Anda di halaman 1dari 6

KEKUASAAN KONSTITUTIF, KEKUASAAN EKSEKUTIF,

KEKUASAAN LEGISLATIF, KEKUASAAN YUDIKATIF,


DAN KEKUASAAN EKSAMINATIF

NAMA : NURUL ANNISA RACHMAN

NIM : J011201039

KELOMPOK : 7

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR
1. Kekuasaan Konstitutif

Kekuasaan konstitutif yaitu kekuasaan untuk mengubah dan menetapkan


Undang-undang Dasar. Kekuasaan ini dijadikan oleh Majelis Permusyawaratan
Rakyat (MPR) sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 3 ayat (1) UUD 1945 yang
menyatakan bahwa “Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan
menetapkan Undang-undang Dasar.”

Lembaga konstitutif adalah lembaga yang memiliki kewenangan untuk


mengganti, menambah, mengurangi, membuat dan menghapus sebagian maupun
seluruh isi atau materi yang ada di dalam Konstitusi suatu negara. Hanya tiga negara
di dunia yang memiliki lembaga konstitutif yaitu, Indonesia, Iran, dan Perancis.
Sedangkan lembaga konstitutif negara lain bersifat sementara. Lembaga ini di
Indonesia, di bentuk berdasarkan Undang-undang dasar 1945 pasal 1, 2, dan 3.
Lembaga ini adalah Majelis Permusyawaratan Rakyat.

Berkaitan dengan kewenangan lembaga MPR setelah perubahan UUD 1945


juga mengalami perubahan yang mendasar, antara lain: merubah dan menetapkan
Undang-Undang Dasar dan GBHN; Melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden, yang
sebelum amandemen berwenang memilih Presiden dan Wakil Presiden (vide: pasal 6
UUD 1945); dapat \ memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa
jabatannya menurut undang-undang dan bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun.
Dalam hal Presiden dan/atau Wakil Presiden terbukti rnelakukan pelanggaran hukum
seperti pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, perbuatan pidana berat,
lainnya atau tercela, atau terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden
dan/atau Wakil Presiden atas dasar Keputusan Mahkamah Konstitusi (MK), maka
Lembaga MPR berwenang menerima usulan pemberhentian Presiden dan/atau Wakil
Presdien dimaksud dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang merapakan hasil
sidang Paripurna DPR, yang selanjutaya MPR wajib menyelenggarakan sidang
paripurna untuk memutuskan usul DPR dimaksud. Kewenangan yang lain, apabila
terjadi kekosongan Wakil Presiden, maka selambat-lambatnya dalam waktu 60 hari
Lembaga MPR harus menyelenggarakan sidang untuk memilih Wakil Presiden.
2. Kekuasaan Eksekutif
Kekuasaan eksekutif ialah sebuah kekuasaan yang berwenang dalam
menjalankan Undang-Undang serta menyelenggarakan pemerintahan negara.
Kekuasaan Eksekutif di duduki oleh Presiden, sesuai dalam penjelasan Pasal 4 ayat
(1) UUD 1945 yang berisikan bahwa Presiden Republik Indonesia adalah yang
memegang kekuasaan pemerintahan menurut Unang-Undang Dasar 1945.
Secara global Kekuasaan Eksekutif merupakan Kekuasaan yang mejalankan
dalam pelaksanaan Undang-Undang, atau dengan kata lain bahwa badan eksekutif
yaitu penyelenggaran atas keinginan negara. Di dalam negara yang menggunaan
bentuk negara demokrasi, keinginan negara tersebut diwujudkan melalui badan
pembentuk undang-undang.
Badan eksekutif yang berada di Indonesia dijabat oleh Presiden, Wakil
Presiden, serta para menteri yang membantunya. Presiden merupakan badan negara
yang memegang kekuasaan eksekutif, dimana Presiden memiliki kekuasaan untuk
menjalankan pemerintahan. Di negara Indonesia, Presiden memiliki jabatan sebagai
kepala pemerintahan sekaligus menjabat sebagai kepala negara.
Presiden dan Wakil Presiden menjabat sebagai badan eksekutif selama 5 tahun
dan dapat dipilih kembali dalam satu periode kedepannya. Sebelum Presiden serta
Waki Presiden menajalankan tugasnya, mereka mengucapkan sumpah atau janji yang
kemudian dilantik oleh ketua MPR dalam acara sidang MPR. Setelah dilantik,
Presiden serta Wakil Presiden menjalankan pemerintahan sesuai dengan program
yang telah dirancangnya, namun, tidak boleh bertentang dengan UUD 1945 dan
tujuan negara yang termuat dalam pembukaan UUD 1945.

3. Kekuasaan Legislatif
Kekuasaan legislatif ialah kekuasaan yang memiliki tugas dalam menyusun
serta membentuk perturan perundang-undangan. Legislatif merupakan badan
deliberatif pemerintah yang memiliki kekuasaan dalam membuat sebuah hukum.
Dalam sistem pemerintaha parlemen, kekuasaan legislatif ialah sebagai lembaga
tertinggi serta yang mengangkat lembaga eksekutif. Sedangkan, dalam sistem
pemerintahan prsidensial, kekuasaan legislatif merupakan perwkilan pemeritah yang
sama serta bebas dari lembaga eksekutif.
Badan legislatif yang berada di Indonesia diduduki oleh Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Majelis Permusyawaratan
Rakyat (MPR). Dimana setiap badan legislatif memiliki tugas serta wewenang yang
berbda-beda yang akan dibahas dalam masing-masing badan legislatif.namun pada
intinya badan ini bertugas untuk menyusun Undang-Undang.

4. Kekuasaan Yudikatif

Kekuasaan yudikatif adalah kekuasaan yang dimiliki oleh warga masyarakat


untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang melalui wakilnya
yang duduk dalam lembaga Mahkamah Agung (MA). Lembaga ini berperan sebagai
alat pengendali sosial, yang pelaksanaannya dilakukan terhadap lembaga kekuasaan
eksekutif. Lembaga ini mempunyai wewenang untuk menegur, menasihati, atau
memberi saran-saran kepada pemerintah dalam kaitan pelaksanaan GBHN dan
undang-undang hasil produk lembaga legislatif.

Lembaga yudikatif ini bersifat independen, artinya kekuasaannya tidak


dibatasi, baik oleh lembaga eksekutif maupun lembaga legislatif, tetapi dibatasi oleh
Pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar negara yang merupakan sumber dari semua
norma-norma hukum yang berlaku di masyarakat/negara Indonesia.

Kekuasaan yudikatif atau disebut kekuasaan kehakiman yaitu kekuasaan untuk


menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Kekuasaan ini
dipegang oleh Mahkamah Agung (MA) dan Mahkamah Konstitusi (MK).
Sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 24 ayat (2) UUD 1945 yang menyatakan bahwa
kekuasaan kehakiman dilakukan oleh Mahkamah Agung dan badan peradilan yang
berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama,
lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh
Mahkamah Konstitusi.

5. Kekuasaan Eksaminatif/ Inspektif

Kekuasaan Eksaminatif adalah kekuasaan terhadap pemeriksaan keuangan


negara. Kekuasaan Eksaminatif di Indonesia berdasarkan Pasal 23 Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah Badan Periksa Keuangan
Republik Indonesia (BPK RI). Seiring dengan makin meningkatnya kasus yang
berkaitan dengan keuangan negara, peran dari BPK semakin penting.

Di awal pembentukan negara Republik Indonesia, udah ditentukan adanya


lembaga pemeriksa keuangan sebagai lembaga eksaminatif. Hal itu tercantum dalam
UUD 1945 Pasal 23 ayat (5) yang ditindaklanjuti dengan adanya surat penetapan
pemerintah No. 11/OEM tanggal 28 Desember 1946 yang menetapkan pembentukan
BPK. Pada saat pemerintahan Indonesia berubah dari Republik jadi Negara Kesatuan
Republik Indonesia Serikat, BPK berganti nama jadi Dewan Pengawas Keuangan.

Lembaga Eksaminatif yang meliputi BPK dibentuk buat melaksanakan


beberapa tugas. Ada tugas-tugas tersebut tercantum dalam UU Republik Indonesia
Nomor 15 tahun 2006 pada BAB III bagian satu.

Referensi

Sadjijino. Kekuasaan Negara Menurut UUD 1945 (Analisa Kewenangan Lembaga Negara).
PERSPEKTIF; 2015. Vol 4(10) .

Susilo D, Roesli M. Konsepsi Kekuasaan Legislasi Presiden Dalam Undang-Undang Dasar


1945. MIMBAR YUSTITIA; 2018. Vol. 2(2).

Wahanu H. Batas Konstitusional Kekuasaan Eksekutif Presiden (Constitutional Limits Of


The Presidential Executive Power). Jurnal Legislasi Indonesia; 2015. Vol 12 (3). pp 267 –
276

Anda mungkin juga menyukai