Oleh :
Umi Salawati
Istilah wilayah mengacu pada pengertian unit
geografis, secara lebih jelasnya wilayah didefinisikan
sebagai suatu unit geografis dengan batas-batas tertentu di
mana komponen-komponen di dalamnya memiliki
keterkaitan dan hubungan fungsional satu dengan lainnya.
Dengan demikian, wilayah dapat didefinisikan sebagai unit
geografis dengan batas-batas spesifik (tertentu) di mana
komponen-komponen memiliki arti di dalam
pendeskripsian perencanaan dan pengelolaan
sumberdaya pembangunan. Dari definisi tersebut, terlihat
bahwa tidak ada batasan spesifik dari luasan suatu wilayah.
Batasan yang ada lebih bersifat “meaningful” untuk
perencanaan, pelaksanaan, monitoring, pengendalian,
maupun evaluasi. Dengan demikian batasan wilayah
tidaklah selalu bersifat fisik dan pasti tetapi seringkali
bersifat dinamis (berubah-ubah). Dengan demikian istilah
wilayah menekankan interaksi antarmanusia dengan
sumberdaya-sumberdaya lainnya yang ada di dalam suatu
batasan unit geografis tertentu.
Johnston (1976) memandang wilayah sebagai bentuk
istilah teknis klasifikasi spasial dan merekomendasikan
dua tipe wilayah: (1) wilayah formal, merupakan tempat-
tempat yang memiliki kesamaan-kesamaan karakterisitk,
dan (2) wilayah fungsional atau nodal, merupakan konsep
wilayah dengan menekankan kesamaan keterkaitan
antarkomponen atau lokasi/tempat. Dengan cara yang
lain Murty (2000) mendefinisikan wilayah sebagai suatu
area geografis, teritorial atau tempat, yang dapat
berwujud sebagai suatu negara, negara bagian, provinsi,
distrik (kabupaten), dan perdesaan. Tapi suatu wilayah
pada umumnya tidak sekadar merujuk suatu tempat atau
area, melainkan merupakan suatu kesatuan ekonomi,
politik, sosial, administrasi, iklim hingga geografis, sesuai
dengan tujuan pembangunan atau kajian.
Keragaman dalam mendefinisikan konsep
wilayah terjadi karena perbedaan dalam
permasalahan ataupun tujuan pengembangan
wilayah yang dihadapi. Kenyataannya, tidak ada
konsep wilayah yang benar-benar diterima secara
luas. Para ahli cenderung melepaskan perbedaan-
perbedaan konsep wilayah terjadi sesuai dengan
fokus masalah dan tujuan-tujuan pengembangan
wilayah. Konsep wilayah yang paling klasik
(Richardson, 1969; Hagget, Cliff dan Frey, 1977)
mengenai tipologi wilayah, membagi wilayah ke
dalam tiga kategori: (1) wilayah homogen (uniform
atau homogeneous region), (2) wilayah nodal,
dan (3) wilayah perencanaan (planning region
atau programming region).
Cara klasifikasi konsep wilayah di atas ternyata
kurang mampu menjelaskan keragaman konsep
wilayah yang ada. Blair (1991) memandang konsep
wilayah nodal terlalu sempit untuk menjelaskan
fenomena yang ada dan cenderung menggunakan
konsep wilayah fungsional (functional region), yakni
suatu konsep wilayah yang lebih luas, di mana konsep
wilayah nodal hanyalah salah satu bagian dari konsep
wilayah fungsional. Lebih lanjut Blair cenderung
mengistilahkan wilayah perencanaan sebagai wilayah
administratif (administrative region). Menurut Rustiadi
(2009), kerangka klasifikasi konsep wilayah yang lebih
mampu menjelaskan berbagai konsep wilayah yang
dikenal selama ini adalah: (1) wilayah homogen
(uniform), (2) wilayah sistem/fungsional, dan (3)
wilayah perencanaan/pengelolaan (planning region
atau programming region).
Dalam pendekatan klasifikasi konsep
wilayah ini, wilayah nodal dipandang sebagai
salah satu bentuk dari konsep wilayah sistem.
Sedangkan dalam kelompok konsep wilayah
perencanaan, terdapat konsep wilayah
administratif-politis dan wilayah perencanaan
fungsional. Gambar 1. mendeskripsikan
sistematika pembagian dan keterkaitan
berbagai konsep-konsep wilayah.
Nodal (Pusat –
Konsep Alamiah Deskriptif Hinterland)
(No.1,2)
Sistem sederhana Desa - Kota
1. Homogen
Budidaya -Lindung
2. Sistem/ fungsional
Ssistem Ekonomi :
Kawasan Produksi,
Kawasan Industri
Wilayah
Min Z = Ʃ ϭi
i=1
Dimana : Ϭi = ragam di dalam kelompok (wilayah) ke-I
Z = total keragaman seluruh wilayah
I = 1,2,3,…k (unit wilayah)
2. Wilayah Nodal
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, konsep
wilayah nodal adalah salah satu konsep wilayah
fungsional/sistem yang sederhana karena memandang
suatu wilayah secara dikotomis (terbagi atas dua bagian).
Konsep wilayah nodal didasarkan atas asumsi bahwa suatu
wilayah diumpamakan sebagai suatu “sel hidup” yang
mempunyai plasma dan inti. Inti (pusat simpul) adalah
pusat-pusat pelayanan dan atau pemukiman, sedangkan
plasma adalah daerah belakang (periphery/hinterland),
yang mempunyai sifat-sifat tertentu dan mempunyai
hubungan fungsional.
Konsep wilayah nodal lebih berfokus pada peran
pengendalian/pengaruh central atau pusat (note) serta
hubungan ketergantungan pusat (nucleus) dan elemen-
elemen sekelilingnya dibandingkan soal batas wilayah
(Richardson, 1969).
Secara filosofis batas wilayah nodal dapat
memotong garis yang memisahkan dua daerah
administrasi karena adanya perbedaan
orientasi terhadap pusat pelayanan yang
berbeda. Dengan demikian batas fisik dari
setiap daerah pelayanan bersifat sangat baur
dan dinamis. Dalam praktiknya, tidaklah mudah
mengidentifikasikan batas wilayah nodal
daripada mengidentifikasikan pusat-pusatnya
(nodes/poles). Gambar 2 menjelaskan
hubungan fungsional antara inti dan hinterland
dalam suatu wilayah nodal secara skematik.
Bahan Mentah
Sejumlah Uang
Hinterland
Bahan INTI
mentah. Industri
Barang Industri
Tenaga Pengolahan
Kerja
Sejumlah Uang
Sejumlah Uang
(upah)
Tenaga Kerja
3
2
3
3 3
3 1
3
3
2 3 3 2
2 3
3
3
Gambar 3. Sub-sub wilayah inti dengan berbagai tingkat hierarki pada suatu
wilayah nodal (Ket ; 1,2,3 menunjukkan tingkatan hierarki pusat
Terdapat interdependensi antar inti dan plasma. Secara
historik, pertumbuhan suatu pusat atau kota ditunjang oleh
hinterland yang baik. Secara operasional, pusat-pusat wilayah
mempunyai hierarki yang spesifik yang hierarkinya ditentukan oleh
kapasitas pelayanannya. Kapasitas pelayanan (regional services
capacity) yang dimaksud adalah kapasitas sumberdaya suatu wilayah
(regional resources), yang mencakup kapasitas sumberdaya alam
(natural resources), sumberdaya manusia (human resources),
sumberdaya sosial (social capital), dan sumberdaya buatan (man-
made resources/infrastructure). Di samping itu, kapasitas pelayanan
suatu wilayah dicerminkan pula oleh magnitude (besaran) aktivitas
sosial-ekonomi masyarakat yang ada di suatu wilayah.