Anda di halaman 1dari 8

PENYALAHGUNAAN WEWENANG

DALAM KASUS AHOK

DOSEN PENGAJAR :

ISKANDAR ZULKARNAIN, SH., MH.

DISUSUN OLEH :

RACHMADYANTO (RRB10016074)

UNIVERSITAS JAMBI

Jambi, Indonesia

2016/2017

1
DAFTAR ISI

Cover..........................................................................................................................................1

Daftar Isi....................................................................................................................................2

Kata Pengantar...........................................................................................................................3

BAB I.........................................................................................................................................4

A. Latar Belakang...........................................................................................................
B. Rumusan Masalah......................................................................................................
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................
D. Manfaat Penulisan......................................................................................................

BAB II (Pembahasan Serta Dasar Dasar Hukummnya)..........................................................5

BAB III (Kesimpulan)...............................................................................................................7

Daftar Pustaka............................................................................................................................8

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayahNya
sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan Tema Penyalahgunaan
wewenang.

Adapun makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah
Hukum Administrasi Negara. Dalam penyusunan makalah sampai selesai, penyusun
banyak mendapat bimbingan dan arahan dari banyak pihak. Oleh karena itu pada kesempatan
ini, penyusun mengucapkan terima kasih banyak kepada pihak-pihak yang membantu.
Saya menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, maka dari
itu Saya sangat mengharapkan sumbangan pikiran serta masukan dari berbagai pihak untuk
penyempurnaan di masa yang akan datang

Jambi, 25 Mei 2017

Rachmadyanto

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

`Kekuasaan merupakan kuasa untuk mengurus, kuasa untuk memerintah, kemampuan,


kesanggupan kemampuan orang atau golongan untuk menguasai orang atau golongan lain,
fungsi menciptakan dan memanfaatkan keadilan serta mencegah pelanggaran keadilan.
Namun didalam kekuasaan tersebut banyak disalahgunakan untuk mencari kekayaan.
Sehingga banyak penguasa mencari kekayaan tersebut dengan berbagai cara termasuk
menggunakan kekuasaan yang telah di amanahkan rakyat kepadanya. Banyak penguasa yang
menyalahgunakan kekuasaan demi kepentingan peribadi sehinga HAM rakyat rela
dikorbankan. Banyaknya kasus-kasus penyalahgunaan kekuasaan seperti korupsi, mafia
hukum, pengelapan sehingga membutuhkan hukum pidana untuk mengatur masalah
penyalahgunaan kekuasaan, dan menghindari jatuhnya korban akibat penyalahgunaan
kekuasaan tersebut.

Secara umum, fungsi hukum acara pidana adalah untuk membatasi kekuasaan negara dalam
bertindak serta melaksanakan hukum pidana materiil. Ketentuan-ketentuan dalam Hukum
Acara Pidana dimaksudkan untuk melindungi para tersangka dan terdakwa dari tindakan
yang sewenang-wenang aparat penegak hukum dan pengadilan. Pada sisi lain, hukum juga
memberikan kewenangan tertentu kepada negara melalui aparat penegak hukumnya untuk
melakukan tindakan yang dapat mengurangi hak asasi warganya. Permasalah yang muncul
adalah penggunaan kewenangan yang tidak benar atau terlalu jauh oleh aparat penegak
hukum. Penyalahgunaan kewenangan dalam sistem peradilan pidana yang berdampak pada
terampasnya hak-hak asasi warga negara merupakan bentuk kegagalan negara dalam
mewujudkan negara hukum.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pemerintah memang bisa dengan senang hati membuat kebijakan tanpa
memperhatikan ketentuan perundang-undangan yang berlaku?

C. Tujuan Penulisan

Ketiadaan penegakan hukum dapat mengakibatkan kehidupan masyarakat yang kacau


(chaos). Negara Indonesia sebagai negara modern yang menganut sistem demokrasi
konstitusional, telah memiliki sejumlah peraturan perundangan, lembaga-lembaga hukum,
dan aparatur penegak hukum. Namun, untuk memenuhi rasa keadilan masyarakat, upaya
penegakan hukum harus selalu dilakukan secara terus menerus.

D. Manfaat Penulisan

Pembaca dapat mengetahui apa apa saja undang undang yang mengaatur dalam
kasus ahok yang terjadi baru baru ini.

4
BAB II

PEMBAHASAN

Sejak Ahok bertugas kembali menjadi Gubernur DKI dan maraknya perdebatan akademis
terkait belum adanya pemberhentian sementara Ahok yang sudah berstatus terdakwa, publik
bertanya-tanya mengenai pertanggungjawaban pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan
publik. Apakah pemerintah memang bisa dengan senang hati membuat kebijakan tanpa
memperhatikan ketentuan perundang-undangan yang berlaku?

Jawabannya tentu saja: tidak bisa dan tidak boleh.

Sudah ada ketentuan yang mengatur bahwa pejabat pemerintahan dalam menggunakan
wewenang, harus mengacu pada asas-asas umum pemerintahan yang baik, dan harus selalu
menaati peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini sudah diatur dalam UU No. 30
Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan.Ada tiga hal yang melatarbelakangi
diberlakukannya UU Administrasi Pemerintahan yaitu:

Bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas penyelenggaraan pemerintahan, badan


dan/atau pejabat pemerintahan dalam menggunakan wewenang harus mengacu pada
asas-asas umum pemerintahan yang baik dan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
Bahwa untuk menyelesaikan permasalahan dalam penyelenggaraan pemerintahan,
pengaturan mengenai administrasi pemerintahan diharapkan dapat menjadi solusi
dalam memberikan pelindungan hukum, baik bagi warga masyarakat maupun pejabat
pemerintahan;
Bahwa untuk mewujudkan pemerintahan yang baik, khususnya bagi pejabat
pemerintahan, undang- undang tentang administrasi pemerintahan menjadi landasan
hukum yang dibutuhkan guna mendasari keputusan dan/atau tindakan pejabat
pemerintahan untuk memenuhi kebutuhan hukum masyarakat dalam penyelenggaraan
pemerintahan.

Aturan ini tidak hanya berlaku untuk pejabat pemerintahan yang menjalankan fungsi
eksekutif saja namun pejabat pemerintahan secara umum. Hal ini bisa dilihat dalam Pasal 4
UU Administrasi Pemerintahan ayat (1) dan ayat (2). Ruang lingkup Undang-Undang ini
meliputi:

Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang menyelenggarakan Fungsi Pemerintahan


dalam lingkup lembaga eksekutif;
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang menyelenggarakan Fungsi Pemerintahan
dalam lingkup lembaga yudikatif;
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang menyelenggarakan Fungsi Pemerintahan
dalam lingkup lembaga legislatif; dan
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan lainnya yang menyelenggarakan Fungsi
Pemerintahan yang disebutkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 dan/atau undang-undang.

Adapun pengaturan administrasi pemerintahan mencakup tentang hak dan kewajiban pejabat
pemerintahan, kewenangan pemerintahan, diskresi, penyelenggaraan administrasi
5
pemerintahan, prosedur administrasi pemerintahan, keputusan pemerintahan, upaya
administratif, pembinaan dan pengembangan administrasi pemerintahan, dan sanksi
administratif.
UU No. 30 Tahun 2014 Pasal 17 ayat (1) telah mengatur mengenai larangan penyalahgunaan
wewenang. Lebih lanjut, Pasal 17 ayat (2) mengatur bahwa penyalahgunaan wewenang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. larangan melampaui Wewenang;
b. larangan mencampuradukkan Wewenang; dan/atau
c. larangan bertindak sewenang-wenang.
Adapun kategori penyalahgunaan wewenang, diatur dalam pasal berikutnya. Pada Pasal 18
ayat (1) dinyatakan bahwa Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dikategorikan melampaui
wewenang apabila keputusan dan/atau tindakan yang dilakukan:

melampaui masa jabatan atau batas waktu berlakunya Wewenang;


melampaui batas wilayah berlakunya Wewenang; dan/atau
bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Jika merujuk pada UU No. 30 Tahun 2014 Pasal 17 ayat (1) dan ayat (2), maka Kebijakan
Pemerintah Jokowi melalui Kementrian Dalam Negeri, untuk tidak memberhentikan
sementara Basuki Tjahaja Purnama yang sudah berstatus terdakwa, sebagaimana ketentuan
UU Pemda dan UU Pilkada, dapat dikategorikan sebagai penyalahgunaan wewenang. Lalu
bagaimana dengan Keputusan yang sudah terlanjur ditetapkan tersebut?

UU No. 30 Tahun 2014 telah mengatur hal ini. Dalam Pasal 19 ayat (1) dinyatakan bahwa
keputusan dan/atau tindakan yang ditetapkan dan/atau dilakukan dengan melampaui
wewenang dapat dinyatakan tidak sah apabila telah diuji dan ada Putusan Pengadilan yang
berkekuatan hukum tetap.

6
BAB III

KESIMPULAN

Negeri ini harus berbenah. Sebagaimana prinsip Cicero, Ubi Societas Ibi Ius, di mana ada
masyarakat, di sana ada hukum. Peraturan perundang-undangan tidak dibuat hanya untuk
dijadikan hiasan dinding. Peraturan ada untuk ditegakkan. Penegakan hukum bertujuan untuk
mewujudkan peraturan hukum demi terciptanya ketertiban dan keadilan masyarakat.

Sudah seharusnya, jika Badan atau Pejabat Pemerintah menjalankan apa yang tertera dalam
peraturan hukum (pasal-pasal hukum material) sehingga terwujud penegakan hukum di
masyarakat. Hal ini mutlak dilakukan demi terciptanya ketertiban dan keadilan masyarakat.

7
DAFTAR PUSTAKA
Puspen KEMENDAGRI. (2017) Ini Ulasan Mengapa Mendagri Tak Berhentikan Sementara
Ahok. url : http://www.kemendagri.go.id/news/2017/02/12/ini-ulasan-mengapa-mendagri-
tak-berhentikan-sementara-ahok

Manik Sukoco. (2017) Penyalahgunaan Wewenang dalam Kasus Ahok. url :


https://kumparan.com/manik-sukoco/pengaktifan-kembali-ahok-dapat-dikategorikan-
penyalahgunaan-wewenang

Anda mungkin juga menyukai