2-1
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal
berdaya saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi, yang digerakkan oleh
masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah.
Batasan suatu Kawasan Agropolitan tidak ditentukan oleh batasan administratif pemerintah
(Desa/Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten, dan sebagainya) tetapi lebih ditentukan dengan
memperhatikan economic of scale dan economic of scope. Karena itu, penetapan Kawasan
Agropolitan hendaknya dirancang secara lokal dengan memperhatikan realitas perkembangan
agribisnis yang ada di setiap daerah. dengan demikian bentuk dan luasan kawasan agropolitan, dapat
meliputi saatu wilayah Desa/Kelurahan atau Kecamatan atau beberapa kecamatan dalam
Kabupaten/Kota atau dapat juga meliputi wilayah yang dapat menembus batas wilayah administratif
Kabuapten/Kota lain yang berbatasan. Kotanya dapat berupa Kota Desa atau Kota Nagari atau Kota
Kecamatan atau Kota Kecil atau Kota Menengah. Abstraksi kawasan agropolitan tersebut dapat
digambarkan secara skemati pada gambar beikut ini:
Gambar 2.1
Kawasan Agropolitan
Kawasan Agropolitan terdiri dari Kota Pertanian dan Desa-desa sentra produksi pertanian yang
ada di sekitarnya di mana Kawasan Pertanian tersebut memiliki fasilitas seperti layaknya di
perkotaan. Fasilitas tersebut antara lain:
o Jaringan Jalan o Transportasi
2-2
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal
2-3
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal
pasaar lelang, terminal/sub terminal agribisnis, dll) dan juga kegiatan penunjangnya (seperti
pasar hasil, agrowisata).
b. Memiliki berbagai sarana dan prasarana agribisnis yang memadai utnuk mendukung
pengembangan sistem dan usaha agribisnis, yaitu:
1). Pasar, baik pasar untuk hasil-hasil pertanian, pasar sarana pertanian, alat dan mesin
pertanian, maupun pasar jasa pelayanan termasuk pasaar lelang, gudang tempat
penyimpanan dan prosessing hasil pertanian sebelum dipasarkan.
2). Lembaga keuangan (perbankan dan non perbankan) sebagai sumber modal utnuk kegiatan
agribisnis.
3). Memiliki kelembagaan petani (kelompok, koperasi, asosiasi) yang dinamis dan terbuka
pada inovasi baru, yang harus berfungsi pula sebagai Sentra Pembelajaran (pelatihan), juga
diharapkan kelembagaan petani/petani maju dengan petani di sekitarnya merupakan Inti-
Plasma dalam usaha agribisnis.
4). Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) yang berfungsi sebagai Klinik Konsultasi Agribsinis (KKA)
yakni sebagai sumber informasi agribisnis, tempat percontohan usaha agribisnis, dan pusat
pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan usaha agribisnis yang lebih efisien dan
menguntungkan. Dalam pengembangan kawasan agropolitan ini, BPP perlu diarahkan
menjadi Balai Penyuluhan Pembangunan terpadu dimana BPP ini merupakan basis
penyuluhan bagi para penyuluh dan petugas yang terkait dengan pembangunan kawasan
agropolitan dan penyuluh swakarsa seperti Kontaktani/Petani maju, tokoh masyarakat, dan
lain-lain.
5). Percobaan/pengkajian teknologi agribisnis untuk mengembangkan teknologi tepat guna
yang cocok untuk daerah kawasan agropolitan.
6). Jaringan jalan yang memadai dan aksesibilitas dengan daerah lainnya serta sarana irigasi,
yang kesemuanya untuk mendukung usaha pertanian (agribisnis) yang efisien.
a. Memiliki sarana dan prasarana umum yang memadai, seperti transportasi, jaringan
listrik, telekomunikasi, air bersih dan lain-lain.
b. Memiliki sarana dan prasarana kesejahteraan sosial/masyarakat yang memadai seperti
kesehatan, pendidikan, kesehatan, rekreasi, perpustakaan, swalayan dan lain-lain.
c. Kelestarian lingkungan hidup baik kelestarian sumberdaya alam, kelestarian sosial
budaya maupun keharmonisan hubungan kota dan desa terjamin.
2-4
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal
2-5
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal
dengan pengembangan sistem dan usaha agribisnis yang efisien dan menguntungkan serta
berwawasan lingkungan.
b. Penguatan kelembagaan petani
c. Pengembangan kelembagaan sistem agribisnis (penyedia agroinput, pengolahan hasil,
pemasaran dan penyediaan jasa)
d. Pengembangan Kelembagaan Penyuluhan Pembangunan Terpadu
e. Pengembangan iklim yang kondusif bagi usaha dan investasi.
f. Peningkatan sarana-prasarana meliputi: jaringan jalan termasuk jalan usahatani (farm road),
irigasi, pasar, air bersih, pemanfaatan air limbah, dan sampah.
g. Peningkatan sarana prasarana kesejahteraan sosial meliputi: pendidikan, kesehatan,
kebudayaan dan sarana prasarana umum lainnya seperti listrik, telekomunikasi dan lain
sebagainya.
Sumber: Pedoman Praktis Pelaksanaan Identifikasi Lokasi. Direktorat Bina Teknik Dirjen Cipta Karya DPU, 1996
Gambar 2.2
Skema Desa Pusat Pertumbuhan sebagai Alternatif Bentuk Agropolitan
2-6
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal
O R IE N T A S I
A G R O IN D U S T R I
( O ff fa r m )
A G R IB IS N IS I
(O n fa rm )
A G R IB IS N I S I S a ra n a P ra s a ra n a
P e n u n ja n g (O ff fa r m )
(O n fa rm )
A G R IB IS N IS I
(O n fa rm )
I n t e g r ita s K a w a s a n H in te r la n d
( D e lin ia s i y g B e r s if a t P e r m e a b le )
Gambar 2.3
Pendekatan Teori Lokasi
2-7
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal
2-8
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal
rinci penjelasan unsur indikator strategis dalam rangka menuju kawasan Agropolitan dapat dilihat
dalam gambar dan tabel berikut ini.
Gambar 2.4
Strata Kawasan Agropolitan
Tabel II.1
Pedoman Indikator Penetapan Kawasan Agropolitan
Pra Kawasan Pra Kawasan Kawasan
No. Indikator Agropolitan I Agropolitan II Agropolitan
(KSP) (Kota Tani) (Kota Tani Utama)
1. Komoditi Unggulan
A. Satu jenis komoditi
A B C
B. Lebih dari 1 jenis komoditi
C. Komoditi unggulan & produk olahannya
2. Kelembagaan Pasar
A. Menampung hasil dari sebagian kecil
kawasan
B. Menampung hasil dari sebagian besar A B C
kawasan
C. Menampung hasil dari kawasan
Agropolitan dan luar kawasan
3. Kelembagaan petani
A. Berperan dalam penyediaan sarana
pertanian dan sebagian kecil dalam
pengolahan dan pemasaran
B. Berperan dalam penyediaan sarana A B C
pertanian, pengolahan, dan pemasaran
C. Berperan dalam penyediaan sarana
pertanian, pengolahan, dan pemasaran
kebutuhan masyarakat
4. Kelembagaan BPP
A. BPP sebagai Balai Penyuluhan Pertanian
B. BPP sebagai Balai Penyuluhan Agribisnis A B C
C. BPP sebagai Balai Penyuluhan
Pembangunan
5. Sarana dan Prasarana
5.1 Aksesibilitas ke/di sentra produksi
A. Sedang A B C
B. Cukup
C. Baik
5.2 Prasarana dan sarana umum A B C
2-9
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal
Tabel II.2
Penentuan Kebutuhan Sarana Dan Prasarana Penunjang Kawasan Agropolitan
JENIS KAWASAN SENTRA
KOTA TANI UTAMA KOTA TANI
NO PRASARANA DAN PRODUKSI
(KTU) (KT)
SARANA (KSP)
JENIS SARANA
1 Pasar Komoditas Pasar Grosir dan Ruko Pasar Kecamatan untuk Pasar Komoditas Sejenis
komoditas unggulan (Pengumpul)
dan Ruko
2 Industri Industri Industri Home Industri (Industri
Besar/Menengah Menengah/UKM/Agro Kecil/Agroindustri Kecil
Industri Menengah
3 Kelembagaan Lembaga pembiayaan Koperasi Sekunder Koperasi Primer
Pembiayaan mikro atau BPR
4 Bank BRI BRI -
5 Sarana Balai Informasi dan Balai Informasi dan Penyuluh Pertanian
Pendidikan/ Penyuluhan/ Penyuluhan Lapangan Komoditas
Latihan/Informasi Pendidikan/Latihan/ Unggulan
/ Penelitian/Konsultasi
Konsultasi
6 Pasar Saprotan Agen/Distributor Toko/Koperasi -
(Sarana Produksi
Pertanian)
7 Sarana Pendukung Gudang Gudang -
8 Kelembagaan Koperasi/Paguyuban Koperasi/Paguyuban/ Koperasi/
Petani Asosiasi Paguyuban/Asosiasi
JENIS PRASARANA
1 Transportasi (jalan Jalan sebagai Akses Jalan sebagai Akses Jalan sebagai Akses ke lahan
2 - 10
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal
2 - 11
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal
Pembangunan pertanian selama ini selalu dilakukan parsial dan tidak terintegrasi hingga
kadangkala pelaku pertanian terutama petani tidak dapat mengambil keuntungan yang maksimal
dari usaha taninya. Hal ini terkait dengan struktur pasar baik hasil maupun input produksi juga
informasi yang tidak seimbang tentang teknologi dan lemahnya posisi tawar pelaku pertanian
terhadap kebijakan pemerintah maupun pelaku pasar produk lain terutama yang terkait dengan
usaha tani.
Dengan kawasan sebagai titik berat pengembangan maka integrated farming system akan
diwujudkan melalui pengembangan berbagai kluster pendukung suatu usaha tani dengan sistem
agribisnis.
Pada pertanian terpadu dan kawasan sebagai pusat pengembangan akan berbasis pada komoditi
lokal baik tanaman, ternak maupun perikanan sebagai obyek untuk meningkatkan kapasitas sosial
dan ekonomi masyarakat. Program-program yang dikembangkan tentu akan bertumpu pada
pengembangan komoditas tersebut meski aspek lain baik sarana maupun prasarana juga dibutuhkan.
Oleh karena itu kawasan sebagai sebuah lingkup kajian ruang dan waktu dari suatu masyarakat dan
penduduknya dalam sebuah dimensi sosial, ekonomi, politik dan psikologi tidak hanya
mengembangkan pemupukan modal saja atau pengembangan jenis usaha tani tertentu saja namun
merupakan sebuah kajian yang kompleks meski tetap bertumpu pada pengembangan komoditas
pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan dengan berbagai aspek yang
melingkupinya.
2 - 12
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal
agribisnis ubi kayu dimulai dari kegiatan budidaya tanaman yang menghasilkan ubi kayu segar yang
dapat langsung dijual ke pasar. Juga dapat diolah lebih dahulu sebagai produk makanan ringan. Hasil
olahan ubi kayu segar antara lain, tape, keripik, dodol tape, dan tiwul instan. Produk ini dihasilkan
atau dapat dikembangkan sebagai produk industri rumah tangga.
Disamping diolah secara segar, ubi kayu telah banyak diolah pada industri besar dengan produk
berupa tepung tapioka, gaplek / cips, HFS, ethanol, sorbitol, dextrin. Selanjutnya produk-produk
tersebut merupakan bahan baku bagi industri makanan, industri pakan ternak dan industri kimia.
Hasil olahan dari industri pakan ternak diserap oleh sektor peternakan, dan hasil olahan dari industri
kimia dasar diolah lebih lanjut oleh industri hilir.
Sistem agribisnis jagung dimulai dari kegiatan budidaya tanaman, yang menghasilkan jagung,
jagung 0oreng (marning), dodol jagung, emping jagung dan leter jagung. Pemasarannya cukup
terbuka di pasar swalayan atau pasar tradisional. Jagung pada industri besar dapat diolah dengan
hasil sebagai tepung maizena, minyak jagung dan bahan baku ternak. Hasil industri olahan jagung ini
prospektif untuk ekspor namun kebutuhan dalam negeri sangat besar khususnya diserap sebagai
bahan baku pakan ternak. Upaya peningkatan produksi terbuka dengan intensifikasi maupun
ekstensifikasi.
Sistem agribisnis sayur-sayuran dimulai dari kegiatan budidaya tanaman yang menghasilkan
produk segar. Produk ini dapat langsung dijual kepada pedagang pengumpul selanjutnya ke pedagang
besar dan didistribusikan ke pasar. Pedagang besar selain mendistribusikan ke pasar juga memasok
ke perusahaan industri pengolahan hasil sayuran. Pemasaran hasil sayuran saat ini sebagian besar
dalam bentuk segar dengan pangsa pasar lokal sampai ekspor. Upaya peningkatan nilai tambah
produk sayuran dapat dilakukan dengan pengemasan dalam plastik yang selanjutnya dapat
dipasarkan melalui super market, ataupun dengan pengolahan sayuran kentang menjadi kripik
kentang (fried potatoes) yang dapat memberikan nilai yang cukup nyata.
Hasil buah-buahan secara agribisnis telah dilakukan terutama untuk memenuhi kebutuhan
lokal atau dalam negeri berupa produk buah-buahan tertentu seperti pisang, durian, rambutan,
manggis, duku. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam pemasaran adalah pengemasan produk
yang menarik dan aman. Kegiatan sistem agribisnis pisang dimulai dari budidaya yang menghasilkan
buah pisang masak / segar. Disamping itu agroindustri pisang juga dikembangkan oleh industri
menengah dan besar. Hasil olahan pisang berupa tepung pisang, selai, sale, kripik dan getuk pisang.
2 - 13
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal
adanya keterpaduan yang serasi dan saling mendukung antar sub sistem dalam agribisnis, antara
sektor/subsektor dan antar wilayah. Dengan sistem agribisnis terpadu, maka dapat dihasilkan
produk-produk perkebunan dan produk agroindustri berdaya saing tinggi baik di pasar domestik
maupun pasar internasional.
Untuk mencapai tingkat perkembangan wilayah yang sesuai dengan kondisi daerah maka
pengembangan produk perkebunan diarahkan pada sistem agribisnis dan agroindustri. Untuk
menghasilkan produk-produk berdaya saing tinggi, komoditas perkebunan layak mempunyai
dukungan sumber daya alam, sumber daya manusia dan kelembagaan yang baik. Selain itu dapat
memberikan dampak ganda yakni meningkatkan nilai tambah bagi petani pekebun sebagai produsen
dan terhadap pertumbuhan perekonomian perdesaan.
Aspek produksi tanaman teh sebagai salah satu faktor dari subsistem produksi dan budidaya,
pengembangannya dengan memperhatikan produk yang memiliki keterpaduan sebagai dukungan
bagi program pemerintah. Yang selanjutnya diterjemahkan sebagai cikal bakal pemunculan produk
andalan / unggulan atau produk khas suatu wilayah.
Pengolahan daun teh menjadi produk teh hijau dalam kemasan yang siap dipasarkan
merupakan salah satu agroindustri berskala rumah tangga. Untuk pengusahaan secara komersial,
dibutuhkan kelembagaan / instansi terkait terjun untuk membantu petani, selain itu dengan
membagi pos-pos kegiatan agroindustri merata pada rumah tangga rumah tangga yang
dikoordinasikan oleh kelompok tani.
2 - 14
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal
konsumen dalam bentuk segar. Kulit sapi juga dapat dilakukan pengolahan kulit sebagai home
industry skala kecil yang menghasilkan kulit mentah. Selanjutnya guna mengantisipasi lonjakan
produksi yang memenuhi standar kesehatan perlu pembangunan Rumah Potong Hewan (RPH).
2 - 15
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal
mesin, penggergajian, sampai pengiriman produk ke luar negeri. Berdasarkan permintaan pasar
dapat dihitung berapa kebutuhan kayu yang dibutuhkan setiap bulannya.
Sistem agribisnis kehutanan dimulai pembibitan kayu albisia, pengembangan hutan rakyat
yang dilakukan petani dibawah binaan Dinas Kehutanan. Selanjutnya melibatkan pengusaha
penggergajian untuk dilakukan pemotongan guna memudahkan pengangkutan, dan dilakukan
ekspor.
2 - 16
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal
2 - 17
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal
Penelitian pertama yang harus dilakukan adalah penelitian untuk pengembangan teknologi
perbaikan potensi komoditas. Penelitian ini diarahkan untuk melakukan perbaikan terhadap
produktifitas berbagai komoditas basis yang ada dan komoditi baru yang diminta pasar.
Penelitian kedua diarahkan untuk pengembangan bioteknologi yang berupa penelitian
rekayasa genetik, biologi molekuler, teknologi diagnostik, serta penelitian mikrobiologi dan mikro
proses.kegiatan tersebut dapat digunakan untuk menunjang perbaikan kualitas komoditi pertanian
yang akan meningkatkan produktivitas pertanian.
Penelitian ketiga diarahkan untuk memberikan gambaran pada kondisi sosial ekonomi petani
dan akibat kebijakan pembangunan yang selama ini dilakukan. Berbagai implikasi dapat dilihat dan
dijadikan patokan untuk perencanaan selanjutnya.
Penelitian keempat yang harus dilakukan terkait dengan pengembangan teknologi spesifik
lokasi.
Penelitian kelima yang harus dilakukan terkait dengan pengembangan teknologi pasca panen
dan diversifikasi produk.
Indonesia mempunyai keragaman sumberdaya hayati dan kekayaan alami yang sangat besar
yang mencakup plasma nuftah tanaman pangan, hortikultura, tanaman industri, perkebunan,
peternakan, dan perikanan. Keanekaragaman yang melimpah tersebut masih bersifat semu karena
baru berupa potensi, sedangkan kemampuan untuk menggali, memanfaatkan dan mengembangkan
berdasarkan teknologi mutakhir masih belum optimal. Variasi genetik yang besar dengan keunikan
dan tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi merupakan dasar untuk meningkatkan daya saing
produk pertanian. Melalui rekayasa teknologi, potensi plasma nuftah dapat dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan penyediaan pangan, sandang, papan, bahan farmasi, kecantikan dan produk
biokimia yang hampir tak terbatas ragamnya.
Untuk mendukung program proteksi sumberdaya hayati dibutuhkan penelitian pengendalian
jasad pengganggu, pengembangan sarana seperti laboratorium penguji, pengembangan sumberdaya
manusia pelaksana, pengembangan peraturan/perundangan pendukung, serta pengembangan
kegiatan konservasi, identifikasi dan karakterisasi sumberdaya hayati (plasma nuftah).
Pengembangan Sistem Informasi Pertanian memerlukan dukungan data yang akurat, Sistem
Informasi, dan layanan data dan informasi pertanian yang baik. Dengan sistem informasi yang baik
akan dapat dilakukan pemantauan dan penyebarluasan informasi pertanian secara cepat, akurat dan
murah.
Informasi yang perlu tersedia meliputi informasi keadaan iklim, keadaan sumberdaya alam,
informasi teknologi input dalam produksi pertanian, informasi pasar pertanian, sistem permodalan,
2 - 18
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal
posisi suplai dan permintaan tiap komoditi pertanian juga informasi ketenagakerjaan. Bila mungkin
informasi sistem asuransi dan penjaminan usaha pertanian juga ada.
Terbangunnya jaringan kerja setiap pelaku agibisnis terutama petani kecil, swasta dan mungkin
pemerintah merupakan implikasi dari penataan sistem informasi pertanian yang mudah dan murah
diakses. Dengan sistem informasi ini program antar lembaga baik swasta maupun pemerintah dapat
dengan mudah dilakukan. Selain itu koordinasi antar departemen dalam pemerintah juga mudah
dilakukan. Dengan data yang akurat dan up-to date, maka kesimpang siuran landasan perencanaan
baik pemerintah maupun swasta pelaku agribisnis sering kali terhambat. Kemudian sinkronisasi kerja
setiap elemen masyarakat bersama pemerintah dalam mengembangkan pertanian dapat dilakukan.
2.4.7.1. Pengembangan Sistem Agribisnis Hulu
Program pengembangan pertanian dimaksudkan untuk mengoperasionalkan pembangunan
sistem dan usaha-usaha agribisnis, yang mengarahkan agar seluruh sub-sistem agribisnis dapat
secara produktif dan efisien menghasilkan berbagai produk pertanian yang memiliki nilai tambah dan
daya saing yang tinggi, baik di pasar domestik maupun di pasar internasional.
Pengembangan sub-sistem pertanian hulu dilakukan melalui dua kegiatan utama yaitu :
a.Mengembangkan sarana dan prasarana penunjang, yang didalamnya mencakup sarana irigasi,
jalan usaha tani dan distribusi input usaha tani terutama benih, pupuk dan alsintan.
b.Mengembangkan industri benih
Pengembangan sub-sistem pertanian hulu sangat krusial karena permasalahan yang dihadapi
selama ini banyak diakibatkan lemahnya prasarana dan sarana dalam pengembangan sistem
agribisnis dan perusahaan pertanian perdesaan.
Pengalaman terdahulu pemisahan antar sub-sistem dalam agribisnis selalu menjadikan petani
kecil tidak mendapatkan keuntungan yang layak pada setiap usaha taninya. Apabila bukan karena
input produksi yang mahal dan tidak sebanding dengan hasil panen, maka kecilnya keuntungan
petani biasanya disebabkan oleh kerusakan tanaman akibat hama dan penyakit serta kekeringan.
Kebijakan pada berbagai input pertanian terutama pupuk dan pestisida perlu dilakukan untuk
mengatasi kondisi tersebut. Oleh karena itu kedepan mengintegrasikan antar sub-sistem hulu perlu
dilakukan. Selain itu dorongan untuk memperkecil input produksi (low eksternal input) dengan
memaksimalkan penggunaan bahan organik dan bahan lain yang ramah lingkungan perlu semakin
digalakkan. Inovasi teknologi ini sangat perlu guna menunjang perbaikan usaha tani.
2 - 19
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal
pertanian harus mempertimbangkan permintaan pasar, berkonsentrasi pada produk unggulan yang
berdaya saing tinggi, mampu memenuhi fungsi sebagi komoditas ekonomi dan sosial, mampu
memaksimalkan sumberdaya alam terutama lahan, berwawasan lingkungan serta mempunyai
keterkaitan yang erat dengan sektor lain baik backward linkage dan forward linkage.
Pengembangan sub-sistem budidaya (on-farm) dilakukan melalui empat kegiatan utama, yaitu:
1.Meningkatkan produktivitas komoditas pertanian.
2.Meningkatkan mutu produk.
3.Meningkatkan efisiensi produksi dan
4.Mendorong pengembangan komoditi sesuai potensi wilayah.
Sasaran yang ingin dicapai terutama adalah meningkatkan produksi dalam upaya memenuhi
kebutuhan konsumsi dalam negeri daan bahan baku industri, meningkatnya ekspor, meningkatnya
mutu sesuai permintaan pasar dan mengembangkan sentra-sentra komoditi unggulan.
Upaya efisiensi usahatani tanaman pangan dilakukan melalui intensifikasi usaha tani pada daerah
belum intensif, rasionalisasi penggunaan input bagi daerah yang mengalami kecenderungan
penggunaan sarana produksi berlebihan. Untuk itu perlu ditunjang oleh penyediaan sarana produksi
tepat jenis dan tepat waktu serta rekomendasi teknologii spesifikasi lokasi. Peningkatan mutu hasil
dilakukan melalui perbaikan teknologi panen, pasca panen dan pengolahan hasil.
Sasaran yang ingin dicapai adalah :
1.Meningkatkan produksi komoditi tanaman pangan antara 5 10% per tahun
2.Meningkatkan produktifitas rata-rata 3% per tahun.
3.Menurunnya kehilangan hasil panen rata-rata 3% per tahun.
4.Meningkatnya pendapatan petani antara 5-10% per tahun.
Dalam upaya memenuhi kebutuhan akan produk hortikultura dan aneka tanaman dalam
negeri maupun ekspor, diperlukan usaha peningkatan produksi hortikultura yang mengarah pada
peningkatan efisiensi usaha, mutu produk dan produktivitas melalui penguasaan ilmu pengetahuan
dan teknologi, pemanfaatan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia, serta peningkatan
partisipasi masyarakat dan swasta. Untuk peningkatan efisiensi usaha, mutu produk dan
produktivitas, maka pemanfaatan dan pengusahaan teknologi merupakan keharusan, agar produk
yang dihasilkan dapat bersaing di pasar domestik maupun internasional.pemenuhan pasar dalam
negeri maupun pasar luar negeri memerlukan jaminan kontinuitas suppai dalam jumlah dan mutu
sesuai selera konsumen, serta dengan harga yang bersaing. Oleh karena itu pendekatan yang
dilaksanakan dalam pengembangan hortikultura ialah pembangunan usaha tani/kebun berskala
komersial dengan mempertimbangkan skala ekonomi yang didukung oleh penyediaan bibit yang
berkualitas, serta sarana dan prasarana seperti pengairan, penyimpanan dan transportasi. Agar lebih
2 - 20
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal
berperan dalam pemulihan ekonomi maka dalam tahun 2001-2004 pengembangan hortikultura
diarahkan kepada komoditas yang memiliki keunggulan kompetitif di pasar ekspor. Untuk itu
perhatian lebih besar diarahkan kepada komoditas unggulan antara lain kentang, kubis, cabe merah,
manggis, rambutan, durian, salak pada kelompok buah-buahan, anggrek dan tanaman hias daun
pada tanaman hias serta komoditi jahe, kunyit dan lengkuas pada tanaman obat.
Sasaran yang ingin dicapai adalah :
1.Meningkatnya produksi komoditi buah-buahan, sayuran dan tanaman hias antara 5-10% per
tahun, dan aneka tanaman antara 2-5% per tahun.
2.Tercukupinya kebutuhan konsumsi dan bahan industri pengolahan hortikultura serta
meningkatnya volume ekspor.
3.Terbinanya mutu produk yang mempunyai daya saing di pasar dalam maupun luar negeri
4.Diperolehnya produk hortikultura yang bermutu tinggi dan aman konsumsi bagi masyarakat.
5.Terbentuknya pertanian hortikultura yang dapat mensejahterakan petani dan pelaku usaha.
6.Tersedianya produk hortikultura di wilayah berpenduduk miskin sebagai sumber pendapatan dan
peningkatan gizi masyarakat.
7.Terbinanya petani dalam mengadopsi teknologi dan kelembagaan usaha sehingga dapat menjadi
petani pengusaha yang berhasil.
Untuk mendukung sasaran tersebut maka kegiatan difokuskan pada :
1.Pembinaan produksi komoditas unggulan
2.Pewilayahan komoditas untuk pengembangan kawasan agribisnis.
3.Penumbuhan sentra produksi
4.Pemantapan sentra produksi dengan pembinaan penerapan teknologi maju.
5.Pengembangan sistem perbenihan nasional.
6.Penyediaan sarana dan pra sarana produksi
7.Perlindungan tanaman hortikultura
8.Pembinaan pengamanan hasil, mutu dan keselamatan produk
9.Pembinaan kelembagaan agribisnis.
Selama ini ekspor komoditi pertanian didominasi oleh komoditas perkebunan seperti kelapa sawit,
kopi, karet, teh dan lainnya. Akan tetapi kinerja komoditas perkebunan cenderung fluktuatif karena
sangat dipengaruhi oleh harga/pasar internasional.
Komoditi perkebunan mencakup tanaman perkebunan tahunan dan tanaman semusim.
Permasalahan yang dihadapi dalam perkembangan komoditi perkebunan antara lain produktifitas
tanaman yang belum optimal, kualitas produk belum memenuhi standar perdagangan, proses
diversifikasi (vertikal dan horisontal) belum memadai dan peran kelembagaan yang masih lemah.
2 - 21
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal
Upaya peningkatan produktivitas dilakukan melalui perbaikan teknik budidaya, peningkatan mutu
melalui pengembangan penerapan pasca panen dan pengolahan, pengembangan diversifikasi dan
pengembangan pemasaran produk perlu terus diupayakan dengan didukung oleh ketersediaan
sarana dan prasarana produksi dan teknologi siap pakai di tingkat pekebun.
Program penelitian dalam rangka mendapatkan klon dan varietas yang bermutu tinggi dan teknik
budidaya yang meningkatkan efisiensi usaha tani perlu digalakkan. Penerapan teknik bio teknologi
seperti kultur jaringan perlu dikembangkan. Mengingat bahwa kegiatan produksi perkebunan
sebagaian besar (80%) dilakukan oleh rakyat maka pengembangan kelembagaan petani dan
kemitraan usaha pertanian yang benar-benar bermanfaat bagi pekebun perlu mendapat perhatian.
Sasaran yang ingin dicapai adalah :
1.Meningkatkan PDB perkebunan dengan laju 3,7% pertahun.
2.Meningkatkan produktivitas hingga mencapai 70% dari produktivitas potensial.
3.Meningkatkan efisiensi usaha perkebunan.
4.Meningkatkan mutu hasil produk primer dan produk sekunder ke arah zero defect.
5.Meningkatnya penerimaan devisa ekspor komoditi primer dan mendorong peningkatan ekspor
komoditi produk hilir perkebunan
6.Meningkatnya penerapan tenaga kerja baru sebanyak
7.Tumbuh berkembangnya wilayah sentra ekonomi baru di sektor perkebunan dan industri jasa
seperti transportasi dan agrowisata
8.Meningkatnya pendapatan petani perkebunan sehingga mencapai US$ 1.500-2.000 per
KK/tahun, dan
9.Tumbuh dan terbinanya koperasi komoditi perkebunan baru yang mandiri dan profesional
Sub-sektor peternakan merupakan penyedia sumber pangan hewani berupa telur, daging
dan susu. Pengembangan peternakan mencakup ternak unggas dan ternak ruminansia. Upaya
produksi dengan pola tradisional dinilai tidak dapat mengimbangi senjang tersebut dan untuk itu
diperlukan terobosan pengembangannya.
Pada kelompok ternak ruminansia, usaha ternak sapi dan domba dan kambing sudah berada pada
usaha yang berorientasi bisnis, dengan demikian dalam pengembangan diarahkan kepada
peningkatan keuntungan. Pola pengembangan ternak tersebut dilakukan kombinasi antara
memaksimalkan pendayagunaan sumberdaya lokasi dan terobosan teknologi dalam penggunaan
bibit, nutrisi reproduksi, teknologi budidaya, veteriner dan pasca panen. Dalam usaha budidaya,
pengembangan inseminasi buatan perlu lebih digalakkan dan disempurnakan efisiensi dan efektifitas.
2 - 22
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal
Pengembangan peternakan juga perlu diarahkan dalam rangka pemanfaatan ketersediaan pakan,
limbah pertanian dan sebagai bagian dari sistem usaha pertanian terpadu. Sasaran yang ingin dicapai
adalah :
1.Meningkatkan pendapatan peternak hingga melampui UMR
2.Meningkatnya produksi daging, telur dan susu antara 3-6% pertahun dan meningkatnya
konsumsi daging, telur dan susu antara 2-3% pertahun.
3.Meningkatnya penyerapan tenaga kerja baru
4.Terwujudnya kelembagaan peternak yang mandiri dan mampu mengakses sendiri faktor produksi
dan pelayanannya
5.Tercapainya keseimbangan populasi, produksi dan daya dukung lingkungan
2 - 23
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal
9.2.4 Pihak yang Berperan dan Organisasi Pembinaan dalam Pengembangan Kawasan
Agropolitan
1) Pihak yang berperan dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan
Ada 4 (empat) unsur kelompok sasaran (stake holder) yang berperan dalam pengembangan kawasan
Agropolitan, yaitu:
a. Unsur Masyarakat (terutama Petani)
Merupakan unsur utama atau unsur penggerak yang harus berprakarsa secara mandiri dan
kreatif untuk mencari langkah-langkah yang harus dilakukan, supaya selain usaha budidaya
pertanian yang telah turun-temurun biasa mereka lakukan dapat juga menciptakan dan
2 - 24
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal
2 - 25
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal
K a w a s a n A g ro p o lita n
K o o r d in a to r L a p a n g a n
H u b u n g a n L in i
P O K JA P ro v in s i
PO SK O F a s ilita s i d a n K e r ja s a m a
Posko = P o s S im p u l K o o r d in a s i
P O K JA P u sa t S e k r e ta r is P o k ja
PO SK O
2 - 26
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal
Gambar 2.5
Bagan Organisasi Pendampingan
KOPERASI
APARAT
LSM BANK
TA R G E T PASA R
G RO UP KSP
PERS B IS N IS
PERG URUAN
K O N S U LTA N T IN G G I
Gambar 2.6
Pendekatan Kelembagaan
2 - 27
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal
sendiri. Bentuk kegiatan kemitraan dapat dikembangkan melalui pola Bapak Angkat, PIR (Perekbunan
Inti Rakat), Kontrak Farming, PHBM (Pengelolaan utan Bersama Masyarakat), perusahaan penghela,
dan lain sebagainya. Namun demikian kemitraan di KAP perlu advokasi dari Intitusi Intermediate
seperti asosiasi komoditas, KADIN, HKTI yang mengendalikan deadline bisnis dengan suatu bentuk
kesepakatan kemitraan yang lebih berpihak kepada petani
K E T E R K A IT A N A N T A R A S E S A M A P E L A K U
A G R IB IS N IS M E L A L U I P O L A K E M IT R A A N
P E TA N I
P O K TA N
KE
AN
M I
RA
TR
LPSM
T
MI
AA
(L e m b a g a P e m g e m b a n g a n S w a d a y a M a s y a ra k a t)
KE
N
N KE
AA M I
M IT R TR
AA
KE N
BUM N /
S W A S TA
BUM D K E M IT R A A N
Gambar 2.7
pendekatan kemitraan
2 - 28
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal
S tr u k t u r y a n g K e k u a s a a n B e r p o te n s i T id a k S t a b il, S tr u k tu r y a n g K e k u a s a a n B e r p o te n s i S ta b il
d a r i P e n g a la m a n M a s a L a lu
KEKU ASAAN
KEKU ASAAN
H A K -H A K
P E R W A K IL A N
H A K -H A K
K E P E N T IN G A N P E R W A K IL A N
K E P E N T IN G A N
Gambar 2.8
Perubahan Struktur Pembagian Kekuasaan Untuk Mencapai Stabilitas Sosial Politik Yang
Mendukung Kestabilan Pembangunan Ekonomi
D is t r ib u s i P e n d a p a t a n E v a lu a s i D a m p a k L in g k u n g a n
K e s e m p a ta n K e rja P e n il a ia n S u m b e r d a y a
B a n t u a n K e p a d a K e l. S a s a r a n I n te r n a lis a s i
T U J U A N S O S IA L T U J U A N E K O S IS T E M
P a r t is ip a s i
P e n g e n ta s a n K e m is k in a n K o n s u lt a s i P e n g e lo la a n S u m b e r d a y a A la m
d a n P e m e ra ta a n
P lu r a l is m e
Gambar 2.9
Unsur-Unsur Pembangunan Ekonomi Perdesaan Berkelanjutan
2 - 29
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal
2 - 30
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal
berjauhan dengan perusahaan lain dan mempunyai daerah pasar diperebutkan dengan perusahaan
itu. Dalam hal ini kebijaksanaan yang diambil dipengaruhi oleh perusahaan lain atau sebaliknya.
Beberapa unsur ketergantungan lokasi telah dikemukakan dalam teori Palander dan Hoover.
Teori ketergantungan lokasi berpangkal tolak dari kesamaan biaya bagi semua perusahaan dan
menjual produknya di pasar yang tesebar secara sepasial.
Teori biaya minimum dan ketergantungan lokasi (Theory Least Cost and Place
Interdependence) dikemukakan oleh Melvin Greenhut pada tahun 1956 dalam bukunya Plant
Location in Theory and in Practice dan Microeconomics and The Space Economy. Greenhut berusaha
menyatukan teori lokasi biaya minimum dengan teori ketergantungan lokasi yang mana dalam teori
tersebut mencakup unsur-unsur sebagai berikut:
a. Biaya lokasi yang meliputi biaya angkutan, tenaga dan pengelolaan
b. Faktor lokasi yang berhubungan dengan permintaan, yaitu ketergantungan lokasi dan usaha
untuk menguasai pasar.
c. Faktor yang menurunkan biaya.
d. Faktor yang meningkatkan pendapatan.
e. Faktor pribadi yang berpengaruh terhadap penurunan biaya dan peningkatan pendapatan.
f. Pertimbangan pribadi.
2 - 31
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal
b. Daerah perkotaan hanya menjual kelebihan produksi daerah pedalaman, tidak menerima
penjualan hasil pertanian dari daerah lain (Single Market).
c. Daerah pedalaman hanya menjual kelebihan produksinya ke perkotaan, tidak ke daerah lain
(Single Destination).
d. Daerah pedalaman atau kota mempunyai ciri yang sama (homogen) dengan kondisi geografis
kota itu sendiri dan cocok untuk tanaman dan peternakan dataran menengah.
e. Daerah pedalaman dihuni oleh petani yang berusaha untuk memperoleh keuntungan
maksimum dan mampu untuk menyesuaikan hasil tanaman dan peternakannya dengan
permintaan yang terdapat di daerah perkotaan (Maximum Oriented).
f. Pada waktu itu hanya ada angkutan berupa gerobak yang dihela oleh kuda (One Moda
Transportation).
g. Biaya transportasi berbanding lurus dengan jarak yang ditempuh. Semua biaya transportasi
ditanggung oleh petani. Petani mengangkut semua hasil dalam bentuk segar. (Equidistant).
Dari asumsi diatas mendesak para petani berani menyewa lahan yang dekat pusat pasar atau
kota, sehingga keuntungan yang di peroleh dari hasil pertaniannya maksimal. Tentunya mereka juga
harus mengorbankan nominal yang cukup besar untuk menyewa lahan. Karena semakin dekat suatu
lahan dengan pusat pasar atau kota, semakin besar harga sewa lahannya.Teorinya Von Thunen
terbagi dalam dua teori. Intensity theory dan crop theory.
1. Teori Intensitas, di mana hanya ada satu pertaian yang tumbuh di suatu daerah yang
terisolasi. Ia berpendapat bahwa:
GAMBAR 2. 10
TEORI INTENSITY
Dapat dilihat pada gambaran di atas bahwa setiap daerah yang semakin jauh dengan posat
kota maka sewa/nilai lahannya akansemakin menurun. Hal ini karena adanya pengaruh tambahan
biaya transportasi yang diperlukan untuk menggangkut hasil pertanian ke pusat kota sehingga
menurunkan harga/nilai lahan yang semakin jauh dari pusat.
2. Teori crop, Teori ini menyatakan bahwa pettani harus melakukan inovasi pertanian yang
nantinya bertujuan untuk mengurangi biaya transportasi dan memaksimalkan keuntungan.
2 - 32
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal
Pada teori ini mulai dilakukan variasi pertanian dimana penggunaan lahan disesuaikan
dengan jenis tanaman yang ditanam. Semakin jauh dari pusat maka jenis tanaman akan
berubah sesuai dengan pertimbangan harga produksi.
GAMBAR 2. 11
TEORI CROP
Gambar di atas menujukkan zona penggunaan lahan oleh Von Thunen. P adalah pusat
kota/pasar. Ring 1 merupakan daerah pertanian intensif (susu dan sayur mayur), Ring kedua adalah
wilayah penghasil kayu bakar, Ring 3 adalah wilayah pertanian alternatif dengan jenis tanaman
seperti kentang, gandum, biji-bijian dll. Ring 4 merupakan daerah yang digunakan untuk tanaman
dengan rotasi tahunan 6-7 tahun dan ternak, kemudian Ring 5 untuk peternakan, gandum, dengan
satu tahun dari tiga tahun merupakan waktu tanpa tanaman/kering, Ring 6 untuk daerah tanaman
persediaan seperti tembakau, daging, mentega, minyak, dan untuk diluar Ring 6 merupakan hutan.
Dari ring-ring di atas maka akan diperoleh gambaran tentang pembagian lahan yang berdasarkan
pada kebutuhan yang paling pokok dan juga memperhatikan masa tanam yang nantinya akan
mempengaruhi biaya transportasi. Produksi dari ring pertama berada di dekat kota karena produknya
tidak tahan lama dan merupakan kebutuhan pokok, hal ini dapat di badingkan dengan Ring 7 /diluar
6 yang berupa hutan di mana produknya hanya dibutuhkan pada waktu-waktu tertentu.
Akan tetapi, kedua teori ini akan berlaku dengan asumsi-asumsi sebagai berikut:
Suatu daerah yang terisolasi berada di daerah yang datar dengan iklim dan jenis tanah yang
relatif homogen.
Daerah ini selanjutnya hanya terdiri dari satu pusat kota dan daerah pedalaman lainnya yang
memasok komoditi pertanian.
Hanya terdapat satu pasar bagi daerah pedalaman yaitu pada pusat kota, tidak ada tujuan
penjualan ke daerah lainnya. Kota juga tidak menerima penjulalan dari daerah lain, hanya
menjual kelebihan produksi dari daerah pedalaman.
Kota berada di tengah-tengah daerah
2 - 33
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal
2 - 34
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal
transportasi dan komunikasi yang ada dalam pemukiman. Sistem transportasi dan komunikasi
meliputi sistem internal dan eksternal. Transportasi merupakan tolok ukur dalam interaksi keruangan
antar wilayah dan sangat penting peranannya dalam menunjang proses perkembangan siatu wilayah.
Christaller menjelaskan bahwa teori tempat pusat merupakan suatu tempat yang
menyediakan barang dan jasa bagi daerah itu sendiri dan daerah orang lain. Christaller mengatakan
beberapa asumsi dalam penysunan teori tersebut, seperti :
1. Konsumen yang menanggung ongkos angkutan.
2. Jangkauan suatu barang ditentukan oleh jarak yang dinyatakan dalam biaya dan waktu.
3. Konsumen memilih tempat pusat yang paling dekat.
4. Kota-kota berfungsi sebagai central place bagi wilayah sekitarnya.
5. Wilayah tersebut sebagai dataran yang rata, ciri ekonomis sama, dan penduduk tersebar
secara merata.
2 - 35
Laporan Pendahuluan __Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Kendal
luasnya meningkat dan lokasinya ada pada simpul-simpul jaringan heksagonal. Lokasi ini terdapat
pada tempat sentral yang memungkinkan partisipasi manusia dengan jumlah maksimum, baik
mereka yang terlibat dalam aktivitas pelayanan maupun yang menjadi konsumen dari barang-barang
yang dihasilkannya.
Tempat-tempat tersebut diasumsikan sebagai titik simpul dari suatu bentuk geometrik
berdiagonal yang memiliki pengaruh terhadap daerah di sekitarnya. Hubungan antara suatu tempat
sentral dengan tempat sentral yang lain di sekitarnya membentuk jaringan yang disebut sarang
lebah. Menurut Walter Christaller, suatu tempat sentral mempunyai batas-batas pengaruh yang
melingkar dan komplementer terhadap tempat sentral tersebut. Daerah atau wilayah yang
komplementer ini adalah daerah yang dilayani oleh tempat sentral. Lingkaran batas yang ada pada
kawasan pengaruh tempat-tempat sentral itu disebut batas ambang (threshold level).
Berdasarkan penjelasan mengenai teori lokasi industri dan teori pusat pertumbuhan dapat
kita simpulkan bahwa keduanya memiliki peranan terhadap pertumbuhan ekonomi. Dimana
penempatan lokasi industri yang tepat dapat memberikan banyak jalan, diantaranya industri yang
didirikan dilokasi yang tepat, mampu menyerap tenaga kerja yang ada disekitar lokasi industri
khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Selain itu daerah yang menjadi lokasi industri secara
otomatis akan mengalami kenaikan pendapatan daerah. Sehingga memungkinkan perekonomian
didaerah lokasi industri mengalami peningkatan.
2 - 36