Anda di halaman 1dari 59

KEBIJAKAN PEMERINTAHAN GUSDUR (1999-2001) &

MEGAWATI (2001-2004)

MAKALAH

Makalah ini dibuat untuk Memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Sejarah
Orde Baru dan Reformasi
Dosen Pengampu :
YADI KUSMAYADI, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh:
Ajeng Febya Anindita H. (2105170018)
Harpinah Berkah (2105170003)
Hilma Hanifa (2105170023)
KELAS : 4 A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS GALUH CIAMIS
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanya untuk Allah SWT yang telah
memberikan  taufik dan hidayahnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.Sholawat dan salam  semoga senantiasa
dicurahkan  Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya,
dan  para sahabat-sahabat nya.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Sejarah Orde
Baru dan Reformasi, yang berisikan tentang kebijakan pemerintahan
Gusdur dan Megawati. Dalam menjalankan tugas pemerintahan Gusdur
dan Megawati mempunyai kebijakan yang berbeda untuk memerintah
negara ini. Maka dalam pembahasan makalah ini menjelaskan bagaimana
kebijakan yang dilakukan Gusdur dan Megawati menata Negara Indonesia
menjadi lebih baik.
Dalam penyusunan makalah ini tidak sedikit hambatan dan
kesulitan yang penulis hadapi. Maka dari itu penyusun sadari bahwa
makalah ini jauh dari kata sempurna, maka kritik dan saran pembaca
merupakan sumbangsi yang paling besar untuk menyempurnakannya.
Dan apabila dalam  penyusun  makalah ini  ada kesalahan dan kekeliruan,
penyusun mohon maaf. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan
yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca.
 

Ciamis, Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................i
Daftar Isi....................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................2
1.3 Tujuan ....................................................................................................3
1.4 Manfaat ..........................................................................................3
1.5 Sistematika Penulisan ...........................................................................3
BAB II Kajian Pustaka
2.1 Landasan Teoritis............................................................................5
2.2.1 Pengertian Kebijakan...........................................................5
2.2.2 Pemerintahan.......................................................................5
2.2 Kajian Penelitian Terdahulu............................................................6
BAB III Metode Penelitian........................................................................9
BAB IV Pembahasan
4.1 Kebijakan, Kelebihan, dan Kekurangan Pemerintahan Gusdur
(1999-2001).....................................................................................11
4.1.1 Kebijakan Bidang Politik, Ekonomi Sosial, dan Budaya
Abdurrahman Wahid............................................................11
4.2 Kelebihan- Kelemahan Kebijakan Abdurrahman Wahid..............17
4.2.1 Kelebihan KebijakanKelemahan Kebijakan.........................17
4.2.2 Lengsernya Abdurrahman Wahid .......................................18
4.3 Kebijakan Dan Pengaruh Pemerintahan Megawati Soekarno Putri
(2001-2004).....................................................................................20
4.3.1 Kebijakan Pemerintahan Megawati Soekarno Putri
(2001-2004)..........................................................................20
4.3.2 Pengaruh Megawati Soekarno Putri....................................40
BAB V Penutup
5.1 Kesimpulan......................................................................................54
5.2 Saran...............................................................................................55
Daftar Pustaka..........................................................................................56

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemerintahan Negara Republik Indonesia yang diamanatkan oleh
UUD RI Tahun 1945 adalah pemerintah demokrasi, desentralisasi,
bersih dari praktek kolusi, korupsi dan reposisme (kkn), serta mampu
menyelenggarakan pelayanan publik dengan secara adil ketentuan
bentuk pemerintahan tertuang, dalam UUD sebagai pelaksanaan
tublimasi cita-cita luhur bangsa Indonesia untuk menyelenggarakan
pemerintahan seperti tersebut perlu dibangun apratur negara yang
professional,bebas dari intervensi politik,bersih dari praktek
kkn,berintegrasi tinggi,serta berkemampuan dan kinerja tinggi. Maka
Indonesia memiliki system pemerintahan presidensil. Saat ini Indonesia
menganut system presidential untuk permerintahannya. Pelaksaanaan
ini tidak luput dari trias politica (legistatif.yudikatif, eksekutif) presiden
sebagai pemegang kekuasaan pada system parlemen adalah DPR
(Octovina, 2018: 247-248).
Sepanjang sejarah demokrasi Indonesia telah mengawali babak
baru sejak tumbangnya rezim otoriter yang dimotori mahasiswa atau
Gerakan reformasi pada 1998, hingga Indonesia mengalami perubahan
yang cepat sejak lengsernya Soeharto, kesempatan Indonesia menuju
demokrasi sangat terbuka bagi semua pihak sebelum menjadi presiden
K.H Abdurrahman Wahid merupakan tokoh yang andil dalam
mensosialisasikan wawasan keagamaan plural, toleran dan non-
sertakan memberikan kebebasan kepada semua agama hidup. K.H
Abdurrahman Wahid menggantikan B.J Habibie menjadi presiden ke-4,
ia dipilih melalui pemilihan yang tertutup dan demokrasi digedung
MPR/DPR, dengan wakil presiden megawati dari FPDIP (muhaimin,
2004:hal 4).
K.H Abdurrahman Wahid/ gusdur adalah orang yang konsisten
dengan prinsip-prinsipnya yang berakar dari pemahamannya terhadap
Islam Liberal (Ahmad. 2000: 85). Dengan membentuk Kabinet

1
Persatuan National Gusdur membuat kebijakan-kebijakan yakni
rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar
rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan dalam mencapai tujuan
atau sasaran secara etimologis menurut Dun menjelaskan bahwa istilah
kebijakan berasal dari Bahasa Yunani, sansakerta dan latin. Dalam
Bahasa Yunani dan kebijakan disebut dengan polis yang berarti
“negara kota” dan sansakerta yang disebut pur yang berarti kota serta
dalam Bahasa latin disebut dengan politia yang berarti negara (Dunn,
2007:51).
Banyak kekecewaan akibat kebijakan gusdur yang tampak yang
kemudian menjadi dasar terbentuknya “koalisi lintas traksi antara poros
tengah, golkar, dan PDIP di DPR Untuk menjatuhkan gusdur hingga
gusdur mengeluarkan pernyataan dan kebijakan kontroversial yang
tidak terhitung hingga gusdur lengser dan digantikan oleh megawati
dengan kabinet Gotong Royong. Megawati terpilih menjadi presiden
pada 2021, Adapun SI-MPR tersebut diselenggarakan dalam menyikapi
presiden Gusdur Ketika membekukan lembaga legislatif MPR dan
partai golkar (soerachman, 2015 : 152), maka kepresidenan Megawati
tidak lepas dari politik luar negeri, ada kebijakan politik yang baru dalam
pemerintahan megawati yaitu berani menjalin Kerjasama dengan
negara di luar amerika (Kumulo, 2004 : 105). dari penjelasan diatas
penulis akan membahas berbagai kebijakan gusdur dan megawati
dalam memerintah Indonesia sebagai presiden.
Berdasarkan latar belakang itulah maka dirasa sangat penting oleh
penulis untuk membahas lebih lanjut mengenai kebijakan pemerintahan
Gusdur dan Megawati semasa menjabat menjadi kepala
pemerintahan ,sehingga penulis menuangkan nya dalam suatu makalah
yang berjudul “Kebijakan Pemerintahan Gusdur (1999-2001) dan
Megawati (2001-2004) ”.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut :

2
a. Bagaimana kebijakan, kelebihan, dan kekurangan pemerintahan
Gusdur (1999-2001)?
b. Bagaimana kebijakan dan pengaruh pemerintahan Megawati (2001-
2004)?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam makalah ini sebagai berikut:
a. Untuk mendeskripsikan kebijakan, kelebihan, dan kekurangan
pemerintahan Gusdur (1999-2001).
b. Untuk mengetahui kebijakan dan pengaruh pemerintahan
Megawati (2001-2004).

1.4 Manfaat
Adapun manfaat secara teoritis dan praktis dari makalah ini sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis makalah ini dapat bermanfaat untuk :
a. Menambah informasi, pengetahuan dan wawasan ilmiah dalam
b. Memberikan masukan pada setiap pembaca supaya digunakan
sebagai tambahan bacaan dan sumber data dalam penulisan
sejarah.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis makalah ini dapat bermanfaat untuk :
a. Untuk memenuhi tugas Sejarah Orde Baru dan Reformasi.
b. Sebagai penambah perbendaharaan perpustakaan khususnya
di Program Studi Pendidikan Sejarah.

1.5 Sistematika Penulisan


Untuk membahas judul makalah ini penulis membagi
beberapa fase pembahasan. Tahap-tahap tersebut menyebutkan bab
perbab dengan perincian sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan

3
Pada bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah,
tujuan, manfaat penulisan, serta sistematika penulisan.
Bab II Landasan Teori
Pada bab ini membahas tentang kajian atau awal pembahasan
dari berbagai sumber hasil penelitian yang relevan.
Bab III Metodologi Penelitian
Pada bab ini membahas mengenai metode yang digunakan
dalam penyusunan makalah.
Bab IV Pembahasan
Pada bab ini membahas tentang pengembangan materi dalam
makalah.
BAB V Penutup
Pada bab ini memabahas kesimpulan dan saran.
Daftar Pustaka
Lampiran – Lampiran

4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teoritis


2.1.1 Pengertian Kebijakan
Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi
pedoman dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan,
kepemimpinanan, dan cara bertindak. Istilah ini dapat diterapkan pada
pemerintahan, organisasi, dan kelompok sektor swasta, serta individu.
Kebijakan berbeda dengan peraturan dan hukum. Jika hukum dapat
memaksakan atau melarang suatu perilaku, kebijakan hanya menjadi
pedoman tindakan yang paling mungkin memperoleh hasil yang di
inginkan (Wikipedia, diakses 6 Desember 2020).
Kebijakan dapat pula merujuk pada pembuatan keputusan-
keputusan penting organisasi, termasuk identifikasi berbagai alternatif
seperti prioritas program atau pengeluaran, dan pemilihannya
berdasarkan dampaknya. Kebijakan juga dapat diartikan sebagai
mekanisme politis, manajemen, finansial, atau administratif untuk
mencapai sesuatu tujuan eksplisit.

2.1.2 Pemerintahan
Pemerintahan dalam arti luas adalah segala bentuk kegiatan atau
aktifitas penyelenggaraan negara yang dilakukan oleh organ-organ
negara yang mempunyai otoritas atau kewenangan untuk menjalankan
kekuasaan dalam rangka mencapai tujuan. Sedangkan pemerintahan
dalam arti sempit adalah aktivitas atau kegiatan yang dilakukan oleh
fungsi eksekutif saja dalam hal ini yang dilakukan oleh presiden,
menteri-menteri sampai birokrasi paling bawah (Cahtim, 2006:46).
Untuk dapat bertindak dengan sebaik-baiknya guna mencapai tujuan
tersebut, pemerintah mempunyai wewenang, wewenang mana
dibagikan lagi kepada alat kekuasaan negara, agar tiap sektor tujuan
negara dapat bersamaan dikerjakan. Berkenaan dengan pembagian

5
wewenang ini, maka terdapatlah suatu pembagian tugas negara
kepada alat-alat kekuasaan negara.
Yang dimaksud sistem pemerintahan adalah suatu tatanan atau
susunan pemerintahan yang berupa suatu struktur yang terdiri dari
organ-organ pemegang kekuasaan didalam negara dan saling
melakukan hubungan fungsional diantara organ-organ negara tersebut
baik secara vertikal maupun secara horizontal untuk mencapai tujuan
yang ingin dicapai.

2.2 Kajian Penelitian Terdahulu


Andi Lis Pratiwi. (2015). Megawati Soekarno Putri Presiden
Wanita di Indonesia (2001-2004). Jurnal Pattingaloang: Makasar. Vol 2.
No. 1. Hasil penelitian ini menjelaskan tentang kepemerintahan
Megawati sebagai seorang Presiden wanita dengan kabinet gotong
royong. Namun dalam pemerintahannya banyak sekali kendala, salah
satunya inflasi. Namun, kinerja Megawati Soekarnoputri dalam
memimpin pemerintahan (2001-2004) memang tidak bisa membuktikan
kepada publik bahwa Megawati Soekarnoputri Memiliki kesamaan
kapasitas dengan gaya kepemimpinan ayahnya Bung Karno. Dalam
masa pemerintahan Megawati Soekarnoputri banyak kejadian-kejadian
yang terjadi di indonesia salah satunya terjualnya aset negara untuk
membayar utang negara. Dengan waktu yang tersisih semestinya
Kabinet Gotong Royong Di bawah pemerintahan Megawati
Soekarnoputri bisa menunjukkan kinerja dimana Megawati
Soekarnoputri mampu memperbaiki keadaan indonesia dari krisis
ekonomi. Sekaligus memperbaiki situasi ketidakpastian dan faktor
resiko yang masih tinggi. Megawati Soekarnoputri harus
memperlihatkan kepada publik langkah yang pasti untuk memulihkan
investasi menjadi kondusif, menaikkan produktifitas dan efisiensi, serta
membangun stabilitas politik dan keamanan nasional.
Relevansi penelitian ini adalah adanya kesamaan membahas
kebijakan Megawati semasa menjabat menjadi Presiden RI

6
menggantikan Gusdur. Dan adanya perbedaan bukan saja membahas
Megawati dalam pembahasan makalah penulis namun membahas
Gusdur juga.
Abu Naim. (2014). Tipologi Kepemimpinan Gusdur. Banyuwangi:
Jurnal Jurnal Pendidikan, Komunikasi, dan Pemikiran Hukum Islam.
Volume VI No. 1: 1-20. ISSN: 1978-4767. Hasil penelitian ini
menjelaskan Gus Dur juga menjadi presiden negara yang sangat unik
dan fenomenal, bagaimana tidak, dalam kurun waktu yang tidak lebih
dari dua tahun ketika menjabat sebagai presiden, Gus Dur mampu me-
reshuflle lebih dari sepuluh menteri yang berada dalam jajaran
kabinetnya tersebut. Tidak hanya itu, beberapa tokoh menteri tersebut
justru merupakan tokoh-tokoh besar dari partai yang berpengaruh
dalam perpolitikan pada waktu itu. Hal yang menarik untuk diketahui
adalah bagaimana pola kepemimpinan politik yang sebenarnya
dilakukan oleh Gus Dur, bagaimana bisa seorang Gus Dur yang selama
ini dianggap raja kontroversial serta nyelneh, ternyata di mata
masyarakat begitu besar pengorbananya, dimanakah letak kebajikan
yang telah diberikan oleh Gus Dur, serta bagaimana pula tipe
kepemimpinan yang baik itu menurut kacamata masyarakat.
Menggunakan pendekatan penelitian kualitatif untuk mendapatkan data
yang konfrehensif tentang tipologi kepemimpinan politik Gus Dur
dihasilkan kesimpulan penelitian bahwa tipologi kepemimpinan Politik
Gus Dur adalah pemimpin kharismatik-transformasional, hal ini
berdasarkan beberapa fakta dan data-data politik yang dilakukan Gus
Dur lebih mengarah pada pola perilaku kharismatik- transformasional.
Relevansi penelitian dengan makalah penulis adalah memiliki
persamaan dalam membahas pemerintahan Gusdur. Adapun
berbedaan dalam bukan hanya dalam kebijakan namun penulis akan
membahas kelebihan dan kekurangan dalam pemerintahan gusdur.
Sunardi Purwaatmoko. (2015). Pengaruh Perubahan Pola Koalisi
Antar Parpol Terhadap Proses Pembuatan Kebijakan Sektor
Perberasan (Studi Kasus: Era Pemerintahan Gus Dur dan Megawati,

7
serta Era Pemerintahan Pertama SBY). Jurnal Insignia. Vol 2, No 1.
Hasil penelitian ini menjelaskan bagaimana perubahan dalam
pembuatan kebijakan era pemerintahan Megawati dan Gusdur serta
pemerintahan SBY. Analisis dalam studi ini menemukan bahwa oligarki
politik baru yang terdiri atas partai politik reformis yang didukung oleh
kepala pemerintahan local, organisasi petani dan NGO memiliki
kapasitas untuk mengurangi pengaruh dominan dari oligarki rezim Orde
Baru yang lama dalam proses pembuatan kebijakan pada sektor beras.
Pemerintahan Gus Dur mampu mengatus tarif impor dan pemerintahan
setelahnya dibawah Megawati tidak hanya berhasil mengakhiri
hubungan Indonesia dengan IMF, tapi juga melarang impor beras.
Bagaimanapun, kebijakan mereka dihambat tidak hanya oleh
kelemahan koalisi partai reformis dan kekuatan dominan dari elit
oligarki dari rezim Orde Baru yang telah lalu. Dibawah kepemimpinan
Yudhoyono yang pertama, larangan impor beras dihapuskan dan
sebagai hasilnya partai politik reformis mengalihkan dukungan politik
mereka pada oligarki Orde Baru yang lama.
Relevansi Penelitian ini dengan makalah penulis yakni kesamaan
dalam membahas kepemimpian Gusdur dengan Megawati semasa
menjadi Presiden dan serta kepemimpinan SBY. Adapun
perbedaannya penelitian ini lebih kepada pola koalisi dalam membuat
kebijakan, sedangkan makalah yang peneliti tentang bagaimana
kebijakan saat pemerintahan Gusdur dan Megawati dalam memerintah
Negara Indonesia.

8
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam makalah ini adalah metode
sejarah yakni seperangkat aturan dan prinsip yang sistematis untuk
mengumpulkan sumber-sumber sejarah secara efektif, menilainya
secara kritis dan menyajikan sintesis dari hasil-hasil yang dicapai dalam
bentuk tertulis mengenai rekaman dan peninggalan masa lampau
(Kuntowijoyo 1995:12). Metodologi penulisan menurut Ismaun
(1984:94) metode sejarah atau metode historis ini mengandung empat
langkah penting atau teknik sebagai berikut :
1. Heuristik
Tahap ini merupakan tahap awal bagi penyusunan makalah dalam
proses mencari dan mengumpulkan bahan-bahan informasi yang
diperlukan berhubungan dengan permasalahan penyusunan
makalah.
Pengumpulan sumber yang di lakukan adalah mengumpulkan buku
yang relevan dengan topik penelitian. Pada tahapan menemukan
sumber informasi penyusun melakukan studi literatur dengan
mendatangi perpustakaan yang berada di Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan dan Perpustakaan Universitas Galuh. Penyusun
juga mengunjungi beberapa website dan juga electronic book dan
journal electronic.
2. Kritik
Kritik sejarah dalam penulisan secara kritis terhadap data dan fakta
sejarah yang ada. Data dan fakta sejarah yang telah diproses melalui
kritik sejarah ini disebut bukti sejarah. Bukti sejarah adalah kumpulan
fakta-fakta dan informasi yang sudah divalidasi, dipandang
terpercaya sebagai dasar yang baik untuk menguji dan
menginterpretasi permasalahan.

9
Kritik yang dilakukan adalah dengan cara melihat buku-buku sejarah
yang relevan atau tidaknya dengan topik penelitian.
3. Interpretasi
Pada tahap ini, penyusun makalah mengadakan interpretasi
(penafsiran) dan analisis terhadap data fakta fakta yang terkumpul.
Prosedur ini dilakukan dengan mencari data dan fakta,
menghubungkan berbagai data dan fakta serta membuat tafsirannya.
Menghubungkan berbagai data dan fakta serta membuat tafsirannya.
Interpretasi ada dua macam, yaitu analisis dan sintesis.
Analisis berarti menguraikan, yaitu menerangkan tentang pendapat,
pikiran dan sebaigainya, menjelaskan secara gamblang tentang
sesuatu yang belum jelas. Penyusun berusaha menguraikan,
membedakan fakta-fakta yang didapat di lapangan untuk
digolongkan dan dikelompokan menurut kriteria tertentu dan
ditafsirkan maknanya.
Sintesis berarti menyatukan, yaitu menyatukan fakta-fakta yang telah
diperoleh penyusun, setelah semua data terkumpul kemudian dikritik
(verivikasi), data kemudian dianalisis dan selanjutnya disatukan
dapat ditafsirkan dengan menarik benang merah atau inti dari fakta-
fakta yang penyusun dapatkan
4. Historiografi
Adapun teknik pengumpulan datanya adalah melalui studi literatur
atau kajian pustaka. Dalam hal ini, penyusun makalah
mengumpulkan buku-buku yang berhubungan dengan permasalahan
yang dibahas, kemudian membaca, menelaah, menyeleksi, dan
menuangkan ke dalam karya ilmiah.

10
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Kebijakan, Kelebihan, dan Kekurangan Pemerintahan Gusdur


(1999-2001)
Abdurrahman Wahid/ Gusdur merupakan Presiden Indonesia ke-.
Dengan kabinet Persatuan Nasional, Gusdur memimpin Indonesia dari
tahun 2000-2001, setelah menggantikan B.J Habibie Gus Dur mampu
me-reshuflle lebih dari sepuluh menteri yang berada dalam jajaran
kabinetnya tersebut. Kekuatan dan latar belakang Gusdur menjadi
Presiden yakni dikenal sebagai tokoh Islam yang sangat berpengaruh,
berijiwa nasionalis, berpandangan nasionalis, latar pendidikan yang
tinggi, tindakannya sangat nasional dan pragmatis. Gusdur seorang
yang toleran dan sangat memperhatikan komposisi Indonesia yang
majemuk, yang terdiri dari ras, suku dan agama yang berbeda. Ketika
jatuhnya orde baru Indonesia mengalami disintegrasi bangsa,
pendekatan yang dilakukan Gusdur yakni pendekatan dengan daerah
yang berkecamuk. Gusdur juga disebut sebagai pelopor dalam
mereformasi militer agar keluar dari ruang politik. Dengan hal tersebut
maka Gusdur melakukan banyak kebijakan didalam pemerintahannya
sebagai presiden sebagai berikut :

4.1.1 Kebijakan Bidang Politik, Ekonomi Sosial, dan Budaya


Abdurrahman Wahid
A. Kebijakan Bidang Politik Abdurrahman Wahid
Kabinet pertama Abdurrahman Wahid yakni kabinet persatuan
nasional. Kabinet ini merupakan kabinet koalisi yang meliputi anggota
pertai politik seperti PDI-P, PKB, Golkar, PPP, PAN, dan Partai
Keadilan (PK). Sebelum diadakannya pemilihan, Gusdur
membicarakan mengenai pembentukan kabinet “Persatuan Nasional”
yang terdiri dari anggota yang berasal dari spektrum politik yang luas.

11
Ide ini mungkin terlaksana jika Gusdur bebas memilih menteri-
menterinya. Gusdur berbicara penuh harap tentang kabinet yang
sedang ia rencanakan dan sambil menyebutkan nama 25 terbaik dari
menterinya. Pada pengumuman, kabinet itu menjadi gabungan yang
terlalu besar, terdiri dari berbagai kepentingan politik dan perorangan
bukan saja berbeda tetapi saling belawanan. Namun demikian, masih
ada menteri-menteri yang secara potensial memang baik.
Pada bulan November 1999, Gusdur berangkat untuk
mengadakan lawatan pertamanya ke berbagai negara. Ini adalah
rangkaian pertamanya keluar negeri sebagai presiden. Sebagaimana
kunjungannya itu, kali pertama mengadakan sejumlah pertemuan yang
telah diatur terlebih dahulu, ditambah kunjungan kenegaraan untuk
melengkapi rute perjalanannya. Dalam kunjungannya ke Amman di
Yordania dan Salt Lake City di Amerika Serikat, Gusdur juga
mengadakan kunjungan singkat ke negara ASEAN untuk
memperkenalkan dirinya dan pemerintahannya, kemudian diakhiri
dengan kunjungan di Tokyo dan Washington DC. Dalam
perjalanannya ke Yordania, Gusdur mengunjungi Kuwait dan Qatar.
Pada salah satu konferensi pers Gusdur di Salt Lake City, ia
mengungkit masalah KKN. Seminggu kemudian Menko Kesra Hamzah
Haz tiba-tiba mengundurkan diri. Perjalanan Gusdur ke luar negeri
yang dilakukan pada pertengahan Desember dengan tujuan Beijing
untuk membahas perekonomian Indonesia.
Salah satu perhatian besar Gusdur sebagai presiden adalah
membina sekelompok orang yang dipercayai untuk mengawas proses
reformasi dan pengelolaan negara. Tindakan resminya yang pertama
membubarkan dua departemen. Yang pertama adalah departemen
penerangan. Alasannya kehadiran departemen ini lebih banyak merugi
dari pada manfaatnya, baik oleh pendekatannya yang bersifat otoriter
terhadap pengendalian informasi dan oleh kebiasaan berurat akar
memeras uang dari penerbit media. Yang kedua ditutupnya
departemen sosial. Alasan yang diberikan adalah korupsi dan praktik

12
pemerasan telah sedemikian merasuki departemen sehingga
departemen ini tidak bisa direformasi dan kegiatannya harus dilakukan
oleh departemen lain. Penutupan departemen ini memang
kontroversial, apalagi berkaitan dengan departemen sosial dan
membuatnya kehilangan popularitas dikalangan tertentu.
Sekembalinya ke Jakarta dari kunjungan luar negerinya, Gusdur
mengambil tindakan yang menentukan dengan mengganti kepala
BPPN yaitu Glenn MS Yusuf, penggantian ini ia lakukan karena Glenn
mempunyai hubungan yang kuat dengan rezim orde baru. Bulan
selanjutnya, Gusdur berangkat ke London, Paris, Amsterdam, Berlin,
dan Roma. Dalam perjalanan pulang ia berkunjung ke New Delhi,
Seoul, Bangkok, dan Brunei. Bertujuan mendapatkan dukungan dari
Eropa baik secara ekonomi maupun politik, untuk pelaksanaan
reformasi di Indonesia.
Ketika berkunjung ke Eropa, Gusdur menyatakan bahwa Feisal
Tandjung dan Wiranto merupakan penghambat bagi reformasi. Hingga
Gusdur meminta kepada Menko Pertahanan Susilo Bambang
Yudhoyono untuk menyampaikan pesan kepada Wiranto segera
mengundurkan diri. Bujukan demi bujukan Wiranto kepada Gusdur,
namun Gusdur tetap mencabut Wiranto dari Menteri Pertahanan.
Dalam usahanya mereformasi militer dan mengeluarkan militer dari
ruang sosial –politik, Gusdue menemukan sekutu yakni Agus
Wirahadikusumah yang diangkatnya menjadi panglima kostrad pada
bulan Maret 2000. Pada Juli 2000, Agus membuka skandal melibatkan
Dharma Putra. Melalui Megawati, anggota TNI mulai menekan Gusdur
mencopot jabatan Agus. Gusdur mengikuti tekanan tersebut, tetapi
berencana menunjuk Agus sebagai kepala staf angkatan darat.
Petinggi TNI, merespon dan mengancam untuk pensiun, sehingga
Gusdur harus menurut pada tekanan tersebut.Pada akhir tahun 2000,
terdapat banyak elit politik yang kecewa kepada Gusdur, orang yang
paling menujukan kekecewaan yakni Amien Rais. Ia menyatakan
menyesal mendukung Gusdur sebagai presiden tahun lalu karena

13
gaya kepemimpinan Gusdur yang Spontan menimbulkan kontroversi.
Amin Rais mengumpulkan oposisi dengan meyakinkan megawati dan
Gusdur untuk meregangkan otot mereka. Namun Megawati tetap
mendukung gusdur, sementara Akbar tanjung menunggu pemilihan
umum legislatif tahun 2004. Pada akhir November 2000, 151 anggota
DPR menandatangani petisi yang meminta pemakzulan Gusdur.
Gusdur lalu mengunjungi Afrika Utara dan juga Arab Saudi untuk
naik haji. Gusdur melakukan kunjungan terakhirnya ke luar negeri
sebagai prsiden pada Juni 2001 ketika mengunjungi Australia.
B. Bidang Ekonomi
Pada Januari 2000, Gusdur pergi ke Davos, Swiss untuk
menghadiri forum ekonomi dunia. Ia juga berkunjung ke Arab Saudi
untuk meminta bantuan keuangan yang lebih besar bagi kepentingan
pemulihan perekonomian Indonesia. Pada tanggal 24 April 2000,
Gusdur dibawah tekanan untuk mereformasi tim ekonominya dan
memecat menteri industri dan perdagangan Jusuf Kalladari partai
Golkar, dan menteri BUMN, Laksamana Sukardi. Dalam pertemuan
tertutup dengan DPR, Gusdur mengatakan bahwa ia akan memecat
Laksamana Sukardi karena menterinya ini tidak mampu bekerja dengan
anggota-anggota timnya dan juga oleh karena ia merasa tidak senang
dengan pejabat-pejabat yang diangkat oleh Laksamana Sukardi. Bagi
Gusdur ini merupakan suatu kemalangan yang besar mengingat
Laksamana Sukardi sangat profesional dan berintegritas bahkan dalam
mengejar para koruptor.
Pada Januari 2000, Gusdur berkeinginan mengirimkan uang ke
Aceh untuk membantu kesejahteraan masyarakat agar mendukung
menegosiasi perdamaian Aceh berniat meminjam uang pada bulog.
Gusdur ingin meminjam uang tanpa berhubungan denganm DPR lebih
dahulu karena prosesnya makin lama dan sulit. Pada awal Mei 2000,
Gusdur mendapat kabar bahwa uang dalam jumlah empat juta dollar
AS telah hilang dari dana cadangan bulog. Suwondo adalah orang yang
pernah menjadi tukang pijat Soeharto dan Gusdur yang telah

14
mengambil uang tersebut. Suwondo mengaku bahwa ia mengambil
uang atas perintah khusus presiden. Namun Gusdur tidak pernah
mengaku bahwa memerintah kan Suwondo mengambil uang tersebut
dan sebagian uang tersebut dapat diperoleh walau Suwondo telah
menghilang. Dalam waktu bersamaan, terdapat skandal lagi, bahwa
Gusdur meminta bantuan ke negeri-negeri asing untuk berinvestasi di
Aceh. Pada bulan Februari, ia mengunjungi Brunei dan berbicara pada
sultan Brunei yaitu Hasanah Bolkiah mengenai keadaan Aceh, akhirnya
sultan Hasanah memberikan sumbangan pribadi sebanyak dua juta
dollar AS. Sultan Hasanah juga menginginkan tidak mengumumkan
kepada masyarakat dan mempercayakan kepada Gusdur untuk
mengurusnya. Kedua skandal tersebut disebut skandal Buloggate dan
skandal Bruneigate.
C. Bidang Sosial Budaya
Gusdur mempunyai daftar yang sangat panjang untuk di
pecahkan. Salah satunya adalah gerakan separatis di Papua Barat dan
memutus siklus kekerasan di Aceh. Gusdur mengadakan pertemuan
dengan pemimpin masyarakat Aceh dalam usahanya menegosiasi
suatu penyelesaian. Dalam menghadapi tuntutan diselegarakannya
refernedum, Gusdur menjelaskan bahwa yang ada dalam benaknya
bukanlah suatu referendum mengenai kemerdekaan melainkan bentuk
otonomi. Pada Desember, Gusdur berangkat ke Jayapura, Ibukota Irian
Jaya. Gusdur bertemu dengan pemimpin masyarakat dari segenap Irian
Jaya. Gusdur menyatakan penggantian nama Irian Jaya menjadi
Papua. Hal itu mendapat sambutan baik dari masyarakat.
Pada bulan Maret 2000, Gusdur berkunjung ke Timor-Timur. Di
Dilli ia disambut dengan hangat oleh Xanana Gusmao dan Jose
Ramoshorta. Gusdur berpidato tentang penyelesaian dan
kesediahannya mengenai kekerasan yang terjadi di Timtim. Gusdur
mengatas namakan Bangsa Indonesia memohon maaf atas kesalahan
yang telah terjadi. Ketika ia berbicara perlunya Indonesia dan Timtim

15
untuk menjalin hubungan baik dan bekerja sama sebagai sahabat,
komentarnya diterima dengan hangat sebagai hal yang tulus.
Pada Maret 2000, Gusdur mulai melakukan negosiasi dengan
Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Dua bulan kemudian, pemerintah
menandatangani nota kesepahaman dengan GAM hingga awal tahun
2001. Gusdur mengusulkan menetapkan TAP MPRS NO. XXIX/MPR/
1966 yang melarang Marxisme- Leninisme dicabut karena tidak relevan
lagi dikehidupan masa kini.
Pada bulan April 2000, terjadi demontrasi di Jakarta oleh laskar
jihad yang menuntut perdamaian di Ambon dan Maluku serta
mempermasalahkan pemerintah dan kelompok Kristen sebagai pihak
yang tidak berbuat apa-apa dalam kedamaian. Demonstrasi ini dipicu
semakin parahnya konflik antara orang Islam dengan orang Katholik di
Maluku. Laskar Jihad terbentuk pada tahun 2000 untuk menjalakan
perang sabil melawan Kristen. Laskar Jihad dipimpin oleh orang
Indonesia dari garis keturunan Arab (Hadrami) bernama Jafar Umar
Thalib Laskar Jihad yang dipimpin beranggotakan sekitar 3000 yang
ditempatkan di Maluku tahun 2000 sampai 2002. Laskar Jihad
mendatangi Maluku untuk menyelesaikan masalah, dan mereka
mendapat bantuan senjata dari militer. Laskar Jihad pun melakukan
serangan ke desa Kristen. Gusdur marah terhadap militer dan
memerintahkan untuk menghentikan aksi Laskar Jihad. Walaupun
Gusdur telah berusaha namun Laskar Jihad tetap gagal untuk
kekerasan Maluku. Gusdur membuka hubungan dengan Israel yang
menyebabkan kemarahan kaum Muslim Indonesia. Isu ini diangkat
dalam pidato Ribbi Awad duta besar Palestina untuk Indonesia. Isu lain
muncul keanggotaan Gusdur pada yayasan Shimon Peres.
Hubungan Gusdur dengan TNI semakin memburuk ketika Laskar
Jihad tiba di Maluku dan dipersenjatai oleh TNI. Laskar Jihad pergi ke
Maluku untuk membantu orang Muslimin dalam konflik dengan orang
Kristen. Gusdur meminta TNI menghentikan aksi Laskar Jihad, namun

16
mereka tetap berhasil mencapai Maluku dan dipersenjatai oleh senjata
TNI.
Pada September 2000, Gusdur menyatakan darurat militer di
Maluku karena kondisi disana semakin memburuk. Di Papua Barat,
Gusdur memperbolehkan bendera Bintang Kejora dikibarkan disana
asalkan berada dibawah Bendera Indonesia. Akibatnya Gusdur di kritik
oleh Megawati dan Akbar Tanjung karena hal ini. Pada Desember
2000, terjadi serangan bom terhadap gereja-gereja di Jakarta dan
delapan kota lainnya di seluruh Indonesia.
Gusdur mengeluarkan PP no. 6 Tahun 2000 tentang pemulihan
hak warga keturunan Tionghoa dalam hal keyakinan, tradisi dan
budaya. Gusdur mencabut Inpres No. 14 tahun 1967 yang melarang
semua bentuk ekspresi keagamaan adat Tionghoa dimuka umum.
Dengan adanya kebijakan tersebut, warga Tionghoa dapat berekspresi
sesuai dengan keyakinan, budaya dan tradisi. Pada tanggal 29 April
2001 Gusdur mengeluarkan keputusan presiden nomor 19/2001 yang
meresmikan Imlek sebagai hari libur Fukulatif (hanya berlaku bagi
mereka yang merayakan).

4.2 Kelebihan- Kelemahan Kebijakan Abdurrahman


Wahid
4.2.1 Kelebihan Kebijakan
Dari kebijakan yang dilakukan oleh Gusdur terdapat sebuah
kelebihan seperti menjungjung tinggi demokrasi dengan
memperbolehkan Irian Jaya merubah nama menjadi Papua dan
pemberian otonomikhusus bagi Aceh. Gusdur mereformasi
pemerintahan seperti pembubaran departemen penerangan dan sosial
serta penggantian para pejabat yang dianggap korup dan tak bekerja
dengan baik. Gusdur juga melakukan hubungan luar negeri dengan
baik baik negara ASEAN, Afrika, Amerika, dan Eropa untuk menujukan
eksistensi Negara Indonesia. Gusdur juga fokus terhadap perlindungan
serta pengakuan terhadap kaum minoritas seperti mengeluarkan PP no

17
6 tahun 2000 mengenai pemulihan hak sipil penganut agama Konghucu
dan menetapkan tahun baru Cina (Imlek) sebagai libur fakulatif. Gusdur
juga mengedepankan pluralisme dalam memerintah Negara Indonesia.

4.2.2 Kelemahan Kebijakan


Dari kebijakan yang dilakukan Gusdur dalam memerintah Negara
Indonesia sebagai presiden terdapat suatu kekurangan, yakni
mencopot menteri dan pejabat sehingga menimbulkan perbedaan
pendapat, memeprbolehkan pengibaran bendera Bintang Kejora
berkibar di Papua, tersandung masalah Bulogate dan Bruneigate, serta
mengeluarkan kebijakan yang kontroversial seperti pengumuman dekrit
pada 23 Juli 2001, yang berisi membekukan MPR dan DPR,
mengembalikan kedaulatan ketangan rakyat dan mengambil tindakan
serta menyusun badan yang diperlukan untuk menyelenggarakan
pemilu dalam jangka waktu satu tahun, menyelamatkan gerakan
reformasi total dari unsur-unsur orde baru dengan pembekuan Partai
Golkar sambil mengambil keputusan MK, untuk itu memerintahkan TNI
dan Polri untuk mengamankan langkah penyelamatan Negara Republik
Indonesia dan menyerukan kepada seluruh rakyat Indonesia untuk
tetap tenang serta menjalankan kehidupan ekonomi sosial seperti
biasa.

4.2.3 Lengsernya Abdurrahman Wahid


Pada pertemuan dengan rektor – rektor universitas pada 27
Januari 2001, Gusdur menyatakan kemungkinan Indonesia ke dalam
anarkisme. Ia mengusulkan pembubaran DPR jika hal tersebut terjadi.
Pertemuan tersebut menambah gerakan anti-Gusdur. Pada 1 Februari,
DPR bertemu untuk mengeluarkan nota terhadap Gusdur. Alasan
dikeluarkannya nota ini karena banyak elit politik dari anggota
DPR/MPR merasa kecewa dengan gaya kepemimpinan Guadur dalam
mengemukakan kebijakannya seperti memperbolehkan mengibarkan
bendera Bintang Kejora dan kondisi ekonomi yang tak membaik. Nota

18
tersebut berisi, diadakannya sidang khusus MPR dimana pemakzulan
presiden dapat dilakukan. Anggota PKB hanya bisa walk out
menanggapi hal tersebut karena hanya anggota Fraksi PKB yang tidak
setuju dengan nota tersebut. Nota ini juga menimbulkan protes disekitar
kantor regional Golkar. Di Jakarta, oposisi Gusdur turun menuduhnya
mendorong protes tersebut. Gusdur membantah tuduhan pendorong
demonstran dan pergi berbicara dengan demonstran di Pasuruan.
Namun, Demonstran NU terus menunjukan dukungan mereka kepada
Gusdur dan pada bulan April mengumumkan bahwa mereka siap untuk
mempertahankan Gusdur sebagai presiden hingga mati.
Pada bulan Maret, Gusdur mencoba membalas oposisi dengan
melawan perbedaan pendapat pada kabinetnya. Menteri kehakiman
dan HAM Yusril Ihza Mahendra di copot dari kabinet karena ia
mengumumkan permintaan agar Gusdur mundur. Menteri kelautan
Nurmahmudi Ismail juga dicopot dengan alasan berbeda visi dengan
presiden, berlawanan dalam pengambilan kebijakan, dan dianggap
tidak dapat mengendalikan Partai Keadilan, yang pada saat itu
masanya ikut dalam aksi menuntut Gusdur mundur. Dalam menghadapi
hal seperti ini Megawati mulai menjaga jarak dan tidak hadir dalam
inagurasi pergantian menteri. Pada 30 April, DPR mengeluarkan nota
kedua dan meminta diadakan sidang istimewa MPR pada 1 Agustus.
Gusdur mulai putus asa dan meminta menteri koordinator politik,
sosial, dan keamanan (Menko Polsoskam) Susilo Bambang Yudhoyono
untuk menyatakan keadaan darurat. Yudhoyono menolak dan Gusdur
memberhentikannya dari jabatan beserta menteri lainnya reshuffle
kabinet pada 1 Juli 2001. Pada 20 Juli, Amin Rais menyatakan bahwa
sidang istimewa MPR akan dimajukan pada 23 Juli. TNI menurunkan
40.000 tentara di Jakarta, dan juga menurunkan tank yang menunjuk
kearah istana negara sebagai bentuk penunjukan kekuatan.
Pada 23 Juli 2001, Gusdur mengumumkan dekrit yang berisi :
membekukan MPR dan DPR, mengembalikan kedaulan ke tangan
rakyat dan mengambil tindakan serta menyusun badan yang diperlukan

19
untuk menyelenggarakan pemilu pada jangka waktu 1 tahun,
menyelamatkan gerakan reformasi total unsur orde baru dengan
mebekuan Partai Golkar sambil menunggu keputusan MK. Untuk itu ia
memerintahkan TNI dan Polri mengamankan langkah penyelamatan
NKRI dan menyerukan kepada seluruh rakyat Indonesia untuk tetap
tenang serta menjalankan kehidupan sosial ekonomi seperti biasa.
Namun dekrit tersebut tidak memperoleh dukungan dan pada 23 Juli,
MPR secara resmi memakzulkan Gusdur dan menggantikannya
dengan Megawati.

4.2 Kebijakan Dan Pengaruh Pemerintahan Megawati Soekarno Putri


(2001-2004)
Megawati Soekarno Putri merupakan Presiden Indonesia ke-5.
Dengan Kabinet Gotong Royongnya Megawati memimpin Indonesia
selama 4 tahun lamanya menggantikan Abdurrahman Wahid. Dalam
kepemimpinananya Megawati mempunyai berbagai kebijakan
diantaranya:

4.2.1 Kebijakan Pemerintahan Megawati Soekarno Putri (2001-


2004)
1. Kebijakan di Bidang Politik
Salah satu permasalahan utama dalam pemerintahan Megawati
Soekarno Putri adalah kondisi Indonesia yang belum stabil. Pada saat
itu Indonesia sedang dalam krisis multi dimensional. Dimana, sebagian
krisis itu merupakan bagian dan kelanjutan dai krisis moneter, krisis
eknomi, krisis kepercayaan, krisis politik, dan krisis keamanan yang
telah melanda sejak tahun 1997. Sebagian lagi merupakan rangkaian
krisis baru, baik yang berasal dari dinamika kehidupan nasional di
dalam negeri, maupun imbas dari peristiwa-peristiwa global. Stabilitas
peerintah sangat diperukan untuk kemantapan dalam penanganan
masalah-masalah nasional. Untuk itu presiden Megawati Soekarno
Putri bersama anggota kabinet dan masyarakat bersama-sama guna

20
penanganan masalah-masalah nasional tersebut. Langkah awal yang
dilakukan salah satunya membangun tatanan politik baru, yaitu dengan
amandemen UUD 1945. Dengan selesainya amandemen keempat
UUD 1945, tugas pemerintah selanjutnya melakukan penyesuaian
seluruh ketentuan perundangan yang ada dengan muatan UUD1945
yang telah diamandemen. Di sisi lain pemerintah juga menyusun
peraturan perundangan yang belum dimiliki, agar amanat konstitusi
bisa dilasanakan dengan baik.
Dalam bidang politik, pemerintah bersama DPR telah menerbitkan
ketentuan peru ndang-undangan yang baru, serta menyiapkan
sejumlah ketentuan perundangan lain, seperti divisi UU No 22 Tahun
1999 tentang pemerintahan Daerah dan RUU tentang Mahkamah
Konstitusi. Ketentuan perundangan yang baru diterbitkan untuk
mengembangkan infrastruktur politik yang baru, antara lain, UU No 30
Tahun 2002 tentang partai politik, UU No 12 Tahun 2003 tentang
pemilihan umum, UU No 22 Tahun 2003 tentang susduk dan UU No 23
Tahun 2003 tentang pemilihan presiden dan wakil presiden. Tidak
hanya menerbitkan undang-undang yang baru, pemerintah juga
merealisasikan amanat UU bersangkutan melalui serangkaian
kebijakan.
Perubahan UUD 1945 ini juga memuat tentang adanya upaya
untuk menyetarakan lebaga-lembaga Negara, sehingga dapat
mekanisme check and balances yang lebih memadai, demi mendorong
demokratisasi lembaga-lembaga negara tersebut. Dalam pelaksanaan
pemilihan umum 2004 nanti merupakan agenda baru dalam politik
Indonesia. Indonesia mengalami beberapa kemajuan politik, karena
Indonesia melakukan pemilihan presideen dan wakil presiden secara
langsung oleh rakyat dan bertugas untuk masa jabatan yang pasti. Hal
ini diadopsi di dalam perubahan UUD 1945 menjadi presiden dan wakil
presiden dalam satu pasangan dipilih secara langsung oleh rakyat
dengan masa jabatan paling banyak dua periode. Melalui pemilihan
secara langsung, presiden dan wakil presiden terpilih akan memiliki

21
mandat dan legitimasi yang sangat kuat karena didukung oleh rakyat
yang memberikan suaranya secara langsung. Rakyat tidak lagi
menitipkan suaranya melalui MPR karena potensi distorasi yang sangat
mungkin terjadi. Dengan demikian sistem presidensial lebih mampu
memberikan garansi bagi stabilitas politik, basis bagi pembangunan
politik daripada sistem parlementer.
Penerapan tatanan baru, diawali dengan pengembangan sistem
kepartaian baru, sistem pemilihan umum yang baru, pemilihan presiden
dan wakil presiden secara langsung, reformasi birokrasi ditingkat pusat
maupun daerah, penataan ulang kelembagaan dan struktur organisasi
pemerintah, termasuk didalamnya penerapan sistem pengawasan dan
kontrol terhadap legislatif melalui mekanisme Pergantian Antar Waktu
(PAW). PAW atau Recall adalah hak partai untuk memberhentikan
anggotanya dari DPR. Dimasa lalu hak tersebut digunakan untuk
membungkam anggota dewan sehingga mereka cenderung tidak kritis
terhadap pemerintah. Dihidupkannya kembali PAW atau lembaga recall
ini agar anggota DPR terkendali dan tidak lepas dari kontrol partainya.
Lembaga ini digunakan untuk melindungi kepentingan masyarakat,
bukan diabdikan kepada kepentingan penguasa. Pemerintah juga
mendorong pelibatan masyarakat dalam proses pengembalian
keputusan, melalui lembaga-lembaga baru yang dibentuk, seperti
Komisi Penyairan Indonesia, Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi serta lembaga lainnya yang membuka peluang partisipasi
masyarakat secara aktif. Upaya-upaya itu dilakukan secara bertahap,
disesuaikan dengan kebutuhan maupun perkembangan.
Mekanisme Pergantian Antar Waktu (PAW) diatur lebih rinci pada
Undang-Undang No 22 Tahun 2003 tentang susunan kedudukan
anggota DPR, DPD, dan DPRD (UU Susduk). Pada UU Susduk, alasan
atau latar belakang PAW diperluas. Misalnya, seseorang tak lagi
memenuhi persyaratan sebagai anggota legislatif, melanggar kode etik
legislatif, diusulkan oleh partainya karena melanggar AD/ART partai,
termasuk tidak menghadiri rapat-rapat selama tiga bu;lan berturut-turut

22
tanpa alasan yang jelas. UU No 30 Tahun 2002 dan UU No 23 Tahun
2003 merupakan salah satu alat untuk mengontrol kinerja anggota
legislatif, apakah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi lembaga
legislatif atau tidak.

a. Persatuan dan Kesatuan Nasional


Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalh negara
kepulauan dan negara maritim. Hal ini berarti bahwa Indonesia sangat
rentan dengan adanya konflik antar daerah dan munculnya gerakan-
gerakan separatisme di daerah. Lepasnya Timor-Timur dari NKRI pada
tahun 1999 telah mendorong munculnya wacana pemisahan diri
disejumlah daerah. Ide pemisahan diri atau wacana mengenai
federalisme, tentu menimbulkan pro dan kontra. Hal ini dikhawatirkan
akan menimbulkan disintegrasi bangsa.
Untuk tetap mempertahankan negara kesatuan, pemerintahan
Megawati Soekarno Putri telah menentukan berbagai kebijakan, yaitu
pertama direalisasikan desentralisasi kewenangan yang dikenal dengan
sebutan otonomi daerah dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah
sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku. Kebijakan
pemerintah ini diatur dalam UU No 22 Tahun 1999 tentang otonomi
daerah dan UU No 25 Tahun 1999 tentang pembagian keuangan
antara Pusat dan Daerah. Otonomi daerah ini dibangun dengan tujuan
untuk memperkuat negara kesatuan Indonesia yaitu berkenaan dengan
pelimpahan hak, kewajiban, kewenangan dan tanggung jawab dalam
hal-hal tertentu yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Kebijakan kedua adalah mempercepat penyelesaian konflik antar
kelompok masyarakat yang marak terjadinya periode tahun 1998-2000.
Untuk menyelesaikan konflik itu, ditetapkan berbagai pendekatan, baik
bersifat politik, sosial, maupun kultural. Karena NKRI merupakan “harga
mati” maka pemerintah akan bersikap tegas terhadap siapapun yang
akan mengganggu kedaulatan maupun persatuan dan kesatuan

23
bangsa. untuk menyelesaikan konflik yang berkepanjangan di Aceh,
pemerintah menerapkan darurat militer dan menggelar operasi terpadu.
Megawati juga mengeluarkan beberapa kebijakan yang
menyangkut masalah disintegrasi bangsa dan aksi terorisme yang
terjadi di Indonesia. Kebijakan disintegrasi bangsa ini lebih diutamakan
kepada rakyat Papua. Wilayah Papua memiliki sumber daya alam yang
sangat kaya, sejauh ini banyak upaya-upaya untuk memisahkan Papua
dari NKRI. Disamping itu, wilayah Papua sangat luas, dengan
penduduk yang sangat terpencar-pencar, banyak terdapat suku-suku
yang tidak menutup kemungkinan terjadinya konflik antar suku. Bahkan
pemerintah menyadari, bahawa Papua memang rentan terhadap
pengaruh-pengaruh dari luar.
Menghadapi kasus ini (khususnya Papua) Megawati memberikan
kebijakan diantaranya:
1. Pemerintah menetapkan status otonomi khusus ke Propinsi
Papua
2. Menjaga integrasi dan kedaulatan bangsa dan Negara di
wilayah Papua
3. Menghadapi setiap aksi separatisme, menindak dan
memproses secara hukum para tokoh maupun anggota
kelompok separatisme
4. Membantu pengembangan infrastruktur, sarana dan prasarana
untuk mempercepat pembangunan dan mengejar ketertnggalan
5. Mendorong perusahaan-perusahaan yang beroprasi di Papua
menangbah alokasi dana pengembangan komunitas
6. Secara intens melakukan dialog guna menghindari salah
pengertian antara masyarakat dengan pemerintah, berkenaan
dengan kebijakan yang diterapkan.
Dengan adanya kebijakan diatas, dapat dijelaskan bahwa
Megawati menginginkan wilayah Papua tetap menjadi bagian dari
NKRI. Dengan melakukan otonomi daerah tersebut dimaksudkan
bahwa pemerintah mendorong para tokoh baik yang ada di

24
pemerintahan maupun diluar pemerintahan, untuk lebih mencurahkan
perhatian bagi percepatan pemangunan di wilayah Papua sesuai
dengan kondisi sosial dan budaya setempat.

b. Ideologi
Pemerintahan Presiden Megawati dan Wakil Presiden Hamzah
Haz merupakan koalisi partai dengan ideologi kebangsaan dan ideologi
islam kultural. Koalisi ini merupakan kombinasi ideal yang didukung
oleh kalangan luas. Duet Mega-Hamzah dengan dua garis ideologi
yang berbeda antara nasional dan islam kultural ini dalam sejarah
perpolitikan Indonesia kurang menunjukan saling percaya.
Ideologi nasional yang ditambahkan dari Presiden Megawati
memberikan idikasi untuk menjaga persatuan dan kesatuan serta
integrasi dan kedaulatan negara. Hal ini menyebabkan adanya
penyeragaman diseluruh daerah di Indonesia dan tidak diinginkan
otonomi daerah. Selain itu, terjadi sentralisasi dalam pemerintahan
tersebut. Tujuan dari sentralisasi ini untuk menjalin persatuan dan
kesatuan yang telah menjadi cita-cita bangsa Indonesia.
Ideologi agama, mengajak manusia pada kultus personal, merasa
paling benar (truth claim) dan menggunakan politisasi agama dalam
mempertahankannya. Dalam ideologi ini, derajat rasio sangat redah,
pemikiran mitologi memandang kebelakang tidak kedepan.
Kombinasi kedua ideologi ini dianggap tidak sesuai dengan
kondisi Indonesia pada saat itu. Disamping itu, Indonesia meruakan
negara kepulauan yang majemuk yang terdiri dari berbagai suku,
agama dan ras. Untuk menjadi bangsa yang modern dan dibangun
berdasarkan basionalisme baru yang agamis. Sebuah bangsa yang
mendasarkan logika modern tetapi menghargai perdebatanide yang
digali dari berbagai nilai/identitas dan berujung pada nalar keadaan
serta perdamaian.
Langkah selanjutnya adalah menguatkan kerangka, menegakkan
struktur dan memberdayakan sumber daya manusia secara luas.

25
Usaha ini diulai melalui kesadaran diri yang dikampanyeukan secara
terus menerus. Keberhasilan membangun nation building (upaya
kebangsaan) harus dilanjutkan membangun stat building (upaya
kenegaraan). Hal ini penting untuk memupuk kehendak bersama dalam
kerja-kerja pprioritas dan menjadi bagian penting dari historical block
yang harus direalisasikan untuk melahirkan masyarakat yang biadab.

c. Partai
Partai merupakan salah satu bagian penting dari sistem politik
baru yang kini tengah dikembangkan. Melalui partai politik, diharapkan
bisa tampil kedepan para pemimpin bangsa yang tidak saja memiliki
kemampuan, namun juga memiliki jiwa kenegarawan.
Kepemimpinannya tidak muncul begitu saja. Ia akan melalui suatu
proses yang panjang. Partai politik, merupakan wahana bagi
pembelajaran kepemimpinan dan jiwa kenegarawan seseorang.
Langkah awal dari pemerintahan Megawati tentan partai politik
adalah dengan melakukan revisi terhadap UU No 3 tahun 1999 menjadi
UU No 30 tahun 2002 tentang partai politik dan UU No 12 tahun 2003
tentang pemilihan umum anggo DPR, DPD, dan DPRD.

d. Keamanan
Keadaan Indonesia banyak dirundung masalah, terutama
mengenai keamanan dalam negeri. Selain masalah konflik Nanggroe
Aceh Darusallam dan sebagian Maluku, keamanan di Indonesia sedang
porak-oranda akibat munculnya aksi terorisme. Aksi ini merupakan
penyakit baru dalam wilayah Indonesia sepanjang sejarah. Aksi
pengeboman di Legian, Kuta Bali pada tanggal 20 Oktober 2002,
disusul dengan pengeboman Hotel George.W. Marriot Jakarta
merupakan awal adanya terisme. Kedua aksi pengeboman tersebut
yang menimbulkan kerugian bagi pemerintah secara material dan
berakibat puluhan orang tewas. Aksi terorisme ini telah menjadi
ancaman bagi bangsa Indonesia, untuk itu pemeritah berusaha untuk

26
melindungi segenap masyarakat yang ada di Indonesia dan melakukan
perlawanan terhadap terorisme.
Aksi teror ini berdampak pada Indonesia secara langsung,
misalnya pengeboman d Bali. Tidak hanya harta benda dan menelan
korban jiwa saja, melainkan telah menghancurkan citra Bali sebagai
kawasan wisata dunia. Penurunan kunjungan wisatawan, menimbulkan
dampak buruk bagi masyarakat yang selama ini menggantungkan
kahidupan pada pariwisata di Bali. Pemerintah juga dirugikan, karena
hilangnya devisa dari sektor pariwisata, dimana pariwisata di Bali
merupakan devisa tertinggi di Indonesia.
Dengan maraknya aksi terorisme yang telah terjadi di Indonesia,
Megawati pada tanggal 18 Oktober menerbitkan dua peraturan
pemerintah pengganti UU (perpu). Yaitu perpu No 1 tahun 2002 tentang
pemberantasan tindak pidana terorisme, serta perpu No 2 tahun 2002
tentang pemberlakuan pemerintah pengganti UU No 1 tahun 2002
tentang pemberantasan tindak pidana terorisme pada peristiwa
peledakan bom di Bali tanggal 12 Oktober 2002.

2. Kebijakan Dibidang Ekonomi


Keadaan ekonomi Indonesia pada masa pemerintahan Presiden
Megawati Soekarnoputri terus mengalami kemajuan. Secara riil
keadaan ekonomi masih belum sepenuhnya pulih, dan tingkat
pengangguran masih tinggi, namun dari sejumlah indikator ekonomi
makro tampak bahwa keadaan sudah menunjukkan tanda-tanda
membaik. Mengingat pertumbuhan ekonomi nasional yang terpuruk
pada lima tahun yang lalu akibat krisis ekonomi.
Kebijakan ekonomi telah dijalankan selama tiga tahun
memerintah. Masalah pokok dibidang ekonomi yang dihadapi kabinet
gotong royong sejak awal adalah tidak terkendalinya fluktuasi nilai tukar
rupiah, besarnya utang pemerintah dan belum tuntasnya penyehatan
perbankan nasional. Hal ini berdampak pada pengangguran dan
menurunnya tingkat pendapatan dan daya beli masyarakat. Kurangnya

27
dukungan prasarana, gangguan ketertiban dan keamanan serta ketidak
pastian hukum sangat mengurangi investasi. Untuk itu, pemerintah
melakukan langkah stabilisasi fiskal dan perbaikan ekonomi makro
serta memulihkan fungsi intermediasi perbankan.
Kebijakan Moneter yang ditempuh Bank Indonesia dalam
pengendalian inflasi adalah mengendalikan jumlah uang yang beredar.
BI juga memberikan indikasi konsistennya dalam melanjutkan kebijakan
tersebut. Pada akhir Juli 2003, base money tercatat sebesar Rp. 131,1
trilyun. Jauh dibawah target jumlah base money sebesar Rp. 135
trilyun. Dengan demikian, kebijakan moneter terkendali dan
memberikan jaminan terhadap tingkat harga-harga yang stabil.
Sepanjang kuartal kedua 2003, permintaan uang mengalami
sedikit kenaikan. Pertumbuhan itu termasuk uang giral dan uang kartal
dan mencapai pertumbuhan tertinggi yaitu 10,5 persen pada bulan Juli
2003. Peningkatan uang ini merupakan cerminan peningkatan
kepercayaan konsumen yang dipicu oleh ekspektasi inflasi yang makin
rendah. Sepanjang tahun 2003, kondisi makroekonomi stabil dan makin
rendah risiko investasi di Indonesia, sehingga membuat aliran modal
masuk ke Indonesia.
Melalui kebijakan tersebut, sampai akhir tahun 2003 gejolak nilai
tukar rupiah dapat ditekan dan indeks harga saham gabungan juga
menguat, diikuti turunnya inflasi dan suku bunga. Kemajuan ini
dilakukan dengan penerapan ekonomi makro yang sangat hati-hati.
Ada sejumlah faktor penting yang ikut mempengaruhi terus
menguatnya fondasi perekonomian Indonesia, yaitu kebijakan moneter
yang mampu menekan angka inflasi, pengelolaan hutang luar negeri
yang semakin baik dan terus menurunnya defisit Anggaran Pendapatan
Belanja Negara ( APBN ), dan tentu saja terus membaiknya stabilitas
politik dan keamanan.
Bank Indonesia terus melakukan berbagai upaya agar program
stabilisasi, agar makro ekonomi yang terus membaik terus ditingkatkan
lagi. Berbagai kebijakan dalam moneter yang diterapkan Bank

28
Indonesia, misalnya sistem lelang Sertifikat Bank Indonesia ( SBI )
Indonesia dilakukan secara regular. Disisi lain Bank Indonesia juga
terus mengupayakan suku bunga bank yang relatif rendah.
Pengendalian terhadap jumlah uang yang beredar dan tetap
dipertahankannya suku bunga yang relatif rendah, serta didukung
dengan relatif stabilnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing,
utamanya Dollar AS.
Disamping itu, Megawati Soekarnoputri terus berusaha dan
berupaya untuk mendorong dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Berbagai cara dan usaha telah ditempuh oleh pemerintah, salah
satunya, mendorong direalisasikannya investasi asing. Dengan
direalisasikannya investasi, dengan sendirinya terbuka kesempatan
kerja baru. Karena investasi merupakan lokomotif bagi pertumbuhan
perekonomian. Perlu diketahui, sejak terjadinya pengeboman di Bali
pada tanggal 12 Oktober 2002 telah menempatkan Indonesia sebagai
negara yang dinilai tidak kondusif untuk investasi. Banyak negara yang
memindahkan (relokasi) investasinya keluar Indonesia dengan alasan
keamanan. Hal ini telah memberburuk keadaan ekonomi Indonesia.
Untuk mendatangkan investasi ke Indonesia. BKPM dibawah komando
Theo Tumion melakukan promosi keluar negeri. BKPM telah
membandingkan fasilitas investasi yang diberikan Indonesia dengan
tujuh negara lainnya di Asia yaitu Malaysia, Filipina, Singapura,
Thailand, Vietnam, Korea Selatan dan Cina. Dalam hal pembebasan
pajak terdapat enam negara yang memberlakukannya, sedangkan yang
tidak memberikan fasilitas tersebut ada dua yaitu Indonesia dan
Vietnam. Akan tetapi, saat ini Indonesia memberikan fasilitas berupa
pajak Bumi dan Bangunanselama 8 tahun kepada investor yang
berinvestasi di kawasan Timur Indonesia. Selain itu, Indonesia juga
memberikan pembebasan bea masuk impor bahan baku sebesar 5
persen, pengurangan PPN (pajak pertambahan nilai) barang modal
sebesar 5 persen (tidak termasuk suku cadang) dan keringanan pajak
bagi perusahaan yang bergerak dibidang tertentu, dan wilayah tertentu

29
berupa pengurangan penghasilan netosebesar 30 persen dari jumlah
penanaman modal yang dilakukan selama 10 tahun.
Usaha lain yang juga harus dilaksanakan dari pemerintahan
Megawati Soekarnoputri untuk dapat memulihkan ekonomi adalah
penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi lain sebagai contoh
kebijakan imbal beli. Meskipun mengundang reaksi keras kalangan
DPR, Megawati Soekarnoputri berusaha memberikan penjelasan
seputar kebijakan yang diambil, akhirnya mereka mendukung kebijakan
Presiden. Kebijakan imbal beli dipilih untuk mendorong peningkatan
ekspor nonmigas di Indonesia.
Imbal beli atau imbal dagang, kini menjadi pilihan kebijakan
disejumlah negara berkembang termasuk Indonesia, menyusul
berbagai proteksi yang diterapkan negara-negara maju, terhadap
produk-produk yang dihasilkan negara tersebut. Berbagai subsidi,
seperti subsidi bunga untuk kredit ekspor, dan berbagai kemudahan
lain telah menjadikan produk-produk negara maju memiliki daya saing
tinggi dalam hal kualitas dan harga. Bagi Indonesia yang tengah
menghadapi krisis multidimensional, tidak memiliki dana cukup untuk
memberikan subsidi termasuk subsidi bunga untuk ekspor sebesar
subsidi yang diberikan negara maju, agar produk yang dihasilkan
memiliki daya saing tinggi.
Pemerintah menggalakkan model perdagangan imbal beli atau
imbal dagang dengan negara-negara lain khususnya negara
berkembang. Contohnya, pada imbal dagang dengan Libya, pemerintah
akan mengimpor minyak 50 ribu barrel per hari, minyak itu akan dibayar
dengan komoditas nonmigas Indonesia, termasuk furniture dan produk
manufaktur. Dengan pemerintah Thailand, Indonesia menawarkan
pesawat produksi PT dirgantara Indonesia, produk PT Inka dan produk-
produk lain seperti pupuk urea. Sedangkan dari Thailand akan diimpor
beras. Dengan melalui strategi imbal beli atau imbal dagang
pertumbuhan maupun volume ekspor terutama ekspor nonmigas terus
meningkat.

30
Kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar
minyak (BBM), tarif dasar listrik (TDL) dan tarif telepon bergulir
menimbulkan pro dan kontra sehingga merebak gelombang
demonstrasi menentang kebijakan pemerintah. Kebijakan pemerintah
ini dianggap menjerumuskan Indonesia dalam kubangan multidemensi
krisis, baik dalam bidang ekonomi, struktur kultur, sosial dan hukum.
Selain itu, kebijakan ini terkesan merugikan masyarakat dalam konteks
yang komprehensif dan dianggap sebagai pengkhianatan dan tercela
terhadap masyarakat Indonesia.
Pemerintah menyadari, bahwa kebijakan menaikkan harga BBM
tersebut tidak populis(memihak rakyat). Sikap keras pemerintah ini
kemudian mengubah kebijakan yang diambil yaitu dengan
menangguhkan pelaksanaan kenaikan dasar telepon dan menurunkan
harga BBM, sedangkan TDL tetap.
Kebijakan ini diambil dengan tujuan untuk menciptakan iklim
ekonomi yang sehat dan bertujuan untuk jangka panjang. Subsidi BBM
dan tarif dasar listrik dan telepon ini dialihkan ke subsidi pendidikan dan
pemberian sembako pada masyarakat yang masih berada pada garis
kemiskinan. Subsidi pendidikan ini dimaksudkan agar biaya sekolah
tidak mahal dan tinggi, sehingga semua kalangan masyarakat bisa
sekolah dan tidak hanya orang mampu saja yang bersekolah.
Seandainya semua masyarakat bisa sekolah dan mereka jadi pintar,
maka tingkat kebodohan dan buta huruf akan berkurang. Selain itu
peluang kerja bagi orang-orang pintar lebih banyak dan pengangguran
jadi berkurang. Sehingga dapat mewujudkan perekonomian yang lebih
mapan.

3. Kebijakan Dibidang Sosial


Sejak terpilih sebagai presiden, Megawati Soekarnoputri
menghadapi masalah yang sangat rumit terutama yang menyangkut
sosial yaitu kemiskinan. Krisis yang terjadi sejak pertengahan tahun
1997 kemudian diikuti dengan penutupan sejumlah pabrik dan

31
pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran telah menjadikan
angka kemiskinan di Indonesia melonjak. Akibat kemiskinan ini adalah
pengangguran semakin tinggi, tingkat kriminalitas tinggi dan pendidikan
tidak terjangkau oleh masyarakat dibawah garis kemiskinan.
Berdasarkan DataBadan Pusat Statistik, pada tahun 1998 jumlah
penduduk miskin mencapai 49,5 juta jiwa atau 24,23 persen dari jumlah
penduduk.
Empat tahun setelah Indonesia terpuruk dalam krisis ekonomi
menimbulkan pembengkakan beban utang yang berakibat pada
menciutnya anggaran untuk kesehatan dan pendidikan. Meningkatnya
jumlah pengangguran menjadikan Indonesia masuk kedalam daftar
negara yang miskin seperti Kamboja, Burkinanvaso, Ghana dan lain-
lain.
Ironisnya, kemiskinan dan penderitaan rakyat, dalam prakteknya
masih merupakan obyek pemerintah untuk mengambil utang luar
negeri, tanpa mengatasi kemiskinan secara mendasar. Penanganan
kemiskinan hanya diperlakukan sebagai proyek untuk aparat
pemerintah dan kroninya untuk mendapatkan keuntungan ekonomi
untuk melakukan korupsi dan kolusi.
Untuk menyikapi masalah tersebut, Megawati Soekarnoputri tidak
berbuat banyak. Namun demikian beliau tetap berusaha untuk
menyelesaikan dengan mengeluarkan kebijakan. Kebijakan-kebijakan
Megawati Soekarnoputri dalam menyelesaikan masalah kemiskinan
adalah program pengentasan kemiskinan. Pemerintah membentuk
Komite Penanggulangan Kemiskinan (KPK), sebuah lembaga antar
instansi pemerintah yang bertujuan untuk menanggulangi masalah
kemiskinan di Indonesia. Sebelumnya pemerintah mengeluarkan
beberapa program diantaranya Jaring Pengaman Sosial (JPS) serta
pemberdayaan dalam mengatasi dampak krisis ekonomi (PDM-DKE).
Dalam upaya menangani kemiskinan, pemerintah telah menyediakan
dana dalam jumlah besar yang berasal dari Anggaran Pendapatan
Belanja Negara (APBN).

32
alah satu strategi yang diterapkan dalam penanggulangan
kemiskinan adalah meningkatkan pendapatan dan mengurangi
pengeluaran kelompok masyarakat miskin dalam memenuhi kebutuhan
pokok sehari-hari. Dalam upaya meningkatkan pendapatan masyarakat
miskin, telah dilakukan serangkaian program dan kegiatan, antara lain
perluasan kesempatan dan peluang berusaha dengan dukungan
pembiayaan seperti dana bergulir, fasilitas kredit dengan bunga rendah
melalui perbankan dan bank perkreditan rakyat (BPR), dan sistem bagi
hasil melalui modal ventura dan bank syariah.
Sedangkan program pengurangan pengeluaran masyarakat
miskin, antara lain melalui Program Kompensasi Pengurangan Subsidi
BBM dengan dana Rp 4,4 triliun. Dana ini dialokasikan untuk
mendukung 26 jenis kegiatan, antara lain penyediaan beras murah,
penyediaan air bersih, pelayanan kesehatan, pendidikan, dana bergulir,
pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir, pengadaan kontrasepsi
dan penanggulangan kemiskinan.
Berbagai program untuk penanggulangan kemiskinan cukup
populer ditengah masyarakat. Misalnya, beras untuk rakyat miskin
(raskin) yang dijual perkilogram Rp 1.000,00 dan setiap kepala keluarga
mendapat jatah 20 kg setiap bulan. Di bidang kesehatan,
dikembangkan program Kartu Sehat, yaitu program pelayanan
kesehatan gratis kepada penduduk miskin. Pada setiap keluarga miskin
akan mendapat kartu Sehat yang bisa digunakan secara gratis di
Puskesmas atau rumah sakit. Pelayanan kesehatan yang dimaksud
meliputi pemeriksaan, obat-obatan bahkan rawat inap. Pemegang Kartu
Sehat juga akan mendapatkan vaksin hepatitis B, serta pelayanan
persalinan oleh bidan.
Program penanggulangan kemiskinan yang lain adalah
penyediaan kontrasepsi secara gratis untuk kelurga miskin. Krisis telah
mengakibatkan harga kontrasepsi semakin tidak terjangkau oleh
masyarakat. Tidak terjangkaunya harga kontrasepsi dikhawatirkan akan
menyebabkan pertumbuhan penduduk tinggi. Pemerintah juga

33
mengalokasikan dana penanggulangan kemiskinan untuk memperbaiki
infrastruktur, misalnya pembangunan jalan-jalan desa, fasilitas Mandi
Cuci dan Kakus, dan sebagainya.
Tingkat kemiskinan yang semakin tinggi ini, berakibat pada
pendidikan di Indonesia, yaitu mahalnya biaya pendidikan sehingga
tidak terjangkau masyarakat miskin. Mengingat pendidikan sangat
penting dan lembaga pendidikan diposisikan sebagai wahana untuk
memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa. Undang-Undang
mengamanatkan agar pemerintah termasuk pemerintah daerah
memberikan perhatian, antara lain dengan mengalokasikan dana yang
memadai, serta menjadikan pendidikan sebagai prioritas dalam
penyusunan anggaran. Pada UUD 1945 (yang telah diamandemen)
pasal 31 ayat 4 disebutkan bahwa negara harus memprioritaskan
anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta dari Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD) untuk memenuhi kebutuhan
penyelenggaraan pendidikan nasional.
Dalam bidang pendidikan, Megawati Soekarnoputri selaku
presiden telah melaksanakan amanat UUD 1945 tersebut. Pada APBN
2004, dialokasikan dana untuk sektor pendidikan dan pendidikan luar
sekolah. Sektor pendidikan menduduki peringkat teratas penerima
alokasi anggaran belanja pembangunan tahun 2004.

4. Kebijakan Dibidang Pemberantasan Korupsi


Permasalahan yang tidak kalah penting yang harus dihadapi oleh
pemerintahan Megawati Soekarnoputri adalah mengenai
pemberantasan korupsi. Korupsi merupakan warisan dari pemerintah
sebelumnya yang harus dihadapi dandihilangkan sampai keakar-
akarnya. Korupsi di Indonesia mempunyai seribu nyawa. Berulang-
ulang upaya pemberantasan korupsi dilakukan, sejak jaman Orde
Lama, Orde Baru sampai dengan Orde Reformasi. Berbagai aturan

34
dibuat, berbagai komisi untuk mengontrol perilaku korupsi didirikan
korupsi bukannya menghilang tetapi justru bertambah dan meluas.
Korupsi, merupakan satu persoalan serius yang tengah dihadapi
bangsa ini. Praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) telah mengakar
sedemikian rupa. Indonesia berada pada peringkat ke-6 negara paling
korup didunia. Bagi pemerintah , KKN adalah agenda utama yang
diprioritaskan. KKN adalah akar dari praktis semua permasalahan
bangsa yang sedang dihadapi dewasa ini. KKN tidak terbatas pada
mencuri uang, tetapi lambat laun juga merasuk kedalam mental, moral,
tata nilai dan cara berpikir. Daya rusaknya KKN sangat dasyat, karena
sudah menjadikan orang tidak normal lagi dalam sikap, perilaku dan
nalar berpikirnya.
Upaya pemberantasan korupsi tidak mudah, untuk
memberantasnya perlu mengenali tipologi dan jenis-jenis korupsi
dengan merumuskan kebijakan untuk menanggulangi penyebab pokok
korupsi. Megawati Soekarnoputri memiliki kebijakan resmi yang secara
efektif dapat mengurangi berbagai bentuk korupsi, yaitu:
a) Mengubah kebijakan yang mendorong orang atau memberikan
kesempatan terjadinya bagi korupsi.
b) Menata kembali struktur penggajian dan insentif yang berlaku
pada lembaga-lembaga administrasi dan birokrasi.
c) Mereformasi lembaga hukum untuk menciptakan dan kapasitas
penegakan hukum (law enforcement) dan memperkuat rule of
law.
Jika di era Abdurrahman Wahid diproduksi banyak tersangka,
Megawati Soekarnoputri banyak melakukan orasi keras tentang korupsi
dengan himbauan moral untuk tidak melakukan korupsi. Pada awal
pemerintahannya, Megawati Soekarnoputri menyatakan ikrar integritas
bahwa ia dan keluarganya berupaya untuk menutup peluang terjadinya
KKN. Meskipun dalam pemberantasan korupsi harus ada strategi yang
dilakukan secara bertahap , karena KKN sudah mengakar di Indonesia.

35
Untuk menyikapi masalah tersebut, Presiden Megawati
Soekarnoputri menunjuk perangkat baru untuk memberantas KKN,
yakni UU No. 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi. Pemberantasan Korupsi ini bukan semata-mata
masalah hukum, tetapi menyangkut aspek sosial, politik, ekonomi dan
budaya yang lebih luas lagi. Disamping itu diundangkan dan
diberlakukan UU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Pemerintah juga meningkatkan kegiatan Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP) sebagai auditor internal,
termasuk untuk audit bagi badan usaha milik negara dan daerah.
Presiden Megawati Soekarnoputri juga mengeluarkan Keppres
tentang pembentukan panitia seleksi calon pimpinan KPK. KPK adalah
komisi terakhir yang dibentuk pemerintah dalam upaya pemberantasan
korupsi. Pembentukan KPK(Komisi anti Korupsi) mempunyai
kewenangan luas dan independen. Konsekuensi dari terbentuknya
Komisi Anti Korupsi adalah melikuidasi Komisi Pemeriksa Kekayaan
Penyelenggara Negara (KPKPN) dan menjadi bagian dari KPK. Fungsi
KPKPN dan Komisi Anti Korupsi berbeda. KPKPN berfungsi sebagai
filter untuk mengawasi para penyelenggara negara terhadap
kemungkinan atau potensi korupsi sebelum maupun menjabat.
Sementara Komisi Anti Korupsi berperan setelah ada dugaan pidana
korupsi yamg dilakukan seorang penyelenggara negara.
Dengan demikian terdapat pembagian wilayah kerja antara
KPKPN dan Komisi Anti Korupsi. Pembagian wilayah kerja ini sangat
berpotensi menjadi pilar dalam membangun sistem pemerintahan yang
bersih dan berwibawa, sekaligus dapat mengurangi kemungkinan
terjadinya KKN.

5. Kebijakan Dibidang Hukum


Pada masa pemerintahan Megawati Soekarnoputri, supremasi
hukum belum begitu tercermin dengan baik, maka hasil yang dicapai
dalam rangka menangani masalahnya yang melandaIndonesia tidaklah

36
maksimal. Hakim dan petugas pengadilan bersifat korup, sulit
menemukan pejabat yang jujur dalam melakukan tugasnya. Secara
umum dapat dikatakan membangun kembali sistem peradilan sangatlah
diperlukan suatu pemerintahan yang reformis.
Reformasi bertujuan mewujudkan Indonesia yang lebih adil
terkesan mati. Agenda reformasi yang dicita-citakan semakin tidak
jelas, hal ini terlihat dari kecenderungan semakin menguatnya posisi
militer, tidak adanya kepastian hukum, serta semakin menguatnya
praktik-praktik korupsi, kolusi dan nepotisme dengan pelaku baru
hukum, serta semakin menguatnya praktik-praktik korupsi, kolusi dan
nepotisme dengan pelaku baru.Keadaan hukum Indonesia belum
menampakkan keadilan yang nyata, masih banyak pejabat-pejabat
tinggi negara yang melakukan kesalahan hukum misalnya KKN yang
terlepas dari jeratan hukuman. Kasus suap terus melanda dan
melancarkan dalam persoalan hukum. Untuk itu, kunci utamanya
adalah pembersihan terhadap peradilan terhadap kasus apapun, yaitu
mulai dari penataan dan pembersihan dikalangan hakim. Karena
hakimlah yang bertugas sebagai penjaga terakhir penegakan hukum.
Sebagai sub sistem dari sistem peradilan yang terpadu, hakim adalah ”
penjaga gawang” yang menentukan terjadi atau tidaknya penegakan
hukum dan keadilan. Untuk dapat melaksanakan tugas yang baik,
maka pemerintah memberikan kebijakan berupa kesejahteraan bagi
hakim.140Hal ini dimaksudkan agar lembaga peradilan tidak besifat
korup dalam menangani semua permasalahan di pengadilan.
Disamping itu lembaga peradilan merupakan kunci utama dalam
menegakkan hukum. Meskipun sub sistem yang lain dan perundang-
undangan kurang baik, tetapi hakimnya baik penegakan hukum dan
keadilan akan baik juga.
Selama ini perilaku KKN di pengadilan terutama penyuapan sering
terjadi dan tawaran tersebut sangat menggiurkan para hakim. Akan
tetapi, apabila hakim sudah dipersiapkan dengan baik maka tawaran
tersebut akan ditolak. Dengan demikian pemerintah melakukan

37
kebijakan reformasi dibidang hukum, salah satunya penataan dan
pembersihan hakim serta diikuti dengan meningkatkan kesejahteraan
hakim.
Pemerintah dalam menegakkan keadilan melakukan reformasi
total dalam bidang hukum, terutama di lembaga legislatif, eksekutif,
yudikatif, lembaga peradilan dan institusi hukumsendiri. Karena
disinilah letak permasalahan dalam menegakkan supremasi hukum di
Indonesia. Langkah-langkah yang dilakukan pemerintah dalam
menjalankan supremasi hukum yang benar adalah dengan
memperbaiki institusi aparat penegak hukum dalam sistem rekruitmen
(seleksi), testing dan persyaratan menjadi aparat penegak hukum yang
baik, program pelatihan secara konsisten dan memberikan bekal etika
profesi hukum secara bertahap serta kontinu sampai tercipta aparat
penegak hukumyang profesional. Selain itu sistem administrasi yudisial
dan manajemen peradilan diperbaiki dengan cari orang dari disiplin ilmu
yang lain.
Untuk mengatasi masalah kekacauan hukum agar krisis tidak
semakin berlarut-larut, kebijakan yang diambil adalah:
1. Merumuskan konsep reformasi hukum secara menyeluruh
2. Melakukan pengkajian terhadap ketentuan perundangan yang
berlaku, revisi dan pembaharuan ketentuan perundangan yang
tidak relevan, seperti revisi Kitab Undang Undang Hukum
Pidana
3. Menerbitkan sejumlah ketentuan perundangan yang baru guna
menghindari kekosongan hukum, seperti Undang Undang
Money Loundering dan Undang undang Antiterorisme, Undang
Undang Advokat.
4. Melakukan pembaharuan dan menyiapkan revisi atas ketentuan
perundangan guna mengoptimalkan peran dan fungsi para
pelaku hukum, seperti Undang Undang Kepolisian, Undang
Undang Pemasyarakatan, Undang Undang Kehakiman dan
Undang Undang kejaksaan.

38
5. Menyelesaikan masalah-masalah pelanggaran hukum dimasa
lalu, percepatan penyelesaian hukum di daerah bekas konflik
dengan mengirimkan bantuan tenaga hakim dan jaksa.
6. Menyiapkan ketentuan perundangan baru, guna peningkatan
perlindungan dan penegakkan HAM, seperti RUU tentang
Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi.
7. Membentuk badan-badan ad hoc guna mendukung optimalisasi
penegakan hukum, seperti Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi.
8. Mengembangkan dan meningkatkan kapasitas lembaga
peradilan khusus seperti Pengadilan Tata Usaha Negara dan
Pengadilan Niaga, Pengadilan HAM.
9. Peningkatan kapasitas lembaga pengkajian masalah hukum di
perguruan tinggi, lembaga non pemerintah maupun instansi
pemerintah.
10. Menyiapkan dan menerbitkan ketentuan perundangan tentang
HAM, sebagai petunjuk pelaksanaan ketentuan perundangan
yang ada, misalnya PP tentang Perlindungan Saksi, PP tentang
Rehabilitasi, Restitusi dan Kompensasi.
11. Peningkatan kapasitas kelembagaan di Komisi Nasional Hak
Asasi Manusia, mengangkat Sekretaris Jenderal yang baru
serta mengisi formasi staf dan pejabat struktural yang
diperlukan, serta dukungan pembiayaan bagi pengoperasian
Komnas HAM.
Intinya adalah kebijakan-kebijakan Megawati Soekarnoputri
merupakan rencana atau tindakan sebagai seorang presiden dalam
menyelesaikan suatu masalah. Kebijakan Megawati Soekarnoputri
dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu bidang politik, Megawati
Soekarnoputri dalam menjalankan pemerintahan dengan melakukan
kebijakan politik diantaranya menjaga persatuan dan kesatuan nasional
sebagai wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang harus
dijaga integritas dan kedaulatannya yaitu salah satunya dengan

39
otonomi daerah, pengembangan sistem kepartaian baru, sistem pemilu
yang baru dengan pemilihan presiden dan wakil presiden secara
langsung dalam satu pasang untuk masa jabatan yang pasti., reformasi
birokrasi ditingkat pusat maupun daerah dan melawan serta menentang
aksi terorisme yang terjadi akhir-akhir ini. Kebijakan ekonomi yaitu
mendorong pertumbuhan ekonomi salah satunya dengan investasi dan
menerobos ekspor dengan politik imbal beli. Bidang sosial, program
pengentasan kemiskinan dengan membentuk Komite Penanggulangan
Kemiskinan. Selain itu relokasi anggaran APBN kesektor pendidikan
agar pendidikan terus meningkat dan tingkat buta huruf terus menurun.
Bidang Hukum adalah yang dilakukan dengan reformasi hukum secara
menyeluruh pada sistem hukum dan penegakkan hukum. Dalam upaya
reformasi hukum ini, pemerintah melakukan revisi berbagai ketentuan
perundangan dan menerbitkan banyak ketentuan perundangan yang
baru.

4.2.2 Pengaruh Megawati Soekarno Putri


1. Pengaruh pemerintahan Megawati Soekarnoputri di Bidang Politik
Pengaruh pemerintahan Megawati Soekarnoputri dalam bidang
politik adalah perubahan politik Indonesia yang ditandai oleh
merebaknya perpecahan serta konflik internal yang dihadapi oleh
sejumlah partai politik. Dewasa ini perubahan politik Indonesia diwarnai
oleh merebaknya persaingan elite partai, namun dinamika itu memiliki
karakter yang sangat berbeda dengan dinamika sebelumnya. Bila pada
masa sebelumnya, persaingan elite itu diikuti oleh eskalasi peningkatan
mobilisasi massa pada tingkat grassroot. Sebaliknya dinamika politik
saat ini cenderung lebih bersifat eletis. Pada masa pemerintahan
Megawati Soekarnoputri, konflik-konflik dan gerakan separatis yang
terjadi di beberapa daerah sudah mulai surut. Hal ini tidak terlepas dari
kebijakannya memperkuat kebangsaan Indonesia dengan melakukan
hubungan damai dalam forum internasional. Dalam upaya
menanggulangi gerakan separatis di Aceh dan Papua pemerintah

40
memberikan otonomi khusus dan disepakati UU otonomi khusus.
Dengan otonomi khusus dari pusat ke daerah ini, dapat memberikan
kepercayaan terhadap daerah untuk mengelola sendiri dan pemerintah
pusat hanya memantau saja. Secara tidak langsung otonomi khusus ini,
membawa keuntungan bagi pemerintah, karena pemulihan ekonomi,
politik dan sosial serta keamanan dapat dikendalikan secara kesadaran
sendiri.
Perubahan politik itu merupakan dampak dari konflik internal
partai yang tidak terkendali yang menimbulkan perpecahan partai dan
pertikaian elit politik. Hal ini hampir dihadapi oleh seluruh partai politik
yang memenangkan perolehan suara pada pemilu 1999 yang
membawa ketidakpastian politik dan perkembangan demokrasi.
Dampak dari konflik internal itu adalah konflik internal partai itusemakin
memperbesar kehadiran partai politik. Konflik internal partai di tengah
ketidakpastian politik yang dihadapi Indonesia saat ini juga akan
berpengaruh terhadap konflik eksternal yaitu ketegangan hubungan
dengan partai politik lainnya. Hal tersebut pada akhirnya akan
mempengaruhi dinamika politik dalam parlemen yaitu pembentukan
koalisi lintas fraksi dari kekuatan-kekuatan politik, namun sangat rentan
terhadap perpecahan. Lemahnya koalisi lintas fraksi dari kekuatan-
kekuatan politik diparlemen sangat mempengaruhi kinerja
pemerintahan untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang
substansial. Ditengah ketidakpastian politik semacam itu, implementasi
suatu kebijakan pemerintah sangat mudah terkendala oleh hasil
kompromi politik ataupun manuver politik yang pada akhirnya dapat
melemahkan tujuan kebijakan atau program-program pemerintah.
Sidang Tahunan MPR 1-11 Agustus 2002 telah melakukan perubahan
UUD 1945 dan sekaligus menuntaskan reformasi konstitusi.
Amandemen UUD 1945 membawa pengaruh yang besar dalam
perpolitikan dimasa pemerintahan Megawati Soekarnoputri. Indonesia
telah mengalami perubahan bahwa Indonesia telah menganut sistem

41
presidensialisme murni, yang pemilihan presiden secara langsung oleh
rakyat dan presiden bertugas untuk masa jabatan yang pasti.
Amandemen UUD 1945 berpengaruh pada lembaga Legislatif
(MPR). MPR kini bukan lagi lembaga powerful, dan bukan lembaga
yang Superbody, dan bukan lembaga tertinggi negara yang hanya ada
di negara komunis. MPR kini hanya menjadi lembaga tinggi negara.
Dari sisi status kelembagaan, MPR sama dengan posisi lembaga
presiden, DPR ataupun Mahkamah Agung. MPR tidak lagi memilih dan
memecat presiden. Presiden ditetapkan untuk dipilih secara langsung..
MPR juga tidak membuat Garis Besar Haluan Negara. Karena presiden
bukan lagi mandataris MPR, tidak ada keharusan presiden untuk
menjalankan kemauan politik MPR.
Selain itu, pengaruh pemerintahan Megawati Soekarnoputri
dibidang politik adalah kedudukan presiden setelah dilakukan
Amandemen UUD 1945 sangat kuat. Pada saat Megawati
Soekarnoputri mengambil kebijakan ekonomi dengan menaikan BBM,
tarif dasar listrik dan telepon ini menjadi permasalahan kearah politik.
Secara serentak di kota-kota besar diseluruh Indonesia menentang dan
menolak kebijakan ini, karena dianggap merugikan masyarakat kecil.
Aksi ini menuntut Megawati Soekarnoputri dan Hamzah Haz untuk
turun dari jabatannya serta menjatuhkan pemerintahan Megawati
Soekarnoputri ditengah jalan sebagaimana yang dialami oleh
pemerintahan sebelumnya yaitu pada masa Presiden Abdurrahman
Wahid. Aksi demontrasi itu berkembang menjadi tekanan politik yang
dimanfaatkan untuk menjatuhkan pemerintahan Megawati-Haz. Akan
tetapi hal ini tidak dapat terjadi karena proses konstitusional untuk
menjatuhkan Megawati Soekarnoputri tidak sesederhana proses politik
dalam menjatuhkan Presiden Abdurrahman Wahid. Dengan perubahan
UUD 1945 proses pergantian presiden dan wakil presiden sebelum
masa jabatan berakhir tidak bisa dilakukan, terkecuali karena adanya
pelanggaran terhadap negara. Misalnya penghianatan terhadap
negara, korupsi, kriminalitas tingkat tinggi dan perbuatan tercela.

42
Setelah dilakukan perubahan konstitusi MPR tidak lagi menjadi
lembaga tertinggi Negara yang bisa sewaktu-waktu dapat
menghentikan presiden. Presiden sendiri tidak lagi sebagai mandataris
MPR.
Kebijakan ekonomi dengan menaikkan BBM, tarif dasar listrik dan
telepon ini dapat menjadi permasalahan politik. Karena pemerintahan
Megawati Soekarnoputri dan Hamzah Haz kurang dapat membaca
situasi politik. Kebijakan ini dapat menjadi ranjau bagi kepemimpinan
politik Megawati-Haz, karena kebijakan yang sangat tidak popular ini
baru diambil pada awal tahun 2003. Dimana pada tahun ini, merupakan
kredibilitas seorang pemimpin sangat dibutuhkan untuk mempersiapkan
pemilihan umum 2004. Dengan mengambil kebijakan ini, tanpa disadari
oleh Megawati Soekarnoputri dapat dimanfaatkan banyak politisi lain.
Tujuannya mencari cacat politik pada kepemimpinan Megawati
Soekarnoputri dan berusaha untuk menjegal pada pemilu 2004. Karena
apa? Karena Megawati Soekarnoputri selain sebagai presiden adalah
seorang pemimpin Partai besar dan berkekuatan massa yang besar
pula. Sangat sulit untuk dilumpuhkan manuver politiknya. Dengan
melihat titik lemah Megawati Soekarnoputri ini, kredibilitasnya sebagai
pemimpin akan turun, rakyat yang dulunya mengelu-elukan menjadi
tidak simpati lagi. Bahkan banyak pendukungnya kecewa dengan
kebijakan yang diambil oleh Megawati Soekarnoputri. Kekecewaan
pendukung Megawati ini kemudian dimanfaatkan oleh lawan politiknya
untuk dirangkul dan diajak untuk melakukan perlawanan terhadap
pemerintah. 152 Perlawanan ini lebih untuk menurunkan pamor
Megawati Soekarnoputri dan mencari figur pemimpin yang baik dan
untuk kepentingan tertentu. Sehingga pada pemilu 2004 Megawati
Soekarnoputri, seorang pimpinan partai besar dan berkekuatan massa
yang besar kalah dalam pemilu dan mengembalikan jabatannya
sebagai presiden. Dengan demikian jabatan presiden untuk Megawati
Soekarnoputri hanya sampai tahun 2004 saja, ini berarti hanya
melanjutkan pemerintahan sebelumnya saja.

43
2. Pengaruh Pemerintahan Megawati Soekarnoputri di Bidang
Ekonomi
Pengaruh dari kebijakan yang dilakukan oleh Megawati
Soekarnoputri dalam bidang ekonomi adalah meningkatnya
pertumbuhan ekonomi pasca krisis moneter. Krisis moneter yang terjadi
sejak tahun 1997 silam membuat Indonesia dalam keterpurukan
ekonomi. Semenjak pemerintahan Indonesia dibawah pemimpin
Megawati Soekarnoputri Indonesia tidak lagi dalam kondisi krisis, dan
perekonomian sudah membaik. Pertumbuhan ekonomi secara bertahap
terus meningkat yaitu pada tahun 2003 mencapai 4,60 persen lebih
tinggi jika dibandingkan dengan tahun 2002 yang mencapai 3,66
persen. Pertumbuhan ekonomi tersebut berpengaruh terhadap keadaan
ekonomi makro yang stabil. Inflasi merendah, kurs rupiah stabil, tingkat
suku bunga SBI menurun, cadangan devisa naik, indeks bursa saham
menguat. Laju inflasi tahun 2003 mencapai 3, 05 persen, tahun 2002
sebesar 6,74 persen, dan tahun 2001 sebesar 8,85 persen. Kestabilan
ekonomi makro juga ditunjukkan dengan perkembangan nilai tukar
rupiah yang cenderung menguat. Sampai minggu keempat Oktober
2003, rata-rata nilai tukar rupiah berada pada level Rp 9.528,00 / US$.
Sementara itu, posisi base money sampai minggu keempat oktober Rp
140,1 triliun sedangkan cadangan devisa US$ 34,740 miliar.(lihat
lampiran 3, gambar 1-5)
Kondisi ekonomi-moneter yang cukup stabil tersebut telah
mengindikasikan bahwa proses pemulihan ekonomi membaik. Melihat
peningkatan kegiatan ekonomi tersebut, kebijakan moneter secara
konsisten akan mengarahkan pada upaya penyerapan likuidasi dengan
mempertahankan level suku bunga SBI pada tingkat yang kondusif,
dengan usaha perbaikan dan pengelolaan berhati-hati serta
mempertimbangkan pencapaian inflasi jangka menengah- panjang.
Aksi terorisme yang hangat dan menjadi sorotan publik baik
Indonesia maupun di negara lain seperti Amerika dan Australia ini

44
sangat menakutkan, dan dianggap sebagai ancaman warga. Untuk itu
banyak investor yang mengurungkan niatnya untuk menanam investasi
ke Indonesia. Meskipun demikian, pemerintah langsung tanggap
mengenai iklim investasi yang menurun. Usaha-usaha pemerintah
untuk menarik para investor ke Indonesia seperti yang dijelaskan pada
bab sebelumnya telah membuahkan hasil.
Keadaan investasi menunjukkan peningkatan yang berpengaruh
pada perbaikan ekonomi Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari angka nilai
persetujuan investasi penanaman modal asing dan dalam negeri yang
terus meningkat pada tahun 2003 jika dibandingkan pada tahun 2002.
Nilai persetujuan Investasi PMA periode Januari-Desember 2003
mencapai 13,20 miliar dolar AS dengan 1.024 proyek, sedangkan pada
tahun 2002 sebesar 9,79 miliar dollar AS dengan dengan jumlah proyek
1.151 proyek. Dan untuk nilai persetujuan investasi PMDN 2003
sebesar Rp 48,48 triliun dengan jumlah proyek 181 proyek,
sedangkandi tahun 2002 sebesar Rp 25,23 triliun.
Peningkatan ini terjadi karena kondisi ekonomi makro membaik
dan adanya upaya-upaya pemerintah untuk memperbaiki iklim
investasi, seperti program-program dalam white paper (Instruksi
Presiden No. 5 Tahun 2003 tentang paket kebijakan ekonomi
menjelang dan sesudah berakhirnya program kerjasama IMF). Selain
nilai persetujuan investasi BKPM juga mengeluarkan data mengenai
izin usaha tetap (IUT) PMA dan PMDN periode Januari-Desember
2003. IUT merupakan izin usaha yang riil karena dengan IUT investor
sudah beroperasi secara komersiil.
Dari data BKPM, untuk proyek baru tahun 2003, nilai persetujuan
investasi PMA tahun 2003 sebesar 5 miliar dollar AS dengan 879
proyek. Tahun 2002, untuk proyek baru nilai persetujuan investasi PMA
sebesar 4,29 miliar dollar AS dengan 1.022 proyek. Sedangkan PMDN,
nilai persetujuan investasi proyek baru tahun 2003 mencapai Rp 41, 98
triliun dengan 150 proyek, dan tahun 2002 nilai persetujuan investasi
untuk proyek baru mencapai Rp 12, 43 triliun dengan 162 proyek.154

45
Kebijakan pemerintah untuk meringankan beban ekonomi rakyat
secara perlahan telah membuahkan hasil. Jumlah penduduk miskin
terus berkurang. Pada tahun 2000, berdasarkan hasil Survei Sosial
Ekonomi Nasional ( SUSENAS) yang mencatat secara rinci
pengeluaran konsumsi rumah tangga diseluruh Indonesia, tercatat 19,1
% atau 38,7 juta penduduk yang masih miskin. Survei kembali
dilakukan pada tahun 2003, kecuali di Provinsi Nanggroe Aceh
Darrussalam, Maluku, Maluku utara dan Papua dikarenakan
pertimbangan keamanan, hasil sementara tercatat 17,4 % atau sekitar
37,2 juta penduduk yang masih hidup dibawah garis kemiskinan.
Disisi lain, pemerintah yang dijalankan oleh Megawati
Soekarnoputri merupakan lanjutan dari pemerintahan sebelumnya yang
juga masih meninggalkan warisan perekonomian yang bobrok akibat
krisis moneter. Secara keseluruhan, keuangan negara mengalami
kesulitan. Tidak banyak alternatif lain yang lebih baik untuk dipilih oleh
pemerintah. Dengan sangat terpaksa pemerintah secara bertahap
harus menaikkan tarif dan harga beberapa jenis barang, misalnya
harga BBM dan tarif listrik. Kebijakan yang tidak populer ini
dimaksudkan untuk memulihkan iklim ekonomi yang lebih sehat. Akan
tetapi kebijakan ini sangat berpengaruh terhadap masyarakat Indonesia
khususnya masyarakat golongan menengah kebawah.
Kebijakan pemerintah ini menuai aksi protes dari masyarakat
diseluruh penjuru tanah air. Mereka tidak menyetujui kebijakan yang
diambil oleh pemerintah, karena dirasa memberatkan kondisi
perekonomian warga. Banyak terjadi aksi demontrasi atas naiknya
harga BBM, tarif listrik dan telepon yang melambung tinggi. Dari sisi
geografis, aksi itu terjadi hampir disemua kota besar diseluruh
Indonesia. Dari sisi partisipasi aksi protes, hampir semua kalangan
terlibat. Tidak hanya buruh dan mahasiswa yang memang menjadi
pemain utama aksi protes, tetapi para ibu rumah tangga sampai
pengusaha juga ikut terlibat.

46
Krisis ekonomi yang telah melanda Indonesia sejak tahun 1997
telah banyak memberikan pelajaran bagi rakyat Indonesia.
Ketidakpercayaan rakyat terhadap pemerintah semakin menambah
persoalan rumit yang harus segera diselesaikan. Kerusuhan-kerusuhan
terjadi disetiap daerah diwilayah Indonesia ini hanya karena masalah
perekonomian yang makin memburuk. Pemerintah satu-satunya
harapan rakyat yang dapat diandalkan untuk dapat dengan segera
memulihkan ekonomi hanya berupa janji semata.

3. Pengaruh Pemerintahan Megawati Soekarnoputri di Bidang Sosial


Pengaruh pemerintahan Megawati Soekarnoputri dalam bidang
sosial adalah menurunnya tingkat kemiskinan di Indonesia. Ini berarti
proses pengentasan kemiskinan yang menjadi prioritas pemerintah
telah membuahkan hasil meskipun belum maksimal. Salah satu indikasi
dari keberhasilan program ini adalah mulai meningkatnya daya beli
masyarakat, sehingga ikut mendorong pertumbuhan ekonomi.
Jumlah penduduk yang miskin secara bertahap berkurang.
Berdasarkan survei Sosial Ekonomi Nasional (susenas) pada tahun
2000, jumlah penduduk miskin di Indonesia 19,7 persen atau 38,7 juta
jiwa. Pada tahun 2002, berdasarkan data Badan Pusat Statistik, jumlah
penduduk miskin turun menjadi 38,4 juta jiwa atau 18,20 persen. Angka
kemiskinan terus menurun. Survei Sosial Ekonomi Nasional yang
diselenggarakan pada tahun 2003, meyebutkan bahwa jumlah
penduduk miskin dari 26 propinsi ditambah empat kota yang menjadi
cakupan Susenas, tercatat 17,4 persen atau sekitar 37,4 juta jiwa.157
Dengan demikian program penentasan kemiskinan sedikit
berhasil, meskipun tidak maksimal. Hal ini dikarenakan besarnya
jumlah penduduk di Indonesia sementara keadaan pemerintah sangat
terbatas. Keadaan ini tidaklah membuat pemerintah untuk berputus asa
dengan keberhasilan yang tidak maksimal ini, justru menjadikan
motivasi oleh pemerintah untuk terus berusaha demi rakyat Indonesia.

47
Penanggulangan kemiskinan merupakan prioritas utama dalam
setiap program pembangunan karena kemiskinan menyangkut harkat
dan martabat manusia sehingga harus segera diatasi. Arah dan
kebijakan program penanggulangann penduduk miskin sangat terkait
dengan pemberdayaan rakyat, khususnya yang berpendapatan rendah
dan tinggal di pedesaan. Sejak terjadi krisis ekonomi, benyak terjadi
pemutusan hubungan kerja secara besar-besaran, akibatnya terjadi
pengangguran. Hal ini mendorong masyarakat untuk kembali ke
kampung halaman yang sebagian besar berasal dari pedesaan. Mereka
umumnya bekerja sebagai petani yang berpenghasilan tidak tetap dan
rendah. Pendapatan penduduk yang sebagian rendah ini menyebabkan
tabungan nasional sangat kecil dan berakibat investasi rendah.
Investasi yang tidak tumbuh berdampak pada penciptaan lapangan
pekerjaan yang sedikit dan pengangguran tinggi. Untuk itu program
pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan harus diperjuangkan,
karena berpengaruh terhadap ekonomi negara yang rendah, investasi
menurun yang berdampak pada pengangguran tinggi dan tingkat
kemiskinan semakin tinggi pula.
Masalah lain yang tidak kalah penting adalah masalah pendidikan
di Indonesia yang semakin mahal dan tidak terjangkau oleh
masyarakat. Seiring dengan upaya program pengentasan kemiskinan
termasuk didalamnya program pemberdayaan ekonomi, persentasi
penduduk yang masih buta huruf terus menurun dari 10,1 persen pada
tahun 2000 menjadi 8,8 persen pada tahun 2003. Hal ini berarti bahwa
pendidikan masih bisa dijangkau oleh masyarakat. Angka partisipasi
Sekolah (APS) baik untuk penduduk usia SD maupun penduduk usia
SLTP juga menunjukkan kenaikan. Selama periode 2000-2003 APS
penduduk SD meningkat dari 95,5 persen menjadi 96,0 persen dan
APS penduduk usia SLTP meningkat dari 79,6 persen menjadi 81,5
persen. Mengingat demikian pentingnya peranan pendidikan bagi
tujuan pencerdasan bangsa, pemerintah mengesahkan Undang

48
Undang Pendidikan Nasional yang baru, yang disesuaikan dengan
tingkat kemajuan dan perkembangan dunia pendidikan.

4. Pengaruh Pemerintahan Megawati Soekarnoputri di Bidang


Korupsi
Permasalahan yang paling rumit yang harus dihadapi oleh
pemerintahan Megawati Soekarnoputri adalah pemberantasan korupsi.
Krisis ekonomi yang terjadi pertengahan tahun 1997 ini disebabkan
meluasnya KKN yang sudah dilakukan sudah berpuluh tahun. Keadaan
yang demikian ini masyarakat menilai bahwa KKN merupakan bagian
dari kebudayaan. Pemerintah harus berjuang menghentikan lingkaran
KKN ini. Secara sederhana KKN dapat diartikan suatu pencurian dan
mereka yang melakukan tidak lebih dari pencuri.160
Pemberantasan korupsi ini berpengaruh terhadap penuntasan
reformasi, pengokohan kehidupan demokrasi, perlindungan HAM,
penegakan hukum dan keadilan, penyehatan moral bangsa dan
kepemihakan kepada kepentingan rakyat banyak. Sehingga diperlukan
dorongan dari semua pihak untuk membantu dan mengawasi
pemerintah dalam menjalankan pemerintahannya terutama masalah
pemberantasan KKN. Selama ini, hampir seluruh lembaga pemerintnah
melakukan tindak korupsi baik ditingkat pusat hingga lembaga di
daerah.
Demi kepentingan negara dan bangsa dibutuhkan peran publik
untuk terus mengontrol pekerjaan para penyelenggara negara,
terutama pekerjaan para penegak hukum seperti polisi, jaksa, hakim,
dan pengacara. Hal ini dikarenakan disinilah letak sarang korupsi. Para
penegak hukum ini mampu menggubah sesuatu yang salah menjadi
benar dan sebaliknya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
penegakan hukum di Indonesia belum tegas dan selama bidang hukum
dan peradilan belum dibenahi secara serius, maka korupsi sulit
diberantas. Lemahnya kewibawaan hukum dan kewibawaan
pemerintah ini akan berpengaruh pada pemberantasan korupsi.

49
Meskipun berbagai upaya dilakukan untuk memberantas korupsi, akan
tetapi penegakan hukum dan peradilan belum tegas, maka
pemberantasan korupsi pun hanya berjalan ditempat. Artinya tidak
tercapai dan justru akan merajalela, karena kepatuhan terhadap hukum
tidak ada sama sekali.
Kebijakan pemerintahan Megawati Soekarnoputri dalam
memberantas korupsi sudah dilakukan meskipun belum maksimal.
Yaitu bersamaan diterbitkannya peraturan atau Undang-undang baru
tentang korupsi misalnya UU No. 30 Tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan tindak pidana korupsi dan UU No. 17 tahun 2003
tentang keuangan negara. Ketidak berhasilan ini bukan sematamata
kesalahan Presiden Megawati Soekarnoputri bersama kabinetnya,
melainkan begitu banyak pelaku KKN tersebut. Pelaku KKN yang lama
belum diusut sudah muncul pelaku-pelaku baru, bahkan tergolong
terbuka dan terang-terangan. Munculnya pelaku-pelaku korupsi baru ini
disebabkan oleh lemahnya supremasi hukum dalam menegakkan
keadilan. Misalnya saja, kasus Samadikun Hartono, Mantan Komisaris
Utama PT Bank Modern. Terdakwa kasus penyelewengan dana BLBI
sebesar Rp 17,25 miliar kabur ke luar negeri. Ironnisnya, perginya
Samadikun atas andil Kejaksaan Agung yang mengijinkan berangkat ke
luar Negeri.
Pada masa pemerintahan Megawati Soekarnoputri, sumber
kegagalan dalam menegakkan hukum bukan berasal dari Perpu atau
UU yang kurang memadai. Akan tetapi, bersumber pada aparatnya
dalam menjalankan supremasi hukum dengan benar. Banyak pelaku
korupsi yang kasusnya berhenti pada tahap penydikan atai
penyelidikan. Dan kalaupun ada yang diproses dipengadilan biasanya
hukuman atau vonis yang dijatuhkan masih jauh dibawah rasa keadilan
masyarakat. Tidak jarang pelaku tersebut lepas dari hukuman atau
tidak dipenjara.
Pemberantasan korupsi pada pemerintahan Megawati
Soekarnoptri memang belum membuahkan hasil, bahkan banyak

50
masyarakat menilai bahwa pemberantasan yang dilakukan oleh
pemerintah ini masih setengah-setengah. Belum ada tanda-tanda
perbaikan. Presiden Megawati Soekarnoputri menyadari kinerjanya
dalam hal memberantas korupsi belum berhasil. Kegagalan didalam
memberantas korupsi bukan semata-mata kesalahan dari Megawati
Soekarnoputri selaku pemimpin bangsa ini. Juga bukan kesalahan dari
peraturan perundangundangan dan komisi pemberantasan korupsi.
Akan tetapi penegakan hukumlah yang harus ditegakkan keadilannya
dan kesadaran dari para pejabat pemerintahan untuk memerangi
korupsi dari dirinya sendiri.

5. Pengaruh Pemerintahan Megawati Soekarnoputri di Bidang Hukum


Pada masa pemerintahan Megawati Soekarnoputri supremasi
hukum belum sangat tercermin dengan baik, maka hasil yang dicapai
dalam rangka menangani masalah yang melanda indonesia tidaklah
maksimal. Hakim dan petugas pengadilan bersifat korup, akibatnya
kewibawaan terhadap hukum menjadi lemah. Lembaga hukum dan
peradilan kurang tegas, misalnya dalam menangani masalah korupsi.
Dalam pemerintahan Megawati Soekarnoputri ini masih perlu
pembenahan lebih serius lagi dalam bidang hukum dan peradilan
khususnya dalam kasus korupsi. Karena selama dalam hukum dan
peradilan belum dibenahi, maka tidak akan tercipta suasana hukum
yang tegas dan adil. Perlu diketahui bahwa Indonesia adalah negara
hukum, setiap tindakan yang merugikan atau mengganggu kepentingan
orang banyak (misalnya korupsi) perlu diselesaikan secara hukum yang
sudah berlaku. Untuk mencapai cita-cita tersebut diperlukan kataatan
dan kepatuhan dari semua pihak baik dari lembaga pemerintah pusat
hingga lembaga pemerintah daerah terhadap hukum. Kunci pokok dari
semua permasalahan yang ada adalah taat dan patuh terhadap hukum,
takut pada perintah hukum.
Penegakan hukum juga menyangkut pemberantasan KKN.
Langkah awal untuk membuktikannya Presiden Megawati

51
Soekarnoputri menyatakan pembebasan diri dan keluarga dari
perbuatan KKN. Urgensi program pemberantasan KKN adalah
menindak para pelaku dengan tegas. Dalam pidato kenegaraan 16
Agustus 2001 Presiden Megawati Soekarnoputri menyatakan akan
memberantas KKN demi menegakkan keadilan, bahkan langkah
penindakan berjenjang kebawah. Karena penindakan berjenjang
kebawah merupakan solusi efektif bagi pemberantasan KKN.
Pemberantasan KKN dan penegakan hukum berjalan seirama,
mengandalkan kemampuan aparat penegak hukum. Beliau meminta
aparat penegak hukum menjunjung tinggi keadilan. Untuk menciptakan
suasana yang mendukung penegakan hukum. Megawati Soekarnoputri
melarang fihak manapun melakukan tekanan politis, psikologis dan
ekonomis terhadap upaya menjunjung tinggi keadilan.
Dengan kesadaran inilah, maka dapat diciptakan Indonesia
negara hukum yang sesungguhnya. Megawati sendiripun, sebagai
seorang presiden salalu mendorong masyarakat untuk tetap taat pada
hukum. Pengaruh pemerintahan yang lain adalah :
a. Penegakan hukum yang dilakukan aparat dinilai belum mampu
mewujudkan keadilan dalam masyarakat. Hal itu disebabkan para
hakim cenderung bersikap legalistik dalam memutus suatu perkara,
yakni hanya mendasarkan pada teks aturan hukum, bukan pada
konteks perkara hukum. Akibatnya masyarakat tidak percaya lagi
terhadap hukum.
b. Karena lemahnya sistem peradilan dalam menangani kasus-
kasus korupsi, maka semakin buruk dan meningkatnya pelaku-pelaku
baru korupsi, sedangkan pelaku yang lama masih berkeliaran. Para
koruptor banyak yang bebas tidak dipenjara meskipun sudah divonis.
Aparat penegak hukum dalam memerangi kasus korupsi tidak serius,
hal ini terbukti dengan tuntutan dan hukuman terhadap koruptor ringan
serta tidak disertai perintah penahanan.

52
c. Putusan penghukuman tidak dibarengi perintah menahan dalam
kasus korupsi menimbulkan ketidakadilan dan diskriminatif hukum
dalam masyarakat.
d. Dalam bidang keamanan dalam negeri yang berkaitan dengan
aksi peledakan bom telah muncul undang-undang baru tentang
pemberantasan tindak pidana terorisme. Undang-undang baru ini telah
menjamin kepastian hukum dalam kerangka menjaga keamanan dalam
negeri dari ancaman teror
e. Ketidakpastian dan lunaknya hukum dalam menangani
masalah-masalah disintegrasi, maka semakin buruk situasi dibeberapa
daerah yang sedang berkonflik.

53
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Dalam kepemimpinan Gusdur sebagai kepala pemerintahan,
dengan kabinet Persatuan Nasional, banyak sekali kendala yang harus
diselesaikan seperti isu, peningkatan perekonomian, melakukan
kerjasama dengan negara lain. Didalam kebijakan pemerintahannya
terdapat kebijakan ekonomi, sosial budaya, politik. Didalam kebijakan
perekonomian Gusdur melakukan kerjasama dengan negara lain
dengan tujuan untuk memperkenalkan Indonesia dan meminta bantuan
investasi bagi Indonesia. Dalam bidang politik, Gusdur memecat menteri
dalam kabinetnya. Hal itu dikarenakan mentrinya tidak becus dalam
bekerja dan melakukan korupsi. Bukan hanya kebijakannya saja tetapi
ada juga kelemahan dan kelehihan Gusdur dalam memerintah
Indonesia hingga beliau lengser.
Dalam kepemimpinan Megawati sebagai kepala pemerintahan
menggantikan Gusdur, pemerintahan Megawati Soekarnoputri
merupakan tindak lanjut dari kebijakan-kebijakan Megawati
Soekarnoputri sebagai Presiden. Adapun pengaruh dari pemerintahan
yang dijalankan oleh Megawati Soekarnoputri adalah, bidang politik
terjadi perubahan politik Indonesia, Amandemen UUD 1945 yang
keempat telah membawa Indonesia dalam sistem presidensialisme
murni, dimana presiden dan wakil presiden dipilih dalam satu paket dan
secara langsung. Penyelenggaraan otonomi daerah yang diberikan
kepada daerah telah menyatukan Negara Kesatuan Republik
Indonesia, menjaga integritas dan kedaulatan NKRI. Sistem kepartaian
baru dari pemerintah ini memberikan efisiensi dan disiplin partai
sehingga dapat menyukseskan pemilu 2004. Dengan adanya otonomi
daerah ini, telah memberikan motivasi kepada daerah lain yang sedang
berkonflik, dan konflik ikut mereka seiring diberlakukannya otonomi
daerah sehingga keamanan Indonesia masih bisa terkendali. Dalam

54
bidang ekonomi, keadaan ekonomi Indonesia semakin membaik, ini
dibuktikan dengan suku bunga yang semakin rendah, stabilnya nilai
tukar rupiah terhadap mata uang asing dan laju inflasi menurun dan
relatif rendah. Dalam bidang sosial, tingkat kemiskinan Indonesia
menurun dan tingkat pendidikan semakin meningkat. Hal ini dibuktikan
dengan angka buta huruf yang semakin menurun setiap tahunnya dan
anga partisipasi pendidikan meningkat. Bidang korupsi, belum
mendatangkan hasil yang maksimal, meskipun upaya untuk
pemberantasan korupsi telah dilakukan hingga adanya undangundang
baru tentang Pemberantasan Korupsi. Akan tetapi kesadaran akan
penegakan hukum belum ada sehingga upaya pemberantasan korupsi
pun mengalami kemacetan. Bidang hukum adalah perlunya
pembenahan terhadap peraturan dan kebijakan dari hukum sendiri.
Selama ini hukum di Indonesia kurang tegas dalam menangani setiap
kasus yang ada sehingga hukum terlihat sangat lemah. Ketegasan
hukum ini merupakan kunci suksesnya penyelenggaraan pemerintahan
Indonesia yang merupakan negara hukum.

5.2 SARAN
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini jauh dari kata
sempurna baik dari segi materi maupun segi penulisan. Untuk
kedepannya penulis akan fokus dan detail tentang materi yang akan di
bahas berdasarkan sumber-sumber yang dapat dipertanggung
jawabkan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun dari para pembaca, demi kemajuan penulis di
masa yang akan datang. Tetaplah belajar sejarah karena sejarah
adalah cerminan kehidupan kita untuk masa yang akan datang

55
DAFTAR PUSTAKA
- Sumber Buku
1. Ahmad dan Abdullah, dkk. 2000. Gila Gusdur : Wacana Pembaca
Abdurrahman Wahid. Cet 1. Yogyakarta : Lkis Yogyakarta. hal 85.
2. Iskandar,muihaimin. 2004. Gusdur Yang Saya Kenal : Sebuah
Catatan Transisi Demokrasi Kita. Cet 1. Yogyakarta : Lkis
Yogyakarta . hal 4.
3.
- Sumber Lainnya
1. Daris, Laurentius Rigen. 2016. Kebijakan Pemerintahan
Abdurrahman Wahid Periode Tahun (2000-2001). Skripsi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Naim, Abu. 2014. Tipologi Kepemimpinan Politi Gusdur. Jurnal
Pendidikan, Komunikasi Dan Pemikiran Hukum Islam. Vol. 6. No.1.
Hal 1-20.
3. Octovina, Rikha annisa, 2018. Sistem presidensil di Indonesia.
Jurnal Universitas Padjajaran Ilmu Pemerintahan Cosmogou. vol 4.
No 2. Hal 247-251. Issn 2442-5958, E-issn 2540-8674.
4. Pratiwi, Andi Lis. 2015. Megawati Soekarnoputri Presiden Wanita Di
Indonesia (2001-2004). Jurnal Pattingalloang. Vol 2. No.1. Hal 8-14.
5. Purwaatmoko, Sunardi. 2015. Pengaruh Perubahan Pola Koalisi
Antar Parol Terhadap Proses Kebijakan Sektor Perberasan (Pada
Masa Pemerintahan Gusdur dan Megawati, Serta SBY). Jurnal
Insignia. Vol.2. No1.
6. Wahyuni, Kristitin. 2008. Masa Kepresidenan Megawati Soekarno
Putri Periode Tahun 2001-2004). Skripsi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
7. https://id.wikipedia.org/wiki/kebijakan diakses 6 Desember 2020

56

Anda mungkin juga menyukai