MAKASSAR
Saddam Musma, Andi Gau Kadir, Andi Syamsu Alam,
Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Jurusan Administrasi Publik
Konsentrasi Administrasi Pemerintahan Daerah
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah: (a)Untuk menganalisis implementasi program
pembinaan bagi anak jalanan di Kota Makassar, (b)Untuk menganalisis faktor-faktor
yang berpengaruh pada efektifitas program pembinaan bagi anak jalanan di Kota
Makassar.
Metode yang digunakan di dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif, dengan
menyajikan hasil temuan dan kesimpulan analisis dengan menggunakan desain studi
kasus. Setelah terkumpulnya data kemudian dilakukan penyederhanaan data
selanjutnya melakukan analisis data secara kualitatif.
Hasil penelitian ini yaitu secara umum Implementasi Kebijakan pembinaan anak
jalanan yang dilakukan Dinas Sosial kota Makassar cukup baik. Pemerintah Kota
Makassar khususnya Dinas Sosial Kota Makassar telah menempuh langkah-langkah
untuk pembinaan anak jalanan dengan berpedoman pada Peraturan Daerah No.8
Tahun 2008 tentang Tentang Pembinaan Anak Jalanan, Gelandangan, Pengemis Dan
Pengamen Di Kota Makassar ditinjau dari Bentuk Pembinaan, Program pembinaan,
mengurangi eksploitasi, melakukan pemberdayaan terhadap anak jalanan, bimbingan
lanjutan, dan partisipasi masyarakat.
Kata kunci : kebijakan, implementasi, anak, jalanan
PENDAHULUAN
Anak merupakan aset bangsa sebagai bagian dari generasi muda, anak
berperan sangat strategis sebagai succesor suatu bangsa. Dalam konteks ini, anak
adalah penerus cita-cita perjuangan bangsa. Peran strategis ini telah disadari oleh
masyarakat internasional untuk melahirkan sebuah konvensi hak-hak anak yang
intinya menekankan posisi anak sebagai makhluk manusia yang harus mendapatkan
perlindungan atas hak-hak yang dimilikinya.
Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 menentukan bahwa
perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan
hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, dan berkembang, dan berpartisipasi, secara
optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Perlindungan anak dapat juga diartikan
sebagai segala upaya yang bertujuan mencegah, rehabilitasi, dan memberdayakan
anak yang mengalami tindak perlakuan salah (child abused), eksploitasi, dan
penelantaran, agar dapat menjamin kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak
secara wajar baik fisik, mental, dan sosialnya.
Salah satu topik yang sering diperbincangkan dan penting untuk dilindungi adalah
mengenai hak-hak anak, terutama anak jalanan. Fenomena anak jalanan merupakan
gambaran nyata bahwa pemenuhan terhadap hak-hak anak masih jauh dari harapan.
Kondisi anak jalanan yang harus bekerja di jalan secara tidak langsung
1
menghilangkan hak-hak yang seharusnya diperoleh anak. Anak jalanan justru harus
berada di jalanan ketika seharusnya bersekolah, mendapat pendidikan, bermain
dengan teman-teman seusianya dan melakukan hal-hal lain yang dapat menunjang
pertumbuhannya sebagai manusia.
Kementerian sosial memperkirakan setidaknya terdapat sekitar 50.000 anak
yang tinggal dan mencari nafkah di jalan di kota-kota besar di Indonesia pada tahun
1999. Namun mereka sendiri memperkirakan bahwa anak jalanan berjumlah jauh di
atas 50.000 anak. Tahun 2010, jumlah anak jalanan di Indonesia mencapai 200.000
anak dan pada tahun 2012 meningkat menjadi 230.000 anak. Lalu pada Tahun 2016,
Kemensos mengungkapkan jumlah anak jalanan sudah mencapai 4,1 juta (jawa pos,
2017). Ini berarti jumlah anak jalanan semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Pemerintah dalam hal ini telah mengeluarkan kebijakan tentang bagaimana
mengurangi jumlah pengemis dan geladangan. Pemerintah pusat bekerja sama
dengan pemerintah daerah telah lama mengeluarkan beberapa kebijakan yang
dituangkan dalam peraturan peraturan daerah , khusus di Kota Makassar diatur dalam
undang-undang no 2 tahun 2008 Tentang Pembinaan Anak Jalanan, Gelandangan,
Pengemis dan Pengamen Di Kota Makassar. Pemerintah daerah dalam peraturan
daerah tersebut sendiri telah mencanagkan beberapa program pembinaan dan
pengalokasian anak Anak jalanan. Namun apa yang terjadi saat ini, masih banyak
masyarakat miskin tersebut yang seharusnya mendapat perhatian pemerintah hingga
saat ini banyak kita temukan di jalan-jalan ibu kota Makassar. Untuk wilayah kota Kota
Makassar, berdasarkan data jumlah anak jalanan serta gelandangan berjumlah sekitar
42.986 orang (teropongsenayan.com, 2016). Hal ini didukung oleh Data dari Dinas
Sosial Kota Makassar, bahwa pada tahun 2016 Dinsos tercatat mengamankan 798
orang dari sejumlah titik jalan di Makassar dengan berbagai persoalannya. Kota
Makassar tidak akan pernah bersih dari pengemis, anak jalanan (anjal), gepeng dan
gelandangan. Padahal, Dinas Sosial Kota Makassar terus memaksimalkan penertiban.
Pengamatan langsung di lapangan, terlihat aktifitas anak jalanan dan pengemis paling
nampak di Jalan Pengayoman persis diperempatan jalan, termasuk mendatangi
warung kopi di kawasan Boulevard. Mereka ada yang menggendong bocah untuk
mendapatkan belas kasihan dari pengguna jalan.
METODELOGI PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Dalam memperoleh data dan informasi yang dapat
dipertanggungjawabkan, maka Penulis akan mengadakan penelitian di beberapa
instansi yaitu, Dinas Sosial Kota Makassar, Lembaga Perlindungan Anak di Kota
Makassar, dan Panti Sosial. Alasan dipilihnya tempat tersebut sebagai lokasi penelitian
adalah karena dari instansi tersebut penulis dapat mencari data dan informasi yang
relevan dengan judul penelitian
Jenis dan Sumber Data
Dalam penulisan tesis ini penulis menggunakan dua jenis sumber data, yaitu data
primer dan data sekunder. Data Primer adalah Data yang diperoleh dengan
mengadakan wawancara kepada Dinas Sosial Kota Makassar, Lembaga Perlindungan
Anak di Kota Makassar, Panti Sosial yang banyak berhubungan dengan Jalanan di
Kota Makassar. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari penelitian
2
kepustakaan berupa literature dan dokumen-dokumen, buku, serta peraturan
perundang-perundangan dan bahan tulis yang berkaitan erat dengan objek yang akan
dibahas.
Teknik Analisis Data
Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian, maka penelitian yang dilakukan
menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, dengan menyajikan hasil temuan dan
kesimpulan analisis dengan menggunakan desain studi kasus. Setelah terkumpulnya
data kemudian dilakukan penyederhanaan data selanjutnya melakukan analisis data
secara kualitatif.
PEMBAHASAN
Dalam rangka mewujudkan good governance di Indonesia maka perlu
dikembangkan penyelenggaraan pelayanan publik yang mencirikan karakteristik yang
selama ini melekat dalam good governance. Karakteristik tersebut seperti efisiensi,
transparansi, akuntabilitas, responsibilitas dan responsivitas dapat diterjemahkan
secara relatif mudah dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Responsivitas sebagai
salah satu karakteristik good governance sangat diperlukan dalam pelayanan publik
karena hal tersebut merupakan bukti kemampuan organisasi untuk mengenali
kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan serta
mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan
aspirasi masyarakat. Dengan demikian responsivitas pemerintah sebagai salah satu
perwujudan good governance harus mencakup seluruh kepentingan publik termasuk
perlindungan anak. Setiap anak berhak untuk mendapatkan perlindungan,
sebagaimana telah diatur dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak. Pemerintah dapat dikatakan bertanggung jawab jika mereka dinilai
mempunyai responsivitas (daya tanggap) yang tinggi terhadap apa yang menjadi
permasalahan, kebutuhan, keluhan, dan aspirasi masyarakat yang diwakilinya; mereka
cepat memahami apa yang menjadi tuntutan publik, dan berusaha semaksimal
mungkin memenuhinya; ia dapat menangkap masalah yang dihadapi publik dan
berusaha untuk mencari solusinya; mereka tidak suka menunda-nunda waktu,
memperpanjang jalur pelayanan, atau mengutamakan prosedur tetapi mengabaikan
subtansi. Dengan demikian responsivitas pemerintah sebagai salah satu perwujudan
good governance harus mencakup seluruh kepentingan publik termasuk perlindungan
anak. Setiap anak berhak untuk mendapatkan perlindungan, sebagaimana telah diatur
dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Dalam
19Ibid, h. 80. bab III Undang-Undang Perlindungan pasal 4 sampai 19 menjelaskan
hak-hak anak sebagai berikut: hak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
berpartisipasi, berhak atas suatu nama sebagai identitas diri, berhak untuk beribadah,
berhak mengetahui orang tuanya, berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan
jaminan sosial, berhak memperoleh pendidikan, berhak menyatakan dan didengar
pendapatnya, berhak beristirahat, berhak mendapatkan perlindungan hokum.
Dalam menghadapi dan menanggulangi masalah anak secara kompleksitas,
berbagai perbuatan perlu ditangani secara lebih serius, sebagai proses untuk
mengantisipasi perkembangan fisik, jiwa dan mental maupun kehidupan sosiologis
yang lebih baik. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1979 tentang
kesejahteraan anak mengatur mengenai hak-hak anak yang terdapat dalam Pasal 2
3
sebagai berikut: (1) Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan
bimbingan berdasarkan kasih sayang baik dalam keluarganya maupun di dalam
asuhan khusus untuk tumbuh dan kembang dengan wajar; (2) Anak berhak atas
pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya, sesuai
dengan negara yang baik dan berguna; (3) Anak berhak atas pemeliharaan dan
perlindungan, baik semasa dalam kandungan maupun sesudah dilahirkan; (4) Anak
berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau
menghambat pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar.
Pembinaan pencegahan
Pembinaan pencegahan sendiri dilakukan dalam beberapa bentuk kegiatan, guna
mengefektifitaskan peraturan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota Makassar.
Berikut merupakan bentuk kegiatan yang dilakukan Pemerintah Kota Makassar yang
dimotori oleh Dinas Sosial Kota Makassar, yaitu :
a) Pendataan ;
b) Pemantauan, pengendalian, dan pengawasan ;
c) Kampanye yang dilanjutkan dengan kegiatan sosialisasi.
Dari ketiga bentuk kegiatan tersebut juga tidak dilakukan begitu saja, tetapi ada alur
dari ketiga kegiatan pembinaan pencegahan tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan
yang dicocokkan dengan isi peraturan yang ditetapkan Pemerintah Kota Makassar,
maka penulis dapat menggambarkan kerangka dari proses pembinaan pencegahan
4
yang dilakukan Pemerintah Kota Makassar dalam ini Dinas Sosial Kota Makassar yang
bekerja sama dengan unsur-unsur terkait seperti LSM (Lembaga Swadaya
Masyarakat), serta lembaga-lembaga yang berkecimpung dalam bidang pemerhati
anak. Berikut merupakan kerangka sari proses pembinaan pencegahan
Pembinaan Lanjutan
Pembinaan Lanjutan merupakan pembinaan yang menitikberatkan ke
peminimalisiran jumlah anak-anak jalanan yang melakukan aktifitasnya di tempat-
tempat umum. Pembinaan Lanjutan juga lebih mengarah kepada masa depan anak
jalanan tersebut. Selain itu pembinaan lanjutan juga sebagai lanjutan dari langkah
pembinaan pencegahan yang telah dilakukan sebelumnya.
Jadi apabila kata rehabilitasi dipadukan dengan kata sosial, maka rehabilitasi sosial
bisa diartikan sebagai pemulihan kembali keadaan individu yang mengalamai
permasalahan sosial kembali seperti semula.
Rehabilitasi sosial merupakan upaya yang ditujukan untukmengintegrasikan kembali
seseorang ke dalam kehidupan masyarakatdengan cara membantunya menyesuaikan
diri dengan keluarga, masyarakat, dan pekerjaan. Seseorang dapat berintegrasi
dengan masyarakat apabila memiliki kemampuan fisik, mental, dan sosial serta
diberikan kesempatan untuk berpartisipasi. Semisal terdapat seseorang yang
mengalami permasalahan sosial seperti gelandangan atau pengemis, maka mereka
akan dicoba untuk dikembalikan kedalam keadaan sosial yang normal seperti orang
pada umumnya. Mereka diberi pelatihan atau keterampilan sehingga mereka tidak
kembali lagi menjadi gelandangan atau pengemis dan bisa mencari nafkah dari
keterampilan yang ia miliki tadi.
Berdasarkan hasil penelitian yang dicocokan dengan isi dari Peraturan Daerah Nomor
2 Tahun 2008 tentang Pembinaan Anak Jalanan ternyata betul bahwa pemerintah
telah berusaha untuk menangani anak jalanan dan meminimalisir jumlah anak jalanan
yang sering melakukan aktivitasnya di tempat-tempat umum di Kota Makassar.
5
untuk yang balita dilakukan pendekatan pembinaan dalam keluarga serta
pendampingan dan pemberian makanan tambahan.
Berdasarkan hasil penelitian, selama ini pemerintah kota Makassar sudah sangat
efektif dalam menjalankan program pembinaan. Dimana di dalam menjalankan
program pembinaan atau usaha rehabilitasi tersebut pihak pemerintah kota Makassar
telah menggalang kerja sama dengan instansi-instansi yang terkait baik itu instansi
formal maupun non-formal.
Eksploitasi
Pemberdayaan
Bimbingan Lanjut
Bimbingan lanjut merupakan lanjutan dari bentuk pembinaan yang terdapat dalam
Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Pembinaan Anak Jalanan (data
terlampir). Bimbingan lanjut merupakan usaha pembinaan dari pembinaan pencegahan
dan usaha rehabilitasi. Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas bahwa bimbingan
lanjut dilakukan melalui monitoring, artinya para aparatur langsung turun ke tempat-
tempat dimana mereka membuka dan mengembangkan usaha mereka sendiri.
Partisipasi Masyarakat
6
Partisipasi bisa diartikan sebagai keterlibatan seseorang secara sadar ke dalam
interaksi sosial dalam situasi tertentu. Dengan pengertian itu, seseorang bisa
berpartisipasi bila ia menemukan dirinya dengan atau dalam kelompok, melalui
berbagai proses berbagi dengan orang lain dalam hal nilai, tradisi, perasaan,
kesetiaan, kepatuhan dan tanggungjawab bersama.
Berdasarkan hasil penelitian, Masyarakat telah terlibat aktif melalui lembaga
sosial berupa komunitas untuk membina anak jalanan. namun beberapa kelompok
masyarakat belum melakukan kerja sama langsung dengan Pemerintah salah satunya
Dinas Sosial sebagai pelaksana perda no 2 tahun 2008 tentang pembinaan anak
jalanan, gelandangan, pengemis dan pengamen di Kota Makassar. Padahal secara
tidak langsung selama ini tugas Dinas Sosial untuk mengurangi anak jalanan di Kota
Makassar terbantukan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat dianalisis bahwa secara umum Implementasi
Kebijakan perlindungan anak jalanan yang dilakukan Dinas Sosial kota Makassar
cukup baik. Pemerintah Kota Makassar khususnya Dinas Sosial Kota Makassar telah
menempuh langkah-langkah untuk pembinaan anak jalanan dengan berpedoman pada
Peraturan Daerah No.8 Tahun 2008 tentang Tentang Pembinaan Anak Jalanan,
7
Gelandangan, Pengemis Dan Pengamen Di Kota Makassar ditinjau dari Bentuk
Pembinaan, Program pembinaan, mengurangi eksploitasi, melakukan pemberdayaan
terhadap anak jalanan, bimbingan lanjutan, dan partisipasi masyarakat.
Faktor yang mempengaruhi Kebijakan Implementasi Pembinaan anak Jalanan di
kota makassar yang ditinjau dari komunikasi, Sumber daya manusia, disposisi atau
sikap, dan struktur birokrasi yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial Kota Makassar cukup
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Faried, Andi Samsu Alam. 2011. Studi Kebijakan Pemerintah. Refika Aditama:
Bandung.
Ali Faried, Andi Samsu Alam. 2012. Studi Analisa Kebijakan. Refika Aditama:
Bandung.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka
Cipta : Jakarta.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian.Rineka Cipta :Jakarta.
Badan Kesejahteraan Sosial Nasional (BKSN) 2000. Modul Pelatihan Dan
Irma Setyowati Sumitro. 1990. Aspek Hukum Perlindungan Anak. Jakarta:
Bumi Aksara.
Kartini Kartono. 1992. Pathologi Sosial (2), Kenakalan Remaja, Jakarta: Rajawali Pers.
Maidin Gultom. 2008. Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dalam Sistem Peradilan
Anak Di Indonesia. Bandung: Refika Aditama
Marlina. 2012. Peradilan Pidana Anak di Indonesia (Pengembangan
Konsep Diversi dan Restorative Justice). Bandung: Refika Aditama
Maulana Hassan Wadong. 2000. Advokasi dan Hukum perlindungan
Anak. Jakarta: Grasindo