Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

BARANG PUBLIK DAN BARANG PRIVAT

Mata Kuliah : Ekonomi Publik

Dosen Pengampu : Latifah Hanum, M.S.A, A.k.

KELOMPOK 1

Ruth Rakuel Kayadu - 205030400111038

Devie Anggraini Tressia - 205030400111047

Nadifah Dyah Umamah - 205030401111002

Novrilda Nicky Vatisca - 205030407111046

PRODI PERPAJAKAN

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Barang Publik dan Barang Privat”
untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Publik. Dalam penyusunan makalah ini, penulis mendapat
bantuan dari berbagai pihak, baik berupa materi maupun spiritual sehingga peneliti dapat
menyelesaikan dengan baik. Oleh karena itu, perkenankan penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Latifah Hanum, M.S.A, A.k sebagai dosen pengampu.
2. Pihak-pihak yang membantu dalam setiap proses pengerjaan ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang ada relevansinya dengan penyempurnaan makalah ini sangat kami harapkan dari
pembaca, dan akan kami pertimbangkan guna perbaikan di masa mendatang. Akhirnya tidak lupa
penulis memohon maaf jika dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, mengingat
penulis adalah manusia biasa dan masih dalam tahap pembelajaran. Semoga makalah ini mampu
memberikan manfaat dan mampu memberikan nilai tambah kepada para pembacanya.

Malang, 10 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………………………………………………..i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………………………………………………………..1

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………………………………………………….1


1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………………………………………………...1
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………………………………………………………………1
1.4 Manfaat………………………………………………………………………………………………………………………………2

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………………………………………………………...3

2.1 Pengertian dan Karakteristik Barang Publik…………………………………………………………………………3


2.2 Pengertian dan Karakteristik Barang Privat………………………………………………………………………….3
2.3 Penyediaan Barang Publik Oleh Pemerintah………………………………………………………………………..4
2.4 Penyediaan Barang Publik Oleh Swasta……………………………………………………………………………… 5
2.5 Kegagalan Pasar dan Campur Tangan Pemerintah……………………………………………………………….5
2.6 Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan……………………………………………………………………………………..8

BAB III PENUTUP………………………………………………………………………………………………………………………………10

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………………………………………………….....10
3.2 Saran………………………………………………………………………………………………………………………………….10

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………………………………………….11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap pemerintah pasti memiliki eksternalitas yang penting bagi negaranya. Eksternalitas ini
yang bisa di manfaatkan oleh seluruh warga negara atas barang yang dibeli oleh pemerintah.
Seluruh warga negara mendapat manfaat dari hal itu, baik mereka sudah membayar pajak maupun
tidak. Pemerintah memiliki undang-undang hak milik dan hukum kontrak yang dapat menciptakan
lingkungan hukum dimana transaksi ekonomi itu terjadi. Akibatnya, timbul keuntungan dari
lingkungan yang dinikmati oleh seluruh warga negara tersebut. Pemerintah dapat menyediakan
barang publik kepada masyarakat untuk memberikan manfaat dan menciptakan kewajiban bagi para
anggotanya. Pemerintah juga memiliki skala ekonomis untuk membiayai aktivitas mereka melalui
pendapatan pajak.
Kebijaksanaan pemerintah pada perekonomian ini tidak hanya terbatas pada pembangunan
tetapi juga pada kegagalan pasar. Dengan hal ini, campur tangan pemerintah diperlukan untuk
menciptakan keseimbangan dalam perekonomian. Campur tangan pemerintah ini digunakan untuk
memperbaiki kegagalan-kegagalan pasar. Menurut Stiglitz peran pemerintah harus aktif dalam
kegagalan pasar, khususnya dalam mengatasi globalisasi saat ini. Pemerintah yang berperan aktif
akan bermanfaat bagi ekonomi di negara tersebut. Salah satu persoalan yang biasanya ditimbulkan
akibat kegagalan pasar yaitu inflasi. Secara umum inflasi dapat mempengaruhi distribusi
pendapatan, alokasi faktor produksi, dan produk nasional. Terjadinya inflasi ini menyebabkan harga
barang yang dijual di dalam negeri mengalami kenaikan. Oleh karena itu, dalam makalah ini kami
membahas mengenai barang publik dan barang privat.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimanakah pengertian dan karakteristik barang publik ?
1.2.2 Bagaimanakah pengertian dan karakteristik barang privat ?
1.2.3 Bagaimanakah penyediaan barang publik oleh pemerintah ?
1.2.4 Bagaimanakah penyediaan barang publik oleh swasta ?
1.2.5 Bagaimanakah kegagalan pasar dan campur tangan pemerintah ?
1.2.6 Bagaimanakah faktor-faktor penyebab kegagalan pasar ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk memahami pengertian dan karakteristik barang publik.
1.3.2 Untuk memahami pengertian dan karakteristik barang privat.
1.3.3 Untuk memahami penyediaan barang publik oleh pemerintah.
1.3.4 Untuk memahami penyediaan barang publik oleh swasta.
1.3.5 Untuk memahami kegagalan pasar dan campur tangan pemerintah.
1.3.6 Untuk memahami faktor-faktor penyebab kegagalan pasar.

1
1.4 Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan sebagai sarana untuk menambah
wawasan mengenai barang publik dan barang privat dan dapat memberikan masukan dalam
pengembangan ilmu pengetahuan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Karakteristik Barang Publik


Secara umum barang publik sebagai sesuatu barang yang dapat dinikmati atau dibutuhkan oleh
semua orang. Barang publik sendiri barang yang tidak dapat dibatasi siapa penggunanya dan sebisa
mungkin seseorang tidak mengeluarkan biaya untuk mendapatkan barang tersebut. Barang publik
merupakan barang yang apabila di konsumsi oleh individu tertentu tidak akan mengurangi konsumsi
orang lain terhadap barang tersebut. Barang publik sendiri memiliki sifat non-rival dan non-eksklusif
yang berarti bahwa konsumsi atas barang tersebut oleh suatu individu tidak akan mengurangi
jumlah barang yang tersedia untuk di konsumsi oleh individu lain, dan non-eksklusif berarti semua
orang berhak menikmati dari barang tersebut (Idris, 2018).
Adapun barang publik sempurna (pure public goods) merupakan barang yang harus disediakan
dalam jumlah dan kualitas yang sama terhadap seluruh anggota masyarakat. Perbedaan barang
publik dengan barang kolektif dapat dilihat dari penggunaan. Jika barang publik semua masyarakat
dapat menikmati, berbeda dengan barang kolektif yang hanya satu bagian masyarakat yang dapat
menikmatinya. Adapun karakteristik dari barang publik, antara lain :
1. Non-rivalitas (nonrivalrous)
Berarti apabila penggunaan suatu barang pada satu konsumen tidak akan mengurangi
kesempatan konsumen lain untuk mengkonsumi barang tersebut. Jika setiap orang dapat
mengambil manfaat dari barang tersebut, maka manfaat tersebut tidak akan mempengaruhi
manfaat yang diperoleh orang lain. Contohnya lampu jalan. Dari lampu jalan tersebut semua
orang sama menerima manfaatnya sebagai penerangan di jalan Ketika berkendara.
2. Non-excludable
Berarti apabila suatu barang publik tersedia, maka tidak ada yang dapat menghalangi
siapapun untuk menikmati manfaat dari barang tersebut. Artinya barang publik tersebut
dapat dinimkati atau tersedia bagi semua orang baik yang membayar maupun yang tidak
membayar. Contohnya jalan raya. Orang yang membayar pajak maupun tidak sama-sama
dapat memanfaatkan jalan raya tersebut.

2.2 Pengertian dan Karakteristik Barang Privat


Barang privat merupakan barang apapun yang digunakan oleh satu individu atau perusahaan
tidak tersedia untuk orang lain. Artinya barang privat ini barang yang harus membayar untuk
mendapatkannya dan persediaan barang tersebut akan berkurang jika dikonsumsi oleh
penggunannya. Adapun karakteristik dari barang privat, antara lain :
1. Rivalrous Consumption
Dimana konsumsi oleh satu konsumen akan mengurangi kesempatan orang lain untuk
membeli barang tersebut. Rivalrous dapat terjadi antar calon konsumen dalam
mengkonsumsi barang tersebut.

3
2. Excludable Consumption
Dimana konsumsi suatu barang tersebut dapat dibatasi hanya pada mereka yang memenuhi
persyaratan tertentu (harga), dan mereka yang tidak membayar atau tidak memenuhi
persyaratan dapat dikecualikan dari akses untuk mendapatkan barang tersebut.
3. Scarcity
Keterbatasan dalam jumlah barang. Kelangkaan ini yang akan menimbulkan sifat Rivalrous
Consumption dan Excludable Consumption pada barang tersebut.

2.3 Penyediaan Barang Publik Oleh Pemerintah


Peran pemerintah dalam ekonomi sektor publik berkaitan erat dengan pemerintah yang
mempunyai kewenangan dalam menetapkan kebijakan publik. Diantaranya peran pemerintah dalam
fungsi alokasi. peran pemerintah dalam fungsi alokasi sangat dibutuhkan mengingat sistem
perekonomian suatu negara tidak bisa menyediakan semua barang dari pihak swasta dan bisa
diperoleh dari pasar. Fungsi alokasi memiliki peran penting dalam pengakakolokasian anggaran
untuk kepentingan phblik. Seperti di teori bowen yaitu barang swasta adalah barang yang
mempunyai sifat pengecualian, jadi jika barang publik tersedia maka tidak ada seorangpun yang
dapat dikecualikan dari manfaat barang tersebut. karena hal itu, dibutuhkan fungsi alokasi
pemerintah karena hanya pemerintah yang bisa dan harus menyediakan barang publik namun
pembayaran penyediaan diputuskan melalui sistem pemungutan suara.
Dalam peran alokasi sumber daya tercakup soal penentuan ukuran absolut dan relatif
pemerintah dalam perekonomian (keseimbangan sektor publik dan sektor swasta) dan penyediaan
barang-barang publik serta pelayanan kesejahteraan sosial bagi masyarakat. Sistem pasar tidak
dapat menyediakan barang/jasa tertentu oleh karena manfaat dari adanya barang tersebut yang
tidak hanya dirasakan secara pribadi akan tetapi juga akan dinikmati oleh orang lain. Contoh dari
barang/jasa yang tidak dapat disediakan melalui sistem pasar, misalnya saja jalan, pembersihan
udara, dan sebagainya. Lain halnya dengan barang swasta, seperti halnya sepatu, dan sebagainya.
Barang-barang swasta dapat disediakan melalui sistem pasar oleh karena barang-barang tersebut
mempunyai sifat pengecualian. Misalnya, apabila Andi membeli sepatu, ia dapat mengecualikan
Bayu untuk menikmati (memakai) barang tersebut. Untuk barang-barang yang manfaatnya
dirasakan oleh semua orang, sekali barang ini tersedia, tidak ada seorang pun yang bersedia untuk
membayar biaya penyediaan barang tersebut, oleh karena setiap orang tahu bahwa apa yang
mereka bayar hanya merupakan sebagian kecil dari total biaya. Jadi kesimpulannya, peranan
pemerintah dalam bidang alokasi adalah untuk mengusahakan agar alokasi sumber-sumber
ekonomi dilaksanakan secara efisien.
Pada barang publik harus mempertanyakan berapa besar masing-masing orang memberikan
nilai manfaat terhadap sebuah unit output. Hal ini karena barang publik tidak eksklusif. Untuk
menentukan tingkat penyediaan yang efisien sebuah barang publik kita harus menyamakan jumlah
manfaat marginal dengan biaya marginal produksi MB = MC. Jalan raya adalah satu contoh barang
publik yang tidak dapat diterapkan prinsip pengecualian secara teknik maupun secara ekonomis.
Secara teknis, setiap orang membutuhkan jalan raya sehingga walaupun ada seseorang pemakai
jalan maka tidak mungkin orang lain dilarang untuk menikmati atau memanfaatkan jalan tersebut.
Jadi barang publik murni merupakan barang yang baik secara teknis maupun secara ekonomis tidak

4
dapat diterapkan prinsip pengecualian atas barang tersebut. Hal ini bisa disebut juga public goods.
Contohnya yaitu udara yang bersih, lampu jalan. jaringan radio atau televisi, dan juga jalan tol dan
terowongan.
Pemerintah menyediakan barang publik untuk kesejahteraan atau memberikan manfaat
bagi semua warga negara. Mereka tersedia umum dan tidak diperuntukkan khusus untuk kelompok
masyarakat tertentu. Ketika seorang individu menggunakannya, itu tidak menghentikan orang lain
untuk mendapatkan manfaat yang sama dua karakteristiknya yaitu, Non Rivalitas (nonrivalrous) dan
Nonexcludable. Barang publik adalah contoh kegagalan pasar selain monopoli, eksternalitas, dan
asimetri informasi. Sektor swasta tidak bersedia menyediakan barang publik murni karena tidak
menguntungkan. Karena sektor swasta tidak mau menyediakan barang, maka pemerintah harus
turun tangan. Meski secara bisnis tidak menguntungkan, barang publik menciptakan manfaat sosial
yang lebih besar.

2.4 Penyediaan Barang Publik Oleh Swasta


Dengan berjalannya waktu, kebutuhan akan barang publik semakin meningkat, sedangkan
penyediaan yang dilakukan oleh pemerintah mulai tidak mencukupi. Karena sifat barang publik yang
unik, penyediaan barang publik oleh swasta memiliki banyak tantangan karena orientasi swasta
adalah keuntungan. Penyediaan barang publik oleh swasta menyebabkan barang publik tidak
terjangkau seluruh lapisan masyarakat karena harganya yang lebih mahal, ini berkebalikan dengan
sifat awal barang publik. Dalam prakteknya, pemerintah maupun swasta memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing dalam penyediaan barang publik.
Penyediaan barang publik oleh swasta dapat mendorong pertumbuhan barang publik yang lebih
cepat sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini dilihat dari keinginan individu atas
konsumsi jangka pendek dibandingkan dengan konsumsi jangka panjang. Namun di balik itu, adanya
jaminan peningkatan kesejahteraan masyarakat juga diikuti dengan meningkatnya biaya yang harus
ditanggung oleh masyarakat dalam bentuk pajak, iuran, dan lain-lain.
Swasta memiliki cara tersendiri dalam mengatasi pengaruh eksternalitas dan sifat unik yang
dimiliki oleh barang publik. Misalnya penyediaan saluran televisi yang pada awalnya merupakan
barang publik yang dapat dinikmati oleh banyak orang, kemudian dikembangkan sistem periklanan
oleh swasta. Selain itu, dikenal pula TV kabel yang siarannya hanya dapat dinikmati oleh mereka
yang membeli layanan itu. Bila penyediaan barang publik sepenuhnya diserahkan kepada swasta,
maka masyarakat akan menanggung beban biaya yang lebih tinggi. Pihak swasta bersifat
menghindari variability risk karena adanya asymmetric reward, sehingga semakin tinggi tingkat
uncertainty (revenue risk) dari suatu penyediaan barang publik, maka biaya penyediaan barang
publik oleh pihak swasta akan lebih tinggi dibandingkan jika disediakan oleh pemerintah (Spackman,
2002).

2.5 Kegagalan Pasar dan Campur Tangan Pemerintah


Kegagalan pasar terjadi apabila mekanisme pasar tidak dapat berfungsi secara efisien dalam
mengalokasikan sumber-sumber ekonomi yang ada dalam masyarakat. Esensi timbulnya kegagalan
pasar karena masyarakat tidak bertindak kooperatif, sebab perilaku kooperatiflah yang akan
menyebabkan terjadinya kondisi Pareto Optimal. Dalam hal terjadinya kegagalan pasar, maka

5
pemerintah diharapkan untuk ikut campur tangan agar alokasi sumber ekonomi dapat tercapai
secara efisien. Kegagalan pasar dapat terjadi karena adanya beberapa faktor berikut :
1. Adanya Barang Bersama (common goods)
Dasar adanya sistem pasar persaingan adalah adanya hak pemilikan (property rights)
yang memberikan hak pemilikan kepada setiap individu atas suatu barang sehingga ia dapat
mengecualikan orang lain untuk memanfaatkan barang tersebut. Masalah yang timbul
dalam kasus kekayaan bersama karena dua faktor yaitu indivisibility dan jumlah kelompok
masyarakat. Adanya indivisibility menyebabkan suatu kekayaan tidak dapat diberikan hak
pemilikannya kepada setiap anggota kelompok. Apabila jumlah anggota kelompok hanya
dua orang, maka di antara kedua orang tersebut akan dapat dibuat suatu perjanjian yang
mengatur penggunaan kekayaan tersebut secara optimal. Akan tetapi apabila anggota
kelompok semakin banyak, maka biaya untuk memperoleh persetujuan menjadi semakin
besar dan mahal.
Dalam hal tersebut, menurut David Hume (dalam Guritno, 1993), pemerintah harus
melakukan pengaturan. Peranan pemerintah adalah mengalokasikan penggunaan barang
bersama agar tercapai kepuasan bersama yang optimal (Pareto Optimal) dalam jangka
waktu pendek maupun dalam jangka panjang. Pengaturan yang dilakukan pemerintah tentu
saja membutuhkan biaya. Oleh karena itu, pemerintah juga harus menetapkan sistem
pembayaran yang sifatnya dipaksakan. Sistem pembayaran paksaan tersebut adalah yang
umumnya disebut dengan pajak.
Selain perlunya campur tangan pemerintah dalam mengatur kekayaan bersama, Hirsch
(dalam Guritno, 1993) menyatakan adanya barang lain yang juga memerlukan campur
tangan pemerintah yaitu yang disebut dengan positional goods. Positional goods adalah
barang yang jumlahnya terbatas dan tidak dapat ditambah dalam jangka waktu pendek,
misalnya tanah di lokasi tertentu, jabatan, dan sebagainya.
2. Adanya Unsur Ketidaksempurnaan Pasar
Ketidaksempurnaan pasar terjadi karena adanya monopoli, adanya perusahaan yang
memiliki biaya marginal menurun, dan adanya perusahaan yang memiliki biaya marginal
sebesar nol. Dalam pasar monopoli, tidak ada keserasian antara keinginan produsen
(keuntungan maksimum) dengan efisiensi produksi yang terjadi pada tingkat produksi yang
lebih besar dan tingkat harga yang lebih rendah. Secara alamiah, monopoli tersebut terjadi
di masyarakat. Hal ini disebabkan oleh pasar akan barang tersebut terlalu kecil atau
investasi yang dibutuhkan sangat besar sehingga skala ekonomi yang efisien baru terjadi
pada tingkat produksi yang besar. Contoh barang tersebut yaitu perusahaan kereta api,
perusahaan telepon, perusahaan listrik, dan sebagainya.
Pada tingkat produksi suatu barang, harganya menjadi sangat tinggi dan jumlah yang
diproduksi terlalu sedikit. Sehingga untuk barang produksi yang sangat dibutuhkan oleh
masyarakat, pemerintah harus bertindak. Tindakan pemerintah dapat berupa peraturan
untuk memperbesar tingkat produksi, dengan menetapkan harga barang tersebut.
3. Adanya Barang Publik
Barang publik yaitu jenis barang yang sangat dibutuhkan masyarakat, akan tetapi tidak
seorangpun yang bersedia menghasilkannya atau mungkin dihasilkan oleh pihak swasta

6
namun dalam jumlah terbatas. Contoh, pertahanan, peradilan, dan sebagainya. Jenis barang
tersebut merupakan barang public murni yang mempunyai dua karakteristik utama, yaitu :
a. Penggunaannya tidak bersaingan (nonrivalry)
b. Tidak dapat diterapkan prinsip pengecualian (non excludability)
Oleh karena pihak swasta tidak mau menghasilkan barang publik murni, maka
pemerintahlah yang harus menghasilkannya agar kesejahteraan seluruh masyarakat dapat
ditingkatkan. Jika pihak swasta menghasilkan mobil, akan tettapi kalau produksi mobil tidak
diimbangi dengan pembangunan jalan oleh pemerintah, maka kesejahteraan masyarakat
tidak mencapai optimum.
4. Adanya Eksternalitas
Eksternalitas timbul karena tindakan konsumsi atau produksi dari satu pihak mempunyai
pengaruh terhadap pihak yang lain dan tidk ada kompensasi yang dibayar oleh pihak yang
menyebabkan atau kompensasi yang diterima oleh pihak yang terkena dampak tersebut.
Ada dua syarat terjadinya eksternalitas :
a. Adanya pengaruh dari suatu Tindakan
b. Tidak adanya kompensasi yang dibayarkan atau diterima
Eksternalitas dapat timbul sebagai akibat dari tindakan konsumsi. Eksternalitas dapat
bersifat positif (menguntungkan) atau negatif (merugikan). Selain itu, eksternalitas juga
timbul karena suatu aktivitas produksi. Adanya eksternalitas dari suatu kegiatan
menyebabkan sistem perekonomian yang menggunakan sistem pasar persaingan sempurna
tidak dapat melaksanakan alokasi sumber-sumber ekonomi secara efisien, karena harga
tidak mencerminkan dengan tepat akan kelangkaan faktr produksi. Terdapat dua jenis
eksternalitas, yaitu :
a. Technical externalities, yaitu tindakan seseorang dalam konsumsi atau produksi
akan mempengaruhi tindakan konsumsi atau produksi orang lain tanpa ada
kompensasinya.
b. Pecuniary externalities, menyangkut harga dalam perekonomian yaitu dengan
mempengaruhi kendala anggaran (budget contraints)

Dalam perekonomian, terdapat empat kemungkinan eksternalitas yaitu :

a. Konsumen-konsumen
Contoh : seseorang bermain piano, orang lain menikmatinya.
b. Konsumen-produsen
Contoh : olahraga yang dilakukan oleh buruh menyebabkan mereka menjadi
sehat sehingga produktivita meningkat dan menguntungkan produsen.
c. Produsen-konsumen
Contoh : pabrik yang menyebabkan pencemaran air di sungai sehingga
mengganggu penduduk yang menggunakan air sungai tersebut.
d. Produsen-produsen
Contoh : pabrik menimbulkan pencemaran air yang mengakibatkan biaya
produksi perusahaan lain yang menggunakan air sebagai salah satu faktor
produksi mengalami kenaikan biaya.

7
Dalam hal ini, peranan pemerintah yaitu membuat peraturan agar biaya pribadi yang
dikalkulasi oleh pabrik sama dengan biaya masyarakat.
5. Adanya Pasar Tidak Penuh (incomplete market)
Suatu pasar dikatakan penuh apabila pasar tersebut menghasilkan semua barang dan
jasa yang biaya produksinya lebih kecil daripada harga yang mau dibayar oleh masyarakat.
Kondisi pasar tidak penu yaitu, beberapa jenis jasa yang tidak diusahakan oleh pihak swasta
dalam jumlah yag cukup walaupun biaya penyediaan jasa tersebut lebih kecil dari apa yang
mau dibayar masyarakat. Misalnya pada asuransi untuk menghadapi suatu risiko tertentu.
Dalam hal ini, pemerintah harus menyediakan jasa tersebut.
6. Adanya Kegagalan Informasi
Pada beberapa kasus, masyarakat sangat membutuhkan informasi yang tidak dapat
disediakan oleh pihak swasta. Contohnya yaitu prakiraan cuaca. Para petani dan pelaut
sangat membutuhkan informasi mengenai prakiraan cuaca, akan tetapi tidak ada pihak
swasta yang menyediakan informasi mengenai prakiraan cuaca. Dalam hal ini, maka
pemerintah yang harus menyediakan informasi cuaca yang sangat dibutuhkan oleh
masyarakat.
7. Unemployment
8. Adanya Ketidakpastian (Uncertainty)

2.6 Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan Pasar


Menurut Suparmoko (1991:7-18) kegagalan pasar disebabkan karena beberapa faktor, yakni
adanya barang-barang publik atau barang kolektif (public goods, collective goods), terjadinya
dampak eksternalitas (external cost dan external benefit), adanya risiko yang sangat besar,
terjadinya monopoli, terjadinya inflasi dan deflasi, serta terjadinya distribusi pendapatan yang tidak
merata. Oleh karena itu, diperlukan adanya intervensi pemerintah yang menjalankan peran sebagai
pengatur maupun pengarah dari berbagai kegiatan ekonomi yang terjadi. Sektor swasta sebagai
pelaku ekonomi tidak dapat diharapkan mengatasi masalah-masalah yang terjadi tersebut. Jadi bisa
dilihat faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan pasar antara lain :
1. Monopoli
Penguasaan pasar yang terlalu besar oleh perusahaan tertentu akan menurunkan tingkat
kesejahteraan secara agregat.
2. Oligopoli (Kartel)
Perkongsian antar perusahaan besar bisa merugikan konsumen dan menciptakan over-
pricing.
3. Barang publik (public goods)
Swasta tidak akan tertarik untuk menyediakan barang publik, kecuali dengan insentif
tertentu.
4. Informasi Asimetris
Jika informasi antara pembeli dan penjual tidak simetris, hanya lembaga publik yang bisa
melakukan perbaikan sistem.
5. Ketiadaan Asuransi Sosial

8
Tidak ada organisasi yang tertarik pada asuransi sosial, misalnya: kemiskinan kecuali
lembaga publik.
6. Eksternalitas
Terjadi ketika konsumsi atau penggunaan barang atau jasa tertentu oleh individu atau
produksi barang atau jasa tertentu oleh sebuah perusahaan swasta mempengaruhi fungsi
kemanfaatan dari individu atau perusahaan lainnya.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Barang publik merupakan barang yang dapat dinikmati atau dibutuhkan oleh semua orang.
Barang publik sendiri barang yang sebisa mungkin seseorang tidak mengeluarkan biaya dalam
menikmatinya. Barang publik sendiri memiliki dua karakteristik, yaitu 1) Non-rivalitas yaitu barang
pada satu konsumen tidak akan mengurangi kesempatan konsumen lain untuk mengkonsumi
barang tersebut, 2) Non-excludable yaitu barang publik tersedia, maka tidak ada yang dapat
menghalangi siapapun untuk menikmati manfaat dari barang tersebut. Barang publik berbeda
dengan barang privat, jika dalam barang privat barang hanya bisa digunakan oleh satu individu. Jika
individu lain akan menikmatinya harus dengan cara membayarnya.
Dalam penyediaan barang publik oleh pemerintah, pemerintah harus menyesuaikan barang
tersebut dengan mempertanyakan berapa besar masing-masing orang memberikan nilai manfaat
terhadap sebuah unit output. Hal ini karena barang publik tidak eksklusif. Untuk menentukan tingkat
penyediaan yang efisien sebuah barang publik kita harus menyamakan jumlah manfaat marginal
dengan biaya marginal produksi. Berbeda dengan barang publik yang disediakan oleh swasta. Jika
dalam swasta barang publik dapat dilihat dari keinginan individu atas konsumsi jangka pendek
dibandingkan dengan konsumsi jangka Panjang. Hal ini yang mendorong pertumbuhan barang publik
yang lebih cepat sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Penyediaan barang publik inilah yang menyebabkan kegagalan pasar yang disebabkan oleh
campur tangan pemerintah. Kegagalan pasar biasanya terjadi akibat sistem pasar yang tidak
berfungsi secara efisien dalam mengalokasikan sumber daya ekonomi. Kegagalan pasar ini
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain 1) Monopoli, 2) Oligopoli, 3) Barang Publik, 4)
Informasi Asimetris, 5) Eksternalitas. Dari kegagalan pasar inilah fungsi alokasi pemerintah harus
ditingkatkan.

3.2 Saran
Demikianlah pokok bahasan makalah ini yang dapat kami paparkan. Besar harapan kami
makalah ini dapat bermanfaat untuk kalangan atau khalayak banyak. Penulis menyadari makalah ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan dari
pembaca.

10
DAFTAR PUSTAKA

Dayani, N. D. (2014). Intervensi Pemerintah Dalam Penyediaan Barang Publik. (Online).


https://www.slideshare.net/nheyckendjheyeck/intervensi-pemerintah-dalam-
penyediaan-barang-publik-niken-dwi-dayanti-115020107111044. Diakses pada 10
September 2021.

Digdowiseiso, K. (2015). Sistem Keuangan Publik. Edisi 1. Lembaga Penerbitan Universitas Nasional.
Jakarta Selatan.

Idris, A. (2018). Ekonomi Publik. Deepublish.

Ikhsan, M. (2014). Administrasi Keuangan Publik. In: Konsep Keuangan Publik. Universitas Terbuka,
Jakarta.

Kodoatie, J. M. (1999). Kebijakan Akan Penentuan Tarif Perusahaan Publik. Jurnal Bisnis Strategi. (3).

Mangkoesoebroto, Guritno. (2001). Ekonomi Publik. Yogyakarta: BPFE.

Spackman, Michael. (2002). “Public-private partnerships: lessons from the British approach”. Economic
Systems. Vol. 26. Hal. 283-301.

Suparmoko. (1991). Pengantar Ekonomi Makro. Yogyakarta: BPFE.

11

Anda mungkin juga menyukai