. Apa yang dapat menghambat ideologi Pancasila?
6. Apa cara implementasi internalisasi ideologi Pancasila?

7
BAB II
PEMBAHASAN

A. Internalisasi dan Aktualisasi Ideologi Pancasila


Menurut Kalidjernih (2010) internalisasi adalah penanaman
perilaku, sikap dan nilai seseorang yang didapatnya dalam proses
pembinaan, belajar dan bimbingan, di mana siswa yang belajar dapat
diterima sebagai bagian, yang mengikat diri mereka dalam nilai dan norma
yang berlaku dalam masyarakat. John Finley Scott (1971) menyatakan
bahwa internalisasi melibatkan suatu ide, konsep dan tindakan yang
mengalir dalam pikiran kita dengan mengalami pergerakan dari luar menuju
pikiran sebagai suatu kepribadian. Struktur dan kejadian dalam masyarakat
lazim membentuk pribadi yang dalam dari seseorang sehingga terjadi
internalisasi (Humannira, 2016). Hal ini berarti, internalisasi adalah proses
yang dilakukan berkali-kali di dalam meniru tindakan seseorang, hingga
akhirnya keadaan ini menjadi suatu pola yang mantap dan norma yang
mengatur tindakannya dibudayakan, hingga nilai tersebut diyakini menjadi
pandangan dan tindakan moral seseorang. Untuk meningkatkan pemahaman
dan implementasi nilai-nilai Pancasila pada masyarakat, harus diiringi
dengan upaya dari luar masyarakat yang dalam hal ini adalah pemerintah
untuk menciptakan lingkungan pendidikan, keteladanan serta contoh
perilaku yang mendukung dalam pengimplementasian nilai-nilai Pancasila
sehingga nilai-nilai tersebut dapat dengan mudah terinternalisasi dalam diri
masyarakat.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), internalisasi
berarti penghayatan. Jadi Internalisasi ideology pancasila berarti
penghayatan terhadap nilai-nilai pancasila. Sedangkan Aktualisasi
merupakan suatu bentuk kegiatan melakukan realisasi antara pemahaman
akan nilai dan norma dengan tindakan dan perbuatan yang dilakukan dalam

8
kehidupan sehari-hari. Maka, Aktualisasi Pancasila berarti penjabaran nilai-
nilai pancasila dalam bentuk norma-norma, serta merealisasikannya dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.

B. Macam-macam aktualisasi pancasila


Aktualisasi Pancasila dapat dibedakan atas dua macam yaitu
aktualisasi Pancasila obyektif dan subyektif :
1. Aktualisasi Pancasila yang Objektif
Aktualisasi Pancasila obyektif yaitu aktualisasi Pancasila
dalam berbagai bidang kehidupan kenegaraan yang meliputi
kelembagaan negara antara lain legislatif, eksekutif maupun
yudikatif. Selain itu juga meliputi bidang – bidang aktualisasi
lainnya seperti politik, ekonomi, hukum terutama dalam penjabaran
ke dalam undang – undang, GBHN, pertahanan keamanan,
pendidikan maupun bidang kenegaraan lainnya. Selain itu juga
meliputi bidang-bidang aktualisasi lainnya seperti politik,
ekonomi,hukum terutama dalam penjabaran ke dalam undang-
undang, GBHN, pertahanan keamanan, pendidikan maupun bidang
kenegaraan lannya. Adapun aktualisasi Pancasila Subyektif adalah
aktualisasi Pancasila pada setiap individu terutama dalam aspek
moral dalam kaitannya dengan hidup negara dan masyarakat.
Aktualisasi yang subjektif tersebut tidak terkecuali baik warga
negara biasa, aparat penyelenggara negara, penguasa negara,
terutama kalangan elit politik dalam kegiatan politik perlu mawas
diri agar memiliki moral Ketuhanan dan Kemanusiaan sebagaimana
terkandung dalam Pancasila.
2. Aktualisasi Pancasila yang Subjektif
Aktualisasi Pancasila subyektif adalah pelaksanaan
Pancasila dalam setiap pribadi, perorangan, setiap warga negara,
setiap individu, setiap penduduk, setiap penguasa dan setiap orang
Indonesia dalam aspek moral dalam kaitannya dengan hidup negara
dan masyarakat. Aktualisasi Pancasila yang subjektif ini justru lebih

9
penting dari aktualisasi yang objektif, karena aktualisasi subjektif ini
merupakan persyaratan keberhasilan aktualisasi yang objektif.
Pelaksanaan Pancasila yang subjektif sangat berkaitan dengan
kesadaran, ketaatan, serta kesiapan individu untuk mengamalkan
Pancasila. Pelaksanaan Pancasila yang subjektif akan terselenggara dengan
baik apabila suatu keseimbangan kerohanian yang mewujudkan suatu
bentuk kehidupan dimana kesadaran wajib hukum telah terpadu menjadi
kesadaran wajib moral, sehingga dengan demikian suatu perbuatan yang
tidak memenuhi wajib untuk melaksanakan Pancasila bukan hanya akan
menimbulkan akibat moral, dan ini lebih ditekankan pada sikap dan tingkah
– laku seseorang. Sehingga Aktualisasi Pancasila yang subjektif berkaitan
dengan norma – norma moral.

C. Aktualisasi pancasila dalam aspek kehidupan


Untuk dapat berfungsi penuh sebagai perekat bangsa sebagai
pondasi dalam menghadapi berbagai macam era termasuk era reformasi.
Pancasila dengan nilai- nilainya harus diaktualisasikan dalam segala tingkat
kehidupan, mulai dari kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara , dan dalam segala aspek meliputi politik, ekonomi, sosial budaya,
dan hukum sebagai berikut :
1) Bidang Politik
Sebagai pengamalan dari Pancasila Indonesia perlu
memosisikan diri dalam mengambil sikap politik yang berorientasi
pada kepentingan nasionalnya, bukan pada kepentingan Negara lain.
Dimana demokrasi pancasila itu merupakan system pemerintahan
dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat dalam arti rakyat adalah
awal mula kekuasaan Negara sehingga rakyat harus ikut serta dalam
pemerintahan untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan negara.
Organisasi sosial politik adalah wadah pemimpin-pemimpin bangsa
dalam bidangnya masing-masing sesuai dengan keahliannya, peran
dan tanggung jawabnya. Sehingga segala unsur-unsur dalam
organisasi sosial politik seperti para pegawai Republik Indonesia

10
harus mengikuti pedoman pengamalan Pancasial agar
berkepribadian Pancasila karena mereka selain warga negara
Indonesia, juga sebagai abdi masyarakat, dengan begitu maka segala
kendala akan mudah dihadapi dan tujuan serta cita-cita hidup bangsa
Indonesia akan terwujud. Sejak Republik Indonesia berdiri, masalah
korupsi, kolusi, dan nepotisme selalu muncul ke permukaan.
Bermacam-macam usaha dan program telah dilakukan oleh setiap
pemerintahan yang berkuasa dalam memberantas korupsi tetapi
secara umum hukuman bagi mereka tidak sebanding dengan
kesalahannya, sehingga gagal untuk membuat mereka kapok atau
gentar. Mengapa tidak diterapkan, misalnya hukuman mati atau
penjara 150 tahun bagi yang terbukti. Para elit politik dan golongan
atas seharusnya konsisten memegang dan mengaplikasikan nilai-
nilai Pancasila dalam setiap tindakan. Dalam era globalisasi saat ini
, pemerintah tidak punya banyak pilihan. Karena globalisasi adalah
sebuah kepastian sejarah, maka pemerintah perlu bersikap. ”Take it
or Die” atau lebih dikenal dengan istilah ”The Death of
Government”. Kalau kedepan pemerintah masih ingin bertahan
hidup dan berperan dalam paradigma baru ini maka orientasi
birokrasi pemerintahan seharusnya segera diubah menjadi public
services management.
2) Bidang Ekonomi
Ekonomi menurut pancasila adalah berdasarkan asas
kebersamaan, kekeluargaan artinya walaupun terjadi persaingan
namun tetap dalam kerangka tujuan bersama sehingga tidak terjadi
persaingan bebas yang mematikan. Dengan demikian pelaku
ekonomi di Indonesia dalam menjalankan usahanya tidak
melakukan persaingan bebas, meskipun sebagian dari mereka akan
mendapat keuntungan yang lebih besar dan menjanjikan. Hal ini
dilakukan karena pengamalan dalam bidang ekonomi harus
berdasarkan kekeluargaan.

11
3) Bidang Sosial Budaya
Perkembangan dunia yang tanpa batas dapat menimbukan
dampak positif maupun dampak negatif. Dari setiap dampak yang
ditimbulkan, dalam bidang sosial budaya tampak nyata berpengaruh
dalam setiap aktivitas kehidupan masyarakat Indonesia. Hal ini
dapat ditunjukan adanya perubahan gaya hidup masyarakat yang
semakin modern dan konsumtif, bahkan menggeser nilai-nilai lokal
yang selama ini dipertahankan. Sikap yang harus ditunjukkan oleh
masyarakat Indonesia sebagai pengamalan dari Pancasila dalam
menghadapi nilai-nilai globalisasi, terutama dalam kehidupan sosial
budaya.
4) Bidang Hukum
Pancasila akan kehilangan makna bila para elite tidak mau
bersikap atau bertindak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Bila
Pancasila tidak tersentuh dengan kehidupan nyata, Pancasila tidak
akan bergema. Maka, lambat-laun pengertian dan kesetiaan rakyat
terhadap Pancasila akan kabur dan secara perlahan-lahan
menghilang. Dalam kehidupan kebersamaan antar bangsa di dunia,
dalam era globalisasi terutama dalam era reformasi sekarang ini
yang harus diperhatikan, pertama, pemantapan jati diri bangsa.
Kedua, pengembangan prinsip-prinsip yang berbasis pada filosofi
kemanusiaan dalam nilai-nilai Pancasila, antara lain:
1. Perdamaian—bukan perang.
2. Demokrasi—bukan penindasan.
3. Dialog—bukan konfrontasi.
4. Kerjasama—bukan eksploitasi.
5. Keadilan—bukan standar ganda.
Sesungguhnya, Pancasila bukan hanya sekadar fondasi
nasional negara Indonesia, tetapi berlaku universal bagi semua
komunitas dunia internasional. Kelima sila dalam Pancasila telah
memberikan arah bagi setiap perjalanan bangsa-bangsa di dunia

12
dengan nilai-nilai yang berlaku universal. Tanpa membedakan ras,
warna kulit, atau agama, setiap negara selaku warga dunia dapat
menjalankan Pancasila dengan teramat mudah. Jika demikian, maka
cita-cita dunia mencapai keadaan aman, damai, dan sejahtera, bukan
lagi sebagai sebuah keniscayaan, tetapi sebuah kenyataan. Karena
cita-cita Pancasila sangat sesuai dengan dambaan dan cita-cita
masyarakat dunia.

D. Nilai-Nilai Internalisasi Pancasila


Upaya yang dilakukan untuk menginternalisasi nilai-nilai Pancasila
adalah;
a. Penguatan sistem pendidikan untuk mengoptimalkan internalisasi
nilai Pancasila pada dunia pendidikan sehingga terwujud manusia
berkualitas yang religius dan memiliki keyakinan adanya sang
pencipta, berkualitas, berkarakter, menjadi warga negara yang
demokratis, bertanggung jawab dan taat hukum melalui pendidikan,
pelatihan, sosialisasi dan komunikasi sosial.
b. Peningkatan jatidiri dan karakter bangsa berdasarkan Pancasila
untuk menumbuhkembangkan sikap dan perilaku nasionalisme
melalui perencanaan, revisi kebijakan, kerjasama, pembangunan dan
sosialisasi.
c. Peningkatan komitmen pemimpin bangsa dalam mengaplikasikan
nilai-nilai Pancasila untuk meningkatkan keteladanan bagi
masyarakat melalui harmonisasi peraturan, sosialisasi, evaluasi,
perencanaan dan penegakkan hukum.
d. Peningkatan pemahaman nilai-nilai Pancasila pada kehidupan
sehari-hari untuk meningkatkan daya tangkal akan berpengaruh baik
melalui pendidikan, sosialisasi dan kerjasama.

E. Hambatan internalisasi dan aktualisasi ideologi pancasila


Penghambat internalisasi nilai-nilai Pancasila;
1. Lemahnya sistem pendidikan;

13
Sikap anti nasionalisme pernah ditemukan di Kabupaten
Karanganyar Jawa Tengah ada sekolah dan aparat sipil negara
menyatakan tidak mau hormat pada sang saka merah putih dan lagu
Indonesia Raya. Salah seorang murid SMP mengaku tidak tahu lagu
Indonesia Raya, tidak hapal Pancasila, karena tak pernah diajarkan
oleh guru di sekolahnya (Satriawan, 2011). Temuan berbagai
lembaga riset ini telah menyadarkan kita bahwa krisis kebhinekaan
yang termanifestasi melalui menguatnya fundamentalisasi di
kalangan anak muda semakin memprihatinkan (Muhammad &
Pribadi, 2013). Kondisi seperti ini tidak bisa dibiarkan begitu saja
ketika bangsa dan negara ini menaruh harapan yang tinggi dari
generasi muda dalam kaitan dengan nasionalisme ke Indonesiaan
sebagai negara bangsa.
2. Resistensi terhadap ideologi Pancasila
Resistensi generasi muda terhadap Ideologi Pancasila
dapat dilihat dari penurunan internalisasi nilai-nilai tersebut. Hal ini
dikarenakan nilai-nilai tersebut bagi beberapa komponen
bangsa/generasi muda dianggap tidak populer dibandingkan nilai-
nilai luar yang mereka anggap cocok untuk dijadikan nilai tertentu
pada diri mereka. Bahkan pada beberapa hal, nilai-nilai Pancasila
dianggap sebagai nilai yang identik dengan Orde Baru sehingga
setiap hal yang berbunyi Pancasila akan dianggap sebagai
bangkitnya Orde Baru. Saat ini pada kenyataannya penanaman nilai-
nilai Pancasila hanya sebatas pada diajarkan/tidak ada
dalam kurikulum pendidikan, namun tidak pada tataran dihayati
apalagi diimplementasikan.
3. Kurangnya keteladanan pemimpin
Pemimpin belum dapat bersikap seperti pamong dalam
memberikan asah, asih, asuh kepada rakyat yang dipimpinnya, dan
kemampuan seperti itu hanya bisa dicapai apabila pemimpin benar-
benar mehami dan mengimplementasikan hakikat nilai-nilai luhur
Pancasila dan dalam kehidupan sehari-hari. Korupsi yang terus

14
mendera para elite politik dan penyelenggara dan penyelenggara
negara, berkontribusi dalam menciptakan kemiskinan,
pengangguran dan ketidak adilan sosial yang menjadikan semakin
suburnya lahan radikalisme internasional berkembang.
4. Pengaruh negatif meningkat
Globalisasi adalah sebuah proses integrasi internasional
yang terjadi dikarenakan adanya pertukaran cara pandang,
pemikiran, serta aspek budaya terhadap dunia. Globalisasi dapat
dilakukan dengan melewati batas-batas negara sehingga globalisasi
memiliki dampak negatif bangsa dan negara karena banyak
masyarakat Indonesia sudah melupakan Pancasila, bahkan
menyebut lima sila dalam Pancasila sudah tidak bisa, apalagi
mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
(http://halra.com; 10 Agustus 2017).

F. Implementasi internalisasi ideologi Pancasila


Dengan kondisi yang terjadi saat ini menggunakan nilai-nilai
keyakinan intrinsik yang menjadi panduan dasar. Nilai-nilai keyakinan
intrinsik ini merupakan sebuah national living road map yang
mengantarkan bangsa Indonesia menjadi sebuah bangsa Pancasila, karena
nilai-nilai keyakinan intrinsik tersebut menjadi jiwa dan nafas kehidupan
dari kelima sila yang ada dalam Pancasila. Nilai-nilai keyakinan intrinsik ini
adalah nilai religiusitas, nilai kekeluargaan, nilai keselarasan, nilai
kerakyatan, dan nilai keadilan (Lemhanas, 2015). Jauh sebelum bangsa
Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, kelima nilai keyakinan
intrinsik ini sudah menjadi pandangan dasar kehidupan bermasyarakat
Indonesia sehari-hari, sekaligus menjadi sebuah keyakinan dasar indeologis
yang membedakannya dengan ideologi bangsa-bangsa lain di dunia. Kelima
nilai dasar tersebut juga merupakan nilai-nilai keagungan dari keberadaan
masyarakat negara bangsa Indonesia dalam setiap aspek kehidupan sosial
yang mengantarkan terwujudnya masyarakat Indonesia yang adil dan

15
makmur berlandaskan Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia
1945.

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan dan Saran
Sebagai warga masyarakat Indonesia yang memiliki dasar Negara
Pancasila. Tentu saja wajib menginternalisasikan dan mengaktualisasikan
nilai Pancasila ke dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara agar Pancasila tetap relevan dalam fungsinya memberikan
pedoman dalam pengambilan kebijakan kebijakan dalam menyelesaikan
suatu perkara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Agar loyalitas
warga masyarakat dan warga Negara terhadap Pancasila tetap tinggi. Dilain
pihak , Apatisme dan resistensi dan penyimpangan terhadap nilai- nilai
Pancasila bisa diminimalisir. Di era reformasi yang menjunjung tinggi nilai-
nilai Demokrasi tentu sangat besar pengaruhnya terhadap nilai- nilai
Pancasila. Dimana ketika kita ingin berdemokrasi, tentu kita harus melihat
dulu apakah yang akan kita lakukan tersebut sudah sesuai dengan nilai- nilai
pancasila. Berdasarkan berbagai fenomena tentang aktualisasi terhadap
nilai- nilai Pancasilan di era reformasi saat ini, kita seharusnya jangan
membiarkan negara kita terus terpuruk. Kita harus mengaktualisasikan nilai
– nilai Pancasila dalam setiap kehidupan kita masing – masing. Kita jangan
hanya menjadi penonton ulung, yang hanya mampu mengkritik, janganlah
kita menjadi pembaca – pembaca yang baik, tapi kita harus mewujudkannya
good govermance dalam setiap kehidupan kita dalam berbangsa dan
bernegara.

17
DAFTAR PUSTAKA
Andi Hartik. 2018. Gadis yang Lecehkan Pancasila Dibina Polres Malang,
UKP-PIP Beri Apresiasi. https://regional.kompas.com/read/201
8/01/26/18004191/gadis-yanglecehkan-pancasila-dibina
polresmalang-ukp-pip-beriapresiasi?page=all.
As’Ad Said Ali. 2009. Negara Pancasila Jalan Kemslahatan Berbangsa.
Jakarta: Pusat Studi LP3S Indonesia.
Fabian Januarius Kuwado. 2017. Mahfud MD: Sejak Reformasi, Pancasila
dan Konstitusi Digerogoti. https://nasional.
kompas.com/read/2017/06/07/12593761/mahfud.md.sejak.reforma
si.pancasi la.dan.konstitusi.digerogoti. (Diakses pada tanggal 1
oktober 2019).
Humannira, Raden Regia. (2016) Proses Internalisasi Nilai Kearifan Lokal
Masyarakat Banten Pada Mahasiswa Yang Tergabung Dalam
Organisasi Kedaerahan (studi deskriptif di organisasi kedaerahan
Perhimpunan Mahasiswa Banten Bandung). Skripsi(S1), FKIP
UNPAS.http://repository.unpas.ac.id/13175 /BAB%202.pdf
diunduh pada 18 September 2017
Kalidjernih, F. K. (2010). Kamus studi kewarganegaraan: perspektif
sosiologikal dan politikal. Widya Aksara Press.
Lemhanas, Nilai-Nilai Kebangsaan yang Bersumber dari Pancasila, Jakarta;
2015.
Moh. Mahfud MD. 2011. Pancasila sebagai Tonggak Konveregensi
Pluralitas Bangsa. Jakarta: Sekretarian Jendral dan Kepaniteraan
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia.
Muhammad, W. A., & Pribadi, K. K. (2013). Anak muda, radikalisme, dan
budaya populer. Jurnal Maarif, 8(1), 132-53.
R. Dwi. 2019. Internalisasi Nilai-Nilai Pancasila di Perguruan Tinggi.
Citizenship Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan Vol 7 No 2
Oktober, hal 82-96.

18
Satriawan, Yudha. (2011, 9 Juni). Anak Sekolah dan PNS di Karanganyar
Tolak Hormat
Bendera. VOA Indonesia. https://www.voaindonesia.com/a/pns-dananak-
sekolah-tolak-hormat-bendera123578729/94215.html diakses pada
tanggal 2 Oktober 2017 pukul 10.00 WIB
Rismawati. Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila di Era Reformasi. Universitas
Muhammadiyah Makassar. SEMINAR NASIONAL :ISSN: 2598-
6384 37.
Scott, J. F. (1971). Internalization of norms. Englewood Cliffs, NJ, Prentice-
Hall
Sutan Syahrir Zabda. 2016. Aktualisasi Nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar
Falsafah Negara dan Implementasinya Dalam Pembangunan Karater
Bangsa. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, 26, 106-114.

19

Anda mungkin juga menyukai