Anda di halaman 1dari 6

Rev-2 Oktober 2016

Mini Case: IKEA Global dan Jakarta (2016)


Oleh : Sukono Soebekti, PhD.
Executive Coach di bidang Strategic Management

IKEA adalah sebuah perusahaan perabot rumah tangga yang menyediakan produk
perabot rumah tangga berkualitas melalui biaya rendah. Biaya rendah tersebut
dimungkinkan berkat dijalankannya tiga strategi unggulan secara konsisten, yaitu:
(1) Semua proses yang mahal seperti produksi di outsource, termasuk pemasangan
perabot di “outsource” ke pembeli. (2) IKEA bekerjasama erat dengan para pemasok
guna mendapatkan desain yang inovatif, serta solusi solusi untuk membuat produksi
dan distribusinya menjadi sangat efisien. (3) Menganalisis seluruh supply chain agar
efisien tetapi juga menjunjung tinggi CSR (Corporate Social Responsibility).

IKEA didirikan oleh Ingvar Kamprad di tahun 1943 yang mencerminkan semangat
pertanian di Swedia. Nama IKEA adalah kepanjangan dari I=Ingvar; K=Kamprad; E=
Elmtaryd, lahan pertanian didaerah itu; A= Algunnaryd, desa tempat tinggal IK.
Bermula dari memproduksi perabot rumah tangga yang dijajakan dari rumah ke
rumah, kemudian di tahun 1951 penjualan IKEA dibantu dengan katalog. Showroom
pertama IKEA dibuka di Almhult, Swedia,dan sejak itu perusahaan ini bertumbuh
dengan pesat. Di Tahun 2011, IKEA merupakan Pengecer (Retailer) perabot rumah
tangga terbesar didunia, dengan 322 toko tersebar di 38 negara. Pada bulan
September 2014, IKEA merencanakan membuka showroom nya yang pertama
berlokasi di Alam Sutera, Jakarta, Indonesia. IKEA Indonesia bermitra dengan Grup
Hero.

Misi IKEA adalah: “Menciptakan kehidupan sehari hari yang lebih baik bagi banyak
orang”. Misi ini ditunjang dengan Arah Strategi “Menyediakan berbagai pilihan
perabot rumah dengan Desain yang menarik, Fungsi yang baik dan Harga serendah
mungkin sehingga bisa terjangkau oleh sebanyak mungkin orang”. Misi dan Arah
Strategi ini menjadi pedoman kuat dalam seluruh proses bisnis, mulai dari desain
produk sampai kemudahan bagi pembeli dalam merakit perabot tersebut. Prinsip
Democratic Design yang berazaskan lima faktor: Bentuk, Fungsi, Kualitas, Murah
dan memperhitungkan keberlangsungan hidup (Sustainability) diterapkan dengan
konsisten.

Produk yang dijual IKEA tercatat lebih dari 12000 jenis. Dalam proses desain,
bentuk yang menarik serta nilai fungsional yang tinggi serta juga kemudahan
pengepakan sudah mulai dipikirkan dengan matang. Oleh sebab itu, para ahli desain
IKEA bekerjasama dengan para pemasok untuk menghasilkan produk yang
istimewa ini. IKEA bekerja sama dengan ribuan pemasok diseluruh dunia,
menandakan pentingnya proses pengiriman, produksi dan distribusi. Oleh sebab itu
IKEA menggunakan Product Informaton Assistance (PIA) yang merupakan salah
satu bagian dari sistem ICT dari IKEA.

Di tahun 1990 IKEA mencanangkan program CSR (Corporate Social Responsibility)


untuk semua tahapan bisnisnya. Semua pemasok harus tunduk pada kode etik IKEA
yang tercantum dalam IWAY (IKEA Way). Artinya, semua pemasok harus patuh
terhadap aturan hukum, kelayakan kondisi kerja, tidak mempekerjakan karyawan
dibawah umur serta menjaga kelestarian lingkungan dan alam. Juga pengurangan
emisi karbon serta penggunaan energi terbarukan merupakan salah satu tujuan
utama IKEA yang perlu dipatuhi oleh para pemasoknya. Beberapa insiiatif IKEA
dalam pelestarian lingkungan mencakup: menghindari penggunaan PVC didalam
produknya, mendesain bantal yang bisa ditiup untuk menghindari berat angkut yang
berarti menhemat bahan bakar, menggunakan bahan kayu yang bersertifikat ramah
lingkungan, serta memakai kemasan yang dapat didaur ulang.

Jumlah pemasok IKEA berjumlah lebih dari 1200 perusahaan tersebar di 55 negara.
Pusat Distribusinya berjumlah 31 buah dan tersebar di 16 negara. Cina merupakan
negara pemasok terbesar bagi IKEA. Salah satu cara untuk mempertahankan biaya
rendah adalah dengan melakukan kontrak jangka panjang dimana para pemasok
mendapatkan jaminan rasa aman.

Dalam hal distribusi, IKEA berpegang pada kiat “Volume Besar + Kemasan Datar
(Flat Pack)= Biaya Rendah”. Semua produk didesain agar dalam pengepakannya
tidak ada ruang terbuang. Misalnya pada desain Cangkir yang kupingnya terbuka
dibagian bawahnya, memungkinkan 6 buah cangkir ditumpuk dengan ringkas.
Penghematan dalam volume serta berat ini sangat berarti dalam menghemat biaya
keseluruhan.
Website IKEA diluncurkan pada tahun 1997 dan 3 tahun sesudah itu pengguna jasa
IKEA di Swedia dan Denmark sudah dapat berbelanja on-line. Web site IKEA juga
menyediakan ide dan advis dalam mendesain berbagai ruangan sesuai keinginan
pembeli. Keberadaan Web-site ini telah menghemat banyak biaya tenaga kerja dan
barang cetakan dengan tetap memberikan manfaat yang sama ke pembeli. Dari
pengalaman mengunjungi IKEA store di beberapa negara, nampak ada perbedaan
jumlah penjaga tokonya. Di IKEA Store Alexandria, Singapore, nampak cukup
banyak petugas IKEA yang dapat ditanyai pendapatnya. Sedangkan di IKEA Store
Furuset, Norway, dan juga di Gotheburg, Swedia, jumlah penjaga tokonya sangat
minim, bahkan pembayaran dan check-out barang dioperasikan sendiri oleh
pembeli, tanpa kehadiran penjaga counter.

CUSTOMER EXPERIENCE DI IKEA JAKARTA 2016

Berkunjung ke IKEA showroom di Alam Sutera, Jakarta, merupakan suatu


pengalaman yang unik. Toko IKEA ini ramai dikunjungi pada akhir pekan, dimana
para pengunjung dapat menyediakan cukup waktu untuk berbelanja. IKEA umumnya
memilih mendirikan tokonya di luar pusat kota guna mendapatkan lahan yang tidak
terlalu mahal, mengingat memang showroom IKEA memerlukan lahan yang luas.

Bagi pengunjung yang menggunakan mobil pribadi, IKEA menyediakan parkir


dibawah gedung yang cukup luas dan tidak dipungut bayaran. Selain tempat parkir
kendaraan, ada area loading dock (pelataran untuk memuat barang) yang dapat
digunakan oleh pembeli jika ingin memuat barangnya ke mobil.

Waktu memasuki show-room, suasana ceria, rapih dan indah menggugah semangat
customer. Perjalanan didalam toko dipandu oleh tanda panah dilantai yang
memudahkan pengunjung menelusuri alur kunjungannya. Pengunjung bebas
mengambil katalog, pensil untuk mencatat serta pita ukur yang kadang diperlukan
pada waktu memilih perabot.

Dalam melihat perabot rumah tangga ini pengunjung bebas mencoba, memotret dan
merasakan sentuhan barang barang yang dipamerkan. Perabot rumah tangga ini di
tata dengan susunan menarik dan dilengkapi dengan barang barang kecil seperti
layaknya pemakaian didalam hunian. Apabila pelanggan merasa coock dengan
perabot yang dipilihnya, ia mencatatnya dalam formulir catatan yang dilengkapi
dengan informasi lokasi rak (digudang) dimana barang tersebut harus diambil. Ada
beberapa petugas IKEA yang membantu apabila ada info atau prosedur yang
kurang jelas. Harga, ukuran, bahan dari semua perabot di informasikan dengan jelas
pada setiap barang yang dipamerkan.

Apabila pengunjung sudah memilih barang yang ingin dibelinya, mereka perlu
mengambilnya sendiri di rak rak besar yang sudah bertuliskan nomor barang
lengkap dengan spesifikasinya. Perabot IKEA semua dikemas dalam bungkus
karton yang tipis dan umumnya bisa diangkat oleh seorang dewasa dengan mudah.
Hampir tidak ada ruang kosong dalam kemasan IKEA sehingga membuat
pengangkutannya mudah dan penyimpanannya bisa sangat ringkas. Perabot yang
dibeli dibawa oleh pembeli ke loading platform (tempat memuat barang) dengan
menggunakan trolley ukuran besar.

Sesampainya dirumah, pembeli merakit sendiri perabotnya. Buku panduan


memasang samasekali tidak menggunakan panduan kata kata, melainkan
menggunakan gambar / sketsa yang merupakan bahasa universal. Tidak ada alat
tambahan yang diperlukan dalam merakit perabot karena semua sekrup,
pasak,serta obeng disediakan didalam kantong peralatan. Namun demikian, tidak
semua orang bersedia membawa serta merakit sendiri perabot IKEA. Untuk itu IKEA
menyediakan jasa pengiriman bekerjasama dengan G0-Box dan menyediakan juga
jasa pemasangan.

Salah satu hal yang menarik dari kebijakan IKEA adalah dengan membolehkan
pembeli mengembalikan barang yang sudah dibeli dalam waktu 30 hari asalkan
masih belum dipakai. Ini berbeda dengan kebijakan umumnya toko toko di Jakarta
yang dengan nada peringatan menyatakan bahwa barang yang sudah dibeli tidak
bisa dikembalikan atau ditukar.

Selain menjual perabot rumah tangga, show-room IKEA juga dilengkapi dengan
tempat bermain bagi anak serta menyediakan restoran. Tempat bermain anak
disediakan agar orang tua bebas memilih perabot, sedangkan sang anak yang
mungkin bosan apabila mengikuti orang tuanya berbelanja selama ber jam jam,
dapat dititipkan di ruang bermain. Tempat bermain diasuh oleh petugas yang
memastikan keamanan anak termasuk pada waktu serah-terima kembali ke orang
tuanya. Restoran IKEA menyediakan makanan Eropa yang mungkin tidak
sepenuhnya cocok dengan lidah orang Indonesia. Minuman disediakan dengan
harga yang cukup pantas untuk restoran sekelas IKEA. Harga secangkir kopi,
misalnya, dijual dengan harga 9000 rupiah. Kopi yang disuguhkan berasal dari biji
kopi asli yang digerus pada waktu pembeli ingin mengisi cangkirnya. Sebagai
tambahan manfaat, pembeli diperbolehkan mengisi ulang cangkir kopinya
sepuasnya dengan gratis (free refill).

Sesudah pembeli membayar barang pilihannya di kasir, IKEA juga menyediakan


toko kecil yang menjual kue kue buatan negara Skandinavia, serta juga kios
makanan cepat saji yang menjual makanan kecil dan minuman ringan.

IKEA memang teliti dalam merancang pengalaman pengunjung sejak calon


pelanggan mencari informasi di web-site IKEA, mengunjungi toko serta merakit
perabot serta menggunakannnya. Merakit perabot IKEA memberikan pengalaman
tersendiri pelanggan. Banyak pelanggan yang merasa bangga karena turut
membangun perabot pilihannya. Perhatian IKEA terhadap masayarakat dan
lingkungan merupakan salah satu hal yang juga dilakukan IKEA. Di akhir minggu
ada kegiatan bagi remaja, seperti lomba lukis bagi remaja serta pertunjukan rampak
gendang yang diadakan di lobi dekat pintu masuk pengunjung. IKEA juga memberi
kepedulian yang besar terhadap lingkungan hidup. Bahan bahan perabot IKEA serta
kemasannya dibuat dengan bahan yang dapat didaur ulang guna menjaga
kelestarian bumi.

Jakarta, Oktober 2016.

REFERENSI:

Bartlett, C. Etal. (2006) IKEA’s Global Sourcing Challenge: Indian Rugs and Child Labor (B) HBS
Publishing.

Chopra, R (2009), “IKEA Case Study”

Davies, P.B. (2013) Additional Case Study : IKEA, based on Sharon Cox “ Business Information
Systems”, Birmingham City University

Kompas.com (8 November 2013) “Tahun Depan IKEA buka toko di Indonesia”


Harian Kompas, 21 September 2014: “Tentang Manusia dan Kebudayaan” halaman 1 dan “Senja di
Agunnaryd”, halaman 24

Lief, C (2008), IKEA: Past, Present and Future. IMD International

National Geographic Video (2009): Megafactories: IKEA

Stephen Kelly (2010), International Supply Chain Management.

Wikipedia (2014), IKEA

Kunjungan ke IKEA Store (2014): Furuset, Norway serta Gotheburg, Swedia

Kunjungan ke IKEA Store (2015-2016) Alam Sutera, Jakarta

www.ikea.com

Anda mungkin juga menyukai