Oleh :
Zona Prayogo (135030107111012)
Elfananda I (135030101111060)
Deasy Ayu (135030101111066)
Bismillaahirrohmaanirrohiim,
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa telah melimpahkan rahmat dan
ridhonya sehingga penulis mampu menyelesiakan tugas makalah ini , Shalawat serta
salam senantiasa tercurah kepada Junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang telah
mewariskan suri tauladan bagi kemaslahatan umat dimuka bumi ini.
Dalam penyusunan makalah ini masih banyak ketidak sempurnaan baik dalam
format penyusanan ataupun sistematika penulisan, oleh karena itu saran dan kritik
yang konstruktif akan sangat membantu bagi penulis.
Dalam proses pembuatan makalah ini banyak sekali bantuan dari semua pihak,
untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
BAB 1
Pendahuluan
Saat ini, kabupaten Pasuruan bisa dikatakan tumbuh cukup pesat. Hal tersebut
dapat dilihat melalui jumlah bangunan infratruktur seperti rumah sakit, hotel,
pertokohan dan lain lain. Hal tersebut pasti berdampak positif maupun negatif bagi
lingkungan.Tapi di pertumbuhan yang pesat ini kurang di sertai dengan pola
pembangunan yang tertata dengan rapi atau baik. Pengalihan fungsi lahan yang seperti
asal-asalan dan kurang memperhatikan aspek lingkungan sifat dan pola keruangan
Kabupaten Pasuruan. Hal itu mengakibatkan daya resapan air tiap tahun mulai
berkurang, mulai tercemarnya air sungai dan juga tercemarnya udara. Khususnya mulai
terlihat di kawasan selatan kabupaten pasuruan yaitu di kecamatan Purwosari. Pada
Kecamatan Purwosari sudah mulai banyak pembangunan pabrik yang mana dahulunya
lahan ini merupakan lahan pertanian ,pabrik ini bertempat di dekat kawasan sekolah
yang membawa dampak negatif terhadap kawasan tersebut,serta dikawasan tersebut
terjadi pula pencemaran air sungai sering terjadi banjir yang merendam kawasan
tersebut. Permasalahan lingkungan yang juga mulai muncul di sini adalah dari aspek
biotik dan abiotik . Sebagaimana bisa terlihat dari segi permasalahan yang pertama
yaitu biotik. Biotik kita ketahui adalah makhluk hidup. Dari segi manusia terkena
dampak negatif seperti pencemaran udara yang menimbulkan bau tidak enak di sekitar
lahan yang berubah fungsi. Dari segi tumbuhan dan hewan sering berkeliarannya tikus-
tikus sawah ke pemukiman penduduk, yang habitatnya telah tergusur oleh
pembangunan. Dari segi tumbuhan berkurangnya jenis-jenis tumbuhan di daerah itu.
Dari segi permasalahan yang ke dua adalah abiotik. Abiotik sendiri adalah benda mati
seperti batu, tanah maupun air. Disini yang paling parah adalah dari segi air, dimana air
di aliran sekitar Kecamatan Purwosari mulai banyak yang tercemar oleh limbah-limbah
industri maupun rumah tangga. Dari segi kultural, disini kebudayaan yang ada di
kecamatan Purwosari mulai banyak tercampur oleh budaya dari luar daerah, seperti
madura, sumatera,dll. Ini di karenakan mulai banyak masyarakat di luar Kabupaten
Pasuruan berbondong-bondong melakukan urbanisasi ke Kabupaten Pasuruan
khususnya ke Kecamatan Purwosari.
AMDAL selaku cara untuk menganalisis suatu dampak lingkungan mempunyai
peran yang di bilang sangat penting d alam menjaga maupun melestarikan lingkungan
Kabupaten Pasuruan khususnya di daerah kecamatan Purwosari. Kabupaten Pasuruan
merupakan daerah yang memiliki lahan pertanian yang cukup luas. Tetapi kini sudah
mulai banyak yang beralih fungsi menjadi lahan perumahan, bangunan. Apa lagi kini
mulai akan di bangun proyek jalan TOL. Jika lahan pertanian berkurang, maka daya
serap juga ikut akan berkurang. Oleh sebab itu penulis akan membahas mengenai
dampak alih fungsi lahan pertanian menuju lahan pembangunan di kecamatan
Purwosari.
1.3. Tujuan
1. Mengetahui pengaruh dari faktor ekonomi, faktor sosial-budaya,dan faktor
hukum dengan terjadinya alih fungsi lahan di Kecamatan Purwosari Kabupaten
Pasuruan.
2. Mengetahui analisis alih fungsi lahan pertanian ka lahan pembangunan dan
kebijakan/solusi yang di tawarkan untuk Kecamatan Purwosari Kabupaten
Pasuruan.
1.4. Manfaat
Manfaat Akademis
Manfaat Praktis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pertanian
1. Pengertian Pertanian
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang
dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri,
atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan
pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk dalam pertanian biasa
difahami orang sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam (bahasa
Inggris: crop cultivation) serta pembesaran hewan ternak (raising), meskipun
cakupannya dapat pula berupa pemanfaatan mikroorganisme dan bioenzim
dalam pengolahan produk lanjutan, seperti pembuatan keju dan tempe, atau
sekedar ekstraksi semata, seperti penangkapan ikan atau eksploitasi hutan.
2. Pengertian Pembangunan
Pembangunan merupakan usaha untuk mencapai kesejahteraan
masyarakat, bangsa dan negara kita. Pembangunan menghasilkan manfaat
terutama di bidang perekonomian. Di samping itu pembangunan akan
menyebabkan terjadinya perubahan pada lingkungan hidup dan sumber daya
alam. Dengan demikian, pembangunan mutlak harus di laksanakan. Tetapi
kita tidak melaksanakan pembangunan tanpa mempertimbangkan berbagai
akibat pembangunan terhadap lingkungan hidup dan sumber daya alam.
Sebaliknya, kita tidak boleh hanya mengutamakan pengelolaan lingkungan
dengan menelantarkan pembangunan.
3. Faktor Hukum
Dari faktor hukum banyak permasalahan yang terjadi. Dari banyaknya
permasalahan tersebut penulis menyimpulkan bahwa bisa ditinjau dari
segi sarana hukum, kita masih dihadapkan kepada berbagai kendala
berupa masalah sistematisial dan sinkronisasi perangkat hukum
lingkungan yang belum terlaksana dengan baik.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengaruh alih fungsi lahan pertanian terhadap faktor ekonomi, sosial-
budaya dan hukum .
3.1.1. Pengaruh alih fungsi lahan pertanian terhadap faktor ekonomi
Pengalihan fungsi lahan pertanian menjadi lahan pembangunan
atau industri berdampak pada faktor ekonomi. Para petani atau
pemilik lahan khususnya sawah cenderung untuk menjual lahan yang
dimilikinya, karena terdesak oleh kebutuhan hidup yang tinggi.
Selain dari itu para pemilik lahan tergiur dengan harga jual lahan
yang tinggi yang di tawarkan oleh para makelar tanah. Itu tadi salah
satu faktor mengapa para pemilik lahan atau sawah pada khususnya
cenderung menjual tanahnya. Namun ada juga karena faktor lain,
yaitu karena tempat atau lokasi dari lahan tersebut strategis terpaksa
di jual karena lahan di sekitarnya akan di buat atau di rencanakan
pembangunan industri atau perumahan oleh investor. Harga jual
lahan tersebut cenderung lebih rendah dari pada pembeli lahan yang
sifatnya perseorangan, karena invesor akan membeli lahan tersebut
dengan sistem borongan, sehingga harga lahan akan malah lebih
murah/rendah.
Tapi bagi pemilik lahan pertanian yang hanya menggantungkan
hidupnya lewat hasil dari lahan pertanian atau dari usaha pertanian,
makan akan sangat sulit menjual lahannya atau dipisahkan dari lahan
pertanian yang dimilikinya. Mereka tidak ingin menanggung resiko
atas ketidakpastian bagaimana cara menghidupinya setelah lahan
pertanian yang dimiliknya berpindah alih kepada orang lain. Selain
itu, status sosial penduduk pedesaan masih ada hubungannya dengan
luas kepemilikan lahannya (Witjaksono, 1996 dalam Ilham dkk,
2004).
...Pengaruh sosial dan budaya dari perkotaan juga berpengaruh
terhadap alih fungsi lahan. Berpengaruh karena masyarakat pedesaan
beranggapan dimana lahan pertanian mempunyai nilai sosial
tersendiri bagi pemiliknya. Karena semakin luas lahan maka semakin
tinggi tingkat kekayaan yang dimiliki. Selain itu jika lahan pertanian
yang dimiliki luas dan dapat mempekerjakan banyak orang maka
akan meningkatkan strata sosial atau semakin di hormati.
Adapun solusi yang penulis tawarkan dalam masalah alih fungsi lahan ini ,
yakni :
Penjelasan:
4. Pemantauan
Pemantauan merupakan bagian yang sangat penting dalam pengelolaan
lingkungan hidup. Amdal tanpa diikuti oleh aktivitas pemantauan tidak akan
banyak berarti.
Kurangnya perhatian pada pelaksanaan aktivitas pemantauan mungkin
disebabkan oleh:
a. Pemantauan hanya akan banyak membuang waktu, tenaga dan biaya;
b. Belum dipahami sejauh mana kegunaan dari pemantauan;
c. Dalam peraturan atau pedoman pemerintah sering belum dicantumkan
aktivitas pemantauan, kalaupun dicantumkan belum diuraikan cukup jelas
dan mendetail.
5. Partisipasi Masyarakat
Dengan adanya pastisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup,
apabila berjalan sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan
pemerintah dan apabila setiap masyarakat menjalankannya secara objektif dan
tidak hanya mengutamakan kepentingan dirinya atau kelompoknya saja, maka
kerugian yang timbultidak akan berarti dibandingkan manfaatnya.
Cara menyelenggarakan pastisipasi masyarakat:
1. Dengar pendapat
Istilah dengar pendapat ini di luar negeri dikenal dengan nama public
hearing tapi istilah ini umumnya digunakan untuk mendengar yang
terbuka. Dengar pendapat ini dibagi menjadi dua:
a. Dengar pendapat terbuka
Pemerintah memutuskan dulu untuk apakah proyek tersebut
memerlukan dengar pendapat terbuka atau tidak karena tidak
semua proyek harus mengadakan dengar pendapat terbuka. Jika
memenag diperlukan, maka instansi yang bertanggung jawab akan
menyampaikan rencananya kepada masyarakat melalui surat kabar,
televisi, ataupun pengumuman khusus. Dengar pendapat dapata
diselenggarakan untuk jangka waktu yang bervariasi, tapi biasanya
kurang lebih 5 hari.dengar pendapat yang terlalu lama juga tidak
disukai masyarakat.
b. Dengar pendapar tertutup
Dengar pendapat tertutup ini diselenggarakan oleh instansi yang
bertanggung jawab dan pemrakarsa proyek dengan kelompok-
kelompok tertentu. Dengar pendapat ini biasa dilakukan oelh
wakil-wakil rakyat atau udangan-undangan tertentu. Intinya tetap
sama, yaitu mengumpulkan pendapat-pendapat dari berbagai pihak
yang dianggap perlu oleh instansi yang bertanggung jawab atau
yang berwenang.
2. Pengumpulan pendapat tertulis dari kelompok tertentu
Instansi yang bertanggungjawab dapat mengirim surat kepada
perorangan yang dianggap lebih ahli, kelompok ilmuwan, wartawan,dll.
3. Mengumpulakn pendapat tertulis dari masyarakat umum
Cara ini biasa didahului dengan penyebaran pamflet, brosur, dll.
4. Mengumpukan pendapat dari media massa
Pwndapat yang tertulis dalam koran, majalah,dll dapat diambil ataupun
diguntung, dikumpulkan dan dirumuskan.
5. Mengumpulkan pendapat dari instansi pemerintah dan perwakilan
rakyat
Instansi yang tugasnya berhubungan dengan proyek tersebut dapat
dimintai pendapat secara tertulis,dll. Pendapat perwakilan tingkat
daerah atau pusat jika dianggap perlu biasanya dilaksanakan dalam
suatu pertemuan.
6. Meminta pendapat kabinet
Di Kanada disebutkan bahwa memutuskan kebijaksanaan, apabila
Menteri Lingkungan Hidup tidak menemukan kesepaatan dengan
Menteri yang bertangggungjawab mengenai proyek, dapat dimintakan
pendapat ke kabinet.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan pembangunan berpengaruh dari segi
ekonomi , segi sosial-budaya , maupun segi hukum . Dari segi ekonomi sendiri resiko
atas ketidakpastian bagaimana cara menghidupinya setelah lahan pertanian yang
dimiliknya berpindah alih kepada orang lain merupakan pengaruh dari segi ekonomi .
Dari segi sosial-budaya lahan pertanian memiliki nilai tersendiri karena mempengaruhi
strata sosial . Dari segi hukum sendiri , penegakan hukumnya tidak maksimal sehingga
menyebabkan hukum tersebut tidak memiliki pengaruh berarti bagi pelaku alih fungsi
lahan yang menyalahi aturan .
4.2. Saran
Daftar Pustaka
Abidin, Zainal Jumlah penduduk dan Alokasi Kursi DPRD dalam Pemilihan
Umum Anggota DPRD Kabupaten Pasuruan Tahun 2014 Provinsi jawa Timur
Melalui (Online) http://www.kpud-
pasuruankab.go.id/document/Pengumuman/DAPIL_DPRD_Kab._Pasuruan_201
4_.pdf. Tanggal akses 23 November 2014
Rai, I. N., & Adnyana, G. M. 2011. Persaingan Pemenfaatan Lahan dan Air Perspektif
Keberlanjutan Pertanian dan Kelestarian Lingkungan. Bali: Udayana
University Press.