Anda di halaman 1dari 36

Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal

2.1. PENGERTIAN-PENGERTIAN DALAM LINGKUP BAHASAN AGROPOLITAN


9.2.1 Pengertian Agropolitan
Agropolitan terdiri dari kata agro dan kata politan (polis). Agro berarti pertanian dan politan
berarti kota, sehingga agropolitan dapat diartikan sebagai kota pertanian atau kota di daerah lahan
peratanian atau pertanian di daaerah kota. Berdasarkan buku Pedoman Umum Pengembangan
Kawasan Agropolitan yang diterbitkan Departemen Pertanian,
Agropolitan adalah kota pertanian yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya
sistem dan usaha agribisnis serta mampu melayani, mendorong, menarik, menghela
kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) di wilayah sekitarnya.
Kota Pertanian (agropolitan) berada dalam kawasan pemasok hasil pertanian (sentra produksi
pertanian) yang mana kawasan tersebut memberikan kontribusi yang besar terhadap mata
pencaharian dan kesejahteraan masyarakat. Selanjutnya kawasan pertanian tersebut (termasuk
kotanya) disebut dengan kawasan agropolitan. Kota Pertanian dapat merupakan Kota Menengah
atau Kota Kecil atau Kota Kecamatan atau Kota Perdesaan atau Kota Nagari yang berfungsi sebagai
pusat pertumbuhan ekonomi yang mendorong pertumbuhan pembangunan perdesaan dan desa-
desa hinterland atau wilayah sekitarnya melalui pengembangan ekonomi, yang tidak terbatas sebagai
pusat pelayanan sektor pertanian, tetapi juga pembangunan sektor secara luas seperti usaha
pertanian (on farm dan off farm), industri kecil, pariwisata, jasa pelayanan, dan lain-lain.
Sedangkan, pengertian kawasan agropolitan merupakan jaringan ruang yang secara fungsional
mendorong terbentuknya kegiatan usaha yang berbasis pada agribisnis. Kawasan ini mempunyai
kegiatan utama pada bidang pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman,
pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
Program Pengembangan Kawasan Agropolitan adalah pembangunan ekonomi berbasis
pertanian di Kawasan Agribisnis, yang dirancang dan dilaksanakan dengan jalan mensinergikan
berbagai potensi yang ada untuk mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang

2-1
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal

berdaya saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi, yang digerakkan oleh
masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah.
Batasan suatu Kawasan Agropolitan tidak ditentukan oleh batasan administratif pemerintah
(Desa/Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten, dan sebagainya) tetapi lebih ditentukan dengan
memperhatikan economic of scale dan economic of scope. Karena itu, penetapan Kawasan
Agropolitan hendaknya dirancang secara lokal dengan memperhatikan realitas perkembangan
agribisnis yang ada di setiap daerah. dengan demikian bentuk dan luasan kawasan agropolitan, dapat
meliputi saatu wilayah Desa/Kelurahan atau Kecamatan atau beberapa kecamatan dalam
Kabupaten/Kota atau dapat juga meliputi wilayah yang dapat menembus batas wilayah administratif
Kabuapten/Kota lain yang berbatasan. Kotanya dapat berupa Kota Desa atau Kota Nagari atau Kota
Kecamatan atau Kota Kecil atau Kota Menengah. Abstraksi kawasan agropolitan tersebut dapat
digambarkan secara skemati pada gambar beikut ini:

Sumber: Pedoman Umum Pengembangan Kawasan Agropolitan

Gambar 2.1
Kawasan Agropolitan

Kawasan Agropolitan terdiri dari Kota Pertanian dan Desa-desa sentra produksi pertanian yang
ada di sekitarnya di mana Kawasan Pertanian tersebut memiliki fasilitas seperti layaknya di
perkotaan. Fasilitas tersebut antara lain:
o Jaringan Jalan o Transportasi

2-2
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal

o Lembaga Pasar o Telekomunikasi


o Lembaga Keuangan o Listrik
o Perkantoran o Air Bersih
o Lembaga Penyuluhan dan Alih Teknologi o Lembaga Petani
o Lembaga Pendidikan o Lembaga Kesehatan
o Prasarana dan sarana umum lainnya

9.2.2 Ciri-Ciri Kawasan Agropolitan


Suatu Kawasan Agropolitan yang sudah berkembang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Sebagian masyarakat di kawasan tersebut memperoleh pendapatan dari kegiatan pertanian
(agribisnis).
b. Sebagian besar kegiatan di kawasan tersebut didominasi oleh kegiatan pertanian atau
agribisnis, termasuk di dalamnya usaha kecil (pengolahan) pertanian, perdagangan hasil-hasil
pertanian (termasuk perdagangan untuk kegiatan ekspor), perdagangan agribisnis hulu (sarana
pertanian dan permodalan), agrowisata dan jasa pelayanan.
c. Hubungan antara kota dan daerah-daerah hinterland (daerah sekitarnya) di kawasan
agropolitan bersifat independensi/timbal balik yang harmonis dan salaing membutuhkan,
dimana kawasan pertanian mengembangkan usaha budidaya (on farm) dan produk olahan skla
rumah tangga (off farm), sebaliknya kota menyediakan fasilitas untuk berkembangnya usaha
budidaya dan agribisnis seperti penyediaan sarana pertanian, modal, teknologi, informasi
pengolahan hasil dan penampungan (pemasaran) hasil produksi/produk pertanian.
d. Kehidupan masyarakat di kawasan agropolitan mirip dengan suasana kota karena keadaan
sarana yang ada di kawasan agropolitan tidak jauh berbeda dengan di kota.

9.2.3 Persyaratan Kawasan Agropolitan


Suatu wilayah dapat dikembangkan menjadi suatu kawasan agropolitan bila dapat memenuhi
persyaratan berikut:
a. Memiliki sumberdaya lahan dengan agroklimat yang sesuai utnuk mengembangkan komoditi
pertanian yang dapat dipasarkan atau telah mempunyai pasar (selanjutnya disebut komoditi
unggulan), serta berpotensi atau telah berkembang diversifikasi usaha dari komoditi
unggulannya. Pengembangan kawasan tersebut tidak saja menyangkut kegiatan budidaya
pertanian (on farm) tetapi juga kegiatan off farm-nya, yaitu mulai pengadaan sarana dan
prasarana pertanian (seperti benih/bibit, pupuk, obat-obatan, alsin), kegiatan pengolahan hasil
pertanian (seperti membuat produk olahan, produk makanan ringan/kripik, dodol, dll) sampai
dengan kegiatan pemasaran hasil pertanian (seperti bakulan, warung, jual beli hasil pertanian,

2-3
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal

pasaar lelang, terminal/sub terminal agribisnis, dll) dan juga kegiatan penunjangnya (seperti
pasar hasil, agrowisata).
b. Memiliki berbagai sarana dan prasarana agribisnis yang memadai utnuk mendukung
pengembangan sistem dan usaha agribisnis, yaitu:
1). Pasar, baik pasar untuk hasil-hasil pertanian, pasar sarana pertanian, alat dan mesin
pertanian, maupun pasar jasa pelayanan termasuk pasaar lelang, gudang tempat
penyimpanan dan prosessing hasil pertanian sebelum dipasarkan.
2). Lembaga keuangan (perbankan dan non perbankan) sebagai sumber modal utnuk kegiatan
agribisnis.
3). Memiliki kelembagaan petani (kelompok, koperasi, asosiasi) yang dinamis dan terbuka
pada inovasi baru, yang harus berfungsi pula sebagai Sentra Pembelajaran (pelatihan), juga
diharapkan kelembagaan petani/petani maju dengan petani di sekitarnya merupakan Inti-
Plasma dalam usaha agribisnis.
4). Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) yang berfungsi sebagai Klinik Konsultasi Agribsinis (KKA)
yakni sebagai sumber informasi agribisnis, tempat percontohan usaha agribisnis, dan pusat
pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan usaha agribisnis yang lebih efisien dan
menguntungkan. Dalam pengembangan kawasan agropolitan ini, BPP perlu diarahkan
menjadi Balai Penyuluhan Pembangunan terpadu dimana BPP ini merupakan basis
penyuluhan bagi para penyuluh dan petugas yang terkait dengan pembangunan kawasan
agropolitan dan penyuluh swakarsa seperti Kontaktani/Petani maju, tokoh masyarakat, dan
lain-lain.
5). Percobaan/pengkajian teknologi agribisnis untuk mengembangkan teknologi tepat guna
yang cocok untuk daerah kawasan agropolitan.
6). Jaringan jalan yang memadai dan aksesibilitas dengan daerah lainnya serta sarana irigasi,
yang kesemuanya untuk mendukung usaha pertanian (agribisnis) yang efisien.
a. Memiliki sarana dan prasarana umum yang memadai, seperti transportasi, jaringan
listrik, telekomunikasi, air bersih dan lain-lain.
b. Memiliki sarana dan prasarana kesejahteraan sosial/masyarakat yang memadai seperti
kesehatan, pendidikan, kesehatan, rekreasi, perpustakaan, swalayan dan lain-lain.
c. Kelestarian lingkungan hidup baik kelestarian sumberdaya alam, kelestarian sosial
budaya maupun keharmonisan hubungan kota dan desa terjamin.

2-4
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal

9.2.4 Prinsip Pengembangan Kawasan Agropolitan


Prinsip pengembangan kawasan Agropolitan adalah dengan prinsip pemberdayaan. Prinsip
Pemberdayaan yang harus dikembangkan dalam mengembangan kawasan Agropolitan adalah:
a.Prinsip Kerakyatan
Pembangunan diutamakan bagi sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat banyak, bukan
kesejahteraan orang per orang atau kelompok.
b.Prinsip Swadaya
Bimbingan dan dukungan kemudahan (fasilitas) yang diberikan haruslah mampu
menumbuhkan keswadayaan dan kemandirian, bukan menumbuhkan ketergantungan.
c. Prinsip Kemitraan
Memperlakukan pelaku agribisnis sebagai mitra kerja pembangunan yang berperan serta
dalam seluruh proses pengambilan keputusan akan menjadikan mereka sebagai pelaku dan
mitra kerja yang aktif dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan.
d.Prinsip Bertahap dan Berkelanjutan
Pembangunan dilaksanakan sesuai dengan potensi dan kemampuan masyarakat setempat
serta memperhatikan kelestarian lingkungan.

9.2.5 Tujuan dan Sasaran Pengembangan Kawasan Agropolitan


Tujuan pengembangan kawasan agropolitan adalah untuk meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat melalui percepatan pengembangan wilayah dan peningkatan keterkaitan
desa dan kota dengan mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing
berbasis kerakyatan, berkelanjutan (tidak merusak lingkungan) dan terdesentralisasi (wewenang
berada di Pemerintah Daerah dan Masyarakat) di Kawasan Agropolitan. Dengan berkembangnya
sistem dan usaha agribisnis maka di kawasan agropolitan tersebut tidak saja membangun usaha
budidaya saja tetapi membangun usaha agribisnis hulu (pengadaan sarana pertanian), agribisnis hilir
(pengolahan hasil pertanian dan pemasaaran) dan jasa penunjangnya, sehingga akan mengurangi
kesenjangan pendapatan antara kota dan desa dan kesenjangan pendapatan antar masyarakat,
mengurangi kemiskinan dan mencegah terjadinya urbanisasi tenaga produktif, serta meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Sedangkan sasaran pengembangan kawasan Agropolitan adalah untuk mengembangkan
kawasan pertanian yang berpotensi menjadi kawasan Agropolitan, melalui:
a. Pemberdayaan masyarakat pelaku agribisnis agar mampu meningkatkan produksi,
produktivitas komoditi pertanian serta produk-produk olahan pertanian, yang dilakukan

2-5
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal

dengan pengembangan sistem dan usaha agribisnis yang efisien dan menguntungkan serta
berwawasan lingkungan.
b. Penguatan kelembagaan petani
c. Pengembangan kelembagaan sistem agribisnis (penyedia agroinput, pengolahan hasil,
pemasaran dan penyediaan jasa)
d. Pengembangan Kelembagaan Penyuluhan Pembangunan Terpadu
e. Pengembangan iklim yang kondusif bagi usaha dan investasi.
f. Peningkatan sarana-prasarana meliputi: jaringan jalan termasuk jalan usahatani (farm road),
irigasi, pasar, air bersih, pemanfaatan air limbah, dan sampah.
g. Peningkatan sarana prasarana kesejahteraan sosial meliputi: pendidikan, kesehatan,
kebudayaan dan sarana prasarana umum lainnya seperti listrik, telekomunikasi dan lain
sebagainya.

2.2. PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN


9.2.6 Desa Pusat Pertumbuhan
Oleh karena beragamnya ciri khas pedesaan di Indonesia, maka sangat dimungkinkan adanya
beberapa alternatif bentuk kawasan agropolitan. Alternatif bentuk kawasan agropolitan tersebut
digambarkan sebagai dibawah ini:

Sumber: Pedoman Praktis Pelaksanaan Identifikasi Lokasi. Direktorat Bina Teknik Dirjen Cipta Karya DPU, 1996

Gambar 2.2
Skema Desa Pusat Pertumbuhan sebagai Alternatif Bentuk Agropolitan

2-6
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal

9.2 PROSES PENETAPAN STRUKTUR RUANG KAWASAN AGROPOLITAN


9.2.1 Proses Penentuan Struktur Ruang Wilayah
Berdasarkan agroekosistem, pemanfaatan lahan dan potensi pengembangan sub sektor agribisnis,
maka dapat dilakukan pendaerahan atau penetapan deleniasi berdasarkan pendekatan teori lokasi.

O R IE N T A S I
A G R O IN D U S T R I
( O ff fa r m )
A G R IB IS N IS I
(O n fa rm )

A G R IB IS N I S I S a ra n a P ra s a ra n a
P e n u n ja n g (O ff fa r m )
(O n fa rm )
A G R IB IS N IS I
(O n fa rm )

I n t e g r ita s K a w a s a n H in te r la n d
( D e lin ia s i y g B e r s if a t P e r m e a b le )

Gambar 2.3
Pendekatan Teori Lokasi

9.2.2 Kriteria Struktur Ruang


Konsep pengembangan suatu wilayah agropolitan, menggunakan model pendekatan Walter
Christaller, 1933 dan Friedman dan Weber, 1979; dimana dilakukan penetapan Kota Tani Utama
(KTU), Kota Tani (KTU), dan Kawasan Sentra Produksi (KSP) berdasarkan kriteria:
A. KOTA TANI UTAMA (KTU); merupakan Kota Kecamatan terpilih, dengan kriteria:
Merupakan Daerah Pusat Pertumbuhan Agribisnis (DPPA)
Kota Tani Utama ditetapkan berdasarkan ketetapan Kota Tani Pendukungnya.
Memiliki fasilitas penyimpanan dengan kapasitas tertentu sesuai dengan volume
produksi pada KSP-KSP di setiap Kota tani Pendukungnya.
Memiliki infrastruktur standar perkotaan.
Memiliki Pasar Grosir ke luar daerah Kabupaten/Kota.
Memiliki kegiatan agroindustri menengah dan besar dengan bahan baku komoditas
unggulan.
Memiliki Lembaga Keuangan agribisnis.
Ditetapkan berdasarkan prasarana dan sarana eksisting yang mampu dikembangkan
untuk melengkapi Kota Tani pendukungnya di masa yang akan datang
Ditetapkan berdasarkan integrasi dan sinergitas perencanaan Kawasan Kabupaten
Batang dengan kebijakan dan peraturan yang telah ditetapkan (RTRW, Properda, Renstra
dan aturan-aturan lain).

2-7
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal

Merupakan kawasan dengan orde diatas Kota Tani.


B. KOTA TANI (KT); merupakan desa, dengan kriteria:
Merupakan Desa Pusat Pertumbuhan Agribisnis (DPPA)
Meliputi kawasan dengan jumlah penduduk 10.000-25.000 jiwa (Friedman)
Kota Tani ditetapkan atas dasar eksisting aktivitas agribisnis.
Memiliki beberapa produksi unggulan sesuai dengan KSP pendukungnya serta memiliki
area pelayanan kegiatan agribisnis.
Eksisting kegiatan pertanian merupakan sistem agribisnis, khususnya melibatkan
agroindustri kecil dan menengah
Memiliki pasar grosir ke luar kawasan agropolitan
Memiliki Lembaga Swadaya Masyarakat Agribisnis.
Memiliki radius pelayanan sampai dengan 5 - 10 km.
C. Kawasan Sentra Produksi (KSP); merupakan kawasan dengan orde dibawah Kota Tani
Utama / Kota Tani yang terdiri dari beberapa Desa, dengan kriteria:
Mempunyai ketergantungan pada Daerah Pusat Pertumbuhan Agribisnis (DPPA)
Meliputi kawasan dengan jumlah penduduk 1000 - 5.000 jiwa (Friedman)
Memiliki produk unggulan
Memiliki potensi lahan budidaya dengan agroekologi dataran tinggi dan dataran
menengah.
Memiliki kegiatan industri rumah tangga (home industry) dengan bahan baku komoditas
unggulan.
Memiliki embrio pasar pengumpul komoditas unggulan
Memiliki infrastruktur yang menunjang kegiatan pertanian.

9.2.3 Pedoman Indikator Penetapan Kawasan Agropolitan


Berdasarkan strategi dan arah pengembangan kawasan Agropolitan maka kegiatan fasilitasi
dalam rangka perencanaan pengembangan kawasan Agropolitan adalah sebagai berikut:
Penetapan kawasan agropolitan di kabupaten/kota dapat dilakukan melalui kelayakan yang cermat
(kelayakan ekonomi, teknis sosial budaya dan lingkungan hidup). Perlu ditetapkan faktor-faktor
penentu terlebih dahulu yang dapat dijadikan unsur indikator strategis. Indikator strategis tersebut
dapat dijadikan alat untuk proses penentuan skala Kota Tani. Dalam rangka pengembangan menuju
kawasan Agropolitan dapat digolongkan dalam 3 (tiga) strata, yaitu: (a) Pra Kawasan Agropolitan I
(KSP), (b) Pra Kawasan Agropolitan II (Kota Tani), (c) Kawasan Agropolitan (Kota Tani Utama). Secara

2-8
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal

rinci penjelasan unsur indikator strategis dalam rangka menuju kawasan Agropolitan dapat dilihat
dalam gambar dan tabel berikut ini.

PRA KAWASAN PRA KAWASAN KAWASAN


AGROPOLITAN I AGROPOLITAN AGROPOLITAN
(KSP) II (KOTA TANI UTAMA)
(KOTA TANI)

Sumber: Modifikasi dari Pedoman Umum Pengembangan Kawasan Agropolitan

Gambar 2.4
Strata Kawasan Agropolitan

Tabel II.1
Pedoman Indikator Penetapan Kawasan Agropolitan
Pra Kawasan Pra Kawasan Kawasan
No. Indikator Agropolitan I Agropolitan II Agropolitan
(KSP) (Kota Tani) (Kota Tani Utama)
1. Komoditi Unggulan
A. Satu jenis komoditi
A B C
B. Lebih dari 1 jenis komoditi
C. Komoditi unggulan & produk olahannya
2. Kelembagaan Pasar
A. Menampung hasil dari sebagian kecil
kawasan
B. Menampung hasil dari sebagian besar A B C
kawasan
C. Menampung hasil dari kawasan
Agropolitan dan luar kawasan
3. Kelembagaan petani
A. Berperan dalam penyediaan sarana
pertanian dan sebagian kecil dalam
pengolahan dan pemasaran
B. Berperan dalam penyediaan sarana A B C
pertanian, pengolahan, dan pemasaran
C. Berperan dalam penyediaan sarana
pertanian, pengolahan, dan pemasaran
kebutuhan masyarakat
4. Kelembagaan BPP
A. BPP sebagai Balai Penyuluhan Pertanian
B. BPP sebagai Balai Penyuluhan Agribisnis A B C
C. BPP sebagai Balai Penyuluhan
Pembangunan
5. Sarana dan Prasarana
5.1 Aksesibilitas ke/di sentra produksi
A. Sedang A B C
B. Cukup
C. Baik
5.2 Prasarana dan sarana umum A B C

2-9
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal

Pra Kawasan Pra Kawasan Kawasan


No. Indikator Agropolitan I Agropolitan II Agropolitan
(KSP) (Kota Tani) (Kota Tani Utama)
A. Sedang
B. Cukup
C. Baik
5.3 Prasarana dan sarana kesejahteraan
sosial
A. Sedang A B C
B. Cukup
C. Baik
Sumber: Modifikasi dari Pedoman Umum Pengembangan Kawasan Agropolitan

A. Penentuan Kebutuhan Sarana dan Prasarana


Pengembangan prasarana - sarana publik yang berwawasan lingkungan yang diperlukan di
kawasan agropolitan seperti jaringan jalan, irigasi, transportasi, telekomunikasi, pasar, lembaga
pembiayaan, industri, gudang dan kegiatan-kegiatan untuk memperlancar pengangkutan hasil
pertanian ke pasar dengan efisien dengan resiko minimal. Sedangkan jenis prasarana dan sarana
yang dibutuhkan untuk Kawasan Sentra Produksi (KSP), Kota Tani (KT), dan Kota Tani Utama sesuai
dengan tabel dibawah ini.

Tabel II.2
Penentuan Kebutuhan Sarana Dan Prasarana Penunjang Kawasan Agropolitan
JENIS KAWASAN SENTRA
KOTA TANI UTAMA KOTA TANI
NO PRASARANA DAN PRODUKSI
(KTU) (KT)
SARANA (KSP)
JENIS SARANA
1 Pasar Komoditas Pasar Grosir dan Ruko Pasar Kecamatan untuk Pasar Komoditas Sejenis
komoditas unggulan (Pengumpul)
dan Ruko
2 Industri Industri Industri Home Industri (Industri
Besar/Menengah Menengah/UKM/Agro Kecil/Agroindustri Kecil
Industri Menengah
3 Kelembagaan Lembaga pembiayaan Koperasi Sekunder Koperasi Primer
Pembiayaan mikro atau BPR
4 Bank BRI BRI -
5 Sarana Balai Informasi dan Balai Informasi dan Penyuluh Pertanian
Pendidikan/ Penyuluhan/ Penyuluhan Lapangan Komoditas
Latihan/Informasi Pendidikan/Latihan/ Unggulan
/ Penelitian/Konsultasi
Konsultasi
6 Pasar Saprotan Agen/Distributor Toko/Koperasi -
(Sarana Produksi
Pertanian)
7 Sarana Pendukung Gudang Gudang -
8 Kelembagaan Koperasi/Paguyuban Koperasi/Paguyuban/ Koperasi/
Petani Asosiasi Paguyuban/Asosiasi

JENIS PRASARANA
1 Transportasi (jalan Jalan sebagai Akses Jalan sebagai Akses Jalan sebagai Akses ke lahan

2 - 10
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal

JENIS KAWASAN SENTRA


KOTA TANI UTAMA KOTA TANI
NO PRASARANA DAN PRODUKSI
(KTU) (KT)
SARANA (KSP)
dan moda) ke KT ke KSP pertanian
Terminal Sub-terminal
Bus dan Angkutan Angkutan Desa
Desa Ojek
Truk dan Pick-up Pick-up
2 Listrik Sesuai Kebutuhan dan Sesuai Kebutuhan dan Sesuai Kebutuhan dan
ketentuan dari PLN ketentuan dari PLN ketentuan dari PLN
3 Telekomunikasi Sesuai Kebutuhan dan Sesuai Kebutuhan dan Sesuai Kebutuhan dan
ketentuan dari PT. ketentuan dari PT. ketentuan dari PT. TELKOM
TELKOM TELKOM
4 Air Bersih Sesuai Kebutuhan dan Sesuai Kebutuhan dan Sesuai Kebutuhan dan
ketentuan dari PDAM ketentuan dari PDAM ketentuan dari PDAM
5 Persampahan TPA TPS TPS
Sumber: Analisis Tim Penyusun, 2003

2.4. PENGEMBANGAN AGRIBISNIS


Tujuan dan strategi pembangunan di perdesaan di Indonesia, secara umum antara lain seperti
tertuang dalam GBHN, yaitu bahwa pembangunan masyarakat perdesaan perlu terus ditingkatkan,
terutama melalui pembangunan kemampuan sumberdaya manusia, termasuk menciptakan iklim
yang mendorong tumbuhnya prakarsa dan swadaya masyarakat. Sejalan dengan itu perlu
ditingkatkan kemampuan masyarakat untuk berproduksi serta mengelola dan memasarkan
produksinya, sekaligus menciptakan lapangan kerja. Dengan demikian, maka masyarakat pedesaan
semakin mampu menggerakkan dan dan memanfaatkan dengan sebaik-baiknya segala daya dan
dana bagi peningkatan pendapatan dan taraf hidupnya.
Lembaga sosial ekonomi secara umum diartikan sebagai organisasi sebagai pola-pola perikelakuan
yang diwujudkan melalui aktifitas-aktifitas sosial dan hasil-hasilnya (Gillin and Gillin dalam Soekanto,
1990). Wujud dari suatu lembaga sosial adalah berupa norma dan wadah atau assosiasi yang
berkaitan dengan masalah sosial dan ekonomi.
Dalam hubungan dengan model pembangunan perdesaan, Samonte (dalam Ndraha, 1987)
berpendapat bahwa basis strategi pembangunan pedesaan adalah peningkatan kapasitas dan
komitmen masyarakat untuk terlibat dan berpartisipasi dalam proses pembangunan.
Keadaan tersebut menghendaki perlunya pemetaan sebaran desa-desa di kawasan perdesaan
menurut unit-unit komunitas sosial ekonomi yang terikat dalam suatu kultur area, sehingga suatu
komunitas sosial ekonomi merupakan :
a. Sejumlah desa yang tergolong maju
b. Secara umum penduduknya bermata pencaharian di bidang pertanian
c. Terdapat dalam wilayah budaya dan wilayah geografis yang sama.

2 - 11
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal

Pembangunan pertanian selama ini selalu dilakukan parsial dan tidak terintegrasi hingga
kadangkala pelaku pertanian terutama petani tidak dapat mengambil keuntungan yang maksimal
dari usaha taninya. Hal ini terkait dengan struktur pasar baik hasil maupun input produksi juga
informasi yang tidak seimbang tentang teknologi dan lemahnya posisi tawar pelaku pertanian
terhadap kebijakan pemerintah maupun pelaku pasar produk lain terutama yang terkait dengan
usaha tani.
Dengan kawasan sebagai titik berat pengembangan maka integrated farming system akan
diwujudkan melalui pengembangan berbagai kluster pendukung suatu usaha tani dengan sistem
agribisnis.
Pada pertanian terpadu dan kawasan sebagai pusat pengembangan akan berbasis pada komoditi
lokal baik tanaman, ternak maupun perikanan sebagai obyek untuk meningkatkan kapasitas sosial
dan ekonomi masyarakat. Program-program yang dikembangkan tentu akan bertumpu pada
pengembangan komoditas tersebut meski aspek lain baik sarana maupun prasarana juga dibutuhkan.
Oleh karena itu kawasan sebagai sebuah lingkup kajian ruang dan waktu dari suatu masyarakat dan
penduduknya dalam sebuah dimensi sosial, ekonomi, politik dan psikologi tidak hanya
mengembangkan pemupukan modal saja atau pengembangan jenis usaha tani tertentu saja namun
merupakan sebuah kajian yang kompleks meski tetap bertumpu pada pengembangan komoditas
pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan dengan berbagai aspek yang
melingkupinya.

2.4.1. Pengertian Agribisnis


Suatu sistem yang terdiri atas sub sistem sarana produksi (HULU), sub sistem usaha tani
(BUDIDAYA),sub sistem agroindustri (HILIR), dan sub sistem penunjang(JASA PEMASARAN DAN
DISTRIBUSI). Sebuah sistem yang terdiri dari unsur-unsur kegiatan : (1) PRA-PANEN, (2) PANEN, (3)
PASCA-PANEN, (4) PEMASARAN. Batasan agribisnis adalah sistem yang utuh dan saling terkait
diantara seluruh kegiatan ekonomi (yaitu subsistem agribisnis HULU, subsistem agribisnis HILIR,
subsistem agribisnis JASA PENUNJANG agribisnis) yang terkait langsung dengan pertanian (Saragih,
1998). Kegiatan agribisnis melingkupi sub sektor pertanian tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan, serta bagian dari sektor industri.(Gunawan
Sumodiningrat, 2000).

2.4.2. Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura


Pengembangan agribisnis tanaman pangan dan hortikultura mempunyai beberapa subsistem
agribisnis mulai dari praproduksi hingga pasca produksi serta distribusi dan pemasaran. Sistem

2 - 12
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal

agribisnis ubi kayu dimulai dari kegiatan budidaya tanaman yang menghasilkan ubi kayu segar yang
dapat langsung dijual ke pasar. Juga dapat diolah lebih dahulu sebagai produk makanan ringan. Hasil
olahan ubi kayu segar antara lain, tape, keripik, dodol tape, dan tiwul instan. Produk ini dihasilkan
atau dapat dikembangkan sebagai produk industri rumah tangga.
Disamping diolah secara segar, ubi kayu telah banyak diolah pada industri besar dengan produk
berupa tepung tapioka, gaplek / cips, HFS, ethanol, sorbitol, dextrin. Selanjutnya produk-produk
tersebut merupakan bahan baku bagi industri makanan, industri pakan ternak dan industri kimia.
Hasil olahan dari industri pakan ternak diserap oleh sektor peternakan, dan hasil olahan dari industri
kimia dasar diolah lebih lanjut oleh industri hilir.
Sistem agribisnis jagung dimulai dari kegiatan budidaya tanaman, yang menghasilkan jagung,
jagung 0oreng (marning), dodol jagung, emping jagung dan leter jagung. Pemasarannya cukup
terbuka di pasar swalayan atau pasar tradisional. Jagung pada industri besar dapat diolah dengan
hasil sebagai tepung maizena, minyak jagung dan bahan baku ternak. Hasil industri olahan jagung ini
prospektif untuk ekspor namun kebutuhan dalam negeri sangat besar khususnya diserap sebagai
bahan baku pakan ternak. Upaya peningkatan produksi terbuka dengan intensifikasi maupun
ekstensifikasi.
Sistem agribisnis sayur-sayuran dimulai dari kegiatan budidaya tanaman yang menghasilkan
produk segar. Produk ini dapat langsung dijual kepada pedagang pengumpul selanjutnya ke pedagang
besar dan didistribusikan ke pasar. Pedagang besar selain mendistribusikan ke pasar juga memasok
ke perusahaan industri pengolahan hasil sayuran. Pemasaran hasil sayuran saat ini sebagian besar
dalam bentuk segar dengan pangsa pasar lokal sampai ekspor. Upaya peningkatan nilai tambah
produk sayuran dapat dilakukan dengan pengemasan dalam plastik yang selanjutnya dapat
dipasarkan melalui super market, ataupun dengan pengolahan sayuran kentang menjadi kripik
kentang (fried potatoes) yang dapat memberikan nilai yang cukup nyata.
Hasil buah-buahan secara agribisnis telah dilakukan terutama untuk memenuhi kebutuhan
lokal atau dalam negeri berupa produk buah-buahan tertentu seperti pisang, durian, rambutan,
manggis, duku. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam pemasaran adalah pengemasan produk
yang menarik dan aman. Kegiatan sistem agribisnis pisang dimulai dari budidaya yang menghasilkan
buah pisang masak / segar. Disamping itu agroindustri pisang juga dikembangkan oleh industri
menengah dan besar. Hasil olahan pisang berupa tepung pisang, selai, sale, kripik dan getuk pisang.

2.4.3. Pengembangan Agribisnis Perkebunan


Strategi yang dikembangkan dalam pembangunan perkebunan adalah pembangunan dengan
penerapan sistem agribisnis terpadu berkelanjutan. Keberhasilan dari sistem agribisnis ini adalah

2 - 13
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal

adanya keterpaduan yang serasi dan saling mendukung antar sub sistem dalam agribisnis, antara
sektor/subsektor dan antar wilayah. Dengan sistem agribisnis terpadu, maka dapat dihasilkan
produk-produk perkebunan dan produk agroindustri berdaya saing tinggi baik di pasar domestik
maupun pasar internasional.
Untuk mencapai tingkat perkembangan wilayah yang sesuai dengan kondisi daerah maka
pengembangan produk perkebunan diarahkan pada sistem agribisnis dan agroindustri. Untuk
menghasilkan produk-produk berdaya saing tinggi, komoditas perkebunan layak mempunyai
dukungan sumber daya alam, sumber daya manusia dan kelembagaan yang baik. Selain itu dapat
memberikan dampak ganda yakni meningkatkan nilai tambah bagi petani pekebun sebagai produsen
dan terhadap pertumbuhan perekonomian perdesaan.
Aspek produksi tanaman teh sebagai salah satu faktor dari subsistem produksi dan budidaya,
pengembangannya dengan memperhatikan produk yang memiliki keterpaduan sebagai dukungan
bagi program pemerintah. Yang selanjutnya diterjemahkan sebagai cikal bakal pemunculan produk
andalan / unggulan atau produk khas suatu wilayah.
Pengolahan daun teh menjadi produk teh hijau dalam kemasan yang siap dipasarkan
merupakan salah satu agroindustri berskala rumah tangga. Untuk pengusahaan secara komersial,
dibutuhkan kelembagaan / instansi terkait terjun untuk membantu petani, selain itu dengan
membagi pos-pos kegiatan agroindustri merata pada rumah tangga rumah tangga yang
dikoordinasikan oleh kelompok tani.

2.4.4. Pengembangan Agribisnis Peternakan


Pengembangan agribisnis peternakan akan dicontohkan sistem agribisnis ternak sapi potong.
Dalam sistem agribisnis ternak sapi potong terdapat jenjang jenis produksi berdasarkan karakteristik
fisiologis ternak yang dibudidayakan. Secara vertikal jenjang ini dimulai dengan jenis produksi bibit
sapi betina induk, dilanjutkan dengan produksi sapi bibit, kemudian produksi sapi jantan bakalan
dan diikuti produksi sapi simental. Sapi bibit betina yang dihasilkan pada jenis produksi sapi betina
induk dapat kembali masuk ke dalam sistem budidaya sapi betina induk hingga mencapai saat tidak
produktif dan dikirim langsung ke Rumah Potong Hewan (RPH) untuk dipotong.
Tiap jenis produksi sapi tersebut di atas, dapat dilakukan dalam satu rumah tangga tani,
rumah tangga tani berbeda dalam satu kawasan atau rumah tangga tani pada kawasan yang
berbeda.
Berbagai produk dapat dihasilkan pada tingkat ini seperti daging, vicera, kulit, tulang dan
darah. Hasil-hasil ini berpotensi sebagai bahan baku sektor industri pengolahan. Khususnya daging
dan vicera, kecuali berpeluang sebagai bahan industri pengolahan, dapat langsung dijual ke

2 - 14
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal

konsumen dalam bentuk segar. Kulit sapi juga dapat dilakukan pengolahan kulit sebagai home
industry skala kecil yang menghasilkan kulit mentah. Selanjutnya guna mengantisipasi lonjakan
produksi yang memenuhi standar kesehatan perlu pembangunan Rumah Potong Hewan (RPH).

2.4.5. Pengembangan Agribisnis Perikanan


Pengembangan agribisnis perikanan dapat dilakukan melalui sistem agribisnis vertikal maupun
sistem agribisnis horizontal. Sistem agribisnis vertikal merupakan penanganan suatu produk mulai
dari proses awal sampai dengan pemasarannya. Sedangkan sistem agribisnis horizontal merupakan
gabungan dari beberapa produk bahkan dari subsektor berlainan yang dikelola secara bersama-sama.
Guna memenuhi kebutuhannya, maka pengusaha harus bekerjasama dengan para petani ikan
yang memelihara ikan misalnya dengan menggunakan Keramba Jaring Apung (KJA) atau Keramba
Jaring Tancap (KJT) untuk memenuhi kebutuhan ikannya. Selain itu juga harus ada ikatan kerjasama
juga dengan pabrik pakan untuk menjamin ketersediaan pakannya.
Benih berkualitas unggul dapat diperoleh dengan cara pemuliaan induk baik melalui seleksi
maupun teknologi manipulasi kromosom. Pendederan dengan penggunaan lahan dengan produksi
mina padi dan mina ayam akan sangat efisien sehingga biaya produksi menjadi lebih murah,
disamping sangat menguntungkan petani pendeder juga pembesaran dengan penggunaan ikan hasil
dederan masa pemeliharaannya menjadi lebih baik karena penggunaan ukuran ikan yang lebih besar.
Pembesaran dapat dilakukan pada kolam air tawar atau perairan umum yang dangkal. Kegiatan
ini akan melibatkan bebrapa kelompok masyarakat dan instansi, seperti petani pembenih ikan, petani
pendeder, petani pembesar ikan, pengusaha cold storage , pabrik pakan, pengusaha eksportir,
instansi terkait, koperasi dan lain sebagainya.
Sistem agribisnis horizontal dapat dilihat misalnya pada pengelolaan kolam air tawar yang
mana dipinggir kolamnya dapat ditanami dengan tanaman pisang. Adapun jenis pisang yang ditanam
adalah jenis cavendish yang produknya dapat diekspor sehingga dapat menambah nilai hasilnya.
Agribisnis dari komoditas ikan lainnya juga diperlukan rangkaian kegiatan, koordinasi serta
hubungan bisnis mulai dari kelompok pembenih, pendeder, pembesaran, sarana produksi, organisasi,
pembina, penyandang dana, dan lainnya sampai kepada pemasaran lokal maupun ekspor.

2.4.6. Pengembangan Agribisnis Kehutanan


Sistem agribisnis kehutanan merupakan penanganan suatu produk mulai dari proses awal
sampai dengan pemasarannya. Sistem agribisnis kehutanan sebagai leading sector-nya adalah
pengusaha eksportir (eksportir balken) yang mempunyai hubungan dengan pasar di dalam maupun
di luar negeri. Berdasarkan permintaan pasar mereka harus mampu menghitung tenaga kerja, mesin-

2 - 15
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal

mesin, penggergajian, sampai pengiriman produk ke luar negeri. Berdasarkan permintaan pasar
dapat dihitung berapa kebutuhan kayu yang dibutuhkan setiap bulannya.
Sistem agribisnis kehutanan dimulai pembibitan kayu albisia, pengembangan hutan rakyat
yang dilakukan petani dibawah binaan Dinas Kehutanan. Selanjutnya melibatkan pengusaha
penggergajian untuk dilakukan pemotongan guna memudahkan pengangkutan, dan dilakukan
ekspor.

2.4.7. Pengembangan Agribisnis Sebagai Suatu Sistem


Pembangunan Pertanian secara nasional harus mengantisipasi tantangan demokratisasi dan
globalisasi untuk dapat menciptakan sistem yang adil. Selain itu harus diarahkan untuk mengarahkan
masyarakat sejahtera khususnya petani melalui pembangunan sistem pertanian dan usaha pertanian
yang mapan. Sistem tersebut harus berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan
terdesentralistik. Berdaya saing berarti pertanian kita dapat disejajarkan dengan produk pertanian
negara lain baik jumlah maupun kualitasnya. Berkerakyatan berarti setiap usaha pembangunan
pertanian harus mengikutkan petani supaya semakin berdaya sebagai subyek pembangunan.
Berkelanjutan berarti pembangunan pertanian harus memberikan jaminan bagi keberlangsungan
pertanian. Sementara terdesentralisasi mengandung arti bahwa pembangunan pertanian harus
berdasarkan keinginan petani, sesuai dengan kebutuhan dan sangat menghargai budaya lokal.
Pembangunan sistem pertanian merupakan pembangunan yang mengintegrasikan pertanian
dengan industri dan jasa terkait dalam satu kluster industri yang mencakup (input produksi), usaha
tani, pemasaran dan pengolahan, serta jasa. Integrasi yang baik antara pertanian, industri dan dan
jasa dapat meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani melalui pengembangan sistem
pertanian dan usaha-usaha agribisnis, semakin berkembangnya aktivitas ekonomi pedesaan melalui
pengembangan sistem pertanian dan perusahaan-perusahaan pertanian yang mandiri. Kemandirian
petani dan akses mereka yang besar pada perusahaan agribisnis bahkan memilikinya akan semakin
meningkatkan kesejahteranya.
Model pengembangan pertanian yang digunakan Departemen Pertanian selama ini dapat
dijadikan acuan. Pemerintah dalam mengembangkan sub-sektor hulu kegiatan utama yang dilakukan
adalah pengembangan sarana dan prasarana penunjang serta peningkatan penggunaan benih unggul
dan input teknologi lainnya. Pengembangan sarana dilalui melalui peningkatan bisnis sarana/kios
saprodi di perdesaan, peningkatan mutu pengairan melalui penyediaan dan perawatan sarana irigasi
dan peningkatan kemampuan petani dalam mengakses modal.
Program pembangunan pertanian pada hakekatnya adalah rangkaian upaya untuk
memfasilitasi, melayani dan mendorong berkembangnya sistem pertanian dan usaha-usaha

2 - 16
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal

pertanian yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi untuk


meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pertanian merupakan usaha yang sangat tergantung pada alam oleh karena itu kelestarian
alam merupakan upaya yang harus dilakukan petani agar usaha taninya berhasil dan berkelanjutan.
Usaha pertanian yang dikembangkan harus mengakomodir aspek kelestarian lingkungan yaitu
dengan melakukan usaha tani yang ramah lingkungan juga memperhatikan korbanan lahan sehingga
masukan pada lahan juga kita usahakan sebanding dengan korbanannya.
Usaha-usaha yang perlu dilakukan antara lain :
- Pengembangan pola-pola usaha tani terpadu diantara komoditi tanaman pangan, hortikultura,
peternakan, perikanan, kehutanan dan perkebunan (integrated farming system).
- Pengembangan pengolahan limbah dan pengendalian bahan kimia dalam kegiatan agribisnis.
- Pengembangan teknologi, pengendalian kerusakan dan pencemaran lingkungan dalam usaha
agribisnis.
Dari berbagai usaha pelestarian alam dalam usaha tani sasaran yang ingin dicapai adalah
berkembangnya pola-pola usaha tani terpadu berwawasan lingkungan, berkembangnya model usaha
pertanian yang berwawasan lingkungan, meningkatnya produksi, mutu produk pertanian
berwawasan lingkungan, seta perbaikan mutu dan lingkungan usaha pertanian.
Struktur pertanian yang diperlukan dan dikembangkan adalah struktur pertanian industrial
yang memungkinkan terjadinya hubungan fungsional saling menguntungkan di antara pelaku
pertanian dan tercipta hubungan sinergis dalam kesatuan tindak. Pertanian industrial merupakan
proses konsolidasi usaha tani disertai dengan koordinasi vertikal diantara seluruh tahapan vertikal
agribisnis. Kegiatan yang diperlukan dalam membangun struktur pertanian industrial tersebut antara
lain :
- Pengembangan kemampuan SDM pelaku pertanian terutama petani dalam kewirausahaan
agribisnis
- Peningkatan pelayanan usaha agribisnis
- Pengembangan kelembagaan usaha seperti organisasi petani, kemitraan, kelembagaan
pemasaran, koperasi pertanian dan kelompok usaha lain.
- Pengembangan kemampuan layanan, seperti layanan teknologi, penyuluhan, informasi pasar,
lembaga finansial dan lainnya.
Terobosan inovasi teknologi baru strategis berbasis lokal dilakukan melalui program penelitian.
Penelitian pengelolaan sumberdaya alam yang meliputi sumber daya lahan, air, iklim dan hayati.

2 - 17
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal

Penelitian pertama yang harus dilakukan adalah penelitian untuk pengembangan teknologi
perbaikan potensi komoditas. Penelitian ini diarahkan untuk melakukan perbaikan terhadap
produktifitas berbagai komoditas basis yang ada dan komoditi baru yang diminta pasar.
Penelitian kedua diarahkan untuk pengembangan bioteknologi yang berupa penelitian
rekayasa genetik, biologi molekuler, teknologi diagnostik, serta penelitian mikrobiologi dan mikro
proses.kegiatan tersebut dapat digunakan untuk menunjang perbaikan kualitas komoditi pertanian
yang akan meningkatkan produktivitas pertanian.
Penelitian ketiga diarahkan untuk memberikan gambaran pada kondisi sosial ekonomi petani
dan akibat kebijakan pembangunan yang selama ini dilakukan. Berbagai implikasi dapat dilihat dan
dijadikan patokan untuk perencanaan selanjutnya.
Penelitian keempat yang harus dilakukan terkait dengan pengembangan teknologi spesifik
lokasi.
Penelitian kelima yang harus dilakukan terkait dengan pengembangan teknologi pasca panen
dan diversifikasi produk.
Indonesia mempunyai keragaman sumberdaya hayati dan kekayaan alami yang sangat besar
yang mencakup plasma nuftah tanaman pangan, hortikultura, tanaman industri, perkebunan,
peternakan, dan perikanan. Keanekaragaman yang melimpah tersebut masih bersifat semu karena
baru berupa potensi, sedangkan kemampuan untuk menggali, memanfaatkan dan mengembangkan
berdasarkan teknologi mutakhir masih belum optimal. Variasi genetik yang besar dengan keunikan
dan tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi merupakan dasar untuk meningkatkan daya saing
produk pertanian. Melalui rekayasa teknologi, potensi plasma nuftah dapat dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan penyediaan pangan, sandang, papan, bahan farmasi, kecantikan dan produk
biokimia yang hampir tak terbatas ragamnya.
Untuk mendukung program proteksi sumberdaya hayati dibutuhkan penelitian pengendalian
jasad pengganggu, pengembangan sarana seperti laboratorium penguji, pengembangan sumberdaya
manusia pelaksana, pengembangan peraturan/perundangan pendukung, serta pengembangan
kegiatan konservasi, identifikasi dan karakterisasi sumberdaya hayati (plasma nuftah).
Pengembangan Sistem Informasi Pertanian memerlukan dukungan data yang akurat, Sistem
Informasi, dan layanan data dan informasi pertanian yang baik. Dengan sistem informasi yang baik
akan dapat dilakukan pemantauan dan penyebarluasan informasi pertanian secara cepat, akurat dan
murah.
Informasi yang perlu tersedia meliputi informasi keadaan iklim, keadaan sumberdaya alam,
informasi teknologi input dalam produksi pertanian, informasi pasar pertanian, sistem permodalan,

2 - 18
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal

posisi suplai dan permintaan tiap komoditi pertanian juga informasi ketenagakerjaan. Bila mungkin
informasi sistem asuransi dan penjaminan usaha pertanian juga ada.
Terbangunnya jaringan kerja setiap pelaku agibisnis terutama petani kecil, swasta dan mungkin
pemerintah merupakan implikasi dari penataan sistem informasi pertanian yang mudah dan murah
diakses. Dengan sistem informasi ini program antar lembaga baik swasta maupun pemerintah dapat
dengan mudah dilakukan. Selain itu koordinasi antar departemen dalam pemerintah juga mudah
dilakukan. Dengan data yang akurat dan up-to date, maka kesimpang siuran landasan perencanaan
baik pemerintah maupun swasta pelaku agribisnis sering kali terhambat. Kemudian sinkronisasi kerja
setiap elemen masyarakat bersama pemerintah dalam mengembangkan pertanian dapat dilakukan.
2.4.7.1. Pengembangan Sistem Agribisnis Hulu
Program pengembangan pertanian dimaksudkan untuk mengoperasionalkan pembangunan
sistem dan usaha-usaha agribisnis, yang mengarahkan agar seluruh sub-sistem agribisnis dapat
secara produktif dan efisien menghasilkan berbagai produk pertanian yang memiliki nilai tambah dan
daya saing yang tinggi, baik di pasar domestik maupun di pasar internasional.
Pengembangan sub-sistem pertanian hulu dilakukan melalui dua kegiatan utama yaitu :
a.Mengembangkan sarana dan prasarana penunjang, yang didalamnya mencakup sarana irigasi,
jalan usaha tani dan distribusi input usaha tani terutama benih, pupuk dan alsintan.
b.Mengembangkan industri benih
Pengembangan sub-sistem pertanian hulu sangat krusial karena permasalahan yang dihadapi
selama ini banyak diakibatkan lemahnya prasarana dan sarana dalam pengembangan sistem
agribisnis dan perusahaan pertanian perdesaan.
Pengalaman terdahulu pemisahan antar sub-sistem dalam agribisnis selalu menjadikan petani
kecil tidak mendapatkan keuntungan yang layak pada setiap usaha taninya. Apabila bukan karena
input produksi yang mahal dan tidak sebanding dengan hasil panen, maka kecilnya keuntungan
petani biasanya disebabkan oleh kerusakan tanaman akibat hama dan penyakit serta kekeringan.
Kebijakan pada berbagai input pertanian terutama pupuk dan pestisida perlu dilakukan untuk
mengatasi kondisi tersebut. Oleh karena itu kedepan mengintegrasikan antar sub-sistem hulu perlu
dilakukan. Selain itu dorongan untuk memperkecil input produksi (low eksternal input) dengan
memaksimalkan penggunaan bahan organik dan bahan lain yang ramah lingkungan perlu semakin
digalakkan. Inovasi teknologi ini sangat perlu guna menunjang perbaikan usaha tani.

2.4.7.2. Pengembangan Sistem Agribisnis Usaha Tani


Perbaikan budidaya pada dasarnya merupakan usaha untuk meningkatkan produksi
pertanian yang berkualitas dan berdaya saing. Oleh karena itu pengembangan suatu komoditas

2 - 19
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal

pertanian harus mempertimbangkan permintaan pasar, berkonsentrasi pada produk unggulan yang
berdaya saing tinggi, mampu memenuhi fungsi sebagi komoditas ekonomi dan sosial, mampu
memaksimalkan sumberdaya alam terutama lahan, berwawasan lingkungan serta mempunyai
keterkaitan yang erat dengan sektor lain baik backward linkage dan forward linkage.
Pengembangan sub-sistem budidaya (on-farm) dilakukan melalui empat kegiatan utama, yaitu:
1.Meningkatkan produktivitas komoditas pertanian.
2.Meningkatkan mutu produk.
3.Meningkatkan efisiensi produksi dan
4.Mendorong pengembangan komoditi sesuai potensi wilayah.
Sasaran yang ingin dicapai terutama adalah meningkatkan produksi dalam upaya memenuhi
kebutuhan konsumsi dalam negeri daan bahan baku industri, meningkatnya ekspor, meningkatnya
mutu sesuai permintaan pasar dan mengembangkan sentra-sentra komoditi unggulan.
Upaya efisiensi usahatani tanaman pangan dilakukan melalui intensifikasi usaha tani pada daerah
belum intensif, rasionalisasi penggunaan input bagi daerah yang mengalami kecenderungan
penggunaan sarana produksi berlebihan. Untuk itu perlu ditunjang oleh penyediaan sarana produksi
tepat jenis dan tepat waktu serta rekomendasi teknologii spesifikasi lokasi. Peningkatan mutu hasil
dilakukan melalui perbaikan teknologi panen, pasca panen dan pengolahan hasil.
Sasaran yang ingin dicapai adalah :
1.Meningkatkan produksi komoditi tanaman pangan antara 5 10% per tahun
2.Meningkatkan produktifitas rata-rata 3% per tahun.
3.Menurunnya kehilangan hasil panen rata-rata 3% per tahun.
4.Meningkatnya pendapatan petani antara 5-10% per tahun.
Dalam upaya memenuhi kebutuhan akan produk hortikultura dan aneka tanaman dalam
negeri maupun ekspor, diperlukan usaha peningkatan produksi hortikultura yang mengarah pada
peningkatan efisiensi usaha, mutu produk dan produktivitas melalui penguasaan ilmu pengetahuan
dan teknologi, pemanfaatan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia, serta peningkatan
partisipasi masyarakat dan swasta. Untuk peningkatan efisiensi usaha, mutu produk dan
produktivitas, maka pemanfaatan dan pengusahaan teknologi merupakan keharusan, agar produk
yang dihasilkan dapat bersaing di pasar domestik maupun internasional.pemenuhan pasar dalam
negeri maupun pasar luar negeri memerlukan jaminan kontinuitas suppai dalam jumlah dan mutu
sesuai selera konsumen, serta dengan harga yang bersaing. Oleh karena itu pendekatan yang
dilaksanakan dalam pengembangan hortikultura ialah pembangunan usaha tani/kebun berskala
komersial dengan mempertimbangkan skala ekonomi yang didukung oleh penyediaan bibit yang
berkualitas, serta sarana dan prasarana seperti pengairan, penyimpanan dan transportasi. Agar lebih

2 - 20
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal

berperan dalam pemulihan ekonomi maka dalam tahun 2001-2004 pengembangan hortikultura
diarahkan kepada komoditas yang memiliki keunggulan kompetitif di pasar ekspor. Untuk itu
perhatian lebih besar diarahkan kepada komoditas unggulan antara lain kentang, kubis, cabe merah,
manggis, rambutan, durian, salak pada kelompok buah-buahan, anggrek dan tanaman hias daun
pada tanaman hias serta komoditi jahe, kunyit dan lengkuas pada tanaman obat.
Sasaran yang ingin dicapai adalah :
1.Meningkatnya produksi komoditi buah-buahan, sayuran dan tanaman hias antara 5-10% per
tahun, dan aneka tanaman antara 2-5% per tahun.
2.Tercukupinya kebutuhan konsumsi dan bahan industri pengolahan hortikultura serta
meningkatnya volume ekspor.
3.Terbinanya mutu produk yang mempunyai daya saing di pasar dalam maupun luar negeri
4.Diperolehnya produk hortikultura yang bermutu tinggi dan aman konsumsi bagi masyarakat.
5.Terbentuknya pertanian hortikultura yang dapat mensejahterakan petani dan pelaku usaha.
6.Tersedianya produk hortikultura di wilayah berpenduduk miskin sebagai sumber pendapatan dan
peningkatan gizi masyarakat.
7.Terbinanya petani dalam mengadopsi teknologi dan kelembagaan usaha sehingga dapat menjadi
petani pengusaha yang berhasil.
Untuk mendukung sasaran tersebut maka kegiatan difokuskan pada :
1.Pembinaan produksi komoditas unggulan
2.Pewilayahan komoditas untuk pengembangan kawasan agribisnis.
3.Penumbuhan sentra produksi
4.Pemantapan sentra produksi dengan pembinaan penerapan teknologi maju.
5.Pengembangan sistem perbenihan nasional.
6.Penyediaan sarana dan pra sarana produksi
7.Perlindungan tanaman hortikultura
8.Pembinaan pengamanan hasil, mutu dan keselamatan produk
9.Pembinaan kelembagaan agribisnis.
Selama ini ekspor komoditi pertanian didominasi oleh komoditas perkebunan seperti kelapa sawit,
kopi, karet, teh dan lainnya. Akan tetapi kinerja komoditas perkebunan cenderung fluktuatif karena
sangat dipengaruhi oleh harga/pasar internasional.
Komoditi perkebunan mencakup tanaman perkebunan tahunan dan tanaman semusim.
Permasalahan yang dihadapi dalam perkembangan komoditi perkebunan antara lain produktifitas
tanaman yang belum optimal, kualitas produk belum memenuhi standar perdagangan, proses
diversifikasi (vertikal dan horisontal) belum memadai dan peran kelembagaan yang masih lemah.

2 - 21
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal

Upaya peningkatan produktivitas dilakukan melalui perbaikan teknik budidaya, peningkatan mutu
melalui pengembangan penerapan pasca panen dan pengolahan, pengembangan diversifikasi dan
pengembangan pemasaran produk perlu terus diupayakan dengan didukung oleh ketersediaan
sarana dan prasarana produksi dan teknologi siap pakai di tingkat pekebun.
Program penelitian dalam rangka mendapatkan klon dan varietas yang bermutu tinggi dan teknik
budidaya yang meningkatkan efisiensi usaha tani perlu digalakkan. Penerapan teknik bio teknologi
seperti kultur jaringan perlu dikembangkan. Mengingat bahwa kegiatan produksi perkebunan
sebagaian besar (80%) dilakukan oleh rakyat maka pengembangan kelembagaan petani dan
kemitraan usaha pertanian yang benar-benar bermanfaat bagi pekebun perlu mendapat perhatian.
Sasaran yang ingin dicapai adalah :
1.Meningkatkan PDB perkebunan dengan laju 3,7% pertahun.
2.Meningkatkan produktivitas hingga mencapai 70% dari produktivitas potensial.
3.Meningkatkan efisiensi usaha perkebunan.
4.Meningkatkan mutu hasil produk primer dan produk sekunder ke arah zero defect.
5.Meningkatnya penerimaan devisa ekspor komoditi primer dan mendorong peningkatan ekspor
komoditi produk hilir perkebunan
6.Meningkatnya penerapan tenaga kerja baru sebanyak
7.Tumbuh berkembangnya wilayah sentra ekonomi baru di sektor perkebunan dan industri jasa
seperti transportasi dan agrowisata
8.Meningkatnya pendapatan petani perkebunan sehingga mencapai US$ 1.500-2.000 per
KK/tahun, dan
9.Tumbuh dan terbinanya koperasi komoditi perkebunan baru yang mandiri dan profesional
Sub-sektor peternakan merupakan penyedia sumber pangan hewani berupa telur, daging
dan susu. Pengembangan peternakan mencakup ternak unggas dan ternak ruminansia. Upaya
produksi dengan pola tradisional dinilai tidak dapat mengimbangi senjang tersebut dan untuk itu
diperlukan terobosan pengembangannya.
Pada kelompok ternak ruminansia, usaha ternak sapi dan domba dan kambing sudah berada pada
usaha yang berorientasi bisnis, dengan demikian dalam pengembangan diarahkan kepada
peningkatan keuntungan. Pola pengembangan ternak tersebut dilakukan kombinasi antara
memaksimalkan pendayagunaan sumberdaya lokasi dan terobosan teknologi dalam penggunaan
bibit, nutrisi reproduksi, teknologi budidaya, veteriner dan pasca panen. Dalam usaha budidaya,
pengembangan inseminasi buatan perlu lebih digalakkan dan disempurnakan efisiensi dan efektifitas.

2 - 22
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal

Pengembangan peternakan juga perlu diarahkan dalam rangka pemanfaatan ketersediaan pakan,
limbah pertanian dan sebagai bagian dari sistem usaha pertanian terpadu. Sasaran yang ingin dicapai
adalah :
1.Meningkatkan pendapatan peternak hingga melampui UMR
2.Meningkatnya produksi daging, telur dan susu antara 3-6% pertahun dan meningkatnya
konsumsi daging, telur dan susu antara 2-3% pertahun.
3.Meningkatnya penyerapan tenaga kerja baru
4.Terwujudnya kelembagaan peternak yang mandiri dan mampu mengakses sendiri faktor produksi
dan pelayanannya
5.Tercapainya keseimbangan populasi, produksi dan daya dukung lingkungan

2.4.7.3. Pengembangan Sistem Agribisnis Hilir


Pengembangan sub-sistem agribisnis hilir dilakukan melalui tiga kegiatan utama yaitu :
1.Mendorong pengembangan usaha-usaha pengolahan
2.Penanganan kehilangan pasca panen
3.Mendorong industri penunjang agribisnis.
Sasaran yang ingin di capai terutama adalah meningkatkan nilai tambah, mengembangkan
usaha-usaha pengolahan hasil, megurangi kehilangan pasca panen dan mendorong berkembangnya
industri-industri penunjang pertanian.
Isu terkait dengan sub-sistem pengolahan hasil ini adalah peraturan perundangan untuk menjamin
kepastian berusaha, regulasi untuk memberikan pemihakan kepada UKM, kontinuitas bahan baku
termasuk mutu, teknologi pengolahan, barang modal, pasca panen dan pengembangan produk,
Kawasan Agroindustri Terpadu (KAT), kebijaksanaan makro, investasi dan perdagangan.
Pengembangan sub-sistem pemasaran dilakukan melalui dua kegiatan utama yaitu :
1. Mendorong pengembangan pasar domestik dan ekspor
2. Mengembangkan sistem distribusi komoditas pertanian
3. Sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatnya efisiensi pemasaran, meningkatnya posisi
tawar petani, berkembangnya sistem distribusi termasuk pangan dan berkembangnya
kelembagaan pemasaran di pedesaan.
4. Isu terkait dengan sub-sistem pertanian pemasaran adalah peraturan perundangan untuk
menjamin kepastian berusaha, regulasi dan deregulasi dalam pemasaran dan perdagangan
untuk memberikan pemihakan kepada UKM, infrastruktur pemasaran pedesaan, transportasi,
kebijaksanaan makro dan perdagangan.

2 - 23
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal

2.5 PENGEMBANGAN PENGELOLAAN KAWASAN AGROPOLITAN


Program Pengembangan Kawasan Agropolitan adalah pembangunan ekonomi berbasis
pertanian di Kawasan Agribisnis, yang dirancang dan dilaksanakan dengan jalan mensinergikan
berbagai potensi yang ada untuk mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang
berdaya saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi, yang digerakkan oleh
masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah.
Berdaya saing dicirikan antara lain: berorientasi pasar, meningkatkan pangsa pasar baik nasional
maupun internasional, meningkatkan produktivitas dan nilai tambah, melalui:
1)Pemanfaatan modal (capital driven)
2)Pemanfaatan inovasi teknologi
Kreativitas sumberdaya manusia (skill driven), dan bukan lagi mengandalkan kelimpahan
sumberdaya alam dan tenaga kerja tidak terdidik.
Berkerakyatan dicirikan antara lain dengan mendayagunakan sumberdaya yang dimiliki oleh rakyat
banyak, menjadikan rakyat banyak sebagai pelaku utama pembangunan agribisnis dan
menumbuhkembangkan organisasi ekonomi dan jaringannya menjadi milik rakyat banyak, sehingga
nilai tambah yang tercipta dinikmatai secara nyata oleh rakyat banyak.
Berkelanjutan dicirikan antara lain: memiliki kemampuan merespon perubahan pasar yang cepat dan
efisien, berorientasi kepentingan jangka panjang, mengadopsi inovasi teknologi yang terus-menerus,
menggunakan teknologi ramah lingkungan dan mengupayakan pelestarian sumberdaya alam dan
lingkungan hidup.
Terdesentralisasi dicirikan antara lain: berbasis pada pendayagunaan keragaman sumberdaya lokal,
berkembangnya kreativitas pelaku ekonomi lokal, dan memampukan Pemerintah Daerah sebagai
fasilitator pembangunan (pendamping dan pemberdaya masyarakat).

9.2.4 Pihak yang Berperan dan Organisasi Pembinaan dalam Pengembangan Kawasan
Agropolitan
1) Pihak yang berperan dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan
Ada 4 (empat) unsur kelompok sasaran (stake holder) yang berperan dalam pengembangan kawasan
Agropolitan, yaitu:
a. Unsur Masyarakat (terutama Petani)
Merupakan unsur utama atau unsur penggerak yang harus berprakarsa secara mandiri dan
kreatif untuk mencari langkah-langkah yang harus dilakukan, supaya selain usaha budidaya
pertanian yang telah turun-temurun biasa mereka lakukan dapat juga menciptakan dan

2 - 24
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal

menumbuhkembangkan usaha-usaha baru off-ram, seperti penyediaan sarana produksi


(agroinput), pengolahan hasil pertanian (processing), pemasaran (marketing) atau penyedia
jasa keuangan.
b. Unsur Birokrat
Para birokrat harus mampu mereposisikan dirinya dari semula sebagai eksekutor
pembangunan (pelaksana) menjadi sebagai fasilitator pembangunan (pendamping dan
pemberdaya masyarakat), yang dalam setiap kegiatannya selalu berpihak kepada masyarakat
yang lemah dan tidak berdaya, sehingga tumbuh sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu
pada mekanisme pasar yang berkeadilan.
c. Unsur Pengusaha
Para pengusaha di perdesaan harus mampu memposisikan dirinya sebagai mitra usaha
ekonomi kerakyatan di perdesaan, sehingga semua pihak dapat menjalankan usahanya
engan keuntungan yang wajar, tanpa merugikan pihak manapun (berkeadilan).
d. Unsur Pendukung
Unsur pendukung terdiri dari:
Para cerdik pandai, pemuka masyarakat
Pemuka adat, pemuka agama
Universitas, pesantren
LSM, perorangan dan lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan yang peduli terhadap
upaya pemberdayaan ekonomi kerakyatan.
Unsur pendukung ini harus berperan sebagai pemberi dorongan dan stimulasi, supaya keempat
unsur stake holder ini dapat bekerjasama dalam suasana kesetaraan dan kesejajaran serta bersinergi
melalui bidangnya masing-masing.
2) Organisasi Pembina dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan
Program pengembangan kawasan Agropolitan adalah untuk mensinergikan berbagai potensi
yang ada (program masyarakat dan pemerintah) untuk mengembangkan sistem dan usaha agribisnis,
maka disarankan dibentuk Organisasi Pengembangan Kawasan Agropolitan, yaitu:
Di tingkat Kabupaten/Kota, Propinsi dan Nasional dibentuk Kelompok Kerja (POKJA), yang
anggotanya terdiri dari stake holder.
Di kawasan Agropolitan terdapat: Koordinator Lapangan dan Pemandu, bekerja dalam
bentuk 1 (satu) Tim yang unsurnya minimal terdiri dari: Penyuluh/petugas,
Kontaktani/Petani Maju, dan Tokoh Masyarakat.

2 - 25
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal

Sesuai dengan UU No. 22 tahun 1999, Penanggungjawab Program Pengembangan Kawasan


Agropolitan di Kabupaten/Kota adalah Bupati/Walikota. Gubernur dan Menteri berkewajiban
membantu Bupati/Walikota dalam mengembangkan Program Kawasan Agropolitan.
Tugas dan fungsi dari POKJA baik di Kabupaten/Kota, Propinsi, dan Nasional adalah sebagai berikut:
a. Merumuskan Program Pengembangan Kawasan Agropolitan.
b. Mempersiapkan dan melaksanakan sosialisasi untuk pengembangan kawasan Agropolitan
baik di tingkat Pusat atau Propinsi atau Kabupaten/Kota.
c. Melakukan koordinasi dan sinkronisasi baik perencanaan, pelatihan maupun dalam
pelaksanaan pengembangan kawasan Agropolitan.
d. Memberikan pelayanan informasi kepada instansi tersebut untuk ditindaklanjuti.
e. Membantu memecahkan masalah.
Untuk membantu kelancaran tugas POKJA, diberbagai tingkat terdapat Sekretariat POKJA yang
bertindak sebagai Pos Simpul Koordinasi (POSKO). Posko ini merupakan Dapur Pengolah data dan
informasi yang berfungsi:
a. Menyiapkan dan melaksanakan pengolahan data dan informasi
b. Membantu menyiapkan pedoman/petunjuk dan bahan informasi
c. Membantu dalam melakukan koordinasi, sinkronisasi baik perencanaan, sosialisasi,
pelatihan, pelaksanaan maupun pengawasan.
d. Menyampaikan informasi kepada instansi yang berkepentingan untuk ditindaklanjuti.
e. Membuat laporan berkala.

K a w a s a n A g ro p o lita n

K o o r d in a to r L a p a n g a n

P O K JA Pem andu Lapangan


K a b /k o ta
PO SK O

H u b u n g a n L in i
P O K JA P ro v in s i
PO SK O F a s ilita s i d a n K e r ja s a m a

Posko = P o s S im p u l K o o r d in a s i
P O K JA P u sa t S e k r e ta r is P o k ja
PO SK O
2 - 26
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal

Sumber: Pedoman Operasional Pengembangan Kawasan Agropolitan

Gambar 2.5
Bagan Organisasi Pendampingan

9.2.5 Pendekatan Pengembangan Kawasan Agropolitan


9.2.5.1 Pendekatan Kelembagaan
Kelembagaan merupakan suatu alat penunjang pengembangan, pembinaan, pendampingan
dan pembiayaan yang diperlukan untuk pengembangan agropolitan. Dalam rangka membangun
kelembagaan sebagai sub sistem penunjang agribisnis, maka di Kawasan Agropolitan perlu didorong,
dibutuhkan lembaga swadaya masyarakat, sehingga fasilitas umum dapat dibangun berdasarkan
kemampuan anggaran belanja daerah ditambah dengan swadaya masyarakat. Perlu dikemukakan
bahwa partisipasi aktif LSM dalam pemeliharaan fasilitas serta pemanfaatan fasilitas sangat penting
dalam mewujudkan konsep pembangunan partisipatif (bottum up). Lembaga swadaya masyarakat
tersebut dapat berbentuk kelompok tani, kelompok usaha bersama, koperasi, asosiasi petani
komoditas, himpunan kerukunan tani.

KOPERASI
APARAT

LSM BANK

TA R G E T PASA R
G RO UP KSP

PERS B IS N IS

PERG URUAN
K O N S U LTA N T IN G G I

Gambar 2.6
Pendekatan Kelembagaan

9.2.5.2 Pendekatan Kemitraan


Merupakan suatu pendekatan untuk mengembangkan pelaku-pelaku atau stake holder yang
berkaitan dengan agribisnis.
Pendekatan kemitraan merupakan suatu pendekatan untuk mengembangkan pelaku-pelaku atau
stake holder yang berkaitan dengan agribisnis. Kemitraan dalam pengembangan agropolitan akan
berkaitan dengan pihak-pihak yang terkait, antara lain: swasta, masyarakat maupun pemerintah

2 - 27
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal

sendiri. Bentuk kegiatan kemitraan dapat dikembangkan melalui pola Bapak Angkat, PIR (Perekbunan
Inti Rakat), Kontrak Farming, PHBM (Pengelolaan utan Bersama Masyarakat), perusahaan penghela,
dan lain sebagainya. Namun demikian kemitraan di KAP perlu advokasi dari Intitusi Intermediate
seperti asosiasi komoditas, KADIN, HKTI yang mengendalikan deadline bisnis dengan suatu bentuk
kesepakatan kemitraan yang lebih berpihak kepada petani
K E T E R K A IT A N A N T A R A S E S A M A P E L A K U
A G R IB IS N IS M E L A L U I P O L A K E M IT R A A N

P E TA N I
P O K TA N

KE
AN

M I
RA

TR
LPSM
T
MI

AA
(L e m b a g a P e m g e m b a n g a n S w a d a y a M a s y a ra k a t)
KE

N
N KE
AA M I
M IT R TR
AA
KE N

BUM N /
S W A S TA
BUM D K E M IT R A A N

Gambar 2.7
pendekatan kemitraan

9.2.5.3 Pendekatan Sosio-Politis


Pendekatan sosio-politis merupakan suatu pendekatan untuk mengembangkan pembagian
kekuasaan stake holder yang berkaitan dengan agribisnis. Keterwakilan terhadap ketentingan
masingmasing pihak yang terkait sangat menentukan keberhasilan pengembangan kawasan
agropolitan karena dapat menciptakan kestabilan dalam kehidupan sosial. Oleh karena itu struktur
kekuasaan yang tidak stabil supaya dikembangkan kearah struktural kehidupan sosial yang lebih
stabil.

2 - 28
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal

S tr u k t u r y a n g K e k u a s a a n B e r p o te n s i T id a k S t a b il, S tr u k tu r y a n g K e k u a s a a n B e r p o te n s i S ta b il
d a r i P e n g a la m a n M a s a L a lu

KEKU ASAAN

KEKU ASAAN
H A K -H A K
P E R W A K IL A N

H A K -H A K
K E P E N T IN G A N P E R W A K IL A N

K E P E N T IN G A N

Gambar 2.8
Perubahan Struktur Pembagian Kekuasaan Untuk Mencapai Stabilitas Sosial Politik Yang
Mendukung Kestabilan Pembangunan Ekonomi

9.2.5.4 Pendekatan Sustainable


Pendekatan sustainable merupakan pengintegrasian elemen tujuan ekonomi, ekosistem dan
sosial secara siklus ganda.
T U JU A N E K O N O M I
P e r t u m b u h a n B e r k e la n j u t a n
E fis ie n s i K a p ita l

D is t r ib u s i P e n d a p a t a n E v a lu a s i D a m p a k L in g k u n g a n
K e s e m p a ta n K e rja P e n il a ia n S u m b e r d a y a
B a n t u a n K e p a d a K e l. S a s a r a n I n te r n a lis a s i

T U J U A N S O S IA L T U J U A N E K O S IS T E M
P a r t is ip a s i
P e n g e n ta s a n K e m is k in a n K o n s u lt a s i P e n g e lo la a n S u m b e r d a y a A la m
d a n P e m e ra ta a n
P lu r a l is m e

Gambar 2.9
Unsur-Unsur Pembangunan Ekonomi Perdesaan Berkelanjutan

9.2.6 Indikator Keberhasilan Pengembangan Kawasan Agropolitan


Untuk mengukur keberhasilan Program Pengembangan Kawasan Agropolitan perlu ditetapkan
indikator keberhasilan yang ditetapkan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, mulai dari tujuan
jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.

2 - 29
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal

Indikator keberhasilan yang diukur meliputi antara lain:


1. Peningkatan pendapatan dan daya beli masyarakat
2. Peningkatan dalam aspek:
Kesehatan
Rohani
Pendidikan
Keluarga berencana
Hukum
Lingkungan hidup
3. Peningkatan kesempatan kerja
4. Peningkatan peranserta masyarakat dalam pembangunan
5. Peningkatan sarana dan prasarana umum dan sosial:
Transportasi Lembaga keungan
Telekomunikasi Lembaga pendidikan
Jaringan jalan Lembaga kesehatan
Air bersih Lembaga kerohanian
Listrik Lembaga pasar

2.6 TEORI LOKASI


Teori lokasi adalah suatu teori yang dikembangkan untuk melihat dan memperhitungkan pola
lokasional kegiatan ekonomi termasuk industri dengan cara yang konsisten dan logis, dan untuk
melihat dan memperhitungkan bagaimana daerah-daerah kegiatan ekonomi itu saling berhubungan
(interrelated).

9.2.7 Ketergantungan Lokasi


Teori lokasi biaya rendah yang dikembangkan oleh Weber berasumsikan bahwa permintaan
adalah konstan dan tidak dipengaruhi oleh perusahaan yang berdekatan. Dengan demikian, secara
implisit teori ini juga mengasumsikan persaingan bebas tanpa ada kemungkinan timbulnya kekuatan
monopoli yang ditawarkan oleh lokasi perusahaan lain. Namun demikian lokasi biaya minimum perlu
menjamin keuntungan maksimum. Keuntungan dapat saja meningkat bila lokasi perusahaan yang
bersangkutan pindah ke daerah konsentrasi permintaan sekalipun biaya bertambah. Gejala ini
disebabkan oleh penjualan yang meningkat per satuan produk lebih rendah.
Perusahaan yang berdiri sendiri di suatu daerah, dalam batas tertentu, tidak perlu
memperhatikan kebijaksanaan perusahaan lain. Ia bebas menentukan kebijakaannya dalam bidang
harga, kualitas, maupun atribut lain dalam produknya. Tak demikian halnya bila ia berlokasi tak

2 - 30
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal

berjauhan dengan perusahaan lain dan mempunyai daerah pasar diperebutkan dengan perusahaan
itu. Dalam hal ini kebijaksanaan yang diambil dipengaruhi oleh perusahaan lain atau sebaliknya.
Beberapa unsur ketergantungan lokasi telah dikemukakan dalam teori Palander dan Hoover.
Teori ketergantungan lokasi berpangkal tolak dari kesamaan biaya bagi semua perusahaan dan
menjual produknya di pasar yang tesebar secara sepasial.
Teori biaya minimum dan ketergantungan lokasi (Theory Least Cost and Place
Interdependence) dikemukakan oleh Melvin Greenhut pada tahun 1956 dalam bukunya Plant
Location in Theory and in Practice dan Microeconomics and The Space Economy. Greenhut berusaha
menyatukan teori lokasi biaya minimum dengan teori ketergantungan lokasi yang mana dalam teori
tersebut mencakup unsur-unsur sebagai berikut:
a. Biaya lokasi yang meliputi biaya angkutan, tenaga dan pengelolaan
b. Faktor lokasi yang berhubungan dengan permintaan, yaitu ketergantungan lokasi dan usaha
untuk menguasai pasar.
c. Faktor yang menurunkan biaya.
d. Faktor yang meningkatkan pendapatan.
e. Faktor pribadi yang berpengaruh terhadap penurunan biaya dan peningkatan pendapatan.
f. Pertimbangan pribadi.

9.2.8 Teori Lokasi Menurut Von Thunen Dan Wlater Christaller


9.2.8.1 Teori Lokasi Von Thunen
Johan Heinrich Von Thunen (1783-1850) adalah seorang warga negara Jerman uang
merupakan ahli ekonomi pertanian yang mengeluarkan teorinya dalam buku Der Isolirte Staat. Von
Thunen mengembangkan teori ini berdasarkan pengamatan di sekitar tempat tinggalnya.
Menurutnya pertanian merupakan komoditi yang cukup besar di perkotaan. Dalam teori ini ia
memperhatikan jarak tempuh antara daerah produksi dan pasar, pola tersebut termasuk variabel
keawetan, berat, dan harga dari berbagai komoditas pertanian. Ia menggambarkan bahwa jenis
penggunaan tanah yang ada di suatu daerah dipengaruhi perbedaan ongkos transportasi tiap
komoditas ke pasar terdekat.
Melalui teorinya, Von Thunen menciptakan bagaimana cara berfikir efektif yang didasarkan
atas penelitian dengan menambahkan unsur-unsur baru sehingga didapatkan hasil yang mendekati
konkret. Von Thunen berpendapat bahwa suatu pola produksi pertanian berhubungan dengan pola
tata guna lahan di wilayah sekitar pusat pasar atau kota. Ia mengeluarkan asumsi-asumsi sebagai
berikut
a. Terdapat suatu daerah terpencil yang terdiri atas daerah perkotaan dengan daerah
pedalamanya yang merupakan satu-satunya daerah pemasok kebutuhan pokok yang
merupakan komoditi pertanian (Isolated Stated).

2 - 31
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal

b. Daerah perkotaan hanya menjual kelebihan produksi daerah pedalaman, tidak menerima
penjualan hasil pertanian dari daerah lain (Single Market).
c. Daerah pedalaman hanya menjual kelebihan produksinya ke perkotaan, tidak ke daerah lain
(Single Destination).
d. Daerah pedalaman atau kota mempunyai ciri yang sama (homogen) dengan kondisi geografis
kota itu sendiri dan cocok untuk tanaman dan peternakan dataran menengah.
e. Daerah pedalaman dihuni oleh petani yang berusaha untuk memperoleh keuntungan
maksimum dan mampu untuk menyesuaikan hasil tanaman dan peternakannya dengan
permintaan yang terdapat di daerah perkotaan (Maximum Oriented).
f. Pada waktu itu hanya ada angkutan berupa gerobak yang dihela oleh kuda (One Moda
Transportation).
g. Biaya transportasi berbanding lurus dengan jarak yang ditempuh. Semua biaya transportasi
ditanggung oleh petani. Petani mengangkut semua hasil dalam bentuk segar. (Equidistant).
Dari asumsi diatas mendesak para petani berani menyewa lahan yang dekat pusat pasar atau
kota, sehingga keuntungan yang di peroleh dari hasil pertaniannya maksimal. Tentunya mereka juga
harus mengorbankan nominal yang cukup besar untuk menyewa lahan. Karena semakin dekat suatu
lahan dengan pusat pasar atau kota, semakin besar harga sewa lahannya.Teorinya Von Thunen
terbagi dalam dua teori. Intensity theory dan crop theory.
1. Teori Intensitas, di mana hanya ada satu pertaian yang tumbuh di suatu daerah yang
terisolasi. Ia berpendapat bahwa:

GAMBAR 2. 10
TEORI INTENSITY

Dapat dilihat pada gambaran di atas bahwa setiap daerah yang semakin jauh dengan posat
kota maka sewa/nilai lahannya akansemakin menurun. Hal ini karena adanya pengaruh tambahan
biaya transportasi yang diperlukan untuk menggangkut hasil pertanian ke pusat kota sehingga
menurunkan harga/nilai lahan yang semakin jauh dari pusat.
2. Teori crop, Teori ini menyatakan bahwa pettani harus melakukan inovasi pertanian yang
nantinya bertujuan untuk mengurangi biaya transportasi dan memaksimalkan keuntungan.
2 - 32
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal

Pada teori ini mulai dilakukan variasi pertanian dimana penggunaan lahan disesuaikan
dengan jenis tanaman yang ditanam. Semakin jauh dari pusat maka jenis tanaman akan
berubah sesuai dengan pertimbangan harga produksi.

GAMBAR 2. 11
TEORI CROP

Gambar di atas menujukkan zona penggunaan lahan oleh Von Thunen. P adalah pusat
kota/pasar. Ring 1 merupakan daerah pertanian intensif (susu dan sayur mayur), Ring kedua adalah
wilayah penghasil kayu bakar, Ring 3 adalah wilayah pertanian alternatif dengan jenis tanaman
seperti kentang, gandum, biji-bijian dll. Ring 4 merupakan daerah yang digunakan untuk tanaman
dengan rotasi tahunan 6-7 tahun dan ternak, kemudian Ring 5 untuk peternakan, gandum, dengan
satu tahun dari tiga tahun merupakan waktu tanpa tanaman/kering, Ring 6 untuk daerah tanaman
persediaan seperti tembakau, daging, mentega, minyak, dan untuk diluar Ring 6 merupakan hutan.
Dari ring-ring di atas maka akan diperoleh gambaran tentang pembagian lahan yang berdasarkan
pada kebutuhan yang paling pokok dan juga memperhatikan masa tanam yang nantinya akan
mempengaruhi biaya transportasi. Produksi dari ring pertama berada di dekat kota karena produknya
tidak tahan lama dan merupakan kebutuhan pokok, hal ini dapat di badingkan dengan Ring 7 /diluar
6 yang berupa hutan di mana produknya hanya dibutuhkan pada waktu-waktu tertentu.
Akan tetapi, kedua teori ini akan berlaku dengan asumsi-asumsi sebagai berikut:
Suatu daerah yang terisolasi berada di daerah yang datar dengan iklim dan jenis tanah yang
relatif homogen.
Daerah ini selanjutnya hanya terdiri dari satu pusat kota dan daerah pedalaman lainnya yang
memasok komoditi pertanian.
Hanya terdapat satu pasar bagi daerah pedalaman yaitu pada pusat kota, tidak ada tujuan
penjualan ke daerah lainnya. Kota juga tidak menerima penjulalan dari daerah lain, hanya
menjual kelebihan produksi dari daerah pedalaman.
Kota berada di tengah-tengah daerah

2 - 33
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal

Petani yang tinggal di daerah pedalaman berusaha untuk memperoleh keuntungan


maksimum dan mereka mampu untuk menyesuaikan hasil produksinya dengan permintaan
daerah perkotaan
Biaya transportasi berbanding lurus dengan jarak yang ditempuh dengan semua biaya
transportasi ditanggung oleh petani.
9.2.8.2 Teori Lokasi Wlater Christaller
Teori Christaller (1933) menjelaskan bagaimana susunan dari besaran kota, jumlah kota, dan
distribusinya di dalam satu wilayah. Menurut Christaller, pusat-pusat pelayanan cenderung tersebar
di dalam wilayah menurut pola berbentuk heksagon (segi enam). Keadaan seperti itu akan terlihat
dengan jelas di wilayah yang mempunyai dua syarat. Pertama, topografi yang seragam sehingga tidak
ada bagian wilayah yang mendapat pengaruh dari lereng dan pengaruh alam lain dalam hubungan
dengan jalur pengangkutan. Kedua, kehidupan ekonomi yang homogen dan tidak memungkinkan
adanya produksi primer, yang menghasilkan padi-padian, kayu atau batu bara.
Analisis keruangan adalah analisis lokasi yang menitik beratkan pada tiga unsur jarak
(distance), kaitan (interaction), dan gerakan (movement). Tujuan dari analisis keruangan adalah untuk
mengukur apakah kondisi yang ada sesuai dengan struktur keruangan dan menganalisa interaksi
antar unit keruangan yaitu hubungan antara ekonomi dan interaksi keruangan, aksebilitas antara
pusat dan perhentian suatu wilayah dan hambatan interaksi. Hal ini didasarkan olah adanya tempat-
tempat (kota) yang menjadi pusat kegiatan bagi tempat-tempat lain, serta adanya hirarki diantara
tempat-tempat tersebut.
Pada kenyataanya dalam suatu wilayah mempunyai keterkaitan fungsional antara satu pusat
dengan wilayah sekelilingnya dan adanya dukungan penduduk untuk keberadaan suatu fungsi
tertentu dimana barang mempunyai sifat goods order dan tidak setiap barang atau jasa ada di
tempat. Perkembangan tempat-tempat sentral tergantung konsumsi barang sentral yang dipengaruhi
faktor penduduk, permintaan dan penawaran serta harga, juga kondisi wilayah dan transportasi
seperti yang telah dikemukakan oleh Christaller dalam Central Place Theory.
Suatu wilayah memiliki ketergantungan pada wilayah lain. Pada setiap wilayah memiliki
kelebihan dibanding yang lain sehingga wilayah tersebut memiliki beberapa fasilitas yang mampu
melayani kebutuhan penduduk dalam radius yang lebih luas, sehingga penduduk akan mendatangi
wilayah tersebut untuk memenuhi kebutuhan mereka. Perbedaan tingkat kepemilikan sumberdaya
dan keterbatasan kemampuan wilayah dalam mendukung kebutuhan penduduk suatu wilayah
menyebabkan terjadinya pertukaran barang, tenaga kerja dan jasa antar wilayah (Morlok,1988). Agar
dapat tetap melangsungkan kehidupannya, manusia mempergunakan ruang tempat tinggal yang
disebut pemukiman yang terbentuk dari unsur-unsur working, opportunities, circulation, housing,
recreation, and other living facilities (Hari Sabari Yunus, 1987). Unsur circulation adalah jaringan

2 - 34
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal

transportasi dan komunikasi yang ada dalam pemukiman. Sistem transportasi dan komunikasi
meliputi sistem internal dan eksternal. Transportasi merupakan tolok ukur dalam interaksi keruangan
antar wilayah dan sangat penting peranannya dalam menunjang proses perkembangan siatu wilayah.
Christaller menjelaskan bahwa teori tempat pusat merupakan suatu tempat yang
menyediakan barang dan jasa bagi daerah itu sendiri dan daerah orang lain. Christaller mengatakan
beberapa asumsi dalam penysunan teori tersebut, seperti :
1. Konsumen yang menanggung ongkos angkutan.
2. Jangkauan suatu barang ditentukan oleh jarak yang dinyatakan dalam biaya dan waktu.
3. Konsumen memilih tempat pusat yang paling dekat.
4. Kota-kota berfungsi sebagai central place bagi wilayah sekitarnya.
5. Wilayah tersebut sebagai dataran yang rata, ciri ekonomis sama, dan penduduk tersebar
secara merata.

9.2.9 Pengaruh Teori Lokasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi


Dewasa ini, perkembangan sektor industri di Indonesia menyebabkan terjadinya percepatan
munculnya bangunan industri, penambahan devisa negara, serta mengurangi jumlah pengangguran.
Namun hal tersebut jika tidak diimbangi dengan kebijakan-kebijakan yang kuat, analisa lokasi
khususnya lokasi industri yang tepat, maka keberadaan kawasan industri disamping memberikan
dampak positif juga akan mempengaruhi potensi, kondisi, dan mutu sumber daya alam dan
lingkungan sekitar (Anonim, 1993). Keberadaan sektor industri tersebut tidak terlepas dari pemilihan
lokasi yang didasarkan pada teori lokasi yang telah berkembang mulai dari teori klasik, neo-klasik,
sampai dengan teori lokasi modern.
Berikut pemaparan dari beberapa ahli tentang Teori Pusat Pertumbuhan:
1. Teori pusat pertumbuhan dikemukakan oleh Boudeville. Menurut Boudeville (ahli ekonomi
Prancis), pusat pertumbuhan adalah sekumpulan fenomena geografis dari semua kegiatan
yang ada di permukaan Bumi. Suatu kota atau wilayah kota yang mempunyai industri
populasi yang kompleks, dapat dikatakan sebagai pusat pertumbuhan. Industri populasi
merupakan industri yang mempunyai pengaruh yang besar (baik langsung maupun tidak
langsung) terhadap kegiatan lainnya.
2. Teori tempat sentral dikemukakan oleh Walter Christaller (1933), seorang ahli geografi dari
Jerman. Teori ini didasarkan pada lokasi dan pola persebaran permukiman dalam ruang.
Dalam suatu ruang kadang ditemukan persebaran pola permukiman desa dan kota yang
berbeda ukuran luasnya. Teori pusat pertumbuhan dari Christaller ini diperkuat oleh
pendapat August Losch (1945) seorang ahli ekonomi Jerman.
Keduanya berkesimpulan, bahwa cara yang baik untuk menyediakan pelayanan berdasarkan
aspek keruangan dengan menempatkan aktivitas yang dimaksud pada hirarki permukiman yang

2 - 35
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal

luasnya meningkat dan lokasinya ada pada simpul-simpul jaringan heksagonal. Lokasi ini terdapat
pada tempat sentral yang memungkinkan partisipasi manusia dengan jumlah maksimum, baik
mereka yang terlibat dalam aktivitas pelayanan maupun yang menjadi konsumen dari barang-barang
yang dihasilkannya.
Tempat-tempat tersebut diasumsikan sebagai titik simpul dari suatu bentuk geometrik
berdiagonal yang memiliki pengaruh terhadap daerah di sekitarnya. Hubungan antara suatu tempat
sentral dengan tempat sentral yang lain di sekitarnya membentuk jaringan yang disebut sarang
lebah. Menurut Walter Christaller, suatu tempat sentral mempunyai batas-batas pengaruh yang
melingkar dan komplementer terhadap tempat sentral tersebut. Daerah atau wilayah yang
komplementer ini adalah daerah yang dilayani oleh tempat sentral. Lingkaran batas yang ada pada
kawasan pengaruh tempat-tempat sentral itu disebut batas ambang (threshold level).
Berdasarkan penjelasan mengenai teori lokasi industri dan teori pusat pertumbuhan dapat
kita simpulkan bahwa keduanya memiliki peranan terhadap pertumbuhan ekonomi. Dimana
penempatan lokasi industri yang tepat dapat memberikan banyak jalan, diantaranya industri yang
didirikan dilokasi yang tepat, mampu menyerap tenaga kerja yang ada disekitar lokasi industri
khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Selain itu daerah yang menjadi lokasi industri secara
otomatis akan mengalami kenaikan pendapatan daerah. Sehingga memungkinkan perekonomian
didaerah lokasi industri mengalami peningkatan.

2 - 36

Anda mungkin juga menyukai