Mahasiswa mampu menjelaskan jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan terhadap
kelainan darah yang dialami pasien
Diagnosis leukemia akut ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan hitung darah, apus darah tepi, biopsi sumsum tulang, sitokimia, sitogenetik dan biologi molecular. 1. Anamnesis atau wawancara merupakan langkah pertama dalam tata cara kerja yang harus ditempuh untuk membuat diagnosis. Pemeriksaan fisik dengan mengidentifikasi gejala- gejala yang dikeluhkan pasien. pemeriksaan penunjang adalah melakukan tes hitung darah lengkap. 2. Pemeriksaan darah atau pemeriksaan hematologi secara umum dapat dibedakan menjadi dua yaitu, pemeriksaan hematologi rutin dan hematologi lengkap. Pemeriksaan hematologi rutin terdiri dari hemoglobin/hb, hematokrit(HCT),hitung jumlah sel darah merah (eritrosit),hitung sel darah putih (leukosit), hitung jumlah trombosit dan indeks eritrosit. Pemeriksaan hematologi lengkap (complete blood count) terdiri dari pemeriksaan darah rutin ditambah dengan hitung jenis leukosit dan pemeriksaan morfologi sel atau sediaan apusan darah tepi (SADT), gambaran darah tepi (GDT), Morfologi darah tepi (MDT) yaitu ukuran, kandungan hemoglobin,anisositosis,polikromasi. Tes hitung darah merupakan prosedur penghitungan banyaknya komponen sel-sel darah. Selain itu juga dilakukan pengamatan secara detail terhadap bentuk sel darah. Sedikitnya jumlah eritrosit dan bentuk sel leukosit tidak normal merupakan indikasi adanya penyakit leukemia Pemeriksaan darah lengkap dilakukan sebagai skrining awal, jika pasien diduga menderita leukemia. Pada skrining awal, leukopenia disertai anemia ditemukan pada leukemia kronis yang berkesesuaian dengan hasil pemeriksaan hematologi pasien dalam laporan kasus ini yaitu adanya penurunan hemoglobin, hematokrit, dan eritrosit yang menunjukkan anemia. 3. Biopsi sumsum tulang melalui pungsi lumbal perlu dilakukan untuk menentukan proporsi sel punca dalam sumsum tulang. Dicurigai adanya suatu leukemia bila populasi sel punca >5%. 4. Pengecatan sitokimiawi dapat membantu dalam menentukan jenis leukemia akut, limfoid atau mieloid. Immunophenotyping dilakukan untuk menganalisis antigen spesifik pada permukaan sel hematopoietik. 5. Analisis sitogenetik sumsum tulang bermanfaat untuk menentukan adanya non-random numerical dan abnormalitas kromosom struktural pada sel-sel leukemia; selain itu juga dapat membantu menentukan diagnosis, prognosis, dan evaluasi respon terhadap terapi 6. Pemeriksaan Morfologi Sumsum Tulang merupakan pemeriksaan yang bertujuan untuk diagnosis dan klasifikasi jenis leukemia. Klasifikasi leukemia berdasarkan morfologi sumsum tulang yang sering digunakan yaitu klasifikasi menurut FAB. Pemeriksaan morfologi sumsum tulang ini sebelumnya telah didahului dengan pemeriksaan darah tepi
Hartoyo V, Kurniawan A. Jurnal Kedokteran Universitas Pelita Harapan
(Medicinus) : Pendekatan Diagnostik Terhadap Leukemia Akut. 2015; 4(8). https://ojs.uph.edu/index.php/MED/article/view/1184
Rafika M, Setiadhi R. ODONTO Dental Journal : LESI ORAL TERKAIT LEUKEMIA