Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN VISITASI BENCHMARKING

LOKUS

DINAS PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN


KOTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

OLEH

SADDAM MUSMA, S.STP., M.Si


NIP. 19750423 200801 2 008
Nomor Peserta: 09

BADAN KEPEGAWAIAN & PENGEMBANGAN SDM DAERAH


KOTA MAKASSAR BEKERJA SAMA DENGAN
BPSDM PROVINSI SULAWESI SELATAN
TAHUN 2019

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil Alamin Puji syukur senang tiasa kita panjatkan kehadirat Allah
SWT atas segala limpahan Berkah dan Rahmat dan Karunianya sehingga “ Laporan Visitasi
Benchmarking Yogyakarta” dapat diselesaikan.
Kegiatan Benckhmarking adalah suatu proses yang memungkinkan Organisasi dapat
membandingkan dengan organisasi competitor dan selanjutnya menjadi alat strategi bagi
manajemen untuk meningkatkan kinerjanya.
Benchmarking ke Dinas Penanaman Modal Perizinan Kota Yogyakarta merupakan
implementasi suatu kegiatan yang tidak terpisah dengan penyusunan rancangan proyek
perubahan yang dilakukan setiap peserta DIKLATPIM IV Angkatan CCCXXXVII Kota
Makassar yang bekerja sama dengan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia(BPSDM)
Propinsi Sulawesi Selatan.
Untuk mendapatkan input guna menguatkan rancangan proyek perubahan dimaksud
diperlukan kegiatan Benchmarking dan diharapkan dapat membekali peserta dengan
kemapuan mengadopsi dan mendaptasi keunggulan organisasi yang dijadikan obyek
Benchmarking yang memmiliki Dinas Penanaman Modal Perizinan Kota Yogyakarta dalam
pengelolaan kegiatan . kegiatan ini dilakukan dengan melakukan kunjungan lapangan pada
suatu lokus ( Daerah ).
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada Kepala Badan
Pendidikan dan Pelatihan Kota Makassar yang telah memberikan kesempatan untuk
mengikuti kegiatan ini dan kepada Bapak Karyadi Kadar,S.Sos.,MM selaku Coach
/pembimbing serta semua pihakyang telah membantu sehingga kegiatan Benchmarking ini
dapat terlaksana dengan baik.

Makassar, 29 Nopember 2019

Reformer

SADDAM MUSMA, S.STP., M.Si

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………...………………………………………………………………i
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG ................................................................................................................ 1
B. MAKSUD, TUJUAN DAN MANFAAT ................................................................................... 1
1. Maksud.................................................................................................................................... 1
2. Tujuan ..................................................................................................................................... 1
3. Manfaat ................................................................................................................................... 2
C. RUANG LINGKUP ........................................................................................................................ 2
D. MENGUMPULKAN DATA .......................................................................................................... 2
BAB II..................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 3
A. DESKRIPSI UMUM KOTA YOGYAKARTA ......................................................................... 3
1. Sejarah Kota Yogyakarta ........................................................................................................ 3
2. Letak Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta ....................................................................... 4
3. Pemerintahan Kota Yogyakarta .............................................................................................. 5
B. TAHAPAN PELAKSANAAN BENCHMARKING KE BEST PRACTICE. ........................... 7
1. Pembekalan ............................................................................................................................. 7
2. Penerimaan Peserta ................................................................................................................. 7
3. Kunjungan ............................................................................................................................... 8
4. Object Best Pratice Kelompok II ............................................................................................ 8
5. Seminar Hasil Benchmarking ............................................................................................... 10
BAB III ................................................................................................................................................. 11
PENUTUP ............................................................................................................................................ 11
A. KESIMPULAN ......................................................................................................................... 11
B. SARAN ..................................................................................................................................... 11
LAMPIRAN - LAMPIRAN ................................................................................................................. 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan dan pelatihan kepemimpinan tingkat IV pola baru merupakan pola


pendidikan dan pelatihan aparatur yang bertujuan untuk membentuk kompetensi
kepemimpinan operasional yang akan berperan dalam melaksanakan tugas dan fungsi
pemerintahan di Instansi masing – masing ,kemampuan mengimplementasikan dan
memimpin sebuah kegiatan instansi diindikasikan dengan kemampuan membangun
karakter dan sikap perilaku intergritas sesuai dengan peraturan perundang – undangan
dan kemampuan menjunjung tinggi etika public, taat pada nilai – nilai norma, moralitas
dan tanggungjawab dalam memimpin dan menjalankan tugas – tugas organisasi masing –
masing sesuai dengan kewenangan dan ditunjang dengan inovasi dan kreatifitas dan
efisien pelaksanaan kegiatan instansi.
Salah satu mata diklat dari agenda tahap III adalah benchmarking yaitu suatu
proses membandingkan dan mengukur suatu kegiatan organisasi terhadap proses
implementasi yang terbaik sebagai sebagai inspirasi dalam meningkatkan kinerja
( Perfomence ) organisasi. Pada kegiatan benchmarking ini diharapkan kepada peserta
mampu mengadopsi dan mengadaptasi keunggulan organisasi yang menjadi focus lokus
benchmarking.
B. MAKSUD, TUJUAN DAN MANFAAT
1. Maksud
Maksud dari benchmarking yaitu membandingkan antara materi yang
diperoleh di kelas dengan pengalaman di instansi masing - masing peserta dengan
kenyataan khususnya yang diamati ditempat benchmarking serta dapat
memberikan pengalaman kepada reformer untuk mengadopsi dan mengadatasi
keunggulan organisasi yang dimiliki organisasi yang menjadi locus
benchmarking.
2. Tujuan
Tujuannya yaitu untuk memperoleh gambaran kunci sukses pelaksanaan
benchmarking ke Dinas penanaman modal dan perizinan Yogyakarta yang
dikunjungi dan menambah pengetahuan dan pengalaman serta memperluas
wawasan terkait inovasi yang dapat ditiru dan dilaksanaka pada area tugas dan
kewenangan di instansi masing – masing.

1
3. Manfaat
Manfaatnya yaitu menciptakan pemahaman yang lebih baikbagi reformer
dalam mengukur dan mebandingkan kinerja pada suatu organisasi, meningkatkan
kesadaran akan kebutuhan perubahan dan mendorong tersiptatnya proses inovasi
pada unit organisasi yang menjadi tanggung jawabnya.
C. RUANG LINGKUP
Benchmarking merupakan salah satu agenda kegiatan dalam tahapan menrancang
proyek proyek perubahan dan mebandingkan dengan materi diklatpim yang didapat di
kelas, adapun ruang lingkup benchmarking ini sebagai berikut ;
1. Mengumpulkan dan mengelola data informasi tentang mitra benchmarking yaitu Kota
Yogyakarta.
2. Mengadopsi dan mengadatasi keunggulan organisasi yang menjadi lokus yakni pada
Kantor Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Kota Yogyakarta
3. Melakukan kunjungan ke masing –masing lokus untuk melakukan pengamatan dan
mempelajari best practice mereka dan melakukan penelitian atau identifikasi praktek
terbaik organisasi mereka.
D. MENGUMPULKAN DATA
Metode pengumpulan data dalam kegiatan Benchmarking yakni dengan cara
pembelajaran partisipatif melalui tanya jawab dengan stakeholder, dokumrntasi, dan
melalui website atau Sosial media.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. DESKRIPSI UMUM KOTA YOGYAKARTA

1. Sejarah Kota Yogyakarta


Nama Yogyakarta diambil dari dua kata yaitu
Ayogya atau Ayodhya yang berarti “Kedamaian”( tanpa
perang, a”tidak, yogya merujuk padda yodhya atau yudha
yang berarti perang”) dan karta yang berarti “Baik”.
Yogyakarta adalah Propinsi tertua kedua di
Indonesia setelah Jawa Timur, yang dibentuk oleh
pemerintah Negara bagian Indonesia. Kesultanan
Yogyakarta dan juga kadipaten Paku Alaman adalah cikal bakal atau asal usul kota
Yogyakarta, oleh jepang disebut Koti/kooti.
Berdirinya Kota Yogyakarta berawal dari adanya perjanjian Gianti pada tanggal
13 februari 1755 yang ditandatangani Kompeni Belanda dibawah tanda tangan
Gubernur Nicholas Hartingh atas nama Gubernur Jendral Jacob Mossel.
Isi perjanjian Gianti dibagi 2 (dua) yaitu setengah masih menjadi hak Kerajaan
Surakarta dan setengahnya lagi menjadi Hak pangeran Mangkubumi. Dalam
perjanjian itu pula Pangeran Mangkubumi diakui menjadi Raja atas setengah dearah
pedalaman Kerajaan jawa dengan gelar Sultan Hamengkubowono Senopati Ing Alega
Abdul Rachman Sayidin Panatagama Khalifatullah yan lebih dikenal dengan nama
Sultan Hamengkubowono I dan pada waktu itu Mataram yang ada didalam kekuasaan
itu diberi nama Nggayogyakarta Hadinigrat dan beribukota di Ngayogyakarta
(Yogyakarta ) dan pusat pemerintahan adalah hutan yang disebut Beringin dimana ada
sebuah desa yang disebut pachetokan dan pesanggrahan garjitowati yang dibuat oleh
susunahan paku buwono II, dirubah menjadi Ayodya disini lah Sultan
Hamengkubowono memerintahkan rakyatnya untuk membabad hutan dan mendirikan
kraton.
Kemudian Sultan Hamengkubowono menempati pesanggrahan Ambarkelawang
resmi pada tanggal 9 Oktober 1955 sementara waktu dan setahun kemudian
memasuki Istana baru sebagai peresmiannya padda tanggal 7 Oktober 1756.
Mengapa Yogyakarta disebut Daerah Istimewa karena Yogyakarta dipimpin
oleh seorang raja dan pernah menjadi Ibukota Negara Indonesia.Setelah Proklamasi

3
kemerdekaan 17 Agustus 1945 Sri Sultan Hamengkubowono IX dan Sri Paduka Alam
VIII menerima piagam penghargaan pengangkatan menjadi Gubernur dan Wakil
Gubernur Propinsi Daerah Istimea Yogyakarta dari Presiden RI Ir. Sukarno
Pada tanggal 5 September 1945 beliau mengeluarkan amanat yang menyatakan
bahwa daerah Kesultanan dan Daerah Pakualaman meruapakan Daerah Istimewa yang
menjadi bagian dari Republik Indonesia menurut pasal 18 UUD 1945.
Pada tahun 1946 Yogyakarta pernah menjadi Ibukota Negara Indonesia
disebabkan Belanda tidak menerima Indonesia dinyatakan merdeka dan menyerang
Kota Jakarta maka pemimpin bangsa memindahkan Ibukota ke Yogyakarta dan Sri
Sultan Hamengkubowo IX menyambut dengan sangat baik serta memberikan bantuan
sebanyak 2 juta gulden untuk membantu pemerintahan Indonesia bahkan
mempersilahkan Kraton RI dijadikan Istana NegaraYogyakarta menjadi Ibukota
Negara sampai tanggal 27 Desember 1949
Atas dasar TAP MPR Pemerintahan Daerah berdasarkan nomor
XXI/MPRS/1966 dikeluarkan Undang – Undang nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok
– pokok Pemerintahan di Daerah berdasarkan Undang – undang tersebut, Daerah
Istimewa Yogyakarta merupakan Propinsi dan juga Daerah tingkat I yang dipimpin
oleh Kepala Daerah dengan sebutan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta
dan Wakil Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta yang tidak terikat oleh
ketentuan masa jabatan, syarat dan cara pengangkatan bagi Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah
2. Letak Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta
Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di bagian tengah selatan pulau Jawa,
secara geografis terletak pada 80 30’ – 700 20’ Lintang Selatan dan 1090 40 – 1110 0’
Bujur Timur.
Berdasarkan bentang alam, wilayah Daerah istimewa Yogyakarta dapat
dikelompokkan menjadi 4 satuan fisiografi,yaitu ;
a. Satuan fisiografi Gunungapi Merapi
b. Satuan fisigrafi Pengunungan Sewu atau Pengunungan Seribu
c. Satuan fisiografi Pengunungan kulon progo dan
d. Satuan fisiografi daerah dataran rendah.
Kondisi masing – masing ke 4 Satuan fisiografi tersebut di atas membawa pengaruh
terhadap penyebaran penduduk, ketersediaan prasarana dan sarana wilayah dan
kegiatan social ekonomi penduduk, serta kemajuan pembangunan antar wilayah yang
4
timpang.Daerah – daerah yang relatif datar seperti wilayah dataran rendah fluvial
yang meliputi Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul
(Khususnya di wilayah aglomerasi perkotaan Yogyakarta) adalah wilayah dengan
kepadatan penduduk tinggi dan memilki kegiatan social ekonomi berintensitas tinggi,
sehinggga merupakan wilayah yang lebih maju dan berkembang.
Propinsi Yogyakarta terdiri dari 4 Kabupaten yaitu Kabupaten Sleman,
Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Gunung Kidul, 1
Kotamadya, 78 Kecamatan,46 kelurahan dan 392 Desa.
Pada tahun 2020 Nomenklatur pembagian administrative di Propinsi Yogyakarta akan
berubah.
Pertama, Kecamatan yang berada di kabupaten menjadi Kapanewon.
Kedua, Kecamatan yang berada di Kota Yogyakarta menjadi Kemantren
Ketiga, Camat memiliki panggilan baru yaitu Kanewu.
Keempat, nama Desa menjadi Kalurahan
Kelima, Kepala Desa mejadi Alurah
Keenam, Sekretaris Desa menjadi Carik
Ketujuh, Kelurahan yang berada di Kota Yogyakarta tidak berubah/tidak berganti
nama.
3. Pemerintahan Kota Yogyakarta
Pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri dari 14 Kecamatan dan 45
Kelurahan. Pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan metamorfosa dari
pemerintahan Negara Kesultanan Yogyakarta dan Pemerintahan Negara Kadipaten
Pakualaman, khususnya bagian Parenta Jawi yang semula dipimpin oleh pepatih
Dalem untuk Negara kesultanan Yogyakarta dan Pepatih Pakualaman untuk Negara
Kadipaten Pakualaman. Oleh karena itu Pemerintahan memiliki hubungan kuat
dengan keraton Yogyakarta maupun Puro Paku Alaman,sehingga tidak heran jika
banyak Pegawai Negeri Sipil daerah juga menjadi Abdidalam keprajaan keraton
maupun Puro, walaupun demikian mekanisme pengrekrutan Calon pegawai Negeri
Sipil Daerah tetap dilakukan sesuai mekanisme peraturan perundang – undangan yang
berlaku.
Menurut Undang –undang nomor 22 tahun 1948 (yang juga menjadi landasan
UU nomor 3 Tahun 1950 mengenai pembentukan DIY ), Kepala dan Wakil Kepala
Daerah Istimewa diangkat oleh presiden dari keturunan keluarga yang berkuasa di
daerah itu, pada zaman sebelum Republik Indonesia dan yang masih menguasai
5
daerahnya dengan syarat – syarat kecakapan, kejujuran dan kesetiaan dan dengan
mengingat adat istiadat di daerah itu. Dengan demikian Kepala daerah istimewa
sampai tahun1988 dijabat secara otomatis oleh Pangeran Paku Alam yang bertahta.
Nomenklatur Gubernur dan Wakil Gubernur Daerah istimewa baru digunakan mulai
tahun 1999 dengan adanya UU nomor 22 tahun 1999.
Saat ini mekanisme pengisian jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur DIY
diatur dengan UU 13 tahun 2012 tentang keistimewaan Yogyakarta.
Dibidang pengembangan kelembagaan Pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta
telah menetapkan Peraturan Daerah nomor 5 Tahun 2008 tentang Organisasi dan tata
kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD DIY, Perda nomor 6 tahun 2008
tentang Organisasi dan Tata kerja Dinas Daerah DIY, Perda nomor 7 tahun 2008
tentang organisasi dan tata kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah, Lembaga Teknis Daerah, dan Satuan Polisi Pamong Praja DIY serta
menerapkan mulai tahun 2009.
Pemerintahan Daerah ( Pemda ) Kota Yogyakarta ( Hanacaraka:bahasa Jawa )
dan Ibu kota ( Khuta Ngayogyakarta:bahasa Jawa ) dan pusat pemerintahan Daerah
Istimewa Yogyakarta, Indonesia dan lokasi peta kota berkoordinat ‘48’5”S
110021’52”E / 7.801390S 110.364440E dengan lambang bersemboyankan ;
“ Mangayu Hayuning Bawana”
“Cita – cita untuk menyempurnakan Masyarakat”
Slogan : BERHATI NYAMAN
“Bersih, Sehat, Indah dan Nyaman”
Kota Yogyakarta Dipimpin oleh seorang Walikota dan
Wakil Walikota yang dipilih melalui Pemilihan Umum dan
memiliki Kepadatan penduduk 13.007,13/km2
(3.368.830/sq mi). Total 422.732 jiwa. Demografi Agama:82,32 %,Katolik
10,66%,Kristen protestan 6,54%,Budha 0.34%,Hidu 0.13% dan Konghucu 0,01%.
VISI Kota Yogyakarta
“ Meneguhkan kota Yogyakarta sebagai Kota Nyaman Huni dan Pusat Pelayana Jasa
yang berdaya guna, Saing Kuat untuk keberdayaan Masyarakat dengan berpijak
pada Nilai Keistimewaan”

6
MISI Kota Yogyakarta ;
“Yogyakarta, Kota Modern yang tertata rapi, menjadi tempat hunian yang layak dan
manusiawi, memiliki masyarakat yang berkebudayaan, dan dengan pemerintahan
yang berorientasi pada pelayanan public suara warga”.
Dengan implementasi yaitu;
1. Meningkatkan kesejahteraan dan keberdayaan masyarakat.
2. Memperkuat ekonomi kerakyatan dan daya saing kota Yogyakarta.
3. Memperkuat moral, etika dan budaya masyarakat Kota Yogyakarta,
4. Meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan, Sosial dan budaya
5. Memperkuat Tata Kota dan Kelestarian Lingkungan
6. Membangun Sarana Prasarana Public dan Pemukiman.
7. Meningkatkan Tata Kelola Pemerintah yang Baik dan Bersih.

B. TAHAPAN PELAKSANAAN BENCHMARKING KE BEST PRACTICE.


1. Pembekalan
Sebelum melaksanakan kegiatan Benchmarking, para peserta Kepemimpinan
Tingkat IV Angkatan CCCXXXVII Tahun 2019 Pemerintah Kota Makassar, dibagi
menjadi 3 kelompok dan diberi pembekalan oleh Widyaswara sekaligus Pembimbing
yang mana peserta dibimbing dalam hal bagaimana tahapan Benchmarking yang akan
dilaksanakan
2. Penerimaan Peserta
Penerimaan rombongan pemerintah Daerah Kota Yogyakarta pada hari Kamis
tanggal 19 September 2019 di Ruang Aula Balaikota Yogyakarta dengan kegiatan ;
 Penerimaan rombongan peserta Diklatpim IV Angkatan CCCXXXVI Kota
Makassar dan diterima oleh staf Ahli Walikota bidang Perekonomian Pemerintah
Daerah Kota Yogyakarta yaitu Ibu Dra. Septi Sri Rejeki
 Sambutan oleh Ibu Dra. Septi Sri Rejeki selaku Staf Ahli Walikota Bidang
Perekonomian sebagai penerima rombongan peserta, dalam sambutannya
mengemukan rasa senang akan kedatangan rombongan peserta diklatpim IV Kota
Makassar dan memaparkan memberikan sekilas gambaran tentang Kota
Yogyakarta mulai dari sejarah terbentuk hingga System pelaksanaan Pemerintahan
Kota Yogyakarta serta memohon maaf karena Walikota tidak berada ditempat
disebabkan bersamaan dengan adanya kegiatan pencucian benda pustaka kraton
Yogyakarta yang rutin diadakan setiap hari Kamis.

7
 Sambutan oleh pimpinan rombongan dari peserta Benchmarking Kota Makassar
oleh Sekretaris Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Daerah Kota Makassar Bapak DR. BASRI RAKHMAN,M.Si
Dalam sambutannya pimpinan rombongan menyampaikan maksud ddan tujuan
dipilihnya Kota Yogyakarta sebagai tempat melaksanakan Benchmarking
Diklatpim IV Kota Makassar tahun 2019.
3. Kunjungan
Setelah penerimaan rombongan peserta, kegiatan dilanjutkan dengan kunjungan
ke masing – masing lokus benchmarking ;
1. Kelurahan Pasar Kembang ( Sarkem ) Kecamatan Gedong Tengen Kota
Yogyakarta ( Kelompok 1 ).
2. Kantor Dinas Penanaman Modan dan Perizinan Kota Yogyakarta (Kelompok 2)
3. Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil kota Yogyakarta Kantor
(Kelompok 3)
4. Object Best Pratice Kelompok II
a. Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Kota Yogyakarta
Salah satu obyek Best Pratice khusus Kelompok II adalah Kantor Dinas
Penanaman Modal dan Perizinan Kota Yogyakarta, yang mana organisasi ini
memiliki Komitmen kebijakan Mutu yaitu ; “Dinas Perizinan Kota Yogyakarta
bertekat melayani masyarakat dengan Mudah, Cepat,Pasti,Transparan,
Adil dan Akuntabel”. Dan memiliki Motto Pelayanan “ Pasti dalam
persyaratan, waktu, biaya dan pasti diizinkan atau ditolak”.
b. Struktur Organisasi Dinas Penanaman Modal & Perizinan Kota Yogyakarta

8
c. Tugas dan fungsi Kantor Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Kota Yogyakarta.
Gambaran umum Dinas penanaman Modal dan Perizinan Kota Yogyakarta
berdasarkan Peraturan Peraturan Daerah, nomor 7 tahun 2008 tentang organisasi
dan tata kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Lembaga
Teknis Daerah, dan Satuan Polisi Pamong Praja DIY Peraturan Daerah Kota
Yogyakarta dan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2016 tentang pembentukan
dan susunan perangkat Daerah Kota Yogyakarta ditindaklanjuti dengan Peraturan
Walikota Nomor 14 Tahun 2016 tentang Peraturan penyelenggaraan Perizinan
kota Yogyakarta. yang secara efektif baru berlaku pada tanggal 3 Januari 2017.
Sebagai upaya untuk menjawab tuntutan masyarakat umum dan dunia usaha
terhadap pelayanan yang diberikan oleh pemerintah Kota Yogyakarta dalam
pengurusan perizinan agar dalam memberikan pelayanan perizinan tidak berbelit
–belit, tidak berbiaya tinggi dan lebih transparan dalam memproses perizinan”
Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas Penanaman Modal dan Perizinan
sampai saat ini terus berupaya melakukan upaya – upaya untuk mempermudah
layanan public , khususnya pelayanan perizinan untuk masyarakat melalui inovasi
– inovasi pelayanan sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat,
salah satu yang sedang dikembangkan adalah penyederhanaan perizinan usaha
.dengan dihapusnya layanan izin gangguan ( HO ) sebagaimana diamanatkan
dalam peraturan menteri dalam negeri nomor 19 tahun 2017 tentang Pencabutan
Peraturan Menteri dalam negeri nomor 27 Tahun 2009 tentang pedoman
penetapan izin gangguan di daerah sebagiamantelah diubah dengan Pencabutan
Peraturan Menteri ddalam Negeri nomor 22 Tahun 2016 tentang perubahan Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 27 Tahun 2009 tentang Pedoman
penetapan izin gangguan di Daerah, maka secara otomatis izin usaha Toko
Swalayan (IUTS) menjadi pilihan yang akan dijadikan legalitas untuk usaha di
bidang usaha Toko Swalayan.
Adapun penyederhanaan tersebut menyangkut beberapa aspek antara lain
dalam hal penyederhanaan persyaratan, waktu proses penerbitan izin maupun
prosedur mekanisme pelayanan, penguatan penyederhanaan pelayanan
Pemerintah kota Yogyakarta dengan diterbitkan Peraturan Walikota Yogyakarta
nomor 14 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Perizinan pada pemerintah kota
Yogyakarta dan Peraturan Walikota Yogyakarta nomor 42 Tahun 2018 tentang
perubahan Atas peraturan Walikota Yogyakarta nomor 29 tahun 2018 tentang

9
penyelenggaraan perizinan dan non perizinan pada Pemerintah Kota Yogyakarta.
Kantor Dinas penanaman modal & perizinan Kota Yogyakarta sebagai
Penyelenggara perizinan menurut Perwali nomor 14 tahun 2016 Bab III Bagian
kesatu pasal 11 adalah pemberian, penolakan, pengawasan, pembatalan dan
pencabutan izin. Peran masyarakat dalam proses pengambilan
kebijakan/keputusan penyusunan regulasi perizinan, pada proses menjaring
aspirasi masyarakat /public Hearing.Penyusunan Dokumen lingkungan, pada
proses sosialisasi dan pembahasan.Pengajuan izin,pada proses persetujuan
tetangga,RT,RW, Lurah dan Camat.Penyusunan SPP, pada proses pembahasan
yang melibakan unsur akademis, Asosiasi, Tokoh masyarakat dan pelaku
usaha.penyampaian saran keluhan dan pengaduan lewat kuesioner IKM
Penyelenggaraan pelayanan administrasi perizinan bidang perekonomian,
pariwisata, Sosial budaya dan pekerjaan umum.
Dalam pelaksanaan pelayanan public Pemerintah Kota Yogyakarta
khususnya Dinas Penanaman modal dan Perizinan lebih mengutamakan
kepentingan masyarakat umum berfokus pada penataan dan kebudayaan daripada
income daerah dan kepuasan masyarakat dalam menerima pelayanan langsung
Dinas penanaman modal dan Perizinan.ini dibuktikan dengan morotarium izin
pembangunan Hotel dan Izin yan bersifat hiburan.
Dan inovasi yang telah dilakukan adalah pelayanan Online ”Sakuntala”
( Satu Akun untuk semua aplikasi dan pelayanan Kota Yogyakarta ) dan
warga masyarakat dapat membukanya dengan system
“https: //pmperizinan . Jogjakarta.go.id/web/index”.
sehingga masyarakat tidak perlu ngantri penuh sesat di kantor pelayanan
perizinan, pengajuan permohonan dapat dilakukan dimanapun saja.
5. Seminar Hasil Benchmarking
Setelah melakukan kunjungan ke Dinas Penanaman Modal dan Perizinan
Kota Yogyakarta, peserta mengikuti tahapan terakhir dari Benchmarking yaitu
seminar hasil per kelompok dan sebelumnya melakukan diskusi kelompok guna
pemaparan visitasi di seminar Benchmarking.
Dengan seminar kelompok Benchmarking, peserta diharapkan tidak bersifat
individualis dan Egocentris, mampu membangun kebersamaan lewat kerja sama
tim dan untuk diterapkan di instansi masing – masing setelah lepas dari
DIKLATPIM IV.
10
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari Benchmarking adalah :


1. Setelah mengikuti pembelajaran mata diklat benchmarking ke best practice
reformer mampu megadopsi dan mengadaptasi best practice bidang strategi
kebijakan sehingga terdapat hubungan yang kuat terhadap rencana implementasi
proyek perubahan.
2. Perubahan berkenaan dengan strategi kebijakan yang didapat dari benchmarking
adalah perubahan yang memungkinan orgganisasi untuk menetapka target kinerja
baru yang realistis, perubahan kinerja yang memungkinkan dapat membantu
organisasi mengetahui adanya gap – gap tertentu dalam kinerja dan untuk memilih
proses yang akan diperbaiki dan bisa menjadi tolak ukuran pelaksanaan pemberian
kepuasaan pelayanan kepada masyarakat.
3. Pelayanan pada hakikatnya adalah salah satu fungsi utama dari pemerintah, baik
pemerintah pusat maupun Pemerintah Daerah.
4. Pelayanan Perizinan yang didelegasikan oleh Dinas penanaman modal dan
Perizinan Kota Yogyakarta sangat baik, dimana pelayanan yang telah dilakukan
sudah tertata rapi dan telah menggunakan IT. dengan adanya IT tersebut
mempermudah masyarakat dalam memperoleh informasi izin yang mereka urus.

B. SARAN

Sistem pelayanan yang dilakukan oleh Dinas penanaman modal dan perizinan
sudah cukup baik, namum tingkat pengawasan dilapangan masih kurang , sehingga
disarankan adanya system yang diprogramkan untuk pengawasan tersebut untk
meminimalisir masalah yang sewaktu – waktu dapat terjadi.
Demikian laporan ini disusun guna persyaratan dan kelengkapan Diklat Pim IV
Angkatan CCCXXXXVII Kota Makassar Tahun 2019

11
LAMPIRAN - LAMPIRAN

12
Kelompok II
Coach : Karyadi Kadar, S.Sos. MM.

LOKUS BENCHMARKING

ROMBONGAN BENCHMARKING

13
KELOMPOK II BENCHMARKING

PENERIMAAN ROMBONGAN BENCHMARKING

PENERIMAAN ROMBONGAN BENCHMARKING

14
PENERIMAAN KELOMPOK II DI DINAS PENANAMAN
MODAL & PERIZINAN KOTA DIY

DISKUSI KELOMPOK II DENGAN KADIS


PENANAMAN MODAL & PERIZINAN KOTA DIY

DISKUSI KELOMPOK II DENGAN KADIS


PENANAMAN MODAL & PERIZINAN KOTA DIY

15
DISKUSI KELOMPOK II DENGAN KADIS
PENANAMAN MODAL & PERIZINAN KOTA DIY

BEST PRACTICE KELOMPOK II DI DINAS


PENANAMAN MODAL & PERIZINAN KOTA DIY

BEST PRACTICE KELOMPOK II DI DINAS


PENANAMAN MODAL & PERIZINAN KOTA DIY

16
BEST PRACTICE KELOMPOK II DI DINAS
PENANAMAN MODAL & PERIZINAN KOTA DIY

BEST PRACTICE KELOMPOK II DI DINAS


PENANAMAN MODAL & PERIZINAN KOTA DIY

PRODUK DINAS PENANAMAN MODAL & PERIZINAN


KOTA YOGYAKARTA

17
PRODUK DINAS PENANAMAN MODAL & PERIZINAN
KOTA YOGYAKARTA

DISKUSI KELOMPOK II BENCHMARKING

DISKUSI KELOMPOK II BENCHMARKING

18
SEMINAR BENCHMARKING KELOMPOK II
DI YOGYAKARTA

KELOMPOK II DENGAN COUCH


BPK. KARYADI KADAR,S.Sos., MM

19

Anda mungkin juga menyukai