1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pembangunan
Daerah Tertinggal Di Indonesia” ini dengan lancar.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis peroleh dari buku
panduan yang berkaitan dengan Perekonomian Indonesia, serta infomasi dari media massa yang
berhubungan dengan “Daerah Tertingal Di Indonesia”. Penulis harap, dengan membaca makalah
ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai
“Daerah Tertinggal Di Indonesia” dalam agama islam. Makalah ini masih jauh dari sempurna,
maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih
baik.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................... 3
BAB I .............................................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................................................. 4
A. Latar Belakang................................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................................. 5
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................................... 5
BAB II ............................................................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN ............................................................................................................................................... 6
1. Pengertian Pembangunan Daerah Tertinggal ................................................................................... 6
2. Faktor Penyebab Daerah Tertinggal .................................................................................................. 8
3. Permasalahan-permasalahan di Daerah Tertinggal ........................................................................ 11
4. Krtiteria Penentuan Daerah tertinggal ............................................................................................ 14
5. Data daerah tertinggal 2020-2024 ...................................................................................................... 17
6. Kebijakan Dan Strategi Pembangunan Daerah Tertinggal .............................................................. 20
7. Prioritas Pembangunan Daerah Tertinggal ..................................................................................... 24
8. Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Pembangunan Daerah Tertinggal....................................................... 29
9. Sumber Pendanaan Pembangunan Daerah Tertinggal ................................................................... 32
10. Pandangan Masyarakat Daerah Tertinggal Terhadap Pendidikan ................................................ 39
11. Upaya Mengatasi Ketertinggalan Pendidikan Di Daerah Tertinggal ................................................ 42
BAB III .......................................................................................................................................................... 47
PENUTUP ..................................................................................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................................... 49
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang yang berada di kawasan asia
tenggara. Layaknya sebuah Negara berkembang, Indonesia tak akan pernah lepas dengan
program-program pembangunan baik dalam skala lokal maupun skala nasional. Pada
hakikatnya tujuan pembangunan adalah mewujudkan masyarakat yang mempunyai tingkat
kesejahteraan sosial yang tinggi. Namun dalam perjalanannya, berbagai kendala masih
sering dijumpai.
Menurut data BPS indonesia, jika dilihat dari administratif kabupaten/kota, data terkini
pemerintah menyebutkan terdapat 122 kabupaten/kota yang memiliki daerah tertinggal.
Padahal lanjut Marwan, dari hasil pertemuannya dengan berbagai kepala daerah dan
aparatur desa, jumlah kabupaten/kota yang memiliki desa tertinggal mencapai 200 - 300
kabupaten/kota. Sebanyak 32.000 desa dari 74.093 jumlah desa di Indonesia atau 52,79
persen. (SJ)
Salah satu kendala yang mendominasi adalah rendahnya tingkat aksesbilitas ke daerah
pembangunan. Hal inilah yang menjadi penyebab utama kesenjangan pembangunan.
Kesenjangan pembangunan, baik antar golongan masyarakat maupun antar daerah yang
relatif masih tinggi berusaha terus diturunkan. Berbagai program percepatan yang
diharapkan menjadi katalis terhadap peningkatan kegiatan pembangunan nyatanya masih
dirasa kurang dampaknya.
Salah satu contohnya adalah tarik-menarik kewenangan dan masalah birokrasi yang
terlalu rumit (Koran Jakarta:16 oktober 2013). Oleh karena itu pemerintah membuat
Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal. Dalam rangka melaksanakan pembangunan
di daerah tertinggal diperlukan data-data yang akurat, terperinci, aktual, dan mudah diakses
4
sehingga memudahkan bagi Kementerian PDT dan Kementerian/Lembaga dalam
melakukan afirmasi dan intervensi untuk percepatan pembangunan di daerah tertinggal.
Di Indonesia sendiri tercatat ada 122 kabupaten/kota daerah tertinggal yang menyebar
di seluruh Indonesia. Dalam pengkategorian sebuah daerah tertinggal terdapat 5 faktor
yang mempengaruhi anatara lain faktor geografis, sumberdaya alam, sumberdaya manusia,
prasarana dan sarana, serta daerah terisolasi, rawan konflik dan rawan bencana. Pada
umumnya pada aspek seumber daya manusia, masyarakat di daerah tertinggal mempunyai
tingkat pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan yang relatif rendah serta kelembagaan
adat yang belum berkembang.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud daerah tertinggal di Indonesia
2. Apakah penyebab munculnya daerah tertinggal
3. Bagaimana pemerintah mengurangi daerah tertinggal
C. Tujuan Penulisan
1. Dapat mengetahui daerah tertinggal dan penyebabnya
2. Mengetahui hasil analisis daerah tertinggal di Indonesia
3. Mengetahui upaya pemerintah mengurangi daerah tertinggal
5
BAB II
PEMBAHASAN
Pembangunan daerah tertinggal tidak hanya meliputi aspek ekonomi, tetapi juga aspek
sosial, budaya, dan keamanan (bahkan menyangkut hubungan antara daerah tertinggal
dengan daerah maju). Di samping itu kesejahteraan kelompok masyarakat yang hidup di
daerah tertinggal memerlukan perhatian dan keberpihakan yang besar dari pemerintah.
Di samping itu, perlu perhatian khusus pada daerah yang secara ekonomi mempunyai
potensi untuk maju namun mengalami ketertinggalan sebagai akibat terjadinya konflik
sosial maupun politik.
Agenda utama Kabinet Indonesia Bersatu 2004-2009 mencakup empat agenda utama
yang difokuskan untuk pencapaian: Aman (Peace), Adil (Justice), Demokratis
(Democracy), dan Sejahtera (Prosperity). Masing-masing agenda utama tersebut
dijabarkan lebih lanjut ke dalam kerangka prioritas yang menjadi landasan
6
penyelenggaraan program kerja dari seluruh jajaran Kabinet Indonesia Bersatu pada lima
tahun ke depan.
Beberapa agenda dan program prioritas Kabinet Indonesia Bersatu yang terkait dengan
tugas dan fungsi peran dari Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal akan
bersinggungan dengan :
a. Agenda dan program Pertahanan, Keamanan, Politik, dan Harmoni Sosial, seperti:
memperbaiki proses desentralisasi dan otonomi daerah dalam menjaga keutuhan dan
kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, turut serta menjaga dan penanggulanan
keamanan dalam negeri dari gerakan separatisme daerah, konflik SARA, teror
internasional maupun lokal, harmonisasi dan integrasi sosial, dan menjaga terjaminnya
toleransi beragama;
b. Agenda dan program Keadilan, Hukum, HAM, dan Keadilan akan bersinggungan
dengan perwujudan keadilan sosial dan persamaan kesempatan;
7
demikian, pembangunan daerah tertinggal tidak mungkin berhasil tanpa dukungan dan
kerja keras para pemangku kepentingan (stakeholders). Pelaksanaan program
pembangunan di daerah tertinggal menjadi program prioritas nasional dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2005-2009.
Menurut data BPS indonesia, jika dilihat dari administratif kabupaten/kota, data terkini
pemerintah menyebutkan terdapat 122 kabupaten/kota yang memiliki daerah tertinggal.
Padahal lanjut Marwan, dari hasil pertemuannya dengan berbagai kepala daerah dan
aparatur desa, jumlah kabupaten/kota yang memiliki desa tertinggal mencapai 200 - 300
kabupaten/kota. Sebanyak 32.000 desa dari 74.093 jumlah desa di Indonesia atau 52,79
persen. (SJ)
Salah satu kendala yang mendominasi adalah rendahnya tingkat aksesbilitas ke daerah
pembangunan. Hal inilah yang menjadi penyebab utama kesenjangan pembangunan.
Kesenjangan pembangunan, baik antar golongan masyarakat maupun antar daerah yang
relatif masih tinggi berusaha terus diturunkan. Berbagai program percepatan yang
diharapkan menjadi katalis terhadap peningkatan kegiatan pembangunan nyatanya masih
dirasa kurang dampaknya.
Salah satu contohnya adalah tarik-menarik kewenangan dan masalah birokrasi yang
terlalu rumit (Koran Jakarta:16 oktober 2013). Oleh karena itu pemerintah membuat
8
Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal. Dalam rangka melaksanakan pembangunan
di daerah tertinggal diperlukan data-data yang akurat, terperinci, aktual, dan mudah diakses
sehingga memudahkan bagi Kementerian PDT dan Kementerian/Lembaga dalam
melakukan afirmasi dan intervensi untuk percepatan pembangunan di daerah tertinggal.
a. Geografis
Umumnya secara geografis daerah tertinggal relatif sulit dijangkau karena letaknya
yang jauh di pedalaman, perbukitan/ pegunungan, kepulauan, pesisir, dan pulau-pulau
terpencil atau karena faktor geomorfologis lainnya sehingga sulit dijangkau oleh jaringan
baik transportasi maupun media komunikasi.
b. Sumberdaya Alam
Beberapa daerah tertinggal tidak memiliki potensi sumberdaya alam, daerah yang
memiliki sumberdaya alam yang besar namun lingkungan sekitarnya merupakan daerah
yang dilindungi atau tidak dapat dieksploitasi, dan daerah tertinggal akibat pemanfaatan
sumberdaya alam yang berlebihan.
c. Sumberdaya Manusia
9
Keterbatasan prasarana dan sarana komunikasi, transportasi, air bersih, irigasi,
kesehatan, pendidikan, dan pelayanan lainnya yang menyebabkan masyarakat di daerah
tertinggal tersebut mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas ekonomi dan sosial.
Daerah tertinggal secara fisik lokasinya amat terisolasi, disamping itu seringnya suatu
daerah mengalami konflik sosial bencana alam seperti gempa bumi, kekeringan dan banjir,
dan dapat menyebabkan terganggunya kegiatan pembangunan sosial dan ekonomi.
Selain itu penyebab suatu daerah tertinggal dikarenakan pemekaran wilayah Misalnya
satu daerah tersebut tadinya bukan merupakan daerah tertinggal namun ketika terjadi
pemekaran, maka sumber daya alam di daerah tersebut hilang karena masuk ke dalam
daerah baru.
“Ini pekerjaan besar bagi kami, bagaimana mengembangkan daerah tersebut tanpa
tergantung dengan sumber daya yang sudah bukan menjadi wilayahnya lagi,” katanya. Hal
itu terjadi pada pemekaran wilayah baik itu di tingkat propinsi maupun kabupaten.
Sebagai contoh, Papua misalnya. Ketika terjadi pemekaran dan muncul Papua Barat,
provinsi ini menjadi daerah yang semakin tertinggal. Banyak sumber daya alam yang
potensial masuk ke dalam wilayah Papua Barat dan membuat propinsi baru ini menjadi
lebih maju. “Sebaliknya Papua masih berat apalagi akses masih sulit karena banyak daerah
tertinggal di pegunungan,” paparnya.Selain itu, pemekaran daerah baru juga membutuhkan
biaya yang besar. Pembuatan gedung baru untuk pemerintahan daerah yang baru,
penambahan tenaga kerja, dan banyak hal lain yang memerlukan biaya yang tak kecil
dalam membuat sebuah kepemerintahan daerah baru. Penyedotan biaya pada hal seperti ini
bisa membuat sebuah daerah menjadi tertinggal dengan daerah pecahannya.
Untuk itu ia sangat merasa lega setelah ada keputusan dalam moratorium pemekaran
daerah. Menurutnya, jumlah daerah yang menjadi fokus pembangunannya sudah banyak
dan pihaknya pun berusaha agar tak muncul daerah tertinggal baru seperti ini.Ia pun
berusaha keras untuk memberikan pancingan agar daerah-daerah tertinggal terutama di
daerah terluar Indonesia bisa masuk menjadi daerah yang maju. Ia benar-benar
10
memperhatikan bobot yang menjadi indikator sebuah daerah bisa terentaskan dari status
daerah tertinggal. Bobot tersebut diantaranya adalah sumber daya manusia (SDM),
ketersediaan sarana dan tenaga kesehatan, pembangunan infrastruktur, karakteristik
daerah, aksebilitas serta kemampuan keuangan daerah. Indeks Pembangunan Manusia
(IPM), juga angka melek huruf dan sarana pendidikan juga menjadi perhatiannya.
Dari faktor yang dapat kita lihat, cita-cita bangsa kita untuk mensejahterakan
masyarakat belum sepenuhnya terwujud mengingat pembangunan yng hanya terpusat di
daerah perkotaan, bahkan cita-cita untuk mencerdaskan kehidupan bangsa tidak akan
terwujud apabila tidak ada fasilitas pendidikan (sekolah) yang berada di daerah pelosok
maka sudah jelas bahwa ketidakmerataan pembangunan merupakan suatu penyebab dalam
gagalnya pembangunan di Indonesia.
Sebagai daerah yang memiliki tingkat kemajuan pembangunan yang lebih rendah
dibandingkan dengan daerah lain, daerah tertinggal ternyata memiliki berbagai persoalan
tersendiri. Secara umum, permasalahan-permasalahan yang dimiliki oleh daerah tertinggal
hampir sama antara satu daerah dengan daerah lainnya. Pada hakikatnya, setiap
permasalahan yang terjadi di daerah tertinggal merupakan tantangan bagi pemerintah, baik
pemerintah pusat atau pemerintah daerah setempat untuk mengatasinya dan menemukan
solusi jitu agar terentas dari predikat daerah tertinggal. Tak dapat dipungkiri bahwa
kemajuan pembangunan suatu daerah di berbagai bidang akan meningkatkan kesejahteraan
dan taraf hidup masyarakat di wilayah tersebut.
11
b. Kualitas sumber daya manusia dan tingkat kesejahteraan masyarakat daerah
tertinggal masih rendah.
Masyarakat Indonesia memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda antara satu sama
lain, baik adat istiadat maupun budayanya. Kadangkala program pembangunan daerah
tertinggal tidak berhasil karena berbenturan dengan kearifan lokal yang dimiliki oleh tiap-
tiap daerah. Sebagai contoh pembangunan jalan baru di Paniai dan jaringan irigasi di
Nabire, Provinsi Papua, terkendala tuntutan adat. Di Paniai, masyarakat adat menuntut
ganti rugi atau hak ulayat atas tanah adat yang terkena pembangunan jalan. Pembangunan
di Papua hendaknya mengedepankan aspek antropologis karena terdapat masyarakat
modern dan tradisonal yang yang harus didekati dengan pendekatan yang berbeda
(Weningdi, 2013). Kegagalan program seperti ini lebih dikarenakan minimnya data sosial
tentang masyarakat setempat. Data sosial dapat berupa cara hidup, adat istiadat, dan
12
kearifan lokal suatu masyarakat. Pengumpulan data sosial di masyarakat dapat dilakukan
dengan pembentukan tim khusus dan dibantu partisipasi aktif anggota masyarakat setempat
sehingga status data sosial tersebut semakin valid.
Untuk melihat bagaimana kondisi masyarakat di daerah tertinggal dapat dilihat dalam
berbagai perspektif, diantaranya:
1. Kemiskinan
Daerah tertinggal identik dengan kondisi penduduk yang miskin. Pada tahun 2009,
jumlah penduduk miskin secara nasional masih tinggi, yaitu 32,53 juta jiwa atau 14,5%
dari total penduduk. Daerah tertinggal menjadi konsentrasi kemiskinan, yaitu dengan rata-
rata tingkat kemiskinan sebesar 23,4% (BPS, 2007).
2. Pengangguran
Selain masalah kemiskinan, daerah tertinggal juga mengalami kendala dalam masalah
tenaga kerja. Minimnya lapangan pekerjaan di daerah mengakibatkan banyak masyarakat
usia produktif menjadi pengangguran. Jumlah pengangguran secara nasional pada tahun
2009 sebanyak 8,96 juta jiwa atau 7,87%.
Kondisi lain yang dialami oleh daerah tertinggal adalah tingginya arus urbanisasi
masyarakat dari desa ke kota. Banyak faktor yang memicu mereka untuk melakukan
urbanisasi, seperti kemiskinan dan pengangguran. Arus urbanisasi yang terus meningkat
dari tahun ke tahun juga menyebabkan usaha percepatan pengembang- an kualitas SDM
terhambat dan perluasan lapangan pekerjaan. Tujuan utama urbanisasi di Indonesia adalah
Pulau Jawa. Laju pertumbuhan penduduk di kota metropolitan saat ini adalah 0,16%
sampai 0,9%. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk di sekitar perkotaan metropolitan
adalah 3% sampai dengan 4,13%.
13
manusia (IPM) yang rendah. IPM daerah tertinggal rata-rata hanya 67,7. Bahkan pada
tahun 2008, sebanyak 85% berada di bawah IPM nasional, yaitu 71,2. Rendahnya IPM
tersebut disebabkan oleh pendapat masyarakat yang rendah ditambah dengan tingkat
pelayanan dan pendidikan yang belum memadai. Selain itu juga disebabkan oleh rata-rata
lama sekolah (RLS), angka melek huruf (AMH), dan angka harapan hidup (AHH).
Rendahnya RLS, AMH, dan AHH masyarakat daerah tertinggal karena mereka tidak
tersentuh oleh program-program nasional, selain karena kurangnya infrastruktur dan
minimnya fasilitas (KPDT, TT: 48–58).
Dalam hal ini Kementerian Pembangunan Daerah Terpencil melakukan afirmasi dan
intervensi untuk mempercepat pembangunan di daerah yang termasuk dalam kategori
daerah tertinggal. Agar percepatan pembangunan tepat sasaran dan sesuai dengan
kebutuhan daerah yang bersangkutan, dibutuhkan keakuratan data sebagai pedoman dalam
menentukan program. Berikut indikator dalam penentuan Daerah Tertinggal termasuk
didalamnya data-data Kabupaten Jeneponto yang diperoleh dari Kementerian
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Badan Pusat Statistik.
• Ekonomi
14
1. Jumlah Penduduk, Keluarga, Penduduk Miskin, dan Keluarga Prasejahtera dan
Sejahtera 1 Menurut Kabupaten Daerah Tertinggal;
• SDM
2. Angka Melek Huruf, Angka Partisipasi Sekolah, dan IPM Menurut Kabupaten
Daerah Tertinggal;
4. Jumlah Desa, Persentase Desa yang Memiliki Fasilitas Kesehatan > 5 km dan
Fasilitas Pendidikan > 3 km Menurut Kabupaten Daerah Tertinggal;
• Infrastruktur
1. Jumlah Desa Menurut Kabupaten Daerah Tertinggal dan Jenis Permukaan Jalan
Utama;
4. Jumlah Desa Menurut Kabupaten Daerah Tertinggal dan Jarak Fasilitas Pasar;
15
• Kapasitas Daerah
• Aksesibilitas
Rata-Rata Jarak dan Waktu Tempuh dari Kantor Desa/Kelurahan ke Kantor Kabupaten
yang Membawahi.
Persentase Desa Berdasarkan Kabupaten dan Karakteristik Daerah. Dan data Indikator
Primer Pembangunan Daerah Tertinggal termasuk diantara 183 Daerah Tertinggal
berdasarkan rilis Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal dan Badan Pusat Statistik.
Semoga dengan data yang dibagi ini akan memberi sudut pandang berbeda dalam
penyikapan kita terhadap Jeneponto yang tidak sekadar asumsi tapi didukung oleh data-
data yang akurat. Data berikut adalah data yang diperoleh untuk Tahun 2010, harapan
sebenarnya data yang up to date 2011, tapi setelah dicari, ternyata belum ada sampai tulisan
ini dipublish.
TENTANG
16
Menimbang :
bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor
78 Tahun 2014 tentang Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal, perlu menetapkan
Peraturan Presiden tentang Penetapan Daerah Tertinggal Tahun 2015 – 2019;
Mengingat :
1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
17
DATA DAERAH TERTINGGAL 2020-2024
18
14. Kabupaten Alor 47. Kabupaten Asmat
19
6. Kebijakan Dan Strategi Pembangunan Daerah Tertinggal
Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) jilid II memiliki sebelas prioritas nasional seperti
yang dicantumkan dalam RPJM Nasional 2010-2014, dimana salah satunya adalah: daerah
tertinggal, terdepan, terluar, dan pasca konflik. Penetapan prioritas ini menggambarkan
bahwa sampai sekarang masih terjadi kesenjangan wilayah, walaupun pembangunan
nasional yang dilakukan secara sistematis telah dilakukan sejak Orde Baru. Beberapa
persoalan kesenjangan wilayah diantaranya: (1) terkonsentrasinya industri manufaktur di
kota-kota besar di Pulau Jawa; (2) melebarnya kesenjangan pembangunan antara Kawasan
Barat Indonesia (KBI) dengan Kawasan Timur Indonesia (KTI); (3) kesenjangan antara
daerah perkotaan dan perdesaan; (4) kurangnya keterkaitan kegiatan pembangunan antar
wilayah; serta (5) terabaikannya pembangunan daerah perbatasan, pesisir, dan kepulauan.
Pada era 1970-an kesenjangan sudah mulai tampak. Pada era tersebut KBI telah
menguasai lebih dari 80 % Produk Domestik Bruto (PDB) nasional, di mana Pulau Jawa
memiliki porsi terbanyak dalam penguasaan PDB nasional, yakni sekitar 46% dengan luas
wilayah yang hanya 9% dari total luas wilayah Indonesia. Sementara itu, KTI hanya
menguasai sekitar 18% PDB nasional.Kesenjangan ini juga dipengaruhi oleh ketimpangan
antara perkotaan dan perdesaan. Daerah perkotaan didominasi oleh sektor industri
pengolahan, komunikasi, jasa, dan keuangan, di mana sektor-sektor tersebut memiliki nilai
tambah yang tinggi serta komparatif dan kompetitif yang tinggi antar sektor. Sementara
itu, di perdesaan yang masih mengandalkan sektor pertanian sebagai penopang
perekonomian, menyumbang 14% bagi kontribusi PDB nasional yang masih kalah jauh
dibandingkan dengan sektor komunikasi yang menempatkan lebih dari 16% bagi PDB
nasional.
20
didasarkan atas 6 kriteria yaitu: perekonomian masyarakat, sumberdaya manusia,
infrastruktur, kemampuan keuangan lokal (celah fiskal), aksesibilitas, dan karakteristik
daerah.
Kabinet Indonesia Bersatu mengklaim bahwa sampai Tahun 2009 telah dapat
mengentaskan 50 kabupaten tertinggal, sehingga dari 199 kabupaten tertinggal masih ada
149 kabupaten tertinggal yang perlu ditangani. Namun karena sampai Tahun 2009 terdapat
34 daerah otonom baru yang berasal dari daerah induk yang berstatus daerah tertinggal,
maka KIB jilid II dalam lima tahun kedepan memiliki kewajiban membina 183 kabupaten
tertinggal. Dalam rancangan RPJM Nasional 2010-2014 telah dipasang target bahwa pada
Tahun 2014 ada 50 lagi kabupaten tertinggal yang harus terentaskan. Kementerian
Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) sebagai bagian dari portopolio KIB disamping
memiliki target mengentaskan 50 kabupaten tertinggal pada akhir Tahun 2014, juga
memasang tiga target lainnya, yaitu: a) meningkatnya rata-rata pertumbuhan ekonomi di
daerah tertinggal dari 6,6 % pada tahun 2010 menjadi 7,1 % pada Tahun 2014; b)
berkurangnya persentase penduduk miskin di daerah tertinggal dari 18,8% pada Tahun
2010 menjadi 14,2% pada Tahun 2014; dan c) meningkatnya kualitas sumberdaya manusia
(yang ditunjukkan oleh IPM) dari 67,7 pada tahun 2010 menjadi 72,2 pada Tahun 2014.
Prestasi dan komitmen pemerintah dalam menangani kesenjangan wilayah tidaklah keliru
jika kita apresiasi dengan baik. Namun demikian ada beberapa catatan kritis yang perlu
21
diperhatikan mengingat apa yang telah dilakukan pemerintah itu belum sepenuhnya sesuai
harapan (masyarakat dan daerah).
22
warna pembangunan daerah ditentukan "mekanisme pasar". Akibatnya modal dan orang
cenderung memilih daerah yang menawarkan return yang lebih tinggi dan menarik, yang
pada gilirannya daerah yang maju semakin maju, yang tertinggal tetap tertinggal. Melihat
problematika ini maka kedepan perlu dilakukan reorientasi strategi pembangunan daerah
tertinggal.
Strategi pembangunan daerah tertinggal yang harus dilakukan oleh pemerintah yaitu :
• diperlukan Big Push bagi percepatan pembangunan daerah tertinggal. Teori Big
Push ini pertama kali dicetuskan Paul Narcyz Rosenstein-Rodan. Pada 1943, Rosenstein-
Rodan menulis artikel tentang "Problems of Industrialisation of Eastern and South-Eastern
Europe". Dalam teori yang belakangan dikenal dengan Big Push Model, ditekankan
perlunya rencana dan program aksi dengan investasi skala besar untuk mempercepat
industrialisasi di negara-negara Eropa Timur dan Tenggara.
Dalam konteks daerah tertinggal, "daya dorong yang besar" bisa diartikan modal dan
infrastruktur. Aksesibilitas modal dan keberpihakannya kepada daerah tertinggal
merupakan langkah strategis. Pengembangan infrastruktur yang menghubungkan daerah
tertinggal dengan pusat-pusat bisnis, pasar, dan jejaring internasional tampaknya perlu
menjadi prioritas bagi pemerintah, pemerintah daerah, dan swasta. Berdasarkan
perhitungan awal KPDT total kebutuhan investasi di kabupaten tertinggal Tahun 2010-
2014 mencapai sekitar Rp. 716 Triliun. Angka ini barangkali mendekati pemenuhan
kebutuhan Big Push Model. Hanya saja upaya pemenuhan seluruh kebutuhan daerah
tertinggal untuk keluar dari ketertinggalan hanyalah mimpi jika mengandalkan anggaran
23
KPDT semata, karena alokasi anggaran APBN yang dikelola KPDT hanya sekitar Rp. 1
Triliun per tahun.
24
Untuk mengimplementasikan kebijakan pembangunan daerah tertinggal secara
terpadu dan tepat sasaran serta tepat kegiatan, maka diperlukan program prioritas yang
diarahkan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan mendasar yang dihadapi oleh semua
daerah tertinggal, antara lain :
• Meningkatkan akses masyarakat dan usaha mikro, kecil, dan menengah kepada
permodalan, pasar, informasi, dan teknologi
25
Program pengembangan prasarana dan sarana, kegiatan pokoknya meliputi :
• Pengembangan sarana dan prasarana sosial dasar, terutama bidang pendidikan dan
kesehatan;
• Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana ekonomi antara lain melalui skim
USO (Universal Service Obligation) untuk telekomunikasi, keperintisan untuk
transportasi, dan listrik masuk desa;
26
Pembangunan Masyarakat (dalam hal ini kaitannya dengan masyarakat di daerah
tertinggal) adalah suatu proses melalui usaha dan prakarsa masyarakat sendiri maupun
kegiatan pemerintahan dalam rangka memperbaiki kondisi ekonomi, sosial dan budaya.
Meskipun, pemerintah memiliki peranan kunci yang strategis dalam memberikan dorongan
(big push) untuk menggerakan roda pembangunan (Paul Narcyz, 1943).Jika kita cermati,
daerah tertinggal merupakan suatu permasalahan yang menyangkut tanggung jawab lintas
sektor baik kementerian/lembaga, daerah, swasta dan masyarakat.
Sinergitas yang dibangun dapat dimulai dari tiga hal, yang pertama ialah penyatuan
basis data kriteriaketertinggalan suatu daerah. Penyatuan data dipandang sebagai hal yang
sangat penting dan fundamental. Dari data tersebut, dapat digunakan untuk memetakan
permasalahan yang ada, mengetahui sebaran wilayah permasalahan, dan program apa yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Kedua, peningkatan koordinasi
antar kementerian/lembaga dalam menangani ketertinggalan daerah. Dengan program dan
anggaran yang dimiliki kementerian/lembaga, didukung basis data bersama, maka
treatment yang diberikan kepada daerah tertinggal dapat tepat sasaran, efisien, dan
berkesinambungan. Ketiga, mendorong peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan
juga iklim usaha di daerah tertinggal.
Peningkatan kapasitas sumber daya manusia akan mendukung iklim usaha dengan
basis masyarakat lokal sebagai penggerak perekonomian setempat. Bergulirnya roda
perekonomian di daerah tertinggal dapat meminimalisir faktor ketertinggalan di daerah
27
tersebut. Sedangkan untuk mendorong iklim usaha, pemerintah dapat menggulirkan
kebijakan atau regulasi khusus yang bersifat afirmatif untuk memudahkan dunia usaha
maupun iklim investasi di daerah tertinggal, seperti pembentukan Kawasan Ekonomi
Khusus. Selain itu, pengembangan potensi ekonomi lokal daerah tertinggal dapat dilakukan
dengan memperhatikan pendekatan keterkaitan antarwilayah terhadap pusat-pusat
pertumbuhan wilayah. Dalam hal ini, pusat pertumbuhan berfungsi sebagai lokomotif
dalam pengembangan potensi ekonomi daerah tertinggal yang merupakan penyangga
aglomerasi pertumbuhan pusat kegiatan yang sudah ada. Sehingga, tercipta integrasi
pembangunan antar wilayah yang menekan disparitas kesejahteraan di setiap daerah.
Oleh karena itu, pembangunan yang terkoneksi dan sinergi dapat mewujudkan target
pengentasan dan menjawab kebutuhan masyarakat di daerah tertinggal. Program dan
sumber daya anggaran di kementerian/lembaga dapat dioptimalkan menuju pembangunan
yang efektif dalam menjawab permasalahan, bukan program yang hanya berujung pada
serapan anggaran.
6. Penyiapan implementasi penyaluran Dana Desa Rp. 1,4 miliar per desa secara
bertahap;
8. Pilot project sistem pelayan publik jaringan koneksi online di 5.000 Desa;
28
8. Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Pembangunan Daerah Tertinggal
Selanjutnya Korten mengemukakan tiga tema penting yang dianggap menentukan bagi
konsep perencanaan pembangunan yang berpusat pada manusia, yaitu:
29
3. Kebutuhan akan kemampuan kelembagaan yang baru dalam usaha membangun
kemampuan para penerima bantuan yang miskin demi pengelolaan yang produktif dan
swadaya berdasarkan sumber-sumber daya lokal.
Manusia dan lingkungan merupakan variabel endogen yang utama, yaitu sebagai titik
tolak bagi perencanaan pembangunan, sehingga perspektif dasar dan metode analisis dalam
pendekatan pembangunan ini adalah Ekologi Manusia, yaitu kajian mengenai interaksi
antara sistem manusia dan ekosistemnya. Pendekatan ini juga mempersoalkan dua asumsi
yang terkandung dalam model-model pembangunan ekonomi; pertama, bahwa
pembangunan dengan sendirinya membantu setiap orang, dan kedua, bahwa masyarakat
ingin diintegrasikan dalam arus utama suatu pembangunan model barat, dimana mereka
tidak punya pilihan untuk merumuskan jenis masyarakat yang bagaimanakah yang
sebenarnya mereka inginkan.
30
b. Sesuai dengan kebutuhan masyarakat (socially accepted)
Hal ini dikarenakan juga massyarakat yang merasa tidak membutuhkan hasil
pembanguanan tersebut malah emngabaikan hasil pembangunan bahkan cenderung
merusak diakrenakan masyarakat mersa usaha mereka untuk menyampaikan aspirasi
kebutihan melalui musrembang yang mereka perjuangkan menjadi percuma karena selalu
kalah dalam pembahasan di tingkat yang lebih tinggi.
Jika pemeriintah melaksanakn pembangunan yang tidak sesuai dengan budayaa dan
adat istiadat apa lagi bertolak belkang dapat kita pastikan bahwa pembangunan tersebut
tidak akan sukses dan pemerintah dianggap gagal menjalankan fungsi pembangunannya.
31
dan panjang. Hal ini dilakukan demi keberlangsungan hidup orang banyak dan untuk
generasi keddepannya jangan sampai pembanunan yang pemerintah lakukan saat ini malah
menghasilkan lebih banyak kerusakan di masa yang akan datanng yang akan merugikan
negara, pemerintah dan masyarakat itu sendiri. Contoh freeport dan lapindo.
Dalam pelaksanaan kegiatan di daerah tertinggal tidak diskriminatif, baik dari segi
suku, agama, ras, dan antargolongan. Prinsip ini digunakan agar kegiatan pembangunan
daerah tertinggal tidak bias pada kepentingan pihak tertentu. Jika dalamm pembangunan
pemerintah masih ada unsur SARA maka pemerintah sangat salah karena kita ketahui
bersama bangsa Indonesia adalah bangsa yang plural dan hal seeprti ini dapat menciptakan
perselisihan bahkan perpecahan berbangsa dan bernegaara.
32
4. Dana Swasta dan Masyarakat
Untuk daerah yang memiliki potensi sumberdaya alam besar, sumberdana dapat
diperoleh dari dana kapitalisasi sumberdaya alam dan investasi dunia usaha/swasta.
Dana-dana yang belum termasuk diatas dapat dijadikan untuk pembangunan daerah
tertinggal baik yang dikelola langsung oleh masyarakat, lembaga non pemerintah, maupun
pemerintah dan pemerintah daerah.
Dalam RPJMN disebutkan bahwa substansi inti program aksi untuk daerah tertinggal
yaitu adanya pengentasan daerah tertinggal di sedikitnya 50 kabupaten paling lambat 2014.
Untuk mencapai hal tersebut sasaran-sasaran pokok pembangunan daerah tertinggal dalam
5 (lima) tahun (2010-2014) adalah:
33
Berbagai upaya dari kementerian/lembaga (sektor) terkait tentunya telah dilakukan
dibawah koordinasi Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT). Dari upaya-
upaya tersebut tentu sudah ada keberhasilan yang dicapai, namun tentu tidak menutup
kemungkinan masih adanya target-target yang belum tercapai.
Salah satu yang belum banyak disentuh adalah persoalan ketenagakerjaan. Kalau kita
mau jujur, ketiga sasaran pokok pembangunan daerah tertinggal dalam RPJMN sangatlah
terkait (digunakan kata terkait untuk menggantikan kata tergantung) kepada keberhasilan
penanganan ketenagakerjaan. Sehingga menjadi sangat wajar jika dalam sisa waktu
Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II tumbuh kesadaran untuk menjadikan Ketenagakerjaan
sebagai prioritas kegiatan percepatan pembangunan daerah tertinggal. Penjelasannya
sederhana.
34
pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil, bertujuan untuk memberikan akses dan
penguatan ekonomi bagi pelaku usaha berskala mikro dan kecil; 4) Program-program
lainnya yang baik secara langsung ataupun tidak langsung dapat meningkatkan kegiatan
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat miskin
Diantara lembaga yang diberi peluang oleh Petunjuk Teknis Pemanfaatan DAK SPDT
untuk mengelola sarana dan prasarana adalah BUMDes (Badan Usaha Milik Desa).
Namun Lembaga ini tampaknya belum banyak dipilih oleh Pemerintah Daerah. Hal ini bisa
juga karena di daerah tertinggal belum banyak berdiri BUMDes. Diantara yang sedikit,
Kabupaten Sumbawa termasuk daerah tertinggal yang memberikan kepercayaan
pengelolaan sarana/prasarana DAK SPDT kepada BUMDes. Dalam hal ini dikelola oleh
BUMDes “Marijama”, Desa Jotamberu, Kecamatan Empang, Kabupaten Sumbawa.
BUMDes “Marijama” bekerjasama dengan Kelompok Masyarakat “Parayu Ati” mengelola
mobil pick-up bantuan DAK SPDT.
Banyak daerah sesunguhnya yang telah mengembangkan BUMDes. Dalam hal ini
BUMDes telah banyak diberi kesempatan untuk mengelola aset desa s eperti: pasar,
kawasan pariwisata, air bersih, dan listrik perdesaan. Pengusaha (swasta dan BUMN) juga
banyak yang menjadikan BUMDes sebagai mitra strategis dalam pelaksanaan CSR
(Corporate Social Responsibility) atau PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan).
35
diramaikan oleh banyaknya lembaga di tingkat desa yang bersifat ad-hock bentukan
kementerian/lembaga dalam rangka menjawab kebutuhan pragmatis penangan suatu
proyek.
BUMDes juga bisa menjadi garda depan dalam menjaga dan mengelola aset-aset desa
sehingga lebih berdayaguna dan memberi manfaat kepada masyarakat.
Menurut catatan Aris Ahmad Risadi (2012) dalam bukunya yang berjudul "BUMDes:
Wahana Baru Pengembangan Ekonomi Lokal melalui Peran Optimal Pemerintah Desa,
Masyarakat, dan Swasta" disebutkan bahwa Pemerintah telah dan terus berupaya
membangun perdesaan melalui berbagai program pemberdayaan masyarakat yang bersifat
reguler ataupun ad-hock. Program-program pemberdayaan masyarakat digulirkan melalui
berbagai skema oleh kementerian/lembaga dan Pemerintah Daerah yang di antaranya
diwujudkan melalui penyaluran dana bergulir kepada Lembaga Keuangan Mikro (LKM)
yang dibentuk secara khusus (ad-hock). Kondisi ini telah melahirkan banyak Lembaga
Keuangan Mikro Bukan Bank dan Bukan Koperasi (LKMB3K) di desa dengan berbagai
nama yang kalau dilihat dari legalitasnya, LKM ini belum berbadan hukum. Dari data resmi
Kementerian Dalam Negeri (2010), diperkirakan LKMB3K di Indonesia berjumlah lebih
dari 61.400 unit. Investasi yang dikeluarkan untuk membangun model kelembagaan
perekonomian ad-hock di desa semacam itu tentu sangat besar, apalagi sesungguhnya pola-
pola tersebut sudah dilakukan sejak era Orde Baru. Namun sangat disayangkan, ternyata
LKM-LKM tersebut banyak yang berguguran.
Sebagai inisiasi awal, banyak kegiatan BUMDes yang masih terfokus pada pelayanan
jasa keuangan mikro. Terlebih bagi daerah yang sedari awal meniatkan pendirian
BUMDes-nya sebagai upaya melanjutkan program pemberdayaan masyarakat dengan
membentuk unit simpan pinjam. Namun demikian, sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 39 Tahun 2010 tentang BUMDes, di samping dapat membuka unit jasa
keuangan mikro, BUMDes juga dimungkinkan membuka unit kerja yang menggarap sektor
riil untuk menggali potensi alam maupun sumber daya manusia di desa.
36
Selama ini pembangunan prasarana dan sarana di berbagai daerah belum optimal
karena keterbatasan dana pemerintah dan luasnya wilayah yang harus dijangkau. Sebagai
akibat dari kondisi ini, masih banyak wilayah yang belum terjangkau oleh kegiatan
pembangunan dan pelayanan pemerintah secara memadai, khususnya kawasan timur
Indonesia (KTI), daerah perbatasan, dan wilayah tertinggal lainnya. Ketidakmerataan
persebaran penanaman modal dan keterbatasan jaringan prasarana dan sarana, berpengaruh
pada kecepatan kemajuan pembangunan sosial ekonomi di setiap daerah. Demi terciptanya
pemerataan kesejahteraan, pertumbuhan penduduk serta pertumbuhan ekonomi maka harus
diadakan pembangunan terhadap desa dan kawasan tertinggal sehingga diharapkan tidak
adanya lagi ketimpangan antara kawasan perkotaan dengan kawasan tertingal.
Pengelompokan Tipologi untuk Desa Terpencil didasarkan pada kriteria penilaian desa
terpencil yang telah dijelaskan terdahulu. Berdasarkan simulasi terhadap penilaian kriteria-
kriteria tersebut, maka dapat dirumuskan pengelompokan tipologi untuk Desa Terpencil
adalah terpencil karena ketiadaan sarana aksesibilitas,terpencil karena jarak,terpencil
karena isolasi geografis dan terpencil karena alasan khusus.
Saat ini tercatat masih ada 183 Kabupaten yang diketegorikan tertinggal dari total 524
kabupaten dan 27 dari kabupaten tertinggal merupakan daerah perbatasan. Menurut
Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) membutuhkan dana sebesar 300
triliun rupiah per tahun untuk membangun daerah tertinggal. Anggaran itu belum termasuk
untuk membangun daerah perbatasan yang tertinggal yang diperkirakan perlu dana 150
triliun rupiah untuk memajukannya.
37
Suatu daerah menuliskan P3D (personil, peralatan,pembiayaan dan dokumen)
daerahnya untuk mengetahui kebutuhan pembangunan yang akan dilakukan. Desa – desa
tertinggal membuat P3D yang kemudian akan dijawab oleh pemerintah daerah
menggunakan instrumen- instrumen pembiyayaan yang bersumber dari APBD. Namun,
pembiayaan belum dapat sepenuhnya ditangani oleh APBD sehingga dibantu oleh
pemerintah pusat dalam APBN.
CSR merupakan salah satu potensi sumber pembiayaan yang dapat dimanfaatkan,
menurut menteri Pembangunan Daerah Tertinggal banyak perusahaan di Indonesia yang
dapat diminta untuk bekerjasama dalam mengarahkan dana tanggung jawab sosial
perusahaan (corporate Cocial Responcibility) untuk pendanaan pembangunan daerah-
daerah yang tertinggal.
Pendanaan terhadap kawasan tertinggal harus dikoordinir dengan baik agar pendanaan
tersebut tepat sasaran dan dapat menutupi kekurangan pendanaan yang bukan prioritas
pembangunan yang dianggarkan oleh pemerintah, seperti pendanaan Unit Kegiatan
Masyarakat guna mengebangkan keterampilan dan membuka lapangan kerja di desa
tersebut, pembangunan jalan poros yang sangat penting dalam mobilitas kegiatan ekonomi
masyarakat desa, serta pembangunan fasilitas, hal ini beberapa contok kegiatan
38
pembangunan yang bisa dikembangkan melalui dana CSR. Anggaran dana yang terbatas
harus dimanfatkan secara optimal dengan memberikan strategi-strategi penanganan yang
tepat dan menghitung keberlangsungan program dengan cermat pula agar pembiayaan tepat
sasaran dantidak terjadi tumpang tindih antar sumber pembiayaan dan diperlukan kontrol
kelangsungan hasil pembangunan yang baik.
Sesuai dengan amanat Undang-undang Dasar 45 pasal 31: (1) Setiap warga negara
berhak mendapat pendidikan. (2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar
dan pemerintah wajib membiayainya. (3) Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan
ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur
dengan Undang-Undang. (4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-
kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari
anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan
pendidikan nasional. (5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta
kesejahteraan umat manusia.
39
Menurut Ki Hajar Dewantoro di dalam buku pengantar ilmu pendidikan menyatakan
bahwa, “Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti
(kekuatan batin, karakter, pikiran (intelek) dan tubuh anak untuk memajukan kehidupan
anak didik selaras dengan dunianya”. Dalam pendidikan tidak terlepas dari sistem
pembelajaran. Bagian suatu sistem yang melaksanakan fungsi untuk menunjang usaha
mencapai tujuan sistem disebut komponen. Dengan demikian, jelaslah bahwa sistem itu
terdiri atas komponen – komponen dan masing – masing komponen itu mempunyai fungsi
khusus. Semua komponen dalam sistem pembelajaran haruslah saling berhubungan satu
sama lain. Sebagai misal dalam proses pembelajaran di sajikan penyampaian pesan melalui
media, maka diperlukan adanya aliran listrik untuk membantu memberikan sinar. Jika
aliran listrik tidak berfungsi, akan menimbulkan kesulitan bagi guru dalam melangsungkan
pembelajaran. Dengan dasar inilah, pendekatan sistem dalam pembelajaran memerlukan
hubungan antara komponen yang satu dengan lainnya.
Di suatu daerah tertinggal masih banyak dijumpai kondisi di mana anak-anak belum
terlayani pendidikannya. Angka putus sekolah yang masih tinggi. Juga masalah
kekurangan guru, walaupun pada sebagain daerah, khususnya daerah perkotaan persediaan
guru berlebih. Sarana dan prasarana yang belum memadai. Itulah sederat fakta-fakta yang
menghiasai wajah pendidikan kita di daerah tertinggal.
Sarana komunikasi yang kurang baik dan jauhnya daerah dari pusat pemerintahan
menjadi salah satu penyebab tertinggalnya daerah dari pembangunan pendidikan.
40
Pemberlakuan Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah mengisyaratkan
pada kita mengenai perkembangan daerah-daerah dengan suasana yang lebih kondusif dan
demokratis. Namun ternyata hal ini juga berimbas pada pendidikan.
Sebenarnya, masih banyak daerah yang belum siap menerima kebijakan pemerintah
yang baru yang menyerahkan kebebasan pada pemerintah daerah untuk mengatur
pendidikan yang selama ini selalu berbasis pada pemerintah pusat. Hal ini dapat terlihat
dari ketidaksiapan daerah yang tertinggal dalam menghadapi situasi ini. Terlihat dari sarana
dan prasarana yang kurang memadai seperti akses jalan menuju sekolah, bangunan sekolah
yang rapuh, serta buku-buku yang digunakan dalam mengajar.
Hal tersebut berhubungan erat dengan masalah dana yang kurang tersedia di setiap
daerah. Ini menjadi masalah yang mendasar bagi pemerintah daerah, kecuali jika
pemerintah pusat dapat membantu mereka mengatasi masalah ketersediaan dana ini. Yang
kedua adalah masalah Sumber Daya Manusia (SDM) yang belum memadai. Tidak hanya
mengenai kuantitasnya namun juga kualitasnya yang jauh dibawah standar kelayakan.
Masih terdapat beberapa daerah yang SDM nya masih belum memadai dan mengerti
bagaimana konsep pendidikan yang sebaiknya diterapkan. Terlihat juga dari tenaga
pengajar yang kebanyakan honorer. Banyak dari tenaga pengajar tersebut merupakan
relawan yang bersedia membantu mengajar .
41
banyak ditunjang oleh pusat atau propinsi. Pendapatan asli daerah mereka tergolong masih
sangat rendah” (Chan, Sam, 2006)
Masalah lain, yaitu masyarakat daerah tertinggal adalah masyarakat yang gamang atau
takut terhadap upaya pembaruan. Perubahan kurikulum, uji coba model, dan uji coba
mekanisme sering dianggap para pengajar sebagai sebuah malapetaka atau setidaknya
menjadi beban yang cukup berat untuk mereka. Serta LSM yang bergerak di bidang
pendidikan masih kurang.
Cara melaksanakan pendidikan sudah tentu tidak terlepas dari tujuan pendidikan,
sebab pendidikan yang dimaksud di sini ialah pendidikan yang dilakukan di bumi untuk
kepentingan bangsa. Aspek ketuhanan sudah dikembangkan dengan banyak cara seperti
melalui pendidikan-pendidikan agama di sekolah maupun di perguruan tinggi, melalui
ceramah-ceramah agama di masyarakat, melalui kehidupan beragama di asrama-asrama,
lewat mimbar-mimbar agama dan ketuhanan di televisi, melalui radio, surat kabar dan
sebagainya. Bahan-bahan yang diserap melalui media itu akan berintegrasi dalam rohani
para siswa/mahasiswa.
42
dibiarkan berlanjut, tidak lama lagi pendidikan di Indonesia akan hancur mengingat banyak
guru-guru berpengalaman yang pensiun.
Di bawah ini akan diuraikan beberapa penyebab rendahnya kualitas pendidikan secara
umum, yaitu:
• Efektifitas Pendidikan
• Efisiensi Pengajaran
• Standardisasi Pendidikan
Selain beberapa penyebab rendahnya kualitas pendidikan di atas, berikut ini akan
dipaparkan pula secara khusus beberapa masalah yang menyebabkan rendahnya kualitas
pendidikan sebagai berikut :
Untuk sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita yang
gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan
tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi informasi tidak
memadai dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki gedung
sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan sebagainya.
43
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan
pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat.
Dengan keadaan yang demikian itu (rendahnya sarana fisik, kualitas guru, dan
kesejahteraan guru) pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan. Sebagai
misal pencapaian prestasi fisika dan matematika siswa Indonesia di dunia internasional
sangat rendah. Menurut Trends in Mathematic and Science Study (TIMSS) 2003 (2004),
siswa Indonesia hanya berada di ranking ke-35 dari 44 negara dalam hal prestasi
matematika dan di ranking ke-37 dari 44 negara dalam hal prestasi sains. Dalam hal ini
prestasi siswa kita jauh di bawah siswa Malaysia dan Singapura sebagai negara tetangga
yang terdekat.
Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat Sekolah Dasar. Data
Balitbang Departemen Pendidikan Nasional dan Direktorat Jenderal Binbaga Departemen
Agama tahun 2000 menunjukan Angka Partisipasi Murni (APM) untuk anak usia SD pada
tahun 1999 mencapai 94,4% (28,3 juta siswa). Pencapaian APM ini termasuk kategori
tinggi. Angka Partisipasi Murni Pendidikan di SLTP masih rendah yaitu 54, 8% (9,4 juta
siswa). Sementara itu layanan pendidikan usia dini masih sangat terbatas. Kegagalan
pembinaan dalam usia dini nantinya tentu akan menghambat pengembangan sumber daya
manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan kebijakan dan strategi pemerataan
pendidikan yang tepat untuk mengatasi masalah ketidakmerataan tersebut.
Pendidikan bermutu itu mahal. Kalimat ini sering muncul untuk menjustifikasi
mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku pendidikan.
Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT)
membuat masyarakat miskin tidak memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Orang
miskin tidak boleh sekolah.
44
Kondisi ini akan lebih buruk dengan adanya RUU tentang Badan Hukum Pendidikan
(RUU BHP). Berubahnya status pendidikan dari milik publik ke bentuk Badan Hukum
jelas memiliki konsekuensi ekonomis dan politis amat besar. Dengan perubahan status itu
Pemerintah secara mudah dapat melemparkan tanggung jawabnya atas pendidikan
warganya kepada pemilik badan hukum yang sosoknya tidak jelas. Perguruan Tinggi
Negeri pun berubah menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN). Munculnya BHMN
dan MBS adalah beberapa contoh kebijakan pendidikan yang kontroversial. BHMN sendiri
berdampak pada melambungnya biaya pendidikan di beberapa Perguruan Tinggi favorit.
Dari APBN 2005 hanya 5,82% yang dialokasikan untuk pendidikan. Bandingkan
dengan dana untuk membayar hutang yang menguras 25% belanja dalam APBN
(www.kau.or.id). Rencana Pemerintah memprivatisasi pendidikan dilegitimasi melalui
sejumlah peraturan, seperti Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, RUU Badan
Hukum Pendidikan, Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Pendidikan Dasar dan
Menengah, dan RPP tentang Wajib Belajar. Penguatan pada privatisasi pendidikan itu,
misalnya, terlihat dalam Pasal 53 (1) UU No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas). Dalam pasal itu disebutkan, penyelenggara dan/atau satuan pendidikan formal
yang didirikan oleh Pemerintah atau masyarakat berbentuk badan hukum pendidikan.
Untuk mengatasi masalah-masalah di atas, secara garis besar ada dua solusi yang dapat
diberikan yaitu:
Pertama, solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang
berkaitan dengan sistem pendidikan.
Kedua, solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait
langsung dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah kualitas
guru dan prestasi siswa.
45
guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan berbagai
pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru. Rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi
solusi dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas materi pelajaran, meningkatkan alat-
alat peraga dan sarana-sarana pendidikan, dan sebagainya.
Adapun solusi yang dapat diberikan dari permasalahan di atas antara lain dengan
mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan, dan
meningkatkan kualitas guru serta prestasi siswa.Perkembangan dunia di era globalisasi ini
memang banyak menuntut perubahan kesistem pendidikan nasional yang lebih baik serta
mampu bersaing secara sehat dalam segala bidang. Salah satu cara yang harus di lakukan
bangsa Indonesia agar tidak semakin ketinggalan dengan negara-negara lain adalah dengan
meningkatkan kualitas pendidikannya terlebih dahulu.
Dengan meningkatnya kualitas pendidikan berarti sumber daya manusia yang terlahir
akan semakin baik mutunya dan akan mampu membawa bangsa ini bersaing secara sehat
dalam segala bidang di dunia internasional
46
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Kriteria sebuah daerah tertinggal adalah berdasarkan kondisi sosial, budaya, ekonomi dan
wilayah (fungsi inter dan intra spasial baik pada aspek lingkungan, aspek manusianya,
maupun prasarana pendukungnya) kurang berkembang dibandingkan daerah lain.
Pandangan masyarakat desa di daerah tertinggal cenderung lebih berorientasi pada hal
materiil, yaitu lebih menyukai jika anak-anaknya bekerja membantu orang tua daripada
harus belajar di sekolah. Mungkin hal inilah yang menyebabkan masyarakat desa di
daerah tertinggal.
Masyarakat daerah tertinggal adalah masyarakat yang gamang atau takut terhadap upaya
pembaruan. Perubahan kurikulum, uji coba model, dan uji coba mekanisme sering
dianggap para pengajar sebagai sebuah malapetaka atau setidaknya menjadi beban yang
cukup berat untuk mereka. Sudah cukup banyak usaha-usaha yang dilakukan pemerintah
dalam menghadapi masalah ketertinggalan daerah selama ini. Salah satunya yaitu
pemerintah mengeluarkan Permen PDT No. 07/ PER/ W-PDT /III/2007 tentang
perubahan strategi pembangunan daerah tertinggal. Ini merupakan implementasi teknis
dari Undang-undang nomor 25 tahun 2005 tentang sistem perencanaan pembangunan
nasional. Kementrian PDT juga membuat sasaran pembangunan daerah tertinggal yang
terbagi dalam sasaran jangka menengah (RPJMN) dan sasaran jangka panjang (RPJPN).
2. Saran
Daerah tertinggal masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah dan juga masyarakat
luas. Alangkah baiknya jika dalam pembangunan daerah tertinggal ini pemerintah juga
mengajak masyarakat ikut serta. Mengingat pendidikan merupakan salah satu pilar
penentu bangsa dimasa depan. Sebagai masyarakat, kita harus mengubah pandangan
masyarakat daerah tertinggal tentang pendidikan, hal ini disebabkan karena pendidikan
merupakan pilar penting dalam kehidupan bernegara.
47
Pendidikan juga teramat penting bagi setiap individu. Karena akan beruhubungan
selanjutnya kepada masa depan individu tersebut dan selanjutnya juga akan berpengaruh
pada bangsa dalam waktu mendatang. Penyuluhan mengenai pentingnya pendidikan akan
sangat dibutuhkan. Perbaikan sarana-prasaran harus tetap ditingkatkan.
Pengawasan dana pendidikan harus berjalan transparan. Mengingat telah banyak usaha
yang telah dilakukan pemerintah, dan tingkat kepedulian yang tinggi dari pemerintah
daerah, maka bukan hal yang tidak mungkin bahwa kita sebagai masyarakat dan abdi
Negara untuk melanjutkan program-program tersebut dan menjadikan Indonesia sebagai
Negara yang maju dan terdepan dalam pendidikan.
48
DAFTAR PUSTAKA
Utomo tjipto, Ruijter Kees. 1991. Peningkatan dan Pengembangan Pendidikan. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama
Sam Tuti T, Chan Sam M. 2006. Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Sastradipoera Koemaruddin. 1989. Kegunaan Konsep Gini dan Konsep Kesenjangan Pendidikan.
Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
49