Anda di halaman 1dari 24

Studi Pengembangan Sistem Informasi pada

Perusahaan Dagang Adijaya Jepara


Disusun Guna Memenuhi Tugas Akhir Semester
Mata Kuliah: Sistem Informasi Manajemen
Dosen Pengampu: A Khoirul Anam, S.E., M.Si.

Disusun Oleh :

Muhammad Mujahidurrohman (201110002642)

Fariq Maulana Aryasa (191110002622)

M Fadle Assidqi Okeey (191110002629)

M Naufal Aditya Norcahyanto (191110002689)

Nur Sa’adah (191110002611)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA

TAHUN 2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.....................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Profil Perusahaan.....................................................................................................1
1.2 Persoalan Umum......................................................................................................2
1.3 Ketersediaan Prosedur dan Sistem Informasi/Aplikasi yang dimiliki Perusahaan..4
BAB II IDENTIFIKASI PERMASALAHAN DAN KEBUTUHAN..............................5
2.1 Identifikasi Sistem Informasi...................................................................................5
2.2 Kebutuhan operasional yang dipengaruhi Aplikasi POS........................................5
2.3 Identifikasi Kebutuhan Operasional Bisnis Penting yang Belum dilaksanakan
Melalui Sistem Informasi..............................................................................................6
2.4 Identifikasi Permasalahan yang Ada dengan Sistem Informasi yang dimiliki Oleh
Perusahaan Saat Ini........................................................................................................6
BAB IV............................................................................................................................18
PENUTUP.......................................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Profil Perusahaan
Adijaya merupakan perusahaan dagang yang diirikan oleh Bapak Ma’adi
pada tahun 2000 rumah beliau beralamat Desa Bandung Rejo RT 04 RW 03
Kalinyamat Jepara. Pada awalnya,Bapak Mas’adi bengkel layanan jasa servis
peralatan elektronik setelah keluar dari pekerjaannya sebagai karyawan di
perusahaan Toshiba di Jakarta. Namun, melihat ada permintaan untuk beberapa
barang dagangan seperti alat tulis, barang kebutuhan rumah tangga, dan barang-
barang yang lain maka beliau menambahkan berbagai barang itu sebagai komoditas
penjualan. Kemudian dengan respon masyarakat yang bagus dan kemampuan
Manajemen bapak Mas’adi handal membuat perusahaan dagang Adijaya yang
dulunya hanya merupakan usaha kecil bisa berkembang sampai sekarang membuka
5 cabang di daerah Jepara dan sekitarnya. Adapun visi dan misi Usaha Dagang
Adijaya Jepara adalah:
Visi:
Fokus pada tanggung jawab, melayani sepenuh hati, dan berbudi perkerti.
Misi:
1. Mewujudkan Usaha Dagang Adijaya menjadi toko grosir dan retail yang selalu
tumbuh.
2. Memberikan pelayanan yang ramah, ikhlas, dan member solusi pada
pelanggan.
3. Selalu menjadi tujuan utama kebutuhan belanja pelanggan.
4. Mengutamakan kepuasan pelanggan.
5. Menjaga etika sebagai pribadi dan perusahaan yang santun.

Kantor pusat berlokasi di Jl. Raya Purwogondo-Guwo Bandungrejo RT 04


RW 03 Kalinyamat Jepara. Sedangkan cabangnya adalah:

1. Adijaya kosmetik yang bertempat di depan pasar Kalinyamat yang merupakan


cabang pertama.
2. Adijaya Welahan yang dibuka pada tahun 2010 dan beralamat di desa
Kedungsari Mulyo Welahan.
3. Adijaya Baby & Kids yang berada di sebelah tempat tinggal pemilik Adijaya.
4. Adijaya Mayong yang mulai dibuka pada tahun 2014, tepatnya di Jalan Raya
Mayong-Welahan.

Struktur organisasi UD Adijaya Jepara dapat digambarkan sebagai berikut:

Direktur
Bapak Mas’adi

Store Manager
Rico Gunawan

Admin & Personalia Marketing Productivity


Keuangan Nur Faizah Tuti Ummi S & Lia
Mirza H & Maysharoh L.F
Wiwin D

1.2 Persoalan Umum


Kegiatan usaha perusahaan dagang retail merupakan bisnis yang
menyediakan jasa menjual barang secara eceran. Barang yang dijual juga memiliki
banyak variasi seperti barang konsumsi rumah tangga, pakaian, peralatan rumah
tangga, dan barang elektronik. Dalam kegiatan usahanya, Adijaya
mempertimbangkan beberapa faktor, seperti lokasi, harga, reputasi kelengkapan
persediaan barang dan jasa tambahan. Tetapi, sebaiknya perusahaan dagang tidak
hanya bisa mempertimbangkan faktor sederhana seperti lokasi yang ramai atau
harga yang murah, namun banyak faktor lain yang harus dipertimbangankan.
Karena pada dasarnya tipe perusahaan Adijaya adalah perusahaan dagang retail
berbentuk swalayan yang berbeda dengan toko dagang biasa yang hanya
mempertimbangkan jual beli barang saja.
Sehingga Adijaya harus bisa membangun sebuah value yang unik dimiliki,
agar bisa menjadi pembeda dari usaha retail lain yang bisa membuat pelanggan
lebih memilih berbelanja Swalayan Adijaya dari competitor lain. Value ini tidak
harus berbentuk barang atau jasa yang terlihat dan dirasakan tetapi bisa berbentuk
konsep yang membuat pelanggan bisa ingat dan mengenal dengan kesan mendalam.
Maka untuk membangun dan mempertahankan value ini dibutuhkan manajemen
yang baik dan terkontrol. Karena jika manajemen Adijaya tidak baik maka value
yang sudah dibuat akan mudah rusak karena berbagai kesalahan operasional dan
strategi perusahaan.
Manajemen yang baik membutuhkan sistem informasi yang efisien. Dalam
perdagangan ritel dimana arus data barang dagangan dan uang berputar sangat
cepat diperlukan pengendalian dan pengawasan yang baik. Salah satu bentuk
pengendalian dan pengawasan tersebut adalah dengan melakukan pencatatan data
yang tertib dan teratur, serta penyuguhan informasi dalam bentuk sistem pelaporan
yang tepat waktu dan akurat sehingga memberikan manfaat yang optimal bagi
setiap keputusan yang akan diambil. Sistem Informasi Ritel (SIM Ritel) adalah
suatu sistem informasi yang dikembangkan dengan menggunakan pendekatan yang
berbasis pada pemanfaatan teknologi terpadu peralatan sistem mekanisasi pengolah
data sebagai penyedia informasi untuk menunjang semua aspek kegiatan yang
berhubungan dengan operasional, manajemen, analisis maupun dalam hal
pembuatan keputusan. Secara umum struktur SIM Ritel tidak berbeda dengan
Sistem Informasi Manajemen lainnya, meliputi:
1. Tingkatan informasi untuk proses transaksi, dalam hal ini fungsinya adalah
sebagai inquiry response. Tingkatan ini biasanya menjadi tanggung jawab dari
staff atau clerk.
2. Tingkatan informasi untuk perencanaan operasional, pengendalian dan
pengambilan keputusan. Informasi yang berkaitan dengan kegiatan operasional
setiap harinya dibutuhkan oleh Lower Management yang berada pada tingkatan
ini untuk pengambilan keputusan.
3. Tingkatan informasi untuk perencanaan taktis dan pengambilan keputusan.
Pada tingkatan ini Middle Management membutuhkan informasi yang
datangnya dari tingkat perencanaan operasional maupun informasi dari luar
lingkungan perusahan seperti informasi tentang pesaing. Informasi tersebut
nantinya akan menjadi dasar pembuatan rencana taktis perusahaan contohnya
pembuatan anggaran maupun pengambilan keputusan seperti penentuan jenis
dan harga barang.
4. Tingkatan informasi untuk perencanaan strategik, kebijakan dan pengambilan
keputusan. Tujuan dan arah perusahaan ditentukan oleh Top Management.
Karena itu informasi yang berkaitan dengan kinerja perusahaan dan keadaan
lingkungan luar perusahaan perlu dimiliki oleh tingkat ini demi kemajuan
perusahaan. (Utami & Whidya, 2010)

1.3 Ketersediaan Prosedur dan Sistem Informasi/Aplikasi yang dimiliki


Perusahaan
UD Adijaya menggunakan Sistem Informasi manajemen aplikasi POS
untuk membantu pencatatan transaksi penjualan dan membantu pembukuan
akuntansi. Namun secara umum untuk kegiatan operasional lain masih melakukan
manajemen secara manual tanpa dibantu oleh SIM. Seperti dalam prosedur
penyediaan barang, pencatatan barang, dan informasi barang masuk keluar masih
dilakukan secara manual. Beberapa prosedur yang ada namun masih dilakukan
secara manual antara lain:
1. Layanan kasir
2. Prosedur pemesanan barang
3. Prosedur penerimaan barang
4. Pencatatan barang masuk
BAB II
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN DAN KEBUTUHAN
2.1 Identifikasi Sistem Informasi

Pada UD Adijaya, sistem yang paling sering digunakan yaitu aplikasi POS.
Point of Sales (POS) adalah suatu sistem yang digunakan oleh berbagai macam
usaha ritel untuk menyelesaikan transaksi jual beli. Merupakan versi modern dari
mesin kasir konvensional/cash register yang biasanya sudah dilengkapi dengan cash
drawer. Sekarang POS sudah menjadi bagian yang penting dari operasional
berbagai usaha, dan fungsinya pun kini sudah lebih dari sekedar untuk memproses
transaksi penjualan

2.2 Kebutuhan operasional yang dipengaruhi Aplikasi POS

Sistem POS menawarkan berbagai hal positif untuk pengelola atau


direktur bisnis. Sistem POS dapat meningkatkan kepercayaan pengguna dalam
sejumlah cara. Misalnya, mereka tidak harus menghabiskan banyak waktu
menghafal harga produk, atau secara manual memasukkan data dalam jumlah besar
sebagaimana mereka lakukan pada mesin kasir biasa. Hal ini akan memungkinkan
mereka untuk menawarkan layanan pelanggan yang lebih baik.
Menggunakan sistem POS dengan scanner barcode secara signifikan akan
mempercepat proses check-out. Ini memberikan kemampuan untuk mengenali
pelanggan setia dan menghargai mereka atas dukungan mereka. Hal ini dapat
dengan mudah mengumpulkan data pelanggan (dari transaksi kartu kredit) yang
dapat digunakan untuk program iklan dan insentif yang ditargetkan. Aplikasi POS
berguna untuk mengurangi beberapa kesalahan yang terjadi seperti penginputan
data dan hal lainya yang berkaitan dengan transaksi dan pelaporanya. Dengan
menggunakan aplikasi POS kita dapat meminimalisir kesalahan yang terjadi baik
itu dari missing input ataupun output.
Selain itu, untuk perusahaan dagang retail diperlukan adanya manajemen
untuk stok Gudang. Untuk bisnis yang menggunakan sistem pendekatan secara
tradisional untuk manajemen stok memerlukan pedagang untuk secara fisik
meninjau tingkat stok mereka saat ini secara berkala. Tentu hal ini bisa menjadi
proses yang memakan tenaga dan waktu, terutama untuk bisnis skala besar.
Sedangkan dengan menggunakan sistem POS membuat semua stok barang akan
dipindai pada saat pengiriman dan dimasukkan ke dalam database digital. Dan
barang yang terjual datanya juga akan dimasukan ke database digital juga. Sehingga
pedagang bisa menghitung status stok barang dengan cara barang dikirim dikurangi
barang terjual. Oleh karena itu, pedagang dapat meninjau tingkat stok mereka
secara keseluruhan dalam sekejap dan membuat keputusan pembelian yang sesuai
akurat. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa kebutuhan operasional yang dibantu
oleh POS adalah pertama untuk operasi transaksi penjualan, kemudian untuk
membantu membuat laporan keuangan, dan terakhir untuk operasional manajemen
stok gudang.

2.3 Identifikasi Kebutuhan Operasional Bisnis Penting yang Belum dilaksanakan


Melalui Sistem Informasi

Kebutuhan operasional lainnya yang belum dilaksanakan melalui sistem


informasi lainnya adalah kegiatan pemesanan barang, penerimaan barang dan alur
barang keluar masuk.

2.4 Identifikasi Permasalahan yang Ada dengan Sistem Informasi yang dimiliki
Oleh Perusahaan Saat Ini

Saat ini POS hanya digunakan untuk mencatat transaksi penjualan dan
pembukuan akuntansi saja. Informasi yang diambil hanya terbatas pada yang
termasuk dalam laporan keuangan. Sehingga informasi lain tidak bisa diperoleh,
seperti jenis barang apa yang paling banyak terjual, atau tingkat keuntungan tiap
barang.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Memahami Sistem yang Ada


3.1.1 Aplikasi yang Ada
System point of sale (POS) adalah sebuah sistem aplikasi yang
diterapkan pada bisnis minimarket ataupun pertokoan untuk menangani
pengolahan data transaksi pembelian, transaksi penjualan eceran, transaksi
hutang, transaksi hutang, transaksi hutang, transaksi hutang, transaksi
hutang (debt). Report yang secara umum penting dibutuhkan dalam
pengambilan keputusan strategik oleh para pebisnis swalayan,organisasi,
atau perusahaan yang berskala kecil dan menengah. Perusahaan besar
maupun perusahaan menengah yang bergerak di dalam bidang perdagangan,
pada umumnya akan menggunakan sistem POS dalam menunjang kegiatan
usahanya.
Peran utama aplikasi sistem informasi dalam bisnis adalah untuk
memberikan dukungan efektif atas strategi perusahaan agar dapat
memperoleh keunggulan kompetitif. Peran strategis sistem informasi
melibatkan penggunaan teknologi informasi adalah untuk mengembangkan
berbagai produk, layanan dan kemampuan yang dapat memberikan
keunggulan yang besar bagi perusahaan atas tekanan kompetitif dalam pasar
global. Hal ini menciptakan sistem informasi strategis yang mendukung atau
membentuk posisi kompetitif dan strategi dari perusahaan bisnis. Maka,
kami usulkan adalah SIM untuk meningkatkan kinerja perekrutan dengan
membuat website untuk calon karyawan bisa melamar kerja dengan online.
Serta membuat aplikasi untuk membantu karyawan dan manajer menata
jadwal kerja dan pembagian tugas. (Jogiyanto, 2018)
3.1.2 Sistem yang Ada
Standard Operating Prosedure (SOP) adalah sebuah sistem instruksi
kerja yang dibakukan mengenai proses penyelenggaraan admitristrasi
perusahaan, bagaimana dan kapan harus dilakukan, dimana dan oleh siapa
dilakukan. Dalam retail SOP berbentuk pedoman atau acuan untuk
melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan job deskripsi masing-masing
karyawan. Bentuk SOP yang dimiliki oleh Adijaya diantaranya:
1. Layanan Kasir
Pelayanan kasir dengan melalui prosedur berikut:
a. Scan barcode barang.
b. Jika barcode tidak terbaca, masukan kode manual.
c. Sebutkan jumlah harga pembelian.
d. Menanyakan apakah ada tambahan barang/layanan lain.
e. Menerima uang dan memberikan kembalian.
f. Mengucapkan salam dan terima kasih kepada pembeli.
Flowchart Layanan Kasir
2. Prosedur Pemesanan Barang
Berikut merupakan prosedur bagaimana toko Adijaya memesan barang
dari supplier:
a. Bagian Gudang melihat persedian menipis, maka membuat SPP
(Surat Permintaan Pembelian) dikirim ke Bagian Pembelian.
b. Berdasarkan SPP, maka Bagian Pembelian membuat SPPH (Surat
Permintaan Penawaran Harga).
c. SPPH tersebut dikirimkan ke Bagian Supplier. Dan Supplier
membuat SPH (Surat Penawaran Harga). SPH tersebut dikirimkan
ke Bagian Pembelian.
d. Jika harga disetujui Bagian Pembelian kemudian membuat SOP
(Surat Order Pembelian). Jika harga tidak disetujui, maka kembali
ke transaksi awal.
e. Supplier menerima SOP dari Bagian Pembelian. Kemudian Supplier
membuat faktur dikirim beserta barang pesanan ke Bagian
Pembelian.
f. Bagian Pembelian menerima faktur beserta barang pesanan dari
Supplier. Kemudian, barang dikirim ke Bagian Gudang dan Faktur
dikirim ke Bagian Keuangan.
g. Bagian Gudang menerima barang dan mencatat barang masuk
berdasarkan SOP dan membuat LPB (Laporan Penerimaan Barang)
yang diserahkan pada Bagian Keuangan.
h. Bagian Keuangan menerima Faktur dan LPB kemudian melakukan
pembayaran kepada Bagian Supplier.
i. Bagian Supplier menerima uang dari Bagian Keuangan. Supplier
membuat Faktur Lunas dikirmkan ke Bagian Keuangan.
j. Bagian Keuangan menerima faktur lunas. Berdasarkan faktur lunas
tersebut, Bagian Keuangan mencatat di buku akuntansi.
Flowchart Prosedur pemesanan barang

3. Kegiatan Penerimaan Barang Gudang


a. Kepala gudang melakukan pengecekan terhadap persediaan barang
di gudang dan membuat Faktur asli dan fotocopy.
b. Jika barang persediaan habis, maka kepala gudang menyerahkan dan
menandatangani laporan persediaan rangkap ke-2 ke wakil direktur
untuk dilakukan pemesanan barang ke pemasok.
c. Wakil direktur mengisi kolom keterangan yaitu barang apa saja yang
telah habis, menyerahkan laporan persediaan rangkap ke-2, dan
menginformasikan ke Administrasi Distribusi bahwa persediaan
barang telah habis dan akan di cek faktur asli dan fotocopy.
d. Administrasi Distribusi melakukan pemesanan barang ke pemasok,
membuat, dan menyerahkan laporan penerimaan barang ke kepala
gudang dan diarsip oleh kepaal gudang berdasarkan tanggal.
e. Administrasi Distribusi membuat rekap faktur untuk bagian
keuangan.
f. Kepala gudang dan karyawan gudang melakukan penyerahan dan
pencocokkan jumlah fisik dan jenis barang antara nota barang dari
pemasok dengan laporan penerimaan barang di lokasi gudang.
g. Pemeriksaan Kolom keterangan dan tanda tangan oleh Supervisor
Distribusi sebagai informasi tambahan bila diperlukan.
h. Apabila jumlah barang fisik dan jenis barang sesuai antara laporan
penerimaan barang dengan nota barang dari pemasok, maka laporan
penerimaan barang tersebut diotorisasi berupa paraf oleh kepala
gudang dan Administrasi Supervisor akan menyerahkan rekap faktur
asli.
i. Laporan penerimaan barang yang sudah diotorisasi berupa paraf oleh
kepala gudang diserahkan ke bagian akuntansi.
j. Bagian akuntansi menerima laporan penerimaan barang dari kepala
gudang.
k. Jumlah barang yang sesuai akan disimpan ke dalam gudang oleh
masing-masing kelompok karyawan gudang, sesuai dengan
kelompok jenis barang persediaan, dicocokkan dan dicatat secara
tertulis beserta otorisasi dengan memberikan paraf dan nama pada
kartu stok oleh setiap kelompok karyawan dan mengarsip nota
barang dari pemasok berdasarkan tanggal.

1. Supplier Administrsi Distibusi Supervisor Distribusi


1.Bawa Faktur
asli dan fotocopy
serta Pre Order
barang

Fajtur

Baran
g

2. Penyerahan
ke Distributor
Barang

5.Pembuatan rekap faktir


untuk bagian keuangan 7. Pemeriksaan
6.Penyerahan rekap ke dan tanda tangan
Supervisor Distribusi Faktur
BAB IV
STUDI KELAYAKAN

4.1 Pengertian Studi Kelayakan TELOS

Studi kelayakan TELOS adalah bagaimana melakukan penelitian


untuk menilai kelayakan sebuah investasi itu dilakukan. Untuk mengetahui
apakah keputusan investasi layak dan mendukung tujuan strategik
perusahaan berdasarkan data yang ada. TELOS sendiri mempunyai 5
framework besar, yaitu:
1. Technical. Menunjukkan apakah sistem yang diusulkan dapat
dikembangkan dan diterapkan dengan menggunakan teknologi yang ada
atau jika membutuhkan teknologi baru.
2. Economic. Menunjukkan apakah dana yang memadai tersedia untuk
mendukung biaya dari sistem yang diusulkan.
3. Legal. Menunjukkan apakah ada konflik antara sistem yang sedang
dipertimbangkan dan kemampuan perusahaan untuk menunaikan
kewajibannya.
4. Operational. Menunjukkan apakan prosedur dan ketrampilan personalia
yang ada cukup untuk mengoperasikan sistem yang diusulkan atau
apakah prosedur dan ketrampilan tambahan akan diberikan.
5. Schedule. Sistem yg diusulkan harus berlaku dalam suatu kerangka
waktu yang logis.(Lisa, 2021)
4.2 Indikator Penilaian TELOS

Dalam laporan ini indicator penilaian TELOS yang digunakan


adalah dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan dibawah:
1. Teknologi
a. Apakah ada karyawan Adijaya yang bisa membuat SIM baik pada
desain atau pembuatan program?
b. Jika tidak, dapatkah Adijaya mampu mencari pihak yang mampu
melakukannya dengan baik?
c. Apakah dibutuhkan pelatihan bagi karyawan Adijaya untuk
menggunakan SIM baru dan berapa biaya pelatihannya?
d. Apakah Adijaya memerlukan perangkat keras atau perangkat lunak
baru untuk membuat SIM baru?

2. Ekonomi
a. Apakah Adijaya memeiliki dana untuk menyediakan SIM?
b. Seberapa besar dan darimana asalnya dana untuk SIM?
c. Apakah pemilik Adijaya siap mendukung pengadaan SIM sampai
selesai?
d. Jika dana untuk SIM ini digunakan ke investasi lain apakah lebih
menguntungkan?
e. Akankah kepemilikan SIM bisa menghemat biaya Adijaya dan/atau
meningkatkan keuntunga/n
3. Legal (hukum)
a. Apakah jika Adijaya membuat SIM ada hukum yang dilanggar?
(Termasuk pada hak paten atau hukum merek dagang, hukum
perdagangan internasional, kontrak, perjanjian, perjanjian
kerahasiaan, dan lain-lain
4. Operasional
a. Akankah Adijaya perlu membuat prosedur baru?
b. Apakah Adijaya membutuhkan pelatihan agar karyawan bisa
menggunakan dengan baik?
c. Apakah Adijaya membutuhkan staf baru, untuk mengelola SIM?
d. Jika tidak, apakah Adijaya membutuhkan pihak ketiga yang ada?
e. Apakah ada biaya berkelanjutan yang terus dibutuhkan?
f. Apakah dalam membuat dan menggunakan SIM berdampak
operasional kegiatan usaha Adijaya?
5. Schedule (jadwal)
a. Berapa waktu yang dibutuhkan untuk merencanakan, membangun,
melatih, dan menerapkan SIM baru?
b. Apakah dalam Adijaya ada kegiatan lain yang membuat jadwal
pembuatan SIM berbenturan?
c. Kapan batas akhir yang diberikan?

4.3 Pembahasan Studi Kelayakan TELOS

Berdasarkan indikator penilaian di atas, kami melakukan studi untuk


mengetahui kondisi kelayakan yang dimiliki oleh Adijaya. Dari segi teknologi atau
teknis, tidak ada karyawan Adijaya yang bisa mendesain dan membuat program
SIM. Sedangkan untuk mencari pihak ketiga, ternyata pihak Adijaya memiliki
kontak dari konsultan yang menjual aplikasi POS, namun pihak ini tidak mendesain
SIM berdasarkan SDLC namun hanya menjual paket yang berupa hardware dan
software untuk menggunakan SIM. Sesungguhnya karena SIM digunakan untuk
mempermudah memproses informasi maka pada dasarnya SIM harus dibuat agar
bisa digunakan dan dipahami dengan mudah. Sehingga tidak perlu ada pelatihan
special untuk menggunakannya hanya butuh orientasi awal saja dan pada awamnya
yang dijelaskan akan langsung memahami bagaimana menggunakan SIM ini. Yang
selanjutnya adalah menguasai penggunaan dengan menambah pengalaman melalui
penggunaan terus menerus. Dan orientasi ini tidak memerlukan biaya lebih, hanya
pilih beberapa supervisor untuk mengetahui dengan jelas yang bertugas tambahan
sebagai pelatih. Saat ini Adijaya mempunyai dan menggunakan serangkaian
peralatan hardware seperti computer, server, router dan lainnya untuk menjalankan
aplikasi POS. Dan jika hardware yang tersedia ini mampu mendukung dijalankan
SIM yang baru maka Adijaya tidak perlu membeli hardware lagi.
Dari segi ekonomi, menurut informasi yang kami peroleh tidak mampu
memberikan dana yang tinggi untuk membuat SIM baru maksimal budget yang
diberikan adalah 20 juta rupiah. Dana berasal dari kas perusahaan untuk digunakan
sebagai pembelian asset. Pemilik Adijaya sendiri sangat mendukung untuk
membuat SIM baru jika budgetnya cukup, tetapi jika budget tidak cukup maka akan
lebih memilih menunda pengadaan SIM dampai kas perusahaan cukup. Ini
dikarenakan ada pihak direksi yang menganggap manajemen manual saja sudah
berjalan lancar tanpa menggunakan SIM, dan dana 20 juta rupiah bisa
diinvestasikan untuk kegiatan lain. Seperti renovasi, membuat fasilitas baru, atau
pengadaan persediaan barang kategori baru yang belum dimiliki. Padahal
sesungguhnya dengan menggunakan SIM akan membuat manajemen lebih efisien
dan akan mengurangi tenaga SDM yang biasanya digunakan untuk manual
sehingga menurunkan beban gaji. Ini akan meningkatkan profitabilitas Adijaya.
Dari segi legal perusahaan, Adijaya selalu menggunakan produk asli
yang sudah berlisensi. Selain itu dari perjanjian kepada pihak lain Adijaya tidak
pernah membuat perjanjian mengikat tentang prosedur kerjanya seperti pada
konsumen, supplier atau penyedia jasa. Sehingga Adijaya berhak menggunakan
segala informasi yang ada pada prosedur kerjanya untuk membuat SIM.
Dari segi operasional, tentu saja ada prosedur kerja baru. Dimana dengan
menggunakan SIM akan membuat prosedur lama akan lebih efisien dan jelas berarti
ada prosedur baru. Dan karena pada dasarnya karena SIM dibuat agar pengguna
mudah menggunakannya maka secara umum karyawan tidak perlu pelatihan
khusus, hanya perlu orientasi dari penyedia SIM untuk karyawan bisa
menggunakan dengan baik, selanjutnya hanya butuh Latihan saja dengan sering
menggunakannya maka akan semakin mahir. Untuk keberlanjutannya walau tidak
butuh pengembangan lebih lanjut dibutuhkan biaya operasional atau biaya
maintenance, seperti biaya internet, biaya listrik, biaya penyusutan peralatan atau
biaya membayar lisensi software.
Dari segi penjadwalan, pihak Adijaya berpendapat lebih cepat lebih baik.
Dengan acuan jika tidak ada gangguan operasional pihak Adijaya mau menunggu
sampai 3 bulan untuk untuk merencanakan, membangun, melatih, dan menerapkan
SIM baru. Namun jika dalam proses tadi akan mengganggu kegiatan operasional
perusahaan maka hanya mau menunggu maksimal 1 minggu untuk pelaksanaannya.
Dalam perencanaan perusahaan sendiri tidak ada jadwal kegiatan berbenturan yang
terhubung dengan pengadaan SIM. Pengadaan SIM sendiri karena belum masuk
dalam rencana anggaran perusahaan maka belum ada batas waktunya. Namun jika
masuk di rencana anggaran batas waktunya adalah selama rencana anggaran
berlaku yaitu periode 6 bulan
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dengan melakukan pencatatan data yang tertib dan teratur, serta
penyuguhan informasi dalam bentuk sistem pelaporan yang tepat waktu dan akurat,
maka akan menghasilkan manajemen yang baik.

UD Adijaya menggunakan Sistem Informasi manajemen aplikasi POS


untuk membantu pencatatan transaksi penjualan dan membantu pembukuan
akuntansi. Namun secara umum untuk kegiatan operasional lain masih melakukan
manajemen secara manual tanpa dibantu oleh SIM.
Sistem POS menawarkan berbagai hal positif untuk pengelola atau
direktur bisnis. Sistem POS dapat meningkatkan kepercayaan pengguna dalam
sejumlah cara.
System point of sale (POS) adalah sebuah sistem aplikasi yang diterapkan
pada bisnis minimarket ataupun pertokoan untuk menangani berbagai kegiatan.
Sedangkan Standard Operating Prosedure (SOP) adalah sebuah sistem instruksi
kerja yang dibakukan mengenai proses penyelenggaraan admitristrasi perusahaan.
Bentuk SOP yang dimiliki oleh Adijaya diantaranya layanan kasir,
prosedur pemesanan barang, dan kegiatan penerimaan barang gudang.
TELOS mempunyai 5 framework besar, yaitu teknologi, ekonomi, legal
(hukum), operasional, dan jadwal.
Dari segi teknologi atau teknis, tidak ada karyawan Adijaya yang bisa
mendesain dan membuat program SIM. Dari segi ekonomi, tidak mampu
memberikan dana yang tinggi untuk membuat SIM baru, maksimal budget yang
diberikan adalah 20 juta rupiah. Dari segi legal perusahaan, Adijaya selalu
menggunakan produk asli yang sudah berlisensi. Dari segi operasional, ada
prosedur kerja baru yang lebih efisien dan jelas. Dari segi penjadwalan, pihak
Adijaya berpendapat lebih cepat lebih baik.

5.2 Saran

Menurut penelitian dan Analisa yang dilakukan untuk


pengembangan SIM UD Adijaya lebih baik melakukan pembelian paket.
Berdasarkan Studi kelayakan TELOS diketahu bahwa Adijaya memiliki
kontak dengan konsultan pengembangan SIM namun hanya menyediakan
produk siap pakai berupa paket. Selain itu dana yang disediakan oleh
pemilik tidak mampu digunakan untuk membuat SIM dengan cara SDLC.
Kelebihan utama dengan membeli paket pengembangan SIM adalah
membutuhkan waktu sedikit, harga yang murah dan sudah teruji
berdasarkan penggunaan paket itu oleh pihak lain.
Selain itu dari permasalahan umum yang dimiliki juga akan lebih
baik jika menggunakan pembelian paket. Karena pada dasarnya
permasalahan yang dimiliki sudah menjadi masalah wajar pada kegiatan
usaha retail sehingga sudah banyak jenis paket yang tersedia berdasarkan
standar internasional bisnis retail. Maka pemilik dan pihak direksi
dianjurkan untuk memilih paket yang sesuai dengan kondisi bisnis UD
Adijaya.
DAFTAR PUSTAKA

Jogiyanto. (2018). Sistem Informasi Manajemen (Edisi ketiga ed.). Sistem Informasi
Manajemen: Universitas Terbuka.
Lisa. (2021). Bisakah Kita Benar-Benar Melakukannya? Bagaimana Melakukan Studi
Kelayakan TELOS Retrieved from https://business.tutsplus.com/id/articles/can-
we-really-do-it-how-to-conduct-a-telos-feasibility-study--cms-21442
Utami, & Whidya, C. (2010). Manajemen Ritel: Strategi dan Implementasi Operasional
Bisnis Ritel Modern di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
LAMPIRAN

Foto dokumentasi pengerjaan tugas

Nama Deskripsi Tugas


Muhammad Mujahidurrohman Observasi lapangan, pembuatan makalah
Fariq Maulana Aryasa Pembuatan makalah
M Fadle Assidqi Okeey Observasi lapangan, pembuatan makalah
M Naufal Aditya Norcahyanto Pembuatan makalah
Nur Sa’adah Pembuatan makalah

Anda mungkin juga menyukai