Anda di halaman 1dari 4

Closing Case IKEA

Disusun Oleh:

FARAH DWI MAGHFIROH   205030400111035

DEVIE ANGGRAINI TRESSIA 205030400111047

SYAHRIL ASFAH YOGASWARA 205030400111021

RUSMAN HADI SAPUTRA   205030407111044

NURFADHILAH SIMAMORA 205030401111031

YOHANA AMADIA INGGAR PUTRI DEWANGGA 205030400111044

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
PRODI PERPAJAKAN
2021
Pembahasan Kasus

IKEA merupakan salah satu perusahaan bisnis ritel furniture yang didirikan pada
tahun 1943. Dalam bisnis ritel, detail barang diperlukan agar dapat lebih menarik. IKEA
dikenal dengan perusahaan ritel yang menawarkan desain sederhana, tetapi fleksibel sehingga
dapat disusun secara mandiri. Barang yang ditawarkan pun tidak hanya didesain untuk
berguna bagi satu jenis pekerjaan, melainkan beragam jenis pekerjaan (multifungsi). Awal
mula didirikannya IKEA, jenis barang yang dijual, antara lain dompet, pulpen, jam tangan,
hingga bingkai foto. Seiring berjalannya waktu, tahun 1947 IKEA mulai menjual perabotan.
IKEA menggunakan strategi low cost khusus bagi konsumen dengan kelas ekonomi
menengah ke bawah. Dengan strategi tersebut, IKEA menawarkan harga yang murah untuk
setiap produk. Hal tersebut menjadikan IKEA berbeda dengan perusahaan ritel lain. Selain
menggunakan strategi low cost, IKEA juga menerapkan strategi fokus. Maksud dari strategi
fokus adalah IKEA cenderung fokus untuk menghasilkan barang yang dapat berfungsi dan
berguna dengan baik. Selain itu, barang yang ditawarkan juga memiliki nilai estetika
sehingga dapat memperindah ruangan. Dari segi tempat berbelanja, IKEA juga menyediakan
tempat yang nyaman dan luas. 
Selain kedua strategi tersebut, globalisasi berperan besar dalam perkembangan IKEA
menuju perusahaan multinasional. Terdapat dua jenis globalisasi yang mempengaruhi
perkembangan IKEA, yaitu globalisasi pasar dan globalisasi produksi. Globalisasi pasar
merupakan gabungan antara dua atau lebih pasar nasional yang berbeda latar belakang, baik
dari segi histori, sosial, hingga budaya. Hal tersebut mengakibatkan pola konsumsi
masyarakat pada setiap wilayah lambat laun akan memiliki preferensi serta selera yang sama.
Oleh karena itu, IKEA turut berperan dalam menciptakan pasar global. Dengan adanya pasar
global tersebut, perusahaan dapat mengetahui standardisasi barang yang dapat ditawarkan
kepada masyarakat global. Meskipun begitu, IKEA juga berusaha untuk menyesuaikan
barang yang ditawarkan dengan pasar lokal di setiap negara. Dengan adanya penyesuaian
barang tersebut, minat pembeli dari setiap daerah dapat lebih meningkat karena sesuai dengan
preferensi dan selera pasar lokal. Sedangkan globalisasi produksi mengacu pada sumber
barang dan jasa dari lokasi di seluruh dunia untuk mengambil keuntungan dari perbedaan
nasional dalam biaya dan kualitas faktor produksi (seperti tenaga kerja, energi, tanah, dan
modal). Dengan melakukan ini, perusahaan berharap untuk menurunkan struktur biaya
keseluruhan atau meningkatkan kualitas atau fungsionalitas penawaran produk mereka,
sehingga memungkinkan mereka untuk bersaing lebih efektif. Dikarenakan IKEA bertujuan
untuk mengurangi harga, mencari supplier yang tepat adalah kuncinya. IKEA mencoba
menghindari biaya yang tinggi dengan bekerja sama dengan pemasok di setiap pasar besarnya
seperti di Eropa, Amerika, dan China. 
Banyak siswa akan menyadari bahwa IKEA telah berhasil menangkap efisiensi global
jika memungkinkan, sambil tetap menanggapi kebutuhan pasar lokal. IKEA menyadari
bahwa meskipun ada keuntungan yang dapat diperoleh melalui standardisasi, standardisasi
tidak selalu merupakan strategi terbaik. Siswa mungkin akan menunjukkan bahwa IKEA
mempelajari pelajaran ini di awal 1990-an ketika mencoba menjual tempat tidur di Amerika
Serikat yang berukuran dalam sentimeter daripada ukuran king, queen, twin yang umum di
Amerika Serikat. IKEA juga menemukan bahwa orang Amerika menyukai sofa yang lebih
besar, laci yang lebih dalam, gelas yang lebih besar, dan gorden yang lebih panjang.
Sekarang, saat IKEA berekspansi ke Cina, sekali lagi mengidentifikasi di mana strateginya
dapat distandarisasi, dan di mana perlu disesuaikan dengan pasar lokal.
Jadi dapat disimpulkan bahwa IKEA memiliki kemampuan beradaptasi yang mampu
menjawab kebutuhan dan tren pasar . IKEA bisa menjadi salah satu perusahaan multinasional
dikarenakan mereka dapat memberikan produk mereka  di setiap negara berbeda dengan
menyesuaikan tingkat kebutuhan dan preferensi negara tersebut.  Strategi pemasaran  yang
IKEA gunakan disini juga dapat disesuaikan pada tiap negara sehingga IKEA mampu
menjangkau lebih banyak konsumen. Stategi dalam pemilihan supplier dan efisiensi dalam
faktor produksi juga tidak kalah penting dalam meningkatkan penjualan. 
Kisah IKEA telah mengajari saya bahwa kekuatan ada dalam teknologi, semakin
cepat dan mudah pelanggan dapat mengakses produk Anda, semakin populer produk itu.
IKEA bersedia mengubah gaya produknya untuk memenuhi permintaan barang tersebut bagi
pelanggan tersebut di mana pun di dunia tempat tinggal pelanggan. Dengan beragamnya
produk IKEA, kelas menengah di seluruh dunia memiliki lebih banyak kesamaan satu sama
lain. IKEA menjadikan toko gudang dan layanan online sebagai “one stop shop” untuk rumah
di seluruh dunia.
“IKEA adalah raja globalisasi dibandingkan dengan banyak pesaing lokal di industri
furnitur (Capell et al., 2005; Hollensen, 2007b), jika kita memahami globalisasi sebagai
proses yang mengarah pada saling ketergantungan dan kesadaran bersama yang lebih besar
antara ekonomi, politik, dan ekonomi. unit sosial di dunia, dan di antara aktor pada umumnya
(Guillen, 2001). Dengan demikian globalisasi berarti bahwa pemain global besar seperti
IKEA dihadapkan pada peningkatan kesadaran global dan saling ketergantungan, yang diakui
ketika IKEA mempromosikan alasan untuk mempertimbangkan IKEA sebagai perusahaan
masa depan.”
DAFTAR PUSTAKA 

Hill, Charles, W.L (2011). International Business: Competing in the Global Marketplace.—
McGraw Hill-Irwin- 8 edn
th

Rahimaji, A. (2019) “STRATEGIC MANAGEMENT ANALISIS SWOT PADA


PERUSAHAAN IKEA INDONESIA”, Jurnal Ekonomi Manajemen Sistem Informasi, 1(2),
pp. 147-154. doi: 10.31933/jemsi.v1i2.65.

StudyMoose. (2016). Closing Case of IKEA. [Online]. Available at:


https://studymoose.com/closing-case-of-ikea-essay [Accessed: 31 Aug. 2021]

Anda mungkin juga menyukai