Anda di halaman 1dari 20

KEBIJAKAN LINGKUNGAN

Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Lahan


Pembangunan di Kabupaten Pasuruan

Diajukan dalam rangka pemenuhan tugas Mata Kuliah Kebijakan Lingkungan

Oleh :
Zona Prayogo (135030107111012)

Elfananda I (135030101111060)
Deasy Ayu (135030101111066)

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2011
KATA PENGANTAR

Bismillaahirrohmaanirrohiim,

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa telah melimpahkan rahmat dan
ridhonya sehingga penulis mampu menyelesiakan tugas makalah ini , Shalawat serta
salam senantiasa tercurah kepada Junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang telah
mewariskan suri tauladan bagi kemaslahatan umat dimuka bumi ini.

Dalam penyusunan makalah ini masih banyak ketidak sempurnaan baik dalam
format penyusanan ataupun sistematika penulisan, oleh karena itu saran dan kritik
yang konstruktif akan sangat membantu bagi penulis.

Dalam proses pembuatan makalah ini banyak sekali bantuan dari semua pihak,
untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih.

Akhirnya, mudah-mudahan laporan tugas makalah proses berbangsa dan


bernegara ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya.

Malang, 10 Desember 2014

Penulis
BAB 1

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

AMDAL adalah singkatan dari Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Amdal


merupakan salah satu bentuk kajian dari kelayakan lingkungan. Analisis mengenai
dampak lingkungan hidup (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak besar dan
penting suatu usaha dan/ atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup.
AMDAL sendiri dibuat saat suatu perencanaan proyek yang diperkirakan akan memberi
dampak atau pengaruh terhadap lingkungan hidup di sekitarnya. Lingkungan hidup
yang dimaksud di sini ialah aspek biotik, abiotik dan kultural. Adapun dasar hukum
AMDAL yang berlaku di Indonesia adalah Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999
tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.

AMDAL sudah dikembangkan di negara-negara maju sejak tahun 1970 an


dengan nama Environmental Impact Analysis atau Environmental Impact Assessment.
Impact yang dimaksud adalah adanya benturan suatu kepentingan dengan kepentingan
yang lain. Pengelolaan Lingkungan Hidup di Indonesia di mulai tahun 1976 dengan
penyusunan RUU Lingkungan Hidup dan ditingkatkan pembahasannya pada tahun
1979.

Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan


manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi,
serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati
yang termasuk dalam pertanian biasa difahami orang sebagai budidaya tanaman atau
bercocok tanam (bahasa Inggris: crop cultivation) serta pembesaran hewan ternak
(raising), meskipun cakupannya dapat pula berupa pemanfaatan mikroorganisme dan
bioenzim dalam pengolahan produk lanjutan, seperti pembuatan keju dan tempe, atau
sekedar ekstraksi semata, seperti penangkapan ikan atau eksploitasi hutan.

Kabupaten Pasuruan juga bisa disebut sebagai kabupaten terbesar di Indonesia


dengan jumlah penduduk yang lumayan tinggi yaitu mencapai 1.540.173 jiwa pada
tahun 2014. Letak Kabupaten Pasuruan juga bisa di bilang strategis karena berada pada
jalur regional dan juga jalur utama perekonomian Surabaya-Malang dan Surabaya-
Banyuwangi. Kabupaten Pasuruan terletak pada 112 0 33 55 hingga 113 30 37
Bujur Timur dan antara 70 32 34 hingga 80 30 20 Lintang Selatan. Ketinggian tanah
Kabupaten Pasuruan antara paling rendah 2m di atas permukaan laut sampek dengan
3000m di atas permukaan laut. Letak kabupaten Pasuruan di tengah-tengah provinsi
Jawa Timur.

Saat ini, kabupaten Pasuruan bisa dikatakan tumbuh cukup pesat. Hal tersebut
dapat dilihat melalui jumlah bangunan infratruktur seperti rumah sakit, hotel,
pertokohan dan lain lain. Hal tersebut pasti berdampak positif maupun negatif bagi
lingkungan.Tapi di pertumbuhan yang pesat ini kurang di sertai dengan pola
pembangunan yang tertata dengan rapi atau baik. Pengalihan fungsi lahan yang seperti
asal-asalan dan kurang memperhatikan aspek lingkungan sifat dan pola keruangan
Kabupaten Pasuruan. Hal itu mengakibatkan daya resapan air tiap tahun mulai
berkurang, mulai tercemarnya air sungai dan juga tercemarnya udara. Khususnya mulai
terlihat di kawasan selatan kabupaten pasuruan yaitu di kecamatan Purwosari. Pada
Kecamatan Purwosari sudah mulai banyak pembangunan pabrik yang mana dahulunya
lahan ini merupakan lahan pertanian ,pabrik ini bertempat di dekat kawasan sekolah
yang membawa dampak negatif terhadap kawasan tersebut,serta dikawasan tersebut
terjadi pula pencemaran air sungai sering terjadi banjir yang merendam kawasan
tersebut. Permasalahan lingkungan yang juga mulai muncul di sini adalah dari aspek
biotik dan abiotik . Sebagaimana bisa terlihat dari segi permasalahan yang pertama
yaitu biotik. Biotik kita ketahui adalah makhluk hidup. Dari segi manusia terkena
dampak negatif seperti pencemaran udara yang menimbulkan bau tidak enak di sekitar
lahan yang berubah fungsi. Dari segi tumbuhan dan hewan sering berkeliarannya tikus-
tikus sawah ke pemukiman penduduk, yang habitatnya telah tergusur oleh
pembangunan. Dari segi tumbuhan berkurangnya jenis-jenis tumbuhan di daerah itu.
Dari segi permasalahan yang ke dua adalah abiotik. Abiotik sendiri adalah benda mati
seperti batu, tanah maupun air. Disini yang paling parah adalah dari segi air, dimana air
di aliran sekitar Kecamatan Purwosari mulai banyak yang tercemar oleh limbah-limbah
industri maupun rumah tangga. Dari segi kultural, disini kebudayaan yang ada di
kecamatan Purwosari mulai banyak tercampur oleh budaya dari luar daerah, seperti
madura, sumatera,dll. Ini di karenakan mulai banyak masyarakat di luar Kabupaten
Pasuruan berbondong-bondong melakukan urbanisasi ke Kabupaten Pasuruan
khususnya ke Kecamatan Purwosari.
AMDAL selaku cara untuk menganalisis suatu dampak lingkungan mempunyai
peran yang di bilang sangat penting d alam menjaga maupun melestarikan lingkungan
Kabupaten Pasuruan khususnya di daerah kecamatan Purwosari. Kabupaten Pasuruan
merupakan daerah yang memiliki lahan pertanian yang cukup luas. Tetapi kini sudah
mulai banyak yang beralih fungsi menjadi lahan perumahan, bangunan. Apa lagi kini
mulai akan di bangun proyek jalan TOL. Jika lahan pertanian berkurang, maka daya
serap juga ikut akan berkurang. Oleh sebab itu penulis akan membahas mengenai
dampak alih fungsi lahan pertanian menuju lahan pembangunan di kecamatan
Purwosari.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa pengaruh alih fungsi lahan pertanian ini terhadap faktor ekonomi, faktor
sosial-budaya,dan faktor hukum?
2. Bagaimanakah analisis mengenai alih fungsi lahan pertanian ke lahan
pembangunan di Kecamatan Purwosari Kabupaten Pasuruan. Dan apa
solusi/kebijakan yang ditawarkan untuk mengatasi masalah tersebut?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui pengaruh dari faktor ekonomi, faktor sosial-budaya,dan faktor
hukum dengan terjadinya alih fungsi lahan di Kecamatan Purwosari Kabupaten
Pasuruan.
2. Mengetahui analisis alih fungsi lahan pertanian ka lahan pembangunan dan
kebijakan/solusi yang di tawarkan untuk Kecamatan Purwosari Kabupaten
Pasuruan.

1.4. Manfaat

Manfaat Akademis

1. Sebagai bekal wawasan maupun pengetahuan penulis dalam mengembangkan


kemampuan berpikir dan menganalisa permasalahan yang ada.
2. Sebagai bahan kajian membangun pemikiran yang kritis dalam pengembangan
kebijakan lingkungan khususnya dan ilmu pengetahuan pada umumnnya.

Manfaat Praktis

1. Sebagai masukan bagi Kantor Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten


Pasuruan dalam mengambil kebijakan mengenai lingkungan hidup.
2. Sebagai sumbangsih pemikiran atau ide untuk untuk meningkatkan kualitas
SDA maupun SDM di Kecamatan Purwosari.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pertanian
1. Pengertian Pertanian
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang
dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri,
atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan
pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk dalam pertanian biasa
difahami orang sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam (bahasa
Inggris: crop cultivation) serta pembesaran hewan ternak (raising), meskipun
cakupannya dapat pula berupa pemanfaatan mikroorganisme dan bioenzim
dalam pengolahan produk lanjutan, seperti pembuatan keju dan tempe, atau
sekedar ekstraksi semata, seperti penangkapan ikan atau eksploitasi hutan.
2. Pengertian Pembangunan
Pembangunan merupakan usaha untuk mencapai kesejahteraan
masyarakat, bangsa dan negara kita. Pembangunan menghasilkan manfaat
terutama di bidang perekonomian. Di samping itu pembangunan akan
menyebabkan terjadinya perubahan pada lingkungan hidup dan sumber daya
alam. Dengan demikian, pembangunan mutlak harus di laksanakan. Tetapi
kita tidak melaksanakan pembangunan tanpa mempertimbangkan berbagai
akibat pembangunan terhadap lingkungan hidup dan sumber daya alam.
Sebaliknya, kita tidak boleh hanya mengutamakan pengelolaan lingkungan
dengan menelantarkan pembangunan.

2.2. Fungsi lahan pertanian


Anonim (2006), menyatakan bahwa ada empat faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam perencanaan pembangunan lahan pertanian, antara lain:
a. Pengalokasian berbagai masukan dan keloembagaan dibidang pertanian
b. Pengalokasian optimum dengan jalan pemusatan masukan pada kedaan yang
responsif.
c. Pengalokasian sumber daya untuk keperluan pertanian dan non pertanian
d. Pengalokasian berbagai tanaman dalam wilayah yang tergantung pada
keadaan tanah, air dan manusia.

2.3. Alih Fungsi Lahan


2.3.1. Pengertian alih fungsi lahan
Menurut Nugroho (2004:154-155):
Alih fungsi lahan adalah sebuah mekanisme yang mempertemukan
permintaan dan penawaran terhadap lahan dan menghasilkan kelembagaan
lahan baru dengan karakteristik sistem produksi yang berbeda. Fenomena
alih fungsi lahan adalah bagian dari perjalanan transformasi struktur
ekonomi nasional. Pertumbuhan ekonomi dan penduduk yang memusat di
wilayah perkotaan menuntut ruang yang lebih luas ke arah luar kota bagi
berbagai aktifitas ekonomi dan untuk pemukiman. Sebagai akibatnya,
wilayah pinggiran yang sebagaian besar berupa lahan pertanian sawah
beralih fungsi (konservasi) menjadi lahan non pertanian dengan tingkat
peralihan yang beragam antar periode dan wilayahnya.

2.3.2. Faktor pendorong alih fungsi lahan pertanian


Alih fungsi lahan dapat dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu faktor
ekonomi, faktor sosial budaya, faktor hukum dan faktor serapan air.
1. Faktor Ekonomi
Pembangunan suatu proyek sejak di dalam perencanaan memang sudah
bertujuan untuk meningkatkan sosial ekonomi, sehingga secara teoritis
dampak setiap proyek haruslah positif bagi masyarakat setempat,
propinsi, nasional ataupun internasional. Kenyataan yang kita jumpai
tidaklah selalu demikian. Masyarakat tingakt propinsi dan nasional
mendapatkan dampak positif tetapi masyarakat setempat tidak mendapat
atau sedikit sekali dampak positifnya.

2. Faktor Sosial Budaya


Dampak pada sosial-budaya masih jarang dilakukan analisis dampak dan
pendugaan dampaknya, bahkan beberapa laporan Andal banyak yang
tidak menyinggung atau sedikit saja menyinggung masalah sosial-
budaya.

3. Faktor Hukum
Dari faktor hukum banyak permasalahan yang terjadi. Dari banyaknya
permasalahan tersebut penulis menyimpulkan bahwa bisa ditinjau dari
segi sarana hukum, kita masih dihadapkan kepada berbagai kendala
berupa masalah sistematisial dan sinkronisasi perangkat hukum
lingkungan yang belum terlaksana dengan baik.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengaruh alih fungsi lahan pertanian terhadap faktor ekonomi, sosial-
budaya dan hukum .
3.1.1. Pengaruh alih fungsi lahan pertanian terhadap faktor ekonomi
Pengalihan fungsi lahan pertanian menjadi lahan pembangunan
atau industri berdampak pada faktor ekonomi. Para petani atau
pemilik lahan khususnya sawah cenderung untuk menjual lahan yang
dimilikinya, karena terdesak oleh kebutuhan hidup yang tinggi.
Selain dari itu para pemilik lahan tergiur dengan harga jual lahan
yang tinggi yang di tawarkan oleh para makelar tanah. Itu tadi salah
satu faktor mengapa para pemilik lahan atau sawah pada khususnya
cenderung menjual tanahnya. Namun ada juga karena faktor lain,
yaitu karena tempat atau lokasi dari lahan tersebut strategis terpaksa
di jual karena lahan di sekitarnya akan di buat atau di rencanakan
pembangunan industri atau perumahan oleh investor. Harga jual
lahan tersebut cenderung lebih rendah dari pada pembeli lahan yang
sifatnya perseorangan, karena invesor akan membeli lahan tersebut
dengan sistem borongan, sehingga harga lahan akan malah lebih
murah/rendah.
Tapi bagi pemilik lahan pertanian yang hanya menggantungkan
hidupnya lewat hasil dari lahan pertanian atau dari usaha pertanian,
makan akan sangat sulit menjual lahannya atau dipisahkan dari lahan
pertanian yang dimilikinya. Mereka tidak ingin menanggung resiko
atas ketidakpastian bagaimana cara menghidupinya setelah lahan
pertanian yang dimiliknya berpindah alih kepada orang lain. Selain
itu, status sosial penduduk pedesaan masih ada hubungannya dengan
luas kepemilikan lahannya (Witjaksono, 1996 dalam Ilham dkk,
2004).
...Pengaruh sosial dan budaya dari perkotaan juga berpengaruh
terhadap alih fungsi lahan. Berpengaruh karena masyarakat pedesaan
beranggapan dimana lahan pertanian mempunyai nilai sosial
tersendiri bagi pemiliknya. Karena semakin luas lahan maka semakin
tinggi tingkat kekayaan yang dimiliki. Selain itu jika lahan pertanian
yang dimiliki luas dan dapat mempekerjakan banyak orang maka
akan meningkatkan strata sosial atau semakin di hormati.

3.1.2. Pengaruh alih fungsi lahan pertanian terhadap faktor sosial-


budaya
Pengaruh sosial dan budaya dari perkotaan juga berpengaruh
terhadap alih fungsi lahan. Berpengaruh karena masyarakat pedesaan
beranggapan dimana lahan pertanian mempunyai nilai sosial
tersendiri bagi pemiliknya. Karena semakin luas lahan maka semakin
tinggi tingkat kekayaan yang dimiliki. Selain itu jika lahan pertanian
yang dimiliki luas dan dapat mempekerjakan banyak orang maka
akan meningkatkan strata sosial atau semakin di hormati. Bagi
pemilik lahan pertanian, tidak menjual lahan atau mempertahankan
lahan warisan orang tua adalah perbuatan yang mulia. Tetapi ternyata
fakta yang terjadi banyak sekali lahan yang telah berpindah alih
kepemilikannya dengan transaksi jual beli lahan pertanian. Hal itu
terjadi karena terdesak faktor kebutuhan yang segera harus dipenuhi,
sehingga memaksa pemilik lahan tersebut untuk menjual sebagian
lahannya.

3.1.3. Pengaruh alih fungsi lahan pertanian terhadap faktor hukum


Peraturan dan perundang-undangan sudah banyak dikeluarkan,
itu bertujuan untuk mengantisipasi masalah yang diperkirakan akan
muncul dari adanya alih fungsi lahan. Tapi dalam nyatanya tidak
berjalan efektif. Sejauh ini keterkaitan berbagai kelembagaan dalam
proses perizinan bukan memperkuat, melainkan hanya memperlemah
fungsi pengontrolan yang ada. Dengan demikian perlu adanya sikap
cepat tanggap dan konsisten implementasinya dalam penetapan
peraturan dan perundang-undangan yang didukung berbagai upaya
seperti pembenahan sistem administrasi pertanahan yang masih
lemah, peningkatan koordinasi antarlembaga yang terkait, sosialisasi
untuk meningkatkan pemahaman tentang kerugian akibat alih fungsi
lahan, pengendalian pemanfaatan lahan sesuai rencana tata ruang,
dsb (Rai, 2011).
Dampak alih fungsi lahan ini menurut penulis ada yang legal dan
ada yang ilegal, yang dimaksud legal disini adalah alih fungsi lahan
pertanian menjadi lahan pembangunan yang memang sudah menjadi
peta atau tujuan dari pemerintah untuk kesejahteraan masyarakat. Di
Kecamatan Purwosari sendiri melihat dari mulai banyaknya
kawaasan industri yang tersentral itu menunjukan jika itu salah satu
peta kawasan yang boleh untuk dilakukan suatu pembangunan.
Selanjutnya yang dimaksud ilegal adalah pembangunan besar-
besaran di kawasan yang dilindungi oleh pemerintah, dan masyarakat
merasa dirugikan oleh pembangunan tersebut. Di Kecamatan
Purwosari sendiri ada beberapa alih fungsi lahan yang ilegal. Salah
satunya pembangunan industri di kawsan yang dahulunya lahan
pertanian. Selain itu juga dekat dengan Sekolah. Di situ terlihat jelas
dengan bau tidak sedap yang sering terhirup, lalu air sungai yang
mulai tercemar. Lalu hewan tikus sekarang juga sering berkeliaran di
kawasan pemukiman warga di dekat industri tersebut. Itu terjadi
karena tempat tinggal tikus tersebut sudah musnah. Dengan hal
tersebut, sudah terjadi pelanggaran hukum, dimana di situ terlihat
suatu kelemhan dalam hukum. Padahal penegakkan hukum AMDAL
sendiri sangat penting untuk tidak merusak lingkungan dan
menyeimbangkan lingkungan dengan pembangunan. Ini berarti
peraturan mengenai amdal tidak dijalankan dengan sebagaimana
mestinya , dan apabila peraturan tersebut tidak berjalan sebagaimana
semestinya berarti pula bahwa peraturan peraturan lain yang
berkaitan dengan dampak lingkungan atau peraturan pendukung
lainnya yang terkait juga tidak terlaksana dengan baik . Ini terkesan
seakan akan pihak yang bertanggung jawab akan hal tersebut kebal
akan peraturan . Apabila suatu pelaku yang bertanggung jawab
tersebut telah kebal akan lingkungan berarti hukum tersebut menjadi
kurang efektif pelaksaannya , serta hukum itu cuman hanya sekedar
menjadi syarat akan suatu pembangunan , sehingga hukum hanya
dipandang sebelah mata oleh pelaku tersebut .Hal itu seperti halnya
juga yang terjadi di purwosari , Pasuruan

3.2. Analisis mengenai alih fungsi lahan pertanian ke lahan pembangunan


& Solusi yang di tawarkan

Menurut penulis alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan pembangunan


sangat berpengaruh terhadap lingkungan hidup, khususnya terhadap faktor
ekonomi dan pertumbuhan penduduk. Mengapa sangat berpengaruh
terhadap ke dua faktor , karena dari segi ekonomi setiap waktu pasti
ekonomi akan berubah menuju ke depan, itu akan menjadi tuntutan bagi
masyarakat untuk bisa bertahan dan menyesuaikan dengan perekonomian
tiap waktu. Selain itu pembangunan sektor industri bagi indonesia
merupakan hal yang harus dilakukan, karena jumlah angkatan kerja tiap
tahun slalu bertambah, yang sulit bisa di atasi hanya di sector pertanian.
Dengan industri maka tenaga kerja akan banyak yang terserap. Tidak ada
pembangunan yang tidak memerlukan lahan, setiap pembangunan apa lagi
pembangunan fisik akan memerlukan lahan. Selain itu dari pertumbuhan
penduduk juga mempunyai peran besar terhadap pembangunan, semakin
besar pertumbuhan penduduk maka semakin besar alih fungsi lahan menjadi
lahan pembangunan. Dalam Kecamatan Purwosari dapat di lihat dari segi
bangunan industri yang ada saat ini. Setidaknya dari penglihatan penulis
kurang lebih ada 15 industri besar. Dimana setiap industri tersebut dapat
menampung minimal 2000 pegawai untuk di pekerjakan. Dari situ memang
terlihat akan banyak membantu masyarakat dalam hal ekonomi. Tapi di sisi
lain lahan akan semakin berkurang.

Adapun solusi yang penulis tawarkan dalam masalah alih fungsi lahan ini ,
yakni :

Pendiri pabrik seharusnya memperhatikan dampak yg ditimbulkan


oleh kegiatan dari pabrik tersebut, sesuai dengan amdal atau tidak, sesuai
dengan aturan pendirian bangunan atau tidak. Pemerintah harus bertindak
tegas untuk menyelesaikan kasus ini.
Untuk masyarakat yg tinggal disekitar pabrik, seharusnya mereka
menuntut kepada pihak pendiri pabrik untuk melakukan perbaikan
pembuangan limbah sisa kegiatan pabriknya. Karena mereka sudah
dirugikan dan berhak meminta ganti rugi.
Masyarakat dapat melaporkan masalah tersebut kepada pihak yg
bersangkutan dengan izin pendirian bangunan yang tidak sesuai dengan
perda yg mengatur tentang pendirian bangunan.
Sekitar 90% produksi padi nasional dihasilkan dari lahan sawah dan
sisanya dari lahan kering, sehingga berkurangnya areal tanah pertanian
dapat meningkatkan hilangnya peluang produksi padi berakibat timbulnya
permasalahn pangan semakin besar dri tahun ke tahun atau bersifat
progresif, seharusnya masyarakat menimbangkan kembali untuk menjual
lahannya untuk perluasan pabrik.
Adanya pemberian sanksi yang tegas terhadap pelanggar Rencana
Tata Ruang Wilayah untuk peruntukan pertanian
Pelibatan partisipasi masyarakat dengan menghilangkan praktek-
praktek penekanan atau bujukan dan diganti dengan pendekatan yang
berlandaskan tipologi kemajemukan masyarkat diiringi dengan pemahaman
dan apresiasi terhadap kearifan lokal (local wisdom) setempat, pemberian
insentif dan penyediaan lahan pertanian pangan abadi.

Solusi untuk Pemerintah


Pemerintah harus terjun langsung ke pabrik, untuk mengecek apakah
pabik tersebut sudah memenuhi kriteria dalam mendirikan bangunan,
misalnya surat izin mendirikan bangunan, bagaimana pabrik tersebut
membuang limbahnya, apakah pabrik sudah membuat tempat pembuangan
limbah yang sesuai. Jika belum pemerintah harus membantu pabrik untuk
mencari tempat pembuangan limbah yang layak. Pemerintah harus
bertindak tegas terhadap pemilik pabrik sehingga dampak negative yang
dihasilkan oleh pabrik dapat berkurang. solusi untuk mengurangi alih fungsi
lahan pertanian ke non pertanian yaitu dengan melakukan penyuluhan dan
perizinan. Penyuluhan dilakukan setiap satu bulan sekali dan bertujuan agar
masyarakat mengerti arti pentingnya lahan pertanian produktif khususnya
bagi masyarakat dan umumnya untuk masyarakat Indonesia. Selain itu juga
agar masyarakat tahu dampak yang ditimbulkan kalau lahan pertanian
produktif tersebut di alih fungsikan untuk penggunaan non pertanian.
Sedangkan perizinan merupakan salah satu bentuk pelaksanaan fungsi
pengaturan dan bersifat pengendalian yang dimiliki pemerintah terhadap
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat. Bentuk pengendalian ini
berfungsi agar pihak-pihak yang akan mengalih fungsikan lahan pertanian
harus melalui perizinan atau sesuai dengan peraturan yang telah ditentukan
sehingga pada akhirnya tidak akan menimbulkan permasalahan yang dapat
merugikan pihak-pihak yang terkait. Pelaksanaan alih fungsi lahan
pertanian ke non pertanian masih banyak terjadi dan kegiatan tersebut
banyak yang tidak menggunakan perizinan. Sampai saat ini proses
pengendalian alih fungsi lahan pertanian ke pertanian masih banyak
kendala.
Solusi untuk Pemilik Pabrik
Pemilik pabrik harus membuat tempat pembuangan limbah
pabrik, sehingga limbahnya tidak merugikan masyarakat yang ada
disekitarnya. Jika masyarakat mendapat dampak negative dari adanya
pabrik tersebut, maka masyarakat bisa saja protes, sehingga pabrik bisa saja
tidak dapat berjalan lagi. Dan juga pabrik harus memikirkan pekerjaan
masyarakat disekitar, dengan adanya pabrik tersebut seharusnya dapat
mengurangi jumlah pengangguran.
Solusi untuk masyarakat
Masyarakat seharusnya memikirkan bahwa lahan pertanian yang
digunakan untuk mendirikan pabrik tersebut memilki fungsi yang banyak
untuk kehidupan mereka. Tapi mereka dengan mudahnya memberikan lahan
tersebut untuk pembangunan pabrik.

Adapun cara lain yang ditawarkan seperti :

1. Program pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup.


Program ini mempunyai tujuan untuk meningkatkan kemampuan
pemerintah dan masyarakat dalam pengelolaan sumber-sumber alam dan
lingkungan hidup, dengan cara mengembangkan berbagai kegiatan dalam
institusi maupun kelembagaan di daerah maupun pusat, pengembangan
pendidikan, pengembangan penelitian, pengembangan lingkungan sosial, dll.
Dalam kegiatan pongembangan dan institusi lingkungan hidup, serta
peningkatan pengawasan terhadap pelaksanaan Undang-undang NO. 32 Tahun
2009. Selain itu juga juga mengembangkan peran serta masyarakat. Hal ini
dapat di lakukan dengan pemberian motifasi atau rangsangan kepada kelompok
dan anggota masyarakat yang berhasil memelihara lingkungan hidup. Selain itu
terus dikembangkan upaya pendidikan lingkungan hidup bagi seluruh elemen
masyarakat di segala bidang, penyuluhan lingkungan hidup, laatihan AMDAL,
dan upaya meningkatkan kesadaran masyarakat yang lebih luas. Serta
melaksanakan Baku Mutu/ standar lingkungan.
2. Proses penegakan hukum lingkungan
Penegakan hukum lingkungan merupakan suatu mata rantai yang membentuk
suatu proses, yakni proses penegakan hukum lingkungan. Jaro Madya dalam
bukunya The Penal Protection of Environment menyatakan, bahwa sanksi
pidana dalam proteksi lingkungan hidup dipergunakan sebagai ultimum
remedium. Untuk menghapus atau mengurangi akibat-akibat yang merugikan
terhadap lingkungan kita bisa mencontoh di Amerika Serikat, dimana tuntutan
pidana adalah akhir dari suatu mata rantai yang panjang. Mata rantai ini
dikelompokkan sebagai berikut:
1. Penentuan kebijaksanaan, desain dan perencanaan, pernyataan dampak
lingkunga;
2. Peraturan tentang standar atau pedoman minimum prosedur perizinan;
3. Keputusan administratif terhadap pelanggaran, penentuan tenggang waktu
dan hari terakhir agar peraturan ditaati;
4. Gugatan perdata untuk mencegah atau menghambat pelanggaran, penelitian
denda atau ganti rugi;
5. Gugatan masyarakat untuk memaksa atau mendesak pemerintah mengambil
tindakan, gugatan ganti rugi;
6. Tuntutan pidana. (Siahaan, 1987 203).

3. Sistem Pengelolaan Lingkungan


Pendekatan pengelolaan lingkungan dapat disusun melalui:
a. Instansi pelaksana lingkungan dan pengawasan dari pelaksanaan;
b. Cara atau teknologi pengelolaan lingkungan;
c. Biaya pengelolaan lingkungan.

Penjelasan:

a. Siapa yang akan melakukan pengelolaan lingkungan tersebut dan


pengelolaan apa yang harus dilakukan;
b. Sesuai dengan dampak yang diduga akan terjadi maka akan ditetapkan cara
pengelolaan yang bagaimana yang akan dilakukan tekonologi apa yang akan
digunakan agar hasilnya sesuai dengan Baku Mutu yang telah ditetapkan
pemerintah;
c. Karena berbagai institusi termasuk pemilik proyek yang akan melakukan
pengelolaan ligngkungan secara terpadu maka teknologi yang akan
digunakan tergantung pada kemampuan biaya yang akan dikeluarkan,
terutama kemampuann daripemilik proyek sebagai sumber pencemaran.

4. Pemantauan
Pemantauan merupakan bagian yang sangat penting dalam pengelolaan
lingkungan hidup. Amdal tanpa diikuti oleh aktivitas pemantauan tidak akan
banyak berarti.
Kurangnya perhatian pada pelaksanaan aktivitas pemantauan mungkin
disebabkan oleh:
a. Pemantauan hanya akan banyak membuang waktu, tenaga dan biaya;
b. Belum dipahami sejauh mana kegunaan dari pemantauan;
c. Dalam peraturan atau pedoman pemerintah sering belum dicantumkan
aktivitas pemantauan, kalaupun dicantumkan belum diuraikan cukup jelas
dan mendetail.

Manfaat dari pemantauan adalah:


a. Dapat menjelaskan suatu keadaan kritis atau perubahan masalah dalam
kebijaknsaan lingkungan yang diperlukan untuk masa yang akan datang;
b. Dapat membantu pengelolaan lingkungan dengan memberikan masukan
yang dapat dipakai menilai sejauh mana keberhasilan atau kegagalan dari
aktivitas yang lalu dalam kebijaksanaan dan programnya;
c. Pemantauan dapat digunakan untuk menguji produktivitas dari batasan-
batasan dari pemerintah.

5. Partisipasi Masyarakat
Dengan adanya pastisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup,
apabila berjalan sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan
pemerintah dan apabila setiap masyarakat menjalankannya secara objektif dan
tidak hanya mengutamakan kepentingan dirinya atau kelompoknya saja, maka
kerugian yang timbultidak akan berarti dibandingkan manfaatnya.
Cara menyelenggarakan pastisipasi masyarakat:
1. Dengar pendapat
Istilah dengar pendapat ini di luar negeri dikenal dengan nama public
hearing tapi istilah ini umumnya digunakan untuk mendengar yang
terbuka. Dengar pendapat ini dibagi menjadi dua:
a. Dengar pendapat terbuka
Pemerintah memutuskan dulu untuk apakah proyek tersebut
memerlukan dengar pendapat terbuka atau tidak karena tidak
semua proyek harus mengadakan dengar pendapat terbuka. Jika
memenag diperlukan, maka instansi yang bertanggung jawab akan
menyampaikan rencananya kepada masyarakat melalui surat kabar,
televisi, ataupun pengumuman khusus. Dengar pendapat dapata
diselenggarakan untuk jangka waktu yang bervariasi, tapi biasanya
kurang lebih 5 hari.dengar pendapat yang terlalu lama juga tidak
disukai masyarakat.
b. Dengar pendapar tertutup
Dengar pendapat tertutup ini diselenggarakan oleh instansi yang
bertanggung jawab dan pemrakarsa proyek dengan kelompok-
kelompok tertentu. Dengar pendapat ini biasa dilakukan oelh
wakil-wakil rakyat atau udangan-undangan tertentu. Intinya tetap
sama, yaitu mengumpulkan pendapat-pendapat dari berbagai pihak
yang dianggap perlu oleh instansi yang bertanggung jawab atau
yang berwenang.
2. Pengumpulan pendapat tertulis dari kelompok tertentu
Instansi yang bertanggungjawab dapat mengirim surat kepada
perorangan yang dianggap lebih ahli, kelompok ilmuwan, wartawan,dll.
3. Mengumpulakn pendapat tertulis dari masyarakat umum
Cara ini biasa didahului dengan penyebaran pamflet, brosur, dll.
4. Mengumpukan pendapat dari media massa
Pwndapat yang tertulis dalam koran, majalah,dll dapat diambil ataupun
diguntung, dikumpulkan dan dirumuskan.
5. Mengumpulkan pendapat dari instansi pemerintah dan perwakilan
rakyat
Instansi yang tugasnya berhubungan dengan proyek tersebut dapat
dimintai pendapat secara tertulis,dll. Pendapat perwakilan tingkat
daerah atau pusat jika dianggap perlu biasanya dilaksanakan dalam
suatu pertemuan.
6. Meminta pendapat kabinet
Di Kanada disebutkan bahwa memutuskan kebijaksanaan, apabila
Menteri Lingkungan Hidup tidak menemukan kesepaatan dengan
Menteri yang bertangggungjawab mengenai proyek, dapat dimintakan
pendapat ke kabinet.

BAB IV

PENUTUP
4.1. Kesimpulan

Alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan pembangunan berpengaruh dari segi
ekonomi , segi sosial-budaya , maupun segi hukum . Dari segi ekonomi sendiri resiko
atas ketidakpastian bagaimana cara menghidupinya setelah lahan pertanian yang
dimiliknya berpindah alih kepada orang lain merupakan pengaruh dari segi ekonomi .
Dari segi sosial-budaya lahan pertanian memiliki nilai tersendiri karena mempengaruhi
strata sosial . Dari segi hukum sendiri , penegakan hukumnya tidak maksimal sehingga
menyebabkan hukum tersebut tidak memiliki pengaruh berarti bagi pelaku alih fungsi
lahan yang menyalahi aturan .

4.2. Saran

Pendiri pabrik seharusnya memperhatikan dampak yg ditimbulkan oleh kegiatan


dari pabrik tersebut,
menuntut kepada pihak pendiri pabrik untuk melakukan perbaikan pembuangan
limbah sisa kegiatan pabriknya,
melaksanakan program pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup
untuk meningkatkan kemampuan pemerintah dan masyarakat dalam
pengelolaan sumber-sumber alam dan lingkungan hidup,
menjalankan proses penegakan hukum lingkungan dengan memberisanksi
pidana dalam proteksi lingkungan hidup dipergunakan sebagai ultimum
remedium,
Melakukan sistem pengelolaan lingkungan,
Melakukan pemantauan , dan
Melakukan partisipasi masyarakat.

Daftar Pustaka

Abidin, Zainal Jumlah penduduk dan Alokasi Kursi DPRD dalam Pemilihan
Umum Anggota DPRD Kabupaten Pasuruan Tahun 2014 Provinsi jawa Timur
Melalui (Online) http://www.kpud-
pasuruankab.go.id/document/Pengumuman/DAPIL_DPRD_Kab._Pasuruan_201
4_.pdf. Tanggal akses 23 November 2014

Akbar, M Taufik. Makalah Dampak alih fungsi lahan pertanian menjadi


lahan pembangunan terhadap kota banjarmasin Melalui (Online)
http://geolava.blogspot.com/2013/06/dampak-alih-fungsi-lahan-pertanian.html.
Tanggal akses 23 November 2014

Anonim. 2004. Faktor Pendorong Alih Fungsi. Http://www.deptan.go.id/


ditjen/kebijaks/rancangan/doc. Tanggal akses 24 November 2014

Husein, Harun M, 1993, Lingkungan Hidup, Jakarta, BUMI AKSARA.

Ilham, N. (2004). Perkembangan dan Faktor-Faktor yang mempengaruhi Konversi


Lahan Serta Dampak Ekonominya. Bandung: Sekolah Pascasarjana IPB

Nugroho, Iwan & Rochim Bahuri. 2004. Pembangunan Wilayah:Persepsi Ekonomi,


Sosial dan lingkungan. Jakarta:LP3ES

Raharjo, Mursid, 2007, Memahami Amdal, Yogyakarta, Graha Ilmu

Rai, I. N., & Adnyana, G. M. 2011. Persaingan Pemenfaatan Lahan dan Air Perspektif
Keberlanjutan Pertanian dan Kelestarian Lingkungan. Bali: Udayana
University Press.

Suratmo, F.Gunarwan, 1995, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Yogyakarta,


Gadjah Mada University Press

Web kabupaten pasuruan: http://www.pasuruankab.go.id/pages-1-gambaran-


umum.html

Anda mungkin juga menyukai