PENYUSUNAN MASTERPLAN
PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH
(KAWASAN AGROPOLITAN CIWIDEY)
Laporan Akhir
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................
ii
iii
vi
I-1
I-1
I-3
I-3
I-4
II-1
III-1
III-1
III-2
III-2
III-3
III-3
III-5
III-6
III-7
III-7
III-9
III-10
III-10
III-12
III-16
III-17
III-17
III-17
III-19
Laporan Akhir
IV-1
IV-1
IV-4
IV-4
IV-6
IV-11
IV-18
V-1
V-1
V-4
V-5
V-7
V-9
V-11
V-22
V-24
V-24
V-26
V-27
V-29
V-30
V-30
V-38
V-45
V-47
V-50
V-51
V-58
V-61
VI-1
VI-1
VI-6
VI-6
VI-7
VI-9
VI-10
VI-11
VI-23
VI-29
VI-30
VI-30
VI-34
VI-36
V-39
V-40
V-40
V-42
V-44
V-45
ii
Laporan Akhir
VI-36
VI-40
VI-51
VI-53
VI-55
VI-56
VI-58
VI-58
VI-60
VI-62
VI-63
VII-1
VII-3
VII-8
VII-9
VII-11
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
iii
Laporan Akhir
DAFTAR TABEL
No.
Teks
Halaman
3.1
III-8
4.1.
IV-7
4.2.
IV-8
4.3.
IV-10
4.4.
IV-19
IV-22
4.6.
IV-23
4.7.
IV-24
5.1.
V-3
5.2.
V-4
5.3.
V-6
5.4.
V-7
5.5.
V-9
5.6.
V-11
5.7.
V-13
5.8.
V-22
V-24
V-25
V-26
V-26
V-27
4.5.
5.9.
5.10.
5.11.
5.12.
5.13.
iv
Laporan Akhir
Teks
Halaman
5.14.
V-27
5.15.
V-28
5.16.
V-28
5.17.
V-29
V-30
PDRB Kecamatan Atas Dasar Harga Konstan Tahun 20052006 (juta rupiah) ....................................................................
V-31
V-32
V-33
V-36
V-37
V-39
5.18.
5.19.
5.20.
5.21.
5.22.
5.23.
5.24.
5.25.
5.26.
V-42
V-43
V-44
V-45
V-46
V-48
5.27.
5.28.
5.29.
5.30.
5.31.
V-41
5.32.
V-50
5.33.
V-51
Laporan Akhir
Teks
Halaman
5.34.
V-52
5.35.
V-52
5.36.
V-57
V-57
5.38
V-58
5.39.
V-58
5.40
V-58
6.1.
VI-1
6.2.
VI-3
6.3
VI-4
6.4.
VI-8
6.5.
VI-21
6.6.
VI-22
6.7
VI-22
6.8.
VI-24
6.9.
VI-31
6.10.
VI-37
6.11.
VI-42
VI-44
VI-45
VI-47
VI-50
VI-51
VII-2
5.37.
6.12.
6.13.
6.14.
6.15.
6.16
7.1.
vi
Laporan Akhir
Teks
Halaman
7.2.
VII-4
7.3.
VII-5
Matriks
Kebijakan,
Strategi,
Indikasi
Program
Pengembangan Komoditas .....................................................
VII-12
VII-18
7.4.
7.5.
vii
Laporan Akhir
DAFTAR GAMBAR
No.
1.1.
2.1.
3.1.
3.2.
3.3.
4.1.
4.2.
5.1.
5.2.
5.3.
5.4.
5.5.
5.6.
5.7.
5.8.
5.9.
5.10.
5.11.
5.12.
5.13.
5.14.
5.15.
5.16.
5.17.
6.1.
Teks
Halaman
I-5
II-3
III-6
III-7
III-8
IV-3
IV-7
V-2
V-8
V-10
V-20
V-23
V-31
V-34
V-35
V-38
V-59
V-59
V-60
V-60
V-61
V-62
V-62
V-63
VI-6
6.2.
VI-7
6.3.
VI-10
6.4.
VI-11
6.5.
VI-29
6.6.
VI-30
viii
Laporan Akhir
Teks
Halaman
VI-32
VI-32
6.9
VI-35
6.10.
VI-39
6.11.
VI-35
6.12.
VI-52
6.13.
VI-53
6.14.
VI-53
VI-54
6.16.
VI-55
6.17.
VI-56
VI-56
6.19.
VI-57
6.20.
VI-57
VI-58
6.22.
VI-59
6.23.
VI-59
VI-63
6.15.
6.18.
6.21.
7.1.
VII-5
7.2
VII-6
ix
Laporan Akhir
BAB
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu misi pembangunan Kabupaten Bandung tahun 2005-2010
adalah meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat Kabupaten
Bandung melalui pengembangan potensi ekonomi daerah. Hal ini telah
tercantum dalam visi Kabupaten Bandung yaitu Terwujudnya Masyarakat
Kabupaten Bandung yang Repeh Rapih Kertaraharja, melalui Akselerasi
Pembangunan Partisipatif yang Berbasis Religius, Kultural dan Berwawasan
Lingkungan, dengan Berorientasi pada Peningkatan Kinerja Pembangunan
Desa. Sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bandung Tahun 2005-2010.
Kabupaten Bandung merupakan daerah yang memiliki potensi ekonomi
yang cukup tinggi terutama pada sektor pertanian dan industri, sehingga
paradigma pembangunan ekonomi di Kabupaten Bandung harus dititikberatkan
pada keselarasan pengembangan pertanian yang kuat dengan industri yang
maju dengan bertumpu pada pengembangan potensi sumberdaya lokal. Selain
itu, pengembangan potensi ekonomi daerah juga harus membuka ruang bagi
terciptanya demokrasi ekonomi yang bertumpu pada ekonomi kerakyatan.
Pemanfaatan dan pengembangan potensi ekonomi daerah sesuai
sumber daya alam yang dimiliki Kabupaten Bandung merupakan salah satu
kebijakan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Bandung.
Pengembangan pertanian (agribisnis) merupakan salah satu kekuatan inti (core
business) perekonomian daerah yang secara alami mempunyai prospek tidak
dalam skala lokal dan regional, namun harus mampu bersaing dalam skala
nasional maupun internasional.
Salah satu yang menjadi core pembangunan perdesaan dan pertanian di
Indonesia saat ini adalah konsep agropolitan. Sejak ditetapkannya 8 kawasan
perintis agropolitan tahun 2002, konsep ini semakin dikenal oleh banyak daerah.
Konsep ini semakin diperkuat dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 26
Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah
I-1
Laporan Akhir
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
khususnya
menyangkut
keterpaduan
kegiatan
pembangunan
Penyusunan masterplan
I-2
Laporan Akhir
1.2. Tujuan
Tujuan kegiatan pengembangan Kawasan Agropolitan Ciwidey ini adalah
menyusun Masterplan Pembangunan Kawasan Agropolitan Ciwidey yang
dipergunakan sebagai kerangka acuan dan panduan bagi wilayah Kabupaten
Bandung, khususnya pengembangan kawasan agropolitan di wilayah Ciwidey
(Kecamatan Ciwidey, Pasirjambu dan Rancabali).
1.3. Sasaran
Sasaran yang akan dicapai melalui penyusunan Masterplan Kawasan
Agropolitan Ciwidey ini adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
I-3
Laporan Akhir
I-4
Laporan Akhir
Soreang
Ciwidey
Rancabali
Pasir Jambu
Lokasi Studi
I-5
Laporan Akhir
BAB
KERANGKA PEMIKIRAN
Paradigma
lama
dalam
pembangunan
ekonomi
yang
lebih
kecil
pengembangan
di
tengah
ekonomi
krisis
kerakyatan
ekonomi
harus
memberikan
dilakukan
bukti
untuk
bahwa
mendorong
kepada
manusia
(people
centered
approach).
Usaha
kemitraan
pemerintah-swasta-masyarakat,
diperlukan
II - 1
Laporan Akhir
2)
3)
4)
5)
yang
mempunyai
daya
kompetensi
inter
dan
intra
regional.
agropolitan
pada
kawasan
agribisnis
merupakan
program
II - 2
Laporan Akhir
II - 3
Laporan Akhir
BAB
TINJAUAN KEBIJAKAN
Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Ciwidey diarahkan pada:
(1) keberimbangan pembangunan per kawasan; dan (2) pembangunan
perdesaan berbasis pertanian. Sehubungan dengan hal tersebut, penyusunan
masterplan ini mengacu pada: (1) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang (UU Penataan Ruang); (2) Rencana Pembangunan
Jangka
Menengah
Daerah
(RJPMD)
Kabupaten
Bandung
2005-2010;
III -1
Laporan Akhir
potensi,
permasalahan,
dan
peluang
yang
dimiliki
Repeh Rapih Kertaraharja adalah tujuan yang ingin dicapai yaitu suatu
kondisi masyarakat Kabupaten Bandung yang hidup dalam keadaan aman,
tertib, tenteram, damai, sejahtera, dan senantiasa berada dalam lindungan,
bimbingan, dan rahmat dari Allah.
Partisipatif
merupakan
pendekatan
yang
diterapkan
dalam
upaya
mulai
dari
tahap
perencanaan,
pelaksanaan
hingga
III -2
Laporan Akhir
pemerintahan
dan
pembangunan,
dengan
tetap
III -3
Laporan Akhir
Indeks
Pembangunan
Manusia
(IPM)
adalah
indikator
keberhasilan
Bandung,
pembangunan
dalam
dengan
tetap
kedudukan
memandang
yang
penting,
semua
bidang
ditetapkan
prioritas
2.
dan
kesejahteraan
tenaga
kependidikan,
peningkatan
4.
5.
percepatan
pembangunan,
peningkatan
keterpaduan
III -4
Laporan Akhir
7.
Peingkatan
kualitas
pelayanan
publik
melalui
peningkatan
partisipasi
masyarakat
dan
dunia
usaha
dalam
penegakan
hukum
pembangunan.
8.
Peningkatan
optimalisasi
pengawasan
dan
Kabupaten
Bandung
2007-2026
telah
mengalokasikan
pemanfaatan ruang secara rinci dalam: (1) Rencana Struktur Ruang Kota
(Gambar 3.1); (2) Rencana Pola Pemanfaatan Ruang (Gambar 3.2);
(3) Rencana Peningkatan, Pembangunan Terminal, dan Pengembangan
Prasarana Angkutan Massal Tahun 2026 (Gambar 3.2). Sedangkan untuk
Pengendalian Pemanfaatan Ruang tertera pada Tabel 3.1.
III -5
Laporan Akhir
WP CILEUNYI - RANCAEKEK
CILEUNYI (Rancaekek)
Permukiman, Jasa & Perdagangan,
Industri Non Polutif, Pertanian dan
Konservasi
NON WP
MARGAHAYU -MARGAASIH
Industri Non Polutif, Permukiman dan Jasa &
Perdagangan
WP SOREANG-KATAPANG
SOREANG (Katapang, Ciwidey,
Pasirjambu, Rancabali)
Pemerintahan, Jasa & Perdagangan,
Permukiman, Pertanian, Pariwisata dan
Industri Non Polutif
WP CICALENGKA
CICALENGKA (Nagreg, Cikancung)
Industri Non Polutif, Jasa &
Perdagangan, Pertanian dan
Permukiman
WP BANJARAN
BANJARAN (Pangalengan, Cangkuang,
Cimaung, Arjasari, Pameungpeuk)
Industri Non Polutif, Jasa & Perdagangan,
Permukiman, Pertanian, dan Pariwisata
WP MAJALAYA
MAJALAYA (Ciparay,
Solokanjeruk, Pacet, Kertasari,
Paseh dan Ibun)
Industri Non Polutif, Permukiman,
Pertanian, Jasa & Perdagangan
WP BALEENDAH
BALEENDAH (Dayeuhkolot, Bojongsoang)
Jasa & Perdagangan, Pertanian, Industri Non
Polutif, Permukiman dan Pendidikan
Banjaran
dengan
pusat
Kota
Banjaran,
meliputi
Kecamatan
Majalaya
dengan
pusat
Kota
Majalaya,
meliputi
Kecamatan
Kecamatan
III -6
Laporan Akhir
III -7
Laporan Akhir
Gambar 3.3.
Rencana
Peningkatan
Pembangunan
Terminal
Pengembangan Prasarana Angkutan Massal Tahun 2026
dan
III -8
Laporan Akhir
3.3.4. Pengendalian
Pengendalian pemanfaatan ruang merupakan faktor kunci agar
alokasi pemanfaatan ruang tidak melanggar dari alokasi pemanfaatan
ruang yang sudah ditetapkan. Derajat perangkat pengendalian untuk
masing-masing Wilayah Pengembangan (WP) tertera pada Tabel 3.1.
WP
Soreang
1.
PERIJINAN
1.1
WP
Majalaya
WP
Banjaran
WP
WP
Baleendah
CileunyiRancaekek
WP
Cicalengka
***
***
***
***
***
***
**
***
**
***
**
***
**
***
**
***
**
***
**
***
***
***
***
***
***
***
***
***
***
***
***
***
***
***
***
***
2.
PENGAWASAN
2.1
III -9
Laporan Akhir
3.
WP
WP
WP
WP
Soreang
Majalaya
Banjaran
WP
Baleendah
WP
Cicalengka
***
***
***
***
***
***
**
**
**
**
**
**
CileunyiRancaekek
PENERTIBAN
3.1
3.2
lingkup
wilayah
RDTR
Kota
Ciwidey
2004-2014
adalah
Panundaan,
Cisondari,
Marga
Mulya,
Cukang
Genteng,
III -10
Laporan Akhir
Pusat BWK Ciwidey melayani 2 sub BWK dan seluruh unit lingkungan di
kawasan perencanaan. Untuk pelayanan skala unit lingkungan dikembangkan
pusat-pusat lingkungan pada masing-masing desa sebagai unit lingkungan
terkecil.
Fungsi utama Pusat BWK Ciwidey adalah sebagai pusat kota. Adapun
fungsi penunjangnya adalah:
o
Perkantoran
Perumahan
Fasilitas pemerintahan
Perumahan
Fasilitas sosial
Arahan komponen-komponen utama kegiatan Kota Ciwidey adalah
sebagai berikut:
1. Pusat kota dengan kegiatan utama perdagangan dan jasa, diarahkan pada
bagian central wilayah perencanaan, yaitu Desa Ciwidey.
2. Perumahan, akan dikembangkan di Sub BWK Pasirjambu dan Sub BWK
Panundaan dengan mengikuti jaringan jalan utama dan pada daerah kosong
yang potensial.
3. Komersial (perdagangan dan jasa), dikonsentrasikan pada kawasan pusat
kota termasuk Pasar Ciwidey dan juga pada koridor jalan utama kota, dengan
struktur sebagai berikut:
III -11
Laporan Akhir
Pengembangan
kegiatan
komersial
yang
bersatu
dengan
pasar
Pengembangan RTH pada koridor jalan raya Ciwidey dekat lokasi pasar
Cibeureum sebagai buffer kegiatan perdagangan dan kegiatan lainnya
Pengembangan taman kota dilengkapi fasilitas rekreasi anak, dekat alunalun sebagai salah satu sarana rekreasi kota dan juga pendukung taman
kota yang telah ada
III -12
Laporan Akhir
Tetap
sebagai
kawasan
perkantoran
kecamatan
dengan
Penggunaan dominan pada blok ini seperti halnya wilayah lain adalah
sebagai kawasan pengembangan pertanian berbasis agribisnis dan
juga guna lahan bagi permukiman penduduk pedesaan.
III -13
Laporan Akhir
Pengembangan
permukiman
perkotaan
terutama
pada
wilayah
Pengembangan fasilitas
penunjang
kegiatan pariwisata,
seperti:
III -14
Laporan Akhir
Pengembangan
penggunaan
lahan
campuran
antara
kegiatan
III -15
Laporan Akhir
wilayah yang tidak terlayani. Ada pertimbangan perencanaan rute angkutan baru,
yaitu:
III -16
Laporan Akhir
d. Rute pelayanan bagi penduduk yang berada di bagian timur dan selatan
pusat kota, yaitu diantaranya jalan Desa Tenjolaya, jalan Desa Marga
Mulya, bahkan bisa juga jalan Desa Sugih Mukti
e. Intinya arahan rute angkutan delman ini melayani penduduk yang tidak
terlayani angkutan kota
kelestarian
seni
budaya
daerah
yang
menunjang
kualitas
SDM
kebudayaan
dan
kepariwisataan
yang
pariwisata
sebagai
sektor
unggulan
dan
penggerak
III -17
Laporan Akhir
tentang
bentuk
pariwisata
yang
memanfaatkan
kawasan
lingkungannya;
4. Pelestarian budaya dan mutu lingkungannya;
5. Keamanan dan ketertiban masyarakat
Rencana pengembangan wisata alam atau ODTW alam harus didasarkan
pada satu perencanaan partisipatif
harus
dikeluarkan
untuk
memelihara
hasil
pembangunan
III -18
Laporan Akhir
III -19
Laporan Akhir
D. Tata Ruang
Tata ruang kawasan wisata Ciwidey termasuk kedalam kawasan pangan
basah, kawasan pangan lahan kering, kawasan hutan produksi, kawasan
tanaman tahunan perkebunan sebagaimana diatur dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kabupaten Bandung.
III -20
Laporan Akhir
BAB
METODOLOGI
IV -1
Laporan Akhir
d. Produksi tanaman siap jual dan diversifikasi pertanian (cash crop production
and agricultural diversification).
3. Terdapatnya Sektor Unggulan yang merupakan:
a
Sektor unggulan yang sudah berkembang dan didukung oleh sektor hilirnya;
agropolitan
tersebut,
maka
diperlukan
penyusunan
Masterplan
IV -2
Laporan Akhir
Peta
Topografi
Peta
Batas
Adm
Desa/Kec
Peta
Pengguna
an Lahan
Data
PODES
BPS
Peta RTRW
Kabupaten
Peta
RDTR
Kawasan
Analisis
Spasial (GIS)
Survei dan Cek
Lapang
Peta
Dasar
(Lapang)
Analisis
Spasial
(GIS)
Evaluasi
Kemampuan
dan Kesesuaian
Lahan
Peta
Kemampuan dan
Kesesuaian
Lahan
Luas
Penggunaan
Lahan/ Luas
Tanam & Tingkat
Produksi
Statistik
Produksi
Pertanian
Analisis
Skalogram
Analisis Tata
Ruang Kawasan
Partisipatif
Analisis LQ &
SSA
Program-program Pengembangan
Pertanian Sektor/komoditas
Unggulan (Primer, olahan & jasa)
Analisis
Marjin
Pemasaran
Statistik/Data
Perdagangan
Pertanian Lokal,
Regional,
Nasional &
Internasional
Survei sistem
Tata Niaga
dan Pasar
Analisis
Potensi
Pasar
Analisis
Identifikasi
Komoditas
Primer
Unggulan
Partisipatif
Komoditaskomoditas
Primer
Unggulan
Analisis Potensi
pengembangan
Agroindustri dan
Analisis Nilai
Tambah
Komoditas
Olahan
Unggulan
Prospektif
Analisis
Kelayakan
Finansial dan
Ekonomi
Data
Kependudukan
dan
Ketenagakerjaan
Struktur Sosial
Masyarakat,
Organisasi
Lembaga
Pemerintahan
Terkait
Survei
Ketenagakerjaan,
sosial dan
kelembagaan
Analisis Sistem
Kelembagaan Petani/
Masyarakat Petani,
Pengolah Pedagang
dan Jasa Sektor/
Komoditas Unggulan
Disain Program-program
Pengembangan institusi Penunjang
(permodalan, koperasi, swasta,
perdagang, lembaga pendidikan/
pelatihan, dll)
Disain Pengembangan
Kelembagaan Pengelola Kawasan
Agropolitan
IV -3
Laporan Akhir
Kelas
Sub-kelas
Unit
IV -4
Laporan Akhir
1. Order S (Sesuai)
:
Lahan yang termasuk order ini adalah lahan yang dapat digunakan dalam
jangka waktu yang tidak
terbatas untuk suatu tujuan yang telah
dipertimbangkan
2. Order N (Tidak sesuai)
:
Lahan yang termasuk order ini adalah lahan yang apabila dikelola
mempunyai kesulitan sedemikian rupa. Lahan digolongkan sebagai tidak
sesuai untuk digunakan suatu usaha pertanian karena berbagai
penghambat.
2. Kelas S2 :
3. Kelas S3 :
IV -5
Laporan Akhir
4. Kelas N1 :
5. Kelas N2 :
IV -6
Laporan Akhir
P4W dan seorang tenaga ahli P4W., termasuk lima orang dari Bapeda Kabupaten
Bandung (Tabel 4.1).
PERSIAPAN
PELAKSANAAN
RRA DESA
Desain Riset
kajian
data sekunder
PELAPORAN
Pencarian
data primer
FGD tingkat
desa
Pelatihan tim
lapangan
pembagian
tugas
ANALISA TIM
Nama
Dudi Taryono
Oban Sobana
Wawan Kusnadi
H. Muchtar Effendi
Asep Supriatna
Elly Hernawan
Dadang Harisuddin
Undang Husni Tamrin
Yayan Agustian
Ruli Isnani
Wachyu Nugraha
Ahmad Baehaqie
M. Arifin
Yadi
Instansi
PPL Disnakkan
PPL Pertanian
PPL Disnakkan
PPL Pertanian
PPL pertanian
PPL pertanian
Bapeda Kab. Bandung
Bapeda Kab. Bandung
Bapeda Kab. Bandung
Bapeda Kab. Bandung
Bapeda Kab. Bandung
P4W IPB
P4W IPB
P4W IPB
Kontak
0813 2007 5024
0813 9466 6253
0856 5938 6580
0813 2112 5480
0852 2073 7956
0813 2116 0553
0812 1469 224
0852 254 8685
0811 214 990
0813 2178 0717
0815 6031 445
0815 1400 3566
0815 6914 041
0818 0225 2692
IV -7
Laporan Akhir
Dari hasil kajian data sekunder yang diberikan oleh PPL yang menjadi
dirujukan awal dalam melakukan kajian primer di masyarakat, maka dapat diperoleh
sebaran komoditas di masing-masing desa.
Penyusunan form isian disesuaikan dengan hasil dari kajian data sekunder,
yang bertujuan untuk memudahkan PPL sebagai enumerator dan masyarakat
sebagai responden dalam pengisian form. Beberapa form yang dibuat yaitu:
Tanaman pangan
Sayuran
Perkebunan
Peternakan
Kawasan
Industri rumahan
Budidaya ikan air tawar
Perdagangan
Rancabali
Ciwidey
Pasir Jambu
Desa
Cipelah
Sukaresmi
Indragiri
Patengan
Alam Endah
Panundaan
Ciwidey
Lebak Muncang
Rawabogo
Panyocokan
Nengkelan
Sukawening
Sugihmukti
Margamulya
Tenjolaya
Pasirjambu
Cisondari
Cibodas
Mekarsari
Cukanggenteng
Cikoneng
Mekarmaju
Surveyor
Nama
Asal Instasi
H. Muhtar Efendi PPL Pertanian
H. Muhtar Efendi
Dudi Taryono
PPL Disnakkan
Dudi Taryono
Tim
Pelatihan
Asep Supriatna
PPL Pertanian
Asep Supriatna
Asep Supriatna
Elli Hernawan
PPL Pertanian
Elli Hernawan
Elli Hernawan
Elli Hernawan
Oban Sobana
PPL Pertanian
Wawan Kusnadi
Oban Sobana
Oban Sobana
Tim
Pelatihan
Wawan Kusnadi
PPL Disnakkan
Wawan Kusnadi
Wawan Kusnadi
Oban Sobana
Oban Sobana
IV -8
Laporan Akhir
B. Pelaksanaan Lapang
Pengumpulan data primer dilakukan untuk mendapatkan data terkini tentang
komoditas unggulan yang sedang diusahakan oleh masyarakat. Metode yang
dilakukan adalah melalui kajian wilayah perdesaan secara cepat (Rapid Rural
Appraisal) dan kelompok diskusi terfokus.
Kajian Cepat
Melakukan kajian singkat dan cepat dalam waktu sehari sebelum dilakukan
kelompok diskusi terfokus tentang sumber daya alam, sumber daya manusia, modal
sosial, ketersediaan infrastruktur, akses keuangan, dan permasalahan yang ada di
desa.
Kelompok Diskusi Terfokus
Pengambilan data komoditas unggulan dan permasalahan dilakukan di
setiap desa terpilih. Untuk mempercepat proses dan mendapatkan data yang valid,
maka dilakukan metode Kelompok Diskusi Terfokus yang melibatkan responden
terkait dengan komoditas terpilih. Rincian prosesnya dilakukan sebagai berikut :
Pengisian form yang sudah dipersiapkan sebelumnya dan sesuai dengan jenis
komoditas unggulan terpilih;
IV -9
Laporan Akhir
Perumusan tujuan adalah upaya yang dilakukan untuk mengetahui arahan program
ke depan. Pola ini dilakukan dengan membuat pernyataan positif dari permasalahan.
C. Penyusunan Jadwal RRA dan FGD per Desa
Pelaksanaan RRA dan FGD untuk masing-masing desa dilakukan dengan
mempertimbangkan lokasi dan tenaga yang tersedia. Jadwal pelaksanaan FGD
tertera pada Tabel 4.3.
Pasir Jambu
Ciwidey
Rancaba
li
Kec
Desa
Cipelah
Sukaresmi
Indragiri
Patengan
Alam Endah
Panundaan
Ciwidey
Lebak Muncang
Rawabogo
Panyocokan
Nengkelan
Sukawening
Sugihmukti
Margamulya
Tenjolaya
Pasirjambu
Cisondari
Cibodas
Mekarsari
Cukanggenteng
Cikoneng
Mekarmaju
28
29
30
Oktober
1
9-19
20
21
22
23
24
25
26
27-31
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Pelatihan
Cleaning Data
IV -10
Laporan Akhir
umum,
metode
analisis
ini
digunakan
untuk
menunjukkan
lokasi
LQ
IJ
X /X
X /X
IJ
I.
.J
..
Dimana:
Xij
Xi.
X.j
X..
IV -11
Laporan Akhir
Data yang biasa digunakan untuk analisis ini antara lain : data tenaga kerja,
data luas atau total suatu komoditas, data PDRB atau data lain. Data tersebut harus
mempunyai beberapa unit sampel dan dapat diketahui jumlah total populasinya yang
lengkap. Sebagai contoh adalah data produksi yang ada dalam unit-unit kecamatan,
oleh karenanya harus diketahui jumlah total produksi tersebut
dalam tingkat
Jika nilai LQij > 1, maka hal ini menunjukkan terjadinya konsentrasi suatu aktifitas
di sub wilayah ke-i secara relatif dibandingkan dengan total wilayah atau terjadi
pemusatan aktifitas di sub wilayah ke-i.
Jika nilai LQij = 1, maka sub wilayah ke-I tersebut mempunyai pangsa aktifitas
setara dengan pangsa total atau konsentrasai aktifitas di wilayah ke-I sama
dengan rata-rata total wilayah.
Jika nilai LQij < 1, maka sub wilayah ke-I tersebut mempunyai pangsa relatif lebih
kecil dibandingkan dengan aktifitas yang secara umum ditemukan diseluruh
wilayah.
IV -12
Laporan Akhir
sebab dari dinamika aktifitas/sektor (total wilayah) dan sebab dari dinamika wilayah
secara umum. Contohnya hasil analisis shift-share bisa digunakan untuk
membandingkan tingkat pertumbuhan aktifitas pertanian di Kawasan Agropolitan
Ciwidey atau kabupaten lain di Jawa Barat dibandingkan secara relatif dengan
tingkat pertumbuhan aktifitas pertanian di Propinsi Jawa Barat diantara dua titik
tahun 1980 dan 1990. Dari hasil analisis ini akan diketahui dinamika cakupan yang
mana yang menjadi penyebab utama pergeseran (peningkatan/penurunan) tersebut.
Kemungkinan penyebabnya adalah dinamika yang terjadi di dalam Kawasan
Agropolitan Ciwidey sendiri, dinamika sektor tertentu di Jawa Barat, atau dinamika di
Propinsi Jawa Barat.
Persamaan
Sebagaimana dijelaskan dalam pendahuluan di atas, dari hasil analisis shift
share diperoleh gambaran kinerja aktifitas di suatu wilayah. Gambaran kinerja ini
dapat dijelaskan dari 3 komponen hasil analisis, yaitu :
1. Komponen Laju Pertumbuhan Total (Komponen share). Komponen ini
menyatakan pertumbuhan total wilayah pada dua titik waktu yang menunjukkan
dinamika total wilayah.
2. Komponen Pergeseran Proporsional (Komponen proportional shift). Komponen
ini menyatakan pertumbuhan total aktifitas tertentu secara relatif, dibandingkan
dengan pertumbuhan secara umum dalam total wilayah yang menunjukkan
dinamika sektor/aktifitas total dalam wilayah.
3. Komponen Pergeseran Diferensial (Komponen differential shift). Ukuran ini
menjelaskan bagaimana tingkat kompetisi (competitiveness) suatu aktifitas
tertentu dibandingkan dengan pertumbuhan total sektor/aktifitas tersebut dalam
wilayah. Komponen ini menggambarkan dinamika (keunggulan/ketakunggulan)
suatu sektor/aktifitas tertentu di sub wilayah tertentu terhadap aktifitas tersebut di
sub wilayah lain.
IV -13
Laporan Akhir
SSA
1 +
(t 0)
X ..
X ..
( t1)
X
X
i ( t 1)
i (t 0)
+
(t 0)
X ..
X ..
( t1)
X
X
ij ( t 1)
ij ( t 0 )
X
X
i (t 0 )
i ( t 1)
Dalam metode
skalogram, seluruh fasilitas umum yang dimiliki oleh setiap unit wilayah didata dan
disusun dalam satu tabel. Metode skalogram ini bisa digunakan dengan menuliskan
jumlah fasilitas yang dimiliki oleh setiap wilayah, atau menuliskan ada/tidaknya
fasilitas tersebut di suatu wilayah tanpa memperhatikan jumlah/kuantitasnya.
Selain itu, melalui metode ini juga dapat diidentifikasi jenis, jumlah dan
karakteristik infrastruktur yang diperlukan sebagai SOC yang akan mendukung
perkembangan perekonomian di kawasan Agropolitan.
IV -14
Laporan Akhir
dan
latihan,
promosi,
perdagangan,
penelitian,
asosiasi
IV -15
Laporan Akhir
Selanjutnya ditetapkan
suatu konsensus misalnya jika nilai rata-rata kepadatan penduduk adalah lebih
besar atau sama dengan (2 x standar deviasi + nilai rata-rata) maka
dikategorikan tingkat perkembangan tinggi, kemudian jika tingkat kepadatan
penduduk antara nilai rata-rata sampai (2 x standar deviasi + nilai rata-rata)
maka termasuk tingkat pertumbuhan sedang dan jika nilai kepadatan penduduk
ini kurang dari nilai rata-rata maka termasuk dalam nilai pertumbuhan rendah.
Secara matematis kelompok tersebut adalah :
X +2
Stdev Kel.I
Tinggi)
X +2
St dev
IV -16
Laporan Akhir
4. Nilai rata-rata jumlah penduduk setiap kelompok (I, II, III) dibagi dengan 1000.
Selanjutnya dari tabel fasilitas pelayanan yang tersusun, batasi wilayah yang
berisi fasilitas untuk tiap kelompoknya. Batas tersebut digunakan sebagai acuan
untuk menuliskan indeks setiap kelompok. Fasilitas yang berada di kolom paling
kiri otomatis akan diisi dengan indeks terkecil (nilai rata-rata populasi/1000 Kel.
III), sedangkan fasilitas yang berada di paling kanan akan diisi dengan indeks
paling besar (nilai rata-rata populasi/1000 Kel. I).
5. Selanjutnya seluruh indeks dari kolom fasilitas yang telah terisi dijumlahkan.
Indeks ini bisa digunakan untuk membandingkan dukungan fasilitas terhadap
jumlah penduduk di setiap wilayah.
D. Analisis Kelayakan Finansial
Untuk melihat kelayakan usaha suatu komiditas/sektor serta suatu kegiatan
investasi seperti dalam pengembangan kawasan pertanian, maka tidak cukup
hanya melihat dari segi fisik saja, faktor terpenting lainnya adalah dari segi
investasi. Dari segi investasi dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu
pendekatan ekonomi dan pendekatan finansial. Analisis biaya manfaat dipilih
dengan mempertimbangkan bahwa saat ini hampir semua alternatif atau skenario
pembangunan dinilai dari segi biaya dan manfaatnya. Hampir semua pihak,
terutama pemerintah dan investor, dalam memperhitungkan suatu skenario
investasi selalu menilainya dari segi manfaat dan biaya yakni dengan menghitung
besarnya nilai NPV, Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate Of Return (IRR)
dan Sensitivitas.
Benefit-Cost Ratio Financial
Analisis B/C ratio finansial bertujuan untuk menentukan kelayakan usaha
suatu komoditas tertentu.
IV -17
Laporan Akhir
dikatakan layak diterima, sedangkan B/C < 0 maka proyek dikatakan tidak layak
diterima. Persamaan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :
IV -18
Laporan Akhir
dimaksud
dengan
kawasan
budidaya
adalah
kawasan
tempat
Jenis dan Kriteria Penetapan Kawasan Budidaya Berdasarkan UndangUndang No. 47 Tahun 1997
Kriteria Penetapan
Kawasan hutan dengan mempertimbangkan lereng,
jenis tanah intensitas hujan. Secara ruang apabila
digunakan
memberi
manfaat
perkembangan
pembangunan dan ekonomi, dan fungsi lindung,
Luas minimal 0.25 ha, mempunyai fungsi lindung, luas
penutupan tajuk minimal 50% dan tanaman cepat
tumbuh. Manfaat ekonomi, lindung, pelestarian.
Memungkinkan dilihat dari faktor teknis
Memungkinkan dilihat dari faktor teknis dan tidak
mengganggu kelestarian fungsi lingkungan hidup
200 m sekeliling mata air
Memungkinkan dilihat dari faktor teknis dan tidak
mengganggu kelestarian fungsi lingkungan hidup
Memungkinkan dilihat dari faktor teknis dan aman dari
bahaya bencana alam maupun buatan manusia, sehat
dan ada akses untuk kesempatan usaha
IV -19
Laporan Akhir
melandasi adalah:
1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945;
2. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3501);
3. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3839);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 96,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3721);
5. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan
Lindung;
Berdasar perundangan maupun peraturan pemerintah yang ada itu kawasan
budidaya pertanian dapat diartikan sebagai kawasan yang ditetapkan dengan fungsi
utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam,
sumber daya manusia dan sumber daya buatan. Kawasan ini dapat berupa:
1. Kawasan budidaya pertanian tanaman tahunan/perkebunan, yaitu berupa
kawasan budidaya pertanian dengan tanaman tahunan/perkebunan sebagai
tanaman utama yang dikelola dengan masukan teknologi sederhana sampai
tinggi, dengan memperhatikan asas konservasi tanah dan air. Kawasan ini bisa
berupa perkebunan besar, perkebunan rakyat, maupun hutan produksi.
2. Kawasan budidaya pertanian lahan basah, yaitu kawasan budidaya pertanian
yang memiliki sistem pengairan tetap yang memberikan air secara terus
menerus sepanjang tahun, musiman atau bergilir dengan tanaman utama padi.
3. Kawasan budidaya pertanian tanaman pangan lahan kering, yaitu areal lahan
kering yang keadaan dan sifat fisiknya sesuai bagi tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan dan peternakan. Kawasan ini berupa areal pertanian dengan sistem
pengelolaan lahan kering dengan kegiatan utama pertanian tanaman pangan
Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah
IV -20
Laporan Akhir
IV -21
Laporan Akhir
alternatif pilihan. Selain kondisi fisik, karena ada aturan-aturan dalam pengalokasian
ruang suatu wilayah, maka dalam mengindentifikasi ketersediaan lahan tersebut
perlu juga dipertimbangkan aturan penataan ruang yang berlaku. Faktor-faktor lain
yang berpengaruh seperti kondisi fisik tanah, kesuburan, kelerengan dan lain-lain
juga perlu dipertimbangkan. Pada bagian ini yang akan dibahas adalah faktor
penggunaan lahan dan tata ruang wilayah, sedangkan mengenai kondisi fisik tanah
dan lain-lain akan dibahas pada bab terpisah.
Pemanfaatan teknologi SIG (Sistem Informasi Geografi) dalam melakukan
analisis-analisis spasial seperti di atas akan sangat membantu. Proses-proses
seperti overlay, penghitungan luas dan lain-lain sangat mudah dilakukan dengan
SIG.
Adanya
lapisan-lapisan
data
yang
berjumlah
banyak
memerlukan
Penggunaan Lahan
Hutan/Vegetasi Lebat
Kebun Campuran
Pemukiman
Perkebunan
Sawah Irigasi
Sawah Tadah Hujan
Semak/Belukar
Tanah Kosong
Badan Air
Sesuai
Status
Tidak Sesuai
IV -22
Laporan Akhir
RTRW
Sesuai
Luas
Tidak Sesuai
IV -23
Laporan Akhir
Tabel 4.7.
Lahan
dan
Rencana
Alokasi
Sawah Irigasi
Semak/Belukar
Waduk
Kawasan Permukiman
Perkotaan
Perkebunan
Kawasan Perkebunan
Kawasan Perdesaan
Kawasan Pengembangan
Perkotaan
Kebun Campuran
Pemukiman
Danau
PENGGUNAAN LAHAN
Badan Air
Hutan/Vegetasi
Lebat
Tanah Kosong
Sumber : Hasil Analisis
Evaluasi lahan adalah suatu proses untuk menilai lahan untuk tujuan
penggunaan tertentu. Hasil evaluasi lahan adalah informasi kesesuaian penggunaan
lahan berdasarkan potensi atau daya dukungnya, sehingga kerusakan lahan dapat
ditekan seminimal mungkin. Evaluasi kesesuaian lahan ini dilakukan dengan cara
mencocokkan (matching) lahan yang terdiri dari tanah dan iklim dengan persyaratan
tumbuh tanaman. Karakteristik lahan diwakili dengan satuan-satuan lahan hasil
analisis dari Peta Rupa Bumi Indonesia, kompilasi data-data terdahulu dan hasil
pengamatan lapang. Sedangkan tanaman-tanaman yang dinilai merupakan calon
komoditas unggulan hasil analisis data statistik dan survey di lapangan. Tanamantanaman yang dinilai meliputi jenis tanaman palawija ubi jalar dan ubikayu; tanaman
buah-buahan berupa pisang, manggis, rambutan dan pepaya; serta tanaman keras
berupa cengkeh.
IV -24
Laporan Akhir
BAB
GAMBARAN UMUM
Sebelah Utara
Sebelah Timur
: Kabupaten Bandung
Sebelah Selatan
: Kabupaten Cianjur
Sebelah Barat
: Kabupaten Cianjur
V-1
Laporan Akhir
V-2
Laporan Akhir
4. Desa Patengan
5. Desa Alamendah
C. Kecamatan Pasirjambu terdiri atas :
1. Desa Sugihmukti
2. Desa Margamulya
3. Desa Tenjolaya
4. Desa Cisondari
5. Desa Mekarsari
6. Desa Cibodas
7. Desa Cukanggenteng
8. Desa Pasirjambu
9. Desa Mekarjambu
10. Desa Cikoneng
Adapun rincian luas wilayah per kelurahan yang ada di Kawasan
Agropolitan Ciwidey dapat dilihat pada Tabel 5.1 :
Tabel 5.1. Luas Wilayah Per Desa
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Kecamatan
Kecamatan Ciwidey
Kecamatan Pasirjambu
Kecamatan Rancabali
Grand Total
Desa
Ciwidey
Lebakmuncang
Nengkelan
Panundaan
Panyocokan
Rawabogo
Sukawening
Cibodas
Cikoneng
Cisondari
Cukanggenteng
Margamulya
Mekarmaju
Mekarsari
Pasirjambu
Sugihmukti
Tenjolaya
Alam Endah
Cipelah
Indragiri
Patengan
Sukaresmi
Luas (Ha)
211.707
1672.578
442.845
314.977
408.068
1056.787
739.959
878.910
370.664
2295.583
489.908
740.205
165.767
1822.711
246.056
10077.262
6870.584
1296.938
4434.920
2484.280
4640.673
1980.170
43641.552
V-3
Laporan Akhir
Dari Tabel 5.1 dapat disimpulkan bahwa Desa Sugihmukti memiliki luas
wilayah yang paling besar yaitu 14725,8 Ha, sedangkan untuk luas wilayah yang
paling kecil adalah Desa Mekarmaju yaitu sebesar 180,0 Ha.
Banjaran
Ciwidey
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
252
256
295
182
149
99
63
85
139
155
218
258
223
246
250
226
172
82
71
47
105
216
288
236
338
315
304
220
206
117
86
59
106
187
325
338
172
154
297
209
145
71
43
60
82
150
258
216
259
208
275
213
170
101
82
66
88
177
164
210
267
194
202
181
89
71
41
64
84
138
266
297
285
224
240
282
111
86
82
43
48
122
173
161
Jumlah
Zone
Agroklimat
2.152
B1
2.163
B1
1.977
B2
2.603
B1
1.857
B3
2.12
B1
2188
B1
1718
B3
Cimeta
V-4
Laporan Akhir
Temperatur udara
Data temperatur udara diperoleh dari stasiun pengamat di Cirata (+ 250
m di atas permukaan laut) yang tercatat dalam periode 1993-2003 (Tabel 5.3).
Temperatur udara rata-rata tahunan di daerah Cirata dan sekitarnya adalah
26,0oC. Sedangkan temperatur maksimum rata-rata tahunan adalah 30,4oC dan
temperatur minimum rata-rata tahunan adalah 21,7oC.
Temperatur rata-rata
bulanan tertinggi terjadi pada bulan September sebesar 27,2oC dan terrendah
terjadi pada bulan Januari sebesar 25,0oC. Dari data tersebut terlihat bahwa
perbedaan temperatur antara bulan terpanas dan terdingin sebesar 2,2oC.
Dari data pada Tabel 5.3 terlihat bahwa temperatur rata-rata tahunan
sebesar 21,5oC. Temperatur terendah terjadi pada bulan January sebesar 20,5oC
dan temperatur tertinggi sebesar 22,5oC.
digunakan sebagai parameter dalam penilaian kesesuaian lahan untuk tanamantanaman dataran tinggi, seperti halnya untuk daerah sentra sayur.
5.2.1. Hidrologi
Keadaan hidrologi dari suatu wilayah mencerminkan kondisi tata air dari
wilayah tersebut yang terlihat dari keadaan sungai-sungai yang mengalir,
disamping faktor iklim terutama curah hujan. Daerah penelitian merupakan
daerah aliran sungai (DAS) Citarum. Di daerah ini terdapat situ yang bisa
digunakan pembangkit tenaga listrik, yaitu situ Patengang, sungai dari daerah
penelitian adalah S. Ciwidey.
Jaringan sungai/anak sungai yang terbentuk secara alami sangat
ditentukan oleh kondisi strata batuan, dan topografi.
Jaringan sungai/anak
sungai tersebut dikenal dengan nama pola drainase. Pola drainase di daerah
penelitian
subparalel. Pola drainase radial merupakan pola drainase yang terdapat pada
daerah-daerah volkan yang mempunyai bentuk kerucut. Pola ini ini terdapat di
bagian hulu dari sungai-sungai daerah penelitian. Bagian hulu dari semua sungai
yang ada di daerah poenelitian berasal dari G. Malabar, G. Tilu, G. Puntang dan
G. Tanjaknangsi
sungai yang berada di bagian hilir anak-anak sungai Citarum yang mengalir di
wilayah utara dan bermuara di Sungai Citarum.
V-5
Laporan Akhir
Tabel 5.3.
Temperatur ( C)
Bulan
Rata-rata
Maksimum
Minimum
Januari
25,0
28.5
21,6
Ketinggian
1.000 m
20,5
Februari
25,1
29,1
21,0
20,6
Maret
26,5
30,9
22,0
22,0
April
25,5
29,7
22,1
21,0
Mei
26,0
30,6
21,8
21,5
Juni
25,4
29,9
20,9
20,9
Juli
26,1
30,6
21,6
21,6
Agustus
26,9
31,9
21,8
22,4
September
27,2
32,7
21,9
22,7
Oktober
26,3
31,1
21,6
21,8
Nopember
26,1
30,5
21,8
21,6
Desember
25,7
29,8
21,8
21,2
Rata-rata
26,0
30,4
21,7
21,5
V-6
Laporan Akhir
BAHAN_INDUK
CIWIDEY
PASIRJAMBU
RANCABALI
Total
Aluvium
108,4
380,1
92,3
580,8
Aluvium/koluvium
832,8
1230,8
297,6
2361,2
1066,0
13348,3
5108,5
19522,8
34,4
389,4
858,4
1282,2
Batuan andesit
19,4
5967,3
5986,7
12,2
12,2
Koluvium liat
1058,3
1058,3
Koluvium volkan
9
10
1246,1
4004,3
751,9
6002,2
607,5
992,7
260,2
1860,4
(blank)
690,2
741,4
576,1
2007,7
4585,3
22176,8
13912,3
40674,4
Total
Sumber : Hasil Analisis
V-7
Laporan Akhir
V-8
Laporan Akhir
5.2.3. Topografi
Topografi wilayah Ciwidey merupakan daerah dengan topografi relatif
bergelombang dan sedikit datar. Daerah ini terletak pada ketinggian kurang lebih
1100 meter di atas permukaan air laut. Bentuk wilayah yang terdapat di ketiga
kecamatan tersebut adalah berbukit (15 25 %), bergelombang (8 15 %),
berombak (3 8 %), dan datar (0 3 %). Daerah bergelombang dan berombak
sebagian besar terdapat di Kecamatan Pasirjambu, yaitu seluas 12749,6 Ha
untuk luas wilayah bergelombang (8 15%). Untuk melihat lebih jelas kondisi
bentuk wilayah di wilayah Ciwidey dapat dilihat pada Tabel 5.5 dan Gambar 5.4
bahwa bentuk wilayah bergelombang mendominasi wilayah pengembangan
agropolitan Ciwidey.
Tabel 5.5. Bentuk Wilayah Kawasan Agropolitan Ciwidey Tahun 2006
No
1
2
3
4
5
BENTUK_WILAYAH
Datar ( 0 - 3 % )
Berombak ( 3 - 8 %)
Bergelombang ( 8 - 15 % )
Berbukit ( 15 - 25 %)
(Blank)
Grand Total
CIWIDEY
108,4
1667,8
445,5
1673,4
690,2
4585,3
PASIRJAMBU
230,2
5518,9
12749,6
2936,8
741,4
22176,8
RANCABALI
92,3
3459,3
3958,1
5826,4
576,1
13912,3
Total
430,9
10646,0
17153,2
10436,6
2007,7
40674,4
V-9
Laporan Akhir
V - 10
Laporan Akhir
5.2.4. Tanah
Tanah-tanah didaerah kawasan agropolitan Ciwidey berkembang dari
batuan Lava andesit dan basalts, penyebarannya cukup luas dan dijumpai pada
relief berombak bergelombang sampai berbukit. Tanah bervariasi dari agak
dalam sampai sangat dalam, berdrainase baik, dan reaksi tanah masam sampai
agak masam. Diklasifikasikan sebagai
Andisols dan Mollisol. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.6.
Tabel 5.6. Sebaran Landform Kawasan Agropolitan Ciwidey Tahun 2006
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Landform
Dataran aluvial
Dataran bekas danau
Dataran Tektonik
Dataran Volkan
Jalur aliran
Kaki Pegunungan Volkan
Perbukitan Tektonik
Perbukitan Volkan Tua
(blank)
Grand Total
Ciwidey
108,4
34,4
490,9
787,4
800,6
1066,0
607,5
690,2
4585,3
Pasir Jambu
149,9
230,2
12145,8
2682,1
272,1
3018,5
2662,4
274,4
741,4
22176,8
Rancabali
92,3
2560,1
297,6
6719,1
3406,8
260,2
576,1
13912,3
Total
149,9
430,9
14740,2
3173,0
1357,1
10538,3
7135,2
1142,1
2007,7
40674,4
sebagai
tanah
Inceptisols
dan
Andisols
(Aquands)
V - 11
Laporan Akhir
Andisols
Andisols dikenal dengan nama tanah Andosol tingkat perkembangan
tanahnya masih lemah dicirikan oleh perkembangan struktur masih lemah juga
iluviasi liat masih lemah, mempunyai sifat andik, retensi fosfat tinggi (> 85 %). Di
daerah penelitian tanah ini dijumpai pada landform Krucut volkan, lereng volkan,
kaki volkan dan lungur volkan dengan relief berombak, bergelombang sampai
berbukit dan bergunung.
Aquands tanah ini dicirikan oleh adanya sifat andik (tekstur licin dan
menyabun), tanah lapisan atas berwarna kelabu (10 YR 5/1 ) dan kelabu
kecoklatan ( 10 YR 5/2 ), tanah lapisan bawah berwarna kelabu (10 YR 5/1);
tekstur lempung liat berdebu; konsistensi agak lekat agak plastis; reaksi tanah
masam.
Ultisols
Tanah ini dikenal dengan nama Podsolik penyebarannya tidak terlalu luas
di daerah penelitian dijumpai pada landform lereng bawah dan kaki volkan,
secara morfologis tanah ini dicirikan oleh adanya horison bawah argilik atau telah
adanya peningkatan liat. Pada tingkat grup Ultisols diklasifikasikan sebagai
Hapludults.
Tanah ini dicirikan oleh kedalaman tanah yang agak dalam dan
dalam, adanya peningkatan liat pada hoprison dibawahnya, warna tanah lapisan
atas coklat gelap ( 10 YR 4/3, 7.5 YR3/4 dan 7.5 YR 4/4 ) dan coklat gelap
kekuningan ( 10 YR 3/4,10 YR 4/4, 10 YR 4/6, 5/6 ); tekstur liat; struktur cukup
kuat gumpat agak bersudut; konsistensi teguh, lekat dan plastis; reaksi tanah
masam.
Alfisol
Tanah ini dikenal dengan nama Mediteran, penyebarannya tidak terlalu
luas di daerah penelitian dijumpai pada landform lereng bawah dan kaki volkan.
Secara morfologis tanah ini dicirikan oleh adanya horison bawah argilik atau
telah ada peningkatan liat dan kejenuhan basa > 35 %.
Inceptisols
Inceptisols adalah tanah dengan tingkat perkembangan lemah yang
dicirikan oleh adanya horizon penciri kambik, struktur tanah dan iluviasi liat yang
masih lemah dan terdapatnya karatan pada lahan basah. Penyebaranya dijumpai
Penyusunan Masterplan Perencanaan Ekonomi Daerah
V - 12
Laporan Akhir
baik pada lahan basah yang sudah disawahkan berdrainase jelek, dicirikan oleh
sifat hidromorfik yang dominan (rejim kelembaban aquik) maupun pada lahan
kering yang berdrainase baik . Relief bervariasi dari datar sampai bergunung,
kedalaman tanah bervariasi dari dangkal sampai dalam, reaksi tanah bervariasi
dari masam, agak masam sampai netral.
Klasifikasi tanah pada tingkat Sub Group, tanah di kawasan Agropolitan
Ciwidey dapat dikelompokkan kedalam 20 Sub Group (Tabel 5.7 dan Gambar
5.4).
Tabel 5.7. Legenda Peta Tanah Kawasan Agropolitan Ciwidey
No.
Klasifikasi tanah
Proporsi
SPT
(USDA)
Tanah Pada Ketinggian 400 - 700 m DPL
2
Aquic Eutrudepts
Typic Endoaquepts
30
aliran
Typic Hapludults
50
Kaki volkan
Andic Eutrudepts
25
Typic Kandiudalfs
Typic Hapludults
25
50
10
70
Land form
Andic Eutrudepts
30
Typic Kandiudalfs
Ketinggian Tempat 1000-1500 mdpl
11
Typic Endoaquands
20
Typic Epiaquands
30
Aquic Hapludands
20
12
13
14
15
Typic Epiaquands
50
50
Aquic Hapludandns
30
Typic Endoaquands
20
Ultic Hapludands
50
Andic Dystrudepts
25
Typic Hapludands
25
Ultic Hapludands
50
Andic Dystrudepts
30
Typic Hapludands
20
Typic Kandiudalfs
50
Andic Eutrudepts
25
16
Ultic Hapludands
Ultic Hapludands
25
70
17
Typic Melanudands
Typic Hapludands
18
19
Jalur
Bentuk wilayah/
Lereng
Bahan Induk
Berombak
Aluvium
Bergelombang
Andesit/ B
AR 55,56
JH66
8 15
Kaki volkan
Profil Pewakil
Berbukit
JH53
JH63
Andesit/Basalt
15 45
JH 56
KM60
KM64
JH63
Lereng bawah
volkan
Bergelombang
Koluvium
8 15
AR 2
JH 48
KAR 12
Lereng bawah
volkan
Berbukit
Koluvium
15 30
JH30
KAR 12
JH 48
Lereng bawah
volkan
Bergelombang
8 15
JH50
KM57
AR5,
Lereng bawah
volkan
Berbukit
15 - 45
KM41, AR41
KMA 9
KAK 1
Lereng bawah
volkan
Bergunung
KM59
> 45
JH50
Melandai
Andesit/basalt
dan
AR 47
AR12
30
60
15
Bergelombang
tuf
Andesit/basalt
dan
KM16
AR 6, 21
Ultic Hapludands
Ultic Hapludands
40
50
Berbukit
tuf
Andesit/ basalt
dan
KM13
KM5, 11,17
15 45
tuf
KM57
Bergunung
Andesit/ basalt
dan
KM 1, 15,19
>45
tuf
KPT 31
Lithic Hapludands
30
Andic Dystrudepts
20
Typic Hapludands
60
Lithic Hapludands
40
AR 9
Aliran lava/ lahar
V - 13
Laporan Akhir
23
50
Dataran volkan
Bergelombang
AR 39
Typic hapludands
25
JH 21
Pachic Melanudands
25
AR 41, KM32
Typic Epiaquands
50
Aquic Hapludands
25
Typic Endoaquands
25
24
Ultic Hapludands
Typic Melanudands
60
40
25
Ultic Hapludands
70
26
Lithic Hapludands
Typic Hapludands
30
60
Lithic Hapludands
40
27
Ultic Hapludands
70
Lithic Hapludands
30
Lereng tengah
volkan
Bergelombang
Koluvium
8 15
JH30
JH41
JH47
Lereng tengah
volkan
Lereng tengah
volkan
Lereng tengah
volkan
Berbukit
15 45
Berbukit
,KAR 10, 12
AR 37, 43
AR23, 15, 60
15 45
Bergunung
> 45
Lereng tengah
volkan
Bergunung
JH 20, 1, R44
AR26,
KM17,30
KM11
Andesit dan tuf
>45
AR32,34
KM11
Typic Hapludands
28
29
Ultic Hapludands
50
Andic Dystrudepts
25
Lithic Hapludands
Lithic Hapludands
25
60
Ultic Hapludands
40
Lereng atas
volkan
Bergunung
> 45
Krucut volkan
Bergunung
> 45
AR29, 54
AR 18, 47
KM7, KAR 47
KM11
AR 32
V - 14
Laporan Akhir
sebagian besar terdiri dari kebun campuran, tegalan, sawah irigasi teknis, sawah
irigasi sederhana dan semak belukar.
Komposisi tanah pada SPT ini adalah Typic Hapludults (dominan), Andic
Eutrudepts,dan Typic Kandiudalfs, SPT ini merupakan kaki volkan , bentuk
wilayah bergelombang (lereng 8 - 15 %), bahan induk basalt dan andesit;
kedalaman tanah dalam dan dangkal, drainase baik . Faktor penghambat pada
SPT ini adalah lereng yang terjal dan sebagian tanah dangkal.
Satuan Peta Tanah 10. Typic Hapludults, Andic Eutrudepts dan Typic
Kandiudalfs, pada landform kaki volkan, dengan bentuk wilayah
berbukit, terbentuk dari bahan induk andesit/ basalt, ketinggian
tempat antara 700 1000 m dpl.
Satuan peta tanah (SPT) ini terdapat di Kecamatan Pasirjambu ( 17 ha), dijumpai
pada landform kaki volkan, dengan bentuk wilayah berbukit. Penggunaan lahan
sebagian besar terdiri dari kebun campuran, semak belukar, tegalan, sawah
irigasi teknis, sawah irigasi sederhana dan kebun teh.
Komposisi tanah pada SPT ini adalah Typic Hapludults (dominan), Andic
Eutrudepts dan Typic Kandiudalfs, SPT ini merupakan landform kaki volkan,
bentuk wilayah berbukit (lereng 15 25 %), bahan induk basalt dan andesit;
kedalaman tanah dalam dan dangkal, drainase baik. Pada SPT ini terdapat tanah
lain yang penyebarannya sempit < 10 % yaitu Typic Eutrudepts. Faktor
penghambat pada SPT ini adalah lereng yang agak terjal dan sebagian tanah
ada yang kedalamannya dangkal.
Satuan Peta Tanah 11. Typic Endoaquands, Typic Epiaquands dan Aquic
Hapludands, pada landform lereng bawah volkan, dengan bentuk
wilayah bergelombang, terbentuk dari bahan induk koluvium,
ketinggian tempat antara 1000 1500 m dpl.
Satuan peta tanah ini penyebarannya tersebar di Kecamatan Ciwidey (45 ha)
dan Kecamatan Pasirjambu 959 ha, dijumpai pada landform lereng bawah volkan
dengan bentuk wilayah bergelombang. Penggunaan lahan sebagian besar terdiri
dari sawah irigasi sederhana, kebun campuran, tegalan, hutan Eucalyptus,
semak belukar dan hutan primer.
Komposisi tanah pada SPT ini adalah Typic Endoaquands (dominan), Typic
Epiaquands dan Aquic Hapludands, SPT ini merupakan lereng bawah volkan,
bentuk wilayah bergelombang (lereng 8 15 %), bahan induk koluvium volkan;
kedalaman tanah dalam, drainase terhambat. Pada SPT ini terdapat tanah lain
yang penyebarannya sempit < 10 % mirip dengan Typic Endoaquands yaitu
Aeric Endoaquands. Factor penghambat drainase terhambat untuk tanaman
tahunan dan untuk tanaman semusim.
Satuan Peta Tanah 12. Typic Epiaquands, Aquic Hapludands dan Typic
Endoaquads, pada landform lereng bawah volkan, dengan bentuk
wilayah berbukit, terbentuk dari bahan induk koluvium volkan,
ketinggian tempat antara 1000 1500 m dpl.
Satuan peta tanah (SPT) ini terdapat di Kecamatan Ciwidey 787 ha, Kecamatan
Pasirjambu 272 ha dan Kecamatan Rancabali 298 ha, dijumpai pada landform
lereng bawah volkan dengan bentuk wilayah berbukit. Penggunaan lahan
sebagian besar terdiri dari sawah irigasi sederhana, sawah irigasi teknis, semak
Penyusunan Masterplan Perencanaan Ekonomi Daerah
V - 15
Laporan Akhir
belukar, kebun campuran, tegalan, kebun teh, hutan primer dan hutan
eucalyptus.
Komposisi tanah pada SPT ini adalah Typic Epiaquands (dominan), Aquic
Hapludands dan Typic Endoaquands, SPT ini merupakan lereng bawah volkan ,
bentuk wilayah berbukit (lereng 15 30 %), bahan induk koluvium volkan;
kedalaman tanah dalam, drainase agak terhambat dan terhambat. Pada SPT ini
terdapat tanah lain penyebarannya sempit < 5 % yaitu Typic Hapludands. Factor
penghambat
Satuan Peta Tanah 13. Ultic Hapludands, Andic Dystrudepts dan Typic
Hapludands, pada landform lereng bawah volkan, dengan bentuk
wilayah bergelombang, terbentuk dari bahan induk andesit dan tuf,
ketinggian tempat antara 1000 1500 m dpl.
Satuan peta tanah (SPT) ini terdapat di Kecamatan Ciwidey (108 ha), Kecamatan
Pasirjambu 230 ha, dan Kecamatan Rancabali 92 ha dijumpai pada landform
lereng bawah volkan dengan bentuk wilayah bergelombang. Penggunaan lahan
sebagian besar terdiri dari tegalan, kebun campuran, sawah irigasi, semak
belukar, hutan primer dan hutan eucalyptus.
Komposisi tanah pada SPT ini adalah Ultic Hapludands (dominan),Andic
Dystrudepts dan Typic Hapludands. SPT ini merupakan lereng bawah volkan,
bentuk wilayah berombak (lereng 3 - 8 %), bahan induk andesit dan tuf;
kedalaman tanah dalam, drainase terhambat. Pada SPT ini terdapat tanah lain
yang penyebarannya sempit < 10 % mirip dengan Ultic Hapludands yaitu Typic
Melanudands. Faktor penghambat pada SPT ini adalah drainase yang buruk
untuk tanaman tahunan.
Satuan Peta Tanah 14. Ultic Hapludands, Andic Dystrudepts dan Typic
Hapludands, pada landform lereng bawah volkan, dengan bentuk
wilayah berbukit, terbentuk dari bahan induk andesit dan tuf,
ketinggian tempat antara 1000 1500 m dpl.
Satuan peta tanah ini terdapat di Kecamatan Ciwidey 445 ha dan Kecamatan
Pasirjambu 1005 ha dijumpai pada landform lereng bawah volkan dengan bentuk
wilayah berbukit. Penggunaan lahan sebagian besar terdiri dari tegalan, kebun
campuran, semak belukar, hutan primer, sawah irigasi sederhana seluas, sawah
irigasi teknis seluas, kebun teh, hutan sekunder dan hutan eucalyptus.
Komposisi tanah pada SPT ini adalah Ultic Hapludands (dominan), Andic
Dystrudepts dan Typic Hapludands, SPT ini merupakan dataran volkan, bentuk
wilayah berbukit (lereng 15 45 %), bahan induk koluvium volkan; kedalaman
tanah dalam, drainase agak terhambat dan terhambat. Pada SPT ini terdapat
tanah lain penyebarannya sempit < 10 % mirip dengan Oxyaquic Eutrudepts
yaitu Aquic Eutrudepts.
Satuan Peta Tanah 15. Typic Kandiudalfs, Andic Eutrudepts dan Ultic
Hapludands, pada landform lereng bawah volkan, dengan bentuk
wilayah bergunung, terbentuk dari bahan induk ndesit dan tuf,
ketinggian tempat antara 1000 1500 m dpl.
Satuan peta tanah ini terdapat di Kecamatan Ciwidey 801 ha dan Kecamatan
Pasirjambu 2.688 ha, dijumpai pada landform lereng bawah volkan dengan
Penyusunan Masterplan Perencanaan Ekonomi Daerah
V - 16
Laporan Akhir
V - 17
Laporan Akhir
Komposisi tanah pada SPT ini adalah Ultic Hapludands (dominan), Lithic
Hapludands dan Ultic Hapludands. SPT ini merupakan daerah aliran aliran
lava dan lahar, bentuk wilayah berbukit (lereng 15 45 %), bahan induk batuan
andesit; basalt dan tuf kedalaman tanah dalam sampai sangat dalam, drainase
baik. Pada SPT ini terdapat tanah lain penyebarannya sempit < 10 % mirip
dengan Andic Dystrudepts yaitu Typic Hapludands.
Satuan Peta Tanah 19. Typic Hapludands dan Lithic Hapludands, pada
landform aliran lava dan lahar, dengan bentuk wilayah bergunung,
terbentuk dari bahan induk andesit/basalt dan tuf, ketinggian
tempat antara 1000 1500 m dpl.
Satuan peta tanah (SPT) ini terdapat di Kecamatan Pasirjambu (2.159 ha),
dijumpai pada landform aliran lava dan lahar dengan bentuk wilayah bergunung.
Penggunaan lahan sebagian besar terdiri kebun teh, semak belukar, hutan
primer, hutan sekunder, hutan damar, tegalan, kebun campuran dan sawah
irigasi sederhana.
Komposisi tanah pada SPT ini adalah Typic Hapludands ( dominan
Hapludands. SPT ini merupakan daerah aliran lava dan lahar, bentuk
bergunung (lereng > 45 %), bahan induk batuan andesit, basalt
kedalaman tanah dalam sampai sangat dalam, drainase baik.
penghambat pada SPT ini adalah keadaan lereng yang terjal.
), Lithic
wilayah
dan tuf
Faktor
Satuan Peta Tanah 22. Typic Melanudands, Typic Hapludands dan Pachic
Melanudands, pada landform dataran volkan, dengan bentuk
wilayah bergelombang, terbentuk dari bahan induk tuf dan abu
volkan, ketinggian tempat antara 1500 2000 m dpl.
Satuan peta tanah (SPT) ini terdapat di Kecamatan Pasirjambu 718 ha, dijumpai
pada landform dataran volkan dengan bentuk wilayah bergelombang.
Penggunaan lahan sebagian besar terdiri dari kebun teh, semak belukar, hutan
primer, hutan sekunder, tegalan dan padang rumput.
Komposisi tanah pada SPT ini adalah Typic Melanudands (dominan), Typic
Hapludands dan Pachic Melanudands. SPT ini merupakan dataran volkan,
bentuk wilayah bergelombang (lereng 8 15 %), bahan induk tuf dan abu volkan;
kedalaman tanah sangat dalam, drainase baik. Pada SPT ini terdapat tanah lain
penyebarannya sempit < 10 % mirip dengan tanah Typic Hapludands yaitu Ultic
Hapludands.
Satuan Peta Tanah 23. Typic Epiaquands, Aquic Hapludands dan Typic
Endoaquands, pada landform lereng tengah volkan, dengan
bentuk wilayah bergelombang, terbentuk dari bahan induk
koluvium volkan, ketinggian tempat antara 1500 2000 m dpl.
Satuan peta tanah (SPT) ini terdapat di Kecamatan Ciwidey (607 ha), Kecamatan
Pasirjambu 274 ha dan Kecamatan Rancabali 260 ha, dijumpai pada landform
lereng tengah volkan dengan bentuk wilayah bergelombang. Penggunaan lahan
sebagian terdiri dari tegalan, kebun teh, kebun campuran, hutan primer, semak
belukar, sawah irigasi, hutan eucalyptus dan hutan sekunder.
V - 18
Laporan Akhir
Komposisi tanah pada SPT ini adalah Typic Epiaquands (dominan), Aquic
Hapludands dan Typic Endoaquands. SPT ini merupakan lereng tengah volkan,
bentuk wilayah bergelombang (lereng 8 - 15 %), bahan induk koluvium volkan;
kedalaman tanah dalam sampai sangat dalam, drainase baik. Pada SPT ini
terdapat tanah lain penyebarannya sempit < 10 % mirip dengan Aquic
Hapludands yaitu Typic Hapludands.
Satuan Peta Tanah 24. Ultic Hapludands dan Typic Melanudands, pada
landform lereng tengah volkan, dengan bentuk wilayah berbukit,
terbentuk dari bahan induk andesit dan tuf, ketinggian tempat
antara 1500 2000 m dpl.
Satuan peta tanah (SPT) ini terdapat di Kecamatan Pasirjambu 1.058 ha,
dijumpai pada landform lereng tengah volkan dengan bentuk wilayah berbukit.
Penggunaan lahan sebagian besar terdiri dari kebun teh, tegalan, hutan primer,
semak belukar, rumput dan kebun campuran.
Komposisi tanah pada SPT ini adalah Ultic Hapludandss (dominan) dan Typic
Melanudands. SPT ini merupakan lereng tengah volkan, bentuk wilayah berbukit
(lereng 15 45 %), bahan induk andesit dan tuf; kedalaman tanah dalam,
drainase terhambat. Pada SPT ini terdapat tanah lain yang penyebarannya
sempit < 5 % mirip Ultic Hapludands yaitu Typic Hapludands.
Satuan Peta Tanah 25. Ultic Hapludands dan Lithic Hapludands, pada
landform lereng tengah volkan, dengan bentuk wilayah berbukit,
terbentuk dari bahan induk andesit dan tuf, ketinggian tempat
antara 1500 2000 m dpl.
Satuan peta tanah (SPT) ini terdapat di Kecamatan Ciwidey 34 ha, Kecamatan
Pasirjambu 372 ha dan Kecamatan Rancabali 858 ha, dijumpai pada landform
lereng tengah volkan dengan bentuk wilayah berbukit. Penggunaan lahan
sebagian besar terdiri dari kebun teh, hutan eucalyptus, semak belukar, hutan
primer, hutan sekunder, kebun campuran, tegalan dan hutan pinus.
Komposisi tanah pada SPT ini adalah Ultic Hapludands (dominan), dan Lithic
Hapludands. SPT ini merupakan lereng tengah volkan, bentuk wilayah berbukit
(lereng 15 45 %), bahan induk andesit dan tuf, kedalaman tanah dalam sampai
sangat dalam, drainase baik.
Satuan Peta Tanah 26. Typic Hapludands dan Lithic Hapludands, pada
landform lereng tengah volkan, dengan bentuk wilayah bergunung,
terbentuk dari bahan induk andesit dan tuf, ketinggian tempat
antara 1500 2000 m dpl.
Satuan peta tanah (SPT) ini terdapat di Kecamatan Kecamatan Pasirjambu 5.996
ha dan Kecamatan Rancabali 1.233 ha, dijumpai pada landform lereng tengah
volkan dengan bentuk wilayah bergunung. Penggunaan lahan sebagian besar
terdiri dari kebun teh, hutan primer, semak belukar, hutan eucalyptus, tegalan,
hutan sekunder dan sawah irigasi.
V - 19
Laporan Akhir
V - 20
Laporan Akhir
Komposisi tanah pada SPT ini adalah Typic Hapludands (dominan) dan Lithic
Hapludands. SPT ini merupakan lereng tengah volkan, bentuk wilayah
bergunung (lereng > 45 %), bahan induk andesit dan tuf; kedalaman tanah dalam
sampai sangat dalam, drainase baik.
Satuan Peta Tanah 27. Ultic Hapludands, Lithic Hapludands dan Typic
Hapludands, pada landform lereng tengah volkan, dengan bentuk
wilayah bergunung, terbentuk dari bahan induk andesit dan tuf,
ketinggian tempat antara 1500 2000 m dpl.
Satuan peta tanah ini terdapat di Kecamatan Pasirjambu 3.424 ha, dijumpai pada
landform lereng tengah volkan dengan bentuk wilayah bergunung. Penggunaan
lahan sebahagian besar terdiri dari hutan primer, semak belukar, kebun teh,
hutan sekunder, hutan pinus dan tegalan.
Komposisi tanah pada SPT ini adalah Ulthic Hapludands (dominan), Lithic
Hapludands dan Typic Hapludands. SPT ini merupakan lereng tengah tengah
volkan, bentuk wilayah bergunung (lereng > 45 %), bahan induk andesit dan tuf;
kedalaman tanah dalam sampai sangat dalam, drainase baik
Factor
penghambat
Satuan Peta Tanah 28. Ultic Hapludands, Andic Dystrudepts dan Lithic
Hapludands, pada landform lereng atas volkan, dengan bentuk
wilayah bergunung, terbentuk dari bahan induk andesit dan tuf,
ketinggian tempat antara 1500 2000 m dpl.
Satuan peta tanah (SPT) ini terdapat di Kecamatan Ciwidey 987 ha, Kecamatan
Pasirjambu 2.633 ha dan Kecamatan Rancabali 3.407 ha, dijumpai pada
landform lereng atas volkan dengan bentuk wilayah bergunung. Penggunaan
lahan sebahagian besar terdiri dari hutan primer 7.954 ha, kebun teh, semak
belukar, hutan sekunder, kebun campuran, hutan pinus, tegalan, hutan
eucalyptus dan sawah irigasi seluas.
Komposisi tanah pada SPT ini adalah Ulthic Hapludands (dominan), Andic
Dystrudepts dan Lithic Hapludands. SPT ini merupakan lereng atas volkan,
bentuk wilayah bergunung (lereng > 45 %), bahan induk andesit dan tuf;
kedalaman tanah dalam dan dangkal, drainase baik. Faktor penghambat pada
SPT ini adalah keadaan lereng yang terjal dan sebagian kedalaman tanah
dangkal.
Satuan Peta Tanah 29. Lithic Hapludands dan Ultic Hapludands, pada
landform kerucut volkan, dengan bentuk wilayah bergunung,
terbentuk dari bahan induk andesit dan tuf, ketinggian tempat
antara 1500 2000 m dpl.
Satuan peta tanah (SPT) ini terdapat di Kecamatan Ciwidey 79 ha, Kecamatan
Pasirjambu 1.294 ha dan Kecamatan Rancabali 469 ha, dijumpai pada landform
krucut volkan dengan bentuk wilayah bergunung. Penggunaan lahan sebahagian
besar terdiri dari hutan primer, kebun teh, semak belukar, hutan sekunder dan
hutan eucalyptus.
V - 21
Laporan Akhir
Komposisi tanah pada SPT ini adalah Lithic Hapludans (dominan) dan Ulthic
Hapludands. SPT ini merupakan krucut volkan, bentuk wilayah bergunung
(lereng > 45 %), bahan induk andesit dan tuf, kedalaman tanah dangkal dan
sedang, drainase baik. Pada SPT ini terdapat tanah lain penyebarannya sempit <
10 % yaitu Typic Hapludands kedalaman tanahnya dalam.
Luas (Ha)
Persentase (%)
67,1
0,16
126,4
0,31
1929,4
4,74
12132,3
29,83
908,4
2,23
1777,3
4,37
56,8
0,14
Kebun Teh
12771,1
31,40
Pemukiman
1946,9
4,79
16,0
0,04
1653,0
4,06
769,7
1,89
1488,2
3,66
Semak Belukar
3293,7
8,10
0,3
0,00
1738,3
4,27
40674,7
100,00
Rumput
Sawah Irigasi Sederhana
Sawah Irigasi Semi Teknis
Tegalan (palawija)
Tegalan (Sayuran Dataran Tinggi)
Total
V - 22
Laporan Akhir
V - 23
Laporan Akhir
5.3. Kependudukan
5.3.1. Jumlah Dan Persebaran Penduduk
Jumlah Penduduk pada ketiga kecamatan tersebut pada tahun 2000
sebanyak 162.280 Jiwa, dengan jumlah penduduk tertinggi terdapat di Desa
Alamendah Kecamatan Rancabali yaitu 15.441 Jiwa, sedangkan untuk daerah
yang jarang penduduknya terdapat di Desa Nengkelan Kecamatan Ciwidey yaitu
4.238 Jiwa. Sampai pada tahun 2006 jumlah penduduk Kawasan Agropolitan
Ciwidey terus bertambah menjadi 184.145 Jiwa, dengan jumlah penduduk
tertinggi masih berada di Desa Alamendah Kecamatan Rancabali mencapai
17.353 Jiwa atau sekitar 38,6 % dari total jumlah penduduk Rancabali,
sedangkan yang terkecil jumlah penduduknya berada di Desa Indragiri
Kecamatan Rancabali dengan jumlah penduduk mencapai 4.376 jiwa atau
sekitar 9,74 % dari total jumlah penduduk Kecamatan Rancabali. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.9.
Tabel 5.9.
Kecamatan
Ciwidey
Rancabali
Pasirjambu
2000
332
218
712
800
485
373
700
1.947
3.511
1.160
2.462
506
4.378
304
1.000
2.024
52
130
489
146
139
474
22.341
Luas (ha)
2003
321
218
389
800
760
346
700
502
3.511
2.642
2.614
506
392
386
1.000
701
1.228
1.859
477
145
140
19.637
2006
321,3
218,3
389,2
800
759,8
346,2
700,2
606,7
113,9
191
2538
226,5
9985
386,1
3661
2024
1196
1926
463
145,1
140
472,1
27.610
Penduduk (jiwa)
2000
2003
2006
9440
10129
10863
12097
13035
13727
8194
8714
9802
9880
10636
10459
5970
6384
6650
4238
4580
4969
7712
8641
9123
7278
7792
8987
7965
8463
8829
4783
2317
4376
5300
5130
5385
15441
16301
17353
10283
12597
11910
6487
12885
6932
9997
10190
11190
7149
7607
8648
4538
4454
4938
6310
6757
7089
4700
7040
5488
5840
6109
6768
4418
4609
5696
4260
4418
4963
162.280 178.788 184.145
Sumber: Potensi Desa Jawa Barat Tahun 2000, 2003, dan 2006
V - 24
Laporan Akhir
1.
Panundaan
321,3
Jumlah
Penduduk
(jiwa)
10863
2.
Ciwidey
218,3
13727
63
3.
Panyocokan
389,2
9802
25
4.
Lebakmuncang
800
10459
13
5.
Rawabogo
759,8
6650
6.
Nengkelan
346,2
4969
14
7.
Sukawening
700,2
9123
13
8.
Cipelah
606,7
8987
15
9.
Sukaresmi
113,9
8829
78
10.
Indragiri
191
4376
23
11.
Patengan
2538,3
5385
12.
Alamendah
226,5
17353
77
13.
Sugihmukti
9985
11910
14.
Margamulya
386,1
6932
18
15.
Tenjolaya
3661,3
11190
16.
Cisondari
2024
8648
17.
Mekarsari
1196
4938
18.
Cibodas
1926
7089
19.
Cukanggenteng
463
5488
12
20.
Pasirjambu
145,1
6768
47
21.
Mekarmaju
140
5696
41
22.
Cikoneng
472,1
4963
11
27.610
184.145
509
Kecamatan
Ciwidey
Rancabali
Pasirjambu
Desa
jumlah
Luas
(ha)
Rata-rata
Kepadatan
(jiwa/ha)
34
V - 25
Laporan Akhir
Bukan Angkatan
Kerja (jiwa)
62289
2 Rancabali
23996
39267
63263
3 Pasirjambu
38123
62155
100278
98750
163711
262461
No
Kecamatan
1 Ciwidey
Total
Total (jiwa)
98920
Dari Tabel 5.12 dan Tabel 5.13 terlihat bahwa sebagian besar penduduk
ketiga kecamatan tersebut adalah bekerja, dimana kelompok umur 2534 tahun
adalah kelompok yang paling banyak seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5.14.
Tabel 5.12.
Total
(%)
No
Kecamatan
Ciwidey
86,47
13,53
100
32,39
56,4
11,21
100
Rancabali
91,07
8,93
100
36,22
46,41
17,38
100
Pasirjambu
94,11
5,89
100
47,73
43,61
8,66
100
Bekerja
Mencari
Kerja
V - 26
Laporan Akhir
Tabel 5.13.
No
Kecamatan
1 Ciwidey
10 - 24
5029
55+
6386
2 Rancabali
2303
7536
5956
4673
1386
3 Pasirjambu
6740
9861
9561
6097
3620
Kecamatan
10 - 24
25 - 34
55+
Total (%)
Ciwidey
15,88
26,29
22,64
13,03
20,16
100
Rancabali
10,54
34,48
27,25
21,38
6,34
100
Pasirjambu
18,79
27,48
26,65
16,99
10,09
100
merupakan
salah
satu
indikator
perkembangan
dan
di
wilayah
tersebut.
Dalam
pembangunan
ekonomi,
sektor
V - 27
Laporan Akhir
Kecamatan
Pertanian
Industri
Perdagangan
Jasa
Lainnya
Jumlah
(orang)
Ciwidey
16665
2811
4588
2106
5503
31679
Rancabali
17262
822
1086
1588
1096
21854
Pasirjambu
23875
3525
4229
1733
2517
35879
Kecamatan
Jumlah (%)
Pertanian
Industri
Perdagangan
Jasa
Lainnya
Ciwidey
52,62
8.88
14.49
6.65
17.37
100
Rancabali
78.89
3.76
4.97
7.27
5.02
100
Pasirjambu
66.54
9.82
11.79
4.83
7.02
100
Selain
sebagai
buruh
tani
sebagian
penduduk
Kawasan
Agropolitan Ciwidey ada yang berprofesi sebagai TKI. Untuk lebih jelasnya dapat
di lihat pada Tabel 5.17. Dari tabel dapat dilihat bahwa telah terjadi penurunan
jumlah petani di Kawasan Agropolitan Ciwidey, seperti yang terlihat di Desa
Panundaan, Patengan, dan Indragiri.
V - 28
Laporan Akhir
Kecamatan
Ciwidey
Ranca Bali
Pasirjambu
Desa
2006
1.
Panundaan
60
10
2.
Ciwidey
55
30
3.
Panyocokan
60
80
4.
Lebakmuncang
50
45
5.
Rawabogo
95
30
6.
Nengkelan
90
90
7.
Sukawening
65
60
8.
Cipelah
15
15
9.
Sukaresmi
52
15
10.
Indragiri
77
10
11.
Patengan
90
10
12.
Alamendah
76
75
13.
Sugihmukti
56
80
14.
Margamulya
61
48
15.
Tenjolaya
75
60
16.
Cisondari
60
80
17.
Mekarsari
60
60
18.
Cibodas
66
65
19.
Cukanggenteng
65
60
20.
Pasirjambu
50
60
21.
Mekarmaju
57
40
22.
Cikoneng
67
75
Sumber: Data Potensi Desa Kabupaten Bandung tahun 2003 & 2006
V - 29
Laporan Akhir
Kecamatan
Ciwidey
Rancabali
Pasirjambu
PT
931
306
875
kegiatan
perekonomiannya.
Tingkat
perkembangan
dan
pertumbuhan merupakan suatu indikator atau elemen yang sangat mudah dan
efektif untuk mengobservasi suatu hasil pembangunan, dimana laju pertumbuhan
ekonomi suatu kota dapat
digambarkan dengan pendapatan perkapita kota tersebut. Selain itu kota dapat
diketahui tingkat pertumbuhan dan perkembangannya dilihat dari kemampuan
ekonomi dan sektor kegiatannya yang mana sebagai cerminan hasil kegiatan
usaha perekonomian yang berlangsung di kota tersebut, yang dapat diukur dari
PDRB dan penerimaan daerahnya sendiri.
PDRB merupakan nilai tambah yang didapat oleh suatu kota dari suatu
sektor
kegiatan
ekonomi,
sehingga
dapat
memberikan
kontribusi
atau
V - 30
Laporan Akhir
tahun relatif meningkat, dimana diketahui dari tahun 2005 sampai tahun 2006
terlihat perubahan yang sangat mencolok dari ketiga kecamatan.
Berdasarkan PDRB dilihat dari kontribusinya per kecamatan, maka dapat
diketahui kecamatan yang memberikan kontribusi yang paling besar adalah
Kecamatan Pasirjambu sebesar Rp. 351.976,- juta pada tahun 2005 dan Rp.
372.576,- juta pada tahun 2006. Sedangkan kecamatan yang memberikan
kontribusi yang paling kecil yaitu terdapat pada Kecamatan Ciwidey, yaitu
sebesar Rp. 280.099,- pada tahun 2005 dan mengalami kenaikan pada tahun
2006 menjadi Rp. 297.046,- juta. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel
5.19 dan Gambar 5.6.
PDRB Kabupaten Bandung juga mengalami kenaikan, dimana diketahui
PDRB Kabupaten Bandung pada tahun 2005 sebesar Rp. 20.878.293,mengalami kenaikan yang relatif tinggi yaitu sebesar Rp. 22.058.759,- pada
tahun 2006. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.20.
Tabel 5.19. PDRB Kecamatan Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2005-2006
(Juta Rupiah)
PDRB
NO
KECAMATAN
2005
2006
Ciwidey
280,099.13
297,046.14
Rancabali
304,277.90
321,352.40
Pasirjambu
351,976.35
372,576.90
30%
38%
Ciwidey
Rancabali
Pasirjambu
32%
V - 31
Laporan Akhir
Tabel 5.20. PDRB Kab. Bandung Atas Harga Konstan (Juta Rupiah) Tahun
2005 2006
NO.
TAHUN
PDRB
1.
2005
20.878.293,-
2.
2006
22.058.759,-
V - 32
Laporan Akhir
Tabel 5.21.
NO
SEKTOR KEGIATAN
1.
Pertanian :
Tanaman
Bahan
Makanan
Perekebunan
Peternakan
Kehutanan
Perikanan
Pertambangan dan
Penggalian :
Minyak dan gas bumi
Pertambangan tanpa
gas
Penggalian
Industri Pengolahan :
Industri migas
Industri tanpa gas
Listrik Gas Dan Air :
Listrik
Gas
Air bersih
Bangunan / Konstruksi
Perdagangan, Hotel, dan
Restoran:
Perdagangan besar
dan eceran
Hotel
Restoran
Pengangkutan
Dan
komunikasi :
1. Pengangkutan
Angkutan rel
Angkutan jalan
raya
Angkutan laut
Angkutan sungai
Angkutan udara
Jasa penunjang
kegi
atan
2. Komunikasi
Keuangan, Persewaan,
Dan Jasa Perusahaan :
Bank
Lembaga keuangan
bukan bank
Sewa bangunan
Jasa perusahaan
Jasa Jasa :
a. Pemerintahan Umum
b. Swasta
Sosial
kemasyarakatan
Hiburan
dan
rekreasi
Perorangan
dan
rumah tangga
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
PDRB
CIWIDEY
2005
2006
76,830.05
81,683.50
54,198.38
57,928.97
16,426.44
17,224.93
4,638.48
4,876.37
446.18
474.70
1,120.57
1,178.54
RANCABALI
2005
2006
54,338.11
57,467.23
22,568.36
24,049.10
30,005.52
31,564.08
680.38
710.93
312.96
335.17
770.89
807.95
PASIRJAMBU
2005
2006
114,039.20 120,686.05
68,639.57
73,019.77
38,608.91
40,525.69
5,241.44
5,507.17
388.96
414.34
1,160.31
1,219.08
761.58
0.00
0.00
761.58
808.25
0.00
0.00
808.25
23.80
0.00
0.00
23.80
25.64
0.00
0.00
25.64
690.18
0.00
0.00
690.18
736.50
0.00
0.00
736.50
40,161.07
0.00
40,161.07
5,217.68
5,124.38
0.00
193.30
10,162.01
85,379.47
78,925.47
21.66
6,432.34
42,328.15
0.00
42,328.15
5,528.16
5,321.58
0.00
206.58
10,795.11
90,442.01
83,467.53
23.15
6,951.34
170,263.26
0.00
170,263.26
3,817.27
3,643.61
0.00
183.66
7,369.35
40,071.31
35,869.02
19.49
4,182.81
179,162.58
0.00
179,162.58
4,069.83
3,872.50
0.00
197.33
7,879.45
42,460.23
37,915.06
21.38
4,523.79
106,324.98
0.00
106,324.98
4,224.38
4,045.68
0.00
178.70
9,292.06
69,528.71
56,392.49
433.10
12,703.12
112,134.61
0.00
112,134.61
4,459.80
4,268.76
0.00
191.05
9,920.13
73,818.65
59,620.63
469.70
13,728.33
34,752.59
33,034.72
0.00
31,696.61
0.00
0.00
0.00
1,338.11
1,717.87
37,010.48
35,154.23
0.00
33,738.06
0.00
0.00
0.00
1,416.17
1,856.25
12,735.93
12,072.44
0.00
11,553.47
0.00
0.00
0.00
518.97
663.50
13,595.79
12,877.33
0.00
12,333.84
0.00
0.00
0.00
543.49
718.47
27,808.09
25,421.18
0.00
24,328.38
0.00
0.00
0.00
1,092.80
2,368.91
29,540.05
26,963.38
0/00
25,813.16
0.00
0.00
0.00
1,150.22
2,576.67
12,239.63
2,577.96
632.01
8,150.63
879.03
12,898.91
2,786.65
646.38
8,545.24
920.64
6,312.25
0.00
168.54
5,910.72
233.00
6,613.74
0.00
171.18
6,198.39
244.17
8,384.62
584.93
442.41
6,562.97
794.31
8,799.04
633.82
451.02
6,881.62
832.58
14,595.05
5,106.28
9,488.76
3,353.44
63.52
6,071.80
15,551.57
5,336.06
10,215.51
3,698.02
67.94
6,449.55
9,336.62
3,055.90
6,280.71
2,124.88
1,119.93
3,035.90
10,077.91
3,308.23
6,769.68
2,344.88
1,196.2
3,228.78
11,684.13
4,146.02
7,538.11
3,592.46
42.35
3,903.30
12,481.07
4,331.82
8,150.25
3,958.89
45.08
4,146.28
280,099.13
297,046.14
304,277.90
321,352.40
351,976.30
371,576.90
V - 33
Laporan Akhir
Pertanian
Industri Pengolahan
Bangunan / Konstruksi
Jasa Jasa
4%
5%
28%
12%
0%
31%
14%
4% 2%
Gambar 5.7. Kontribusi PDRB per Sektor di Kecamatan Ciwidey Tahun 2006
Struktur perekonomian merupakan suatu susunan utama dari sektorsektor kegiatan ekonomi suatu kota yang dapat memicu pertumbuhan ekonomi
kotanya sendiri. Suatu kota dalam perkembangan ekonominya itu tidak hanya
ditunjang oleh satu sektor kegiatan saja, tetapi ditunjang oleh sektor-sektor yang
lainnya. Sektor kegiatan ekonomi di suatu kota dapat dilihat dari peranannya
dalam memberikan kontribusi atau pemasukan kepada setiap kecamatan dalam
bentuk total PDRB. Besar kecilnya kontribusi tiap sektor dapat dipergunakan
untuk mengidentifikasi dan mengetahui potensi dan perkembangan kota, dan
juga tingkat kemajuan teknologi yang mendukung seluruh sektor.
Berdasarkan jumlah PDRB kecamatan pada tahun 2005 sebesar Rp.
280.099,13 juta pada Kecamatan Ciwidey, Rp. 304.277,90 juta pada Kecamatan
Rancabali, dan Rp. 351.976,30 pada Kecamatan Pasirjambu. Sektor kegiatan
yang memberikan kontribusi atau proporsi yang paling besar terhadap PDRB
Kecamatan Ciwidey tahun 2005 adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran,
yaitu sebesar Rp. 85.379,47 juta, berupa perdagangan besar dan eceran,
sedangkan sektor kegiatan yang memberikan kontribusi terkecil yaitu sektor
pertambangan dan penggalian yaitu sebesar Rp. 761,58 juta, yang didominasi
oleh kegiatan penggalian. Pada tahun 2006, PDRB Kecamatan Ciwidey
mencapai Rp. 297.046,14 juta dan sektor kegiatan yang paling besar
memberikan kontribusi terhadap Kecamatan Ciwidey yaitu tetap sektor
perdagangan, hotel, dan restoran sebesar Rp. 90.442,01 juta. Sedangkan sektor
V - 34
Laporan Akhir
Pertanian
Industri Pengolahan
Bangunan / Konstruksi
Jasa Jasa
4%
2% 3%
18%
13%
0%
2%
1%
57%
Sumber: Hasil Analisis, 2007
Gambar 5.8. Kontribusi PDRB per Sektor di Kecamatan Rancabali Tahun 2006
V - 35
Laporan Akhir
Tabel 5.22.
NO
1.
SEKTOR KEGIATAN
Pertanian :
Tanaman Bahan Makanan
Perekebunan
Peternakan
Kehutanan
Perikanan
2.
Pertambangan dan Penggalian :
Minyak dan gas bumi
Pertambangan tanpa gas
Penggalian
3.
Industri Pengolahan :
Industri migas
Industri tanpa gas
4.
Listrik Gas Dan Air :
Listrik
Gas
Air bersih
5.
Bangunan / Konstruksi
6.
Perdagangan, Hotel, dan
Restoran:
Perdagangan
besar
dan
eceran
Hotel
Restoran
7.
Pengangkutan Dan komunikasi :
1. Pengangkutan
Angkutan rel
Angkutan jalan raya
Angkutan laut
Angkutan sungai
Angkutan udara
Jasa penunjang kegiatan
2. Komunikasi
8.
Keuangan, Persewaan, Dan Jasa
Perusahaan :
Bank
Lembaga keuangan bukan
bank
Sewa bangunan
Jasa perusahaan
9.
Jasa Jasa :
c. Pemerintahan Umum
d. Swasta
Sosial kemasyarakatan
Hiburan dan rekreasi
Perorangan
dan rumah
tangga
PDRB
CIWIDEY
27.50
19.50
5.80
1.64
0.16
0.40
0.27
0.00
0.00
0.27
14.25
0.00
14.25
1.86
1.79
0.00
0.07
3.63
30.45
28.10
0.01
2.34
RANCABALI
17.88
7.48
9.82
0.22
0.10
0.25
0.01
0.00
0.00
0.01
55.75
0.00
55.75
1.27
1.21
0.00
0.06
2.45
13.21
11.80
0.01
1.41
PASIRJAMBU
32.39
19.60
10.88
1.48
0.11
0.33
0.20
0.00
0.00
0.020
30.10
0.00
30.10
1.20
1.15
0.00
0.05
2.66
19.81
16.00
0.13
3.68
12.46
11.83
0.00
11.36
0.00
0.00
0.00
0.48
0.62
4.34
0.94
0.22
2.88
0.31
4.23
4.01
0.00
3.84
0.00
0.00
0.00
0.17
0.22
2.06
0.00
0.05
1.93
0.08
7.93
7.24
0.00
6.93
0.00
0.00
0.00
0.31
0.69
2.36
0.17
0.12
1.85
0.22
5.24
1.80
3.44
1.24
0.02
2.17
3.14
1.03
2.11
0.73
0.37
1.00
3.35
1.16
2.19
1.06
0.01
1.11
100.00
100.00
100.00
V - 36
Laporan Akhir
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
SEKTOR KEGIATAN
Pertanian :
Tanaman Bahan Makanan
Perekebunan
Peternakan
Kehutanan
Perikanan
Pertambangan dan Penggalian :
Minyak dan gas bumi
Pertambangan tanpa gas
Penggalian
Industri Pengolahan :
Industri migas
Industri tanpa gas
Listrik Gas Dan Air :
Listrik
Gas
Air bersih
Bangunan / Konstruksi
Perdagangan, Hotel, dan
Restoran:
Perdagangan besar dan
eceran
Hotel
Restoran
Pengangkutan Dan komunikasi :
1. Pengangkutan
Angkutan rel
Angkutan jalan raya
Angkutan laut
Angkutan sungai
Angkutan udara
Jasa
penunjang
kegiatan
2. Komunikasi
Keuangan, Persewaan, Dan
Jasa Perusahaan :
Bank
Lembaga keuangan bukan
bank
Sewa bangunan
Jasa perusahaan
Jasa Jasa :
e. Pemerintahan Umum
f. Swasta
Sosial kemasyarakatan
Hiburan dan rekreasi
Perorangan dan rumah
tangga
CIWIDEY
12.96
12.61
13.99
13.17
14.05
12.79
13.57
0.00
0.00
13.57
15.56
0.00
15.56
14.65
14.70
0.00
13.18
15.78
14.07
13.95
15.51
15.71
RANCABALI
13.64
12.91
14.15
14.75
13.88
13.67
15.09
0.00
0.00
15.09
15.70
0.00
15.70
14.77
14.84
0.00
13,18
15.91
16.76
16.91
16.99
15.36
PASIRJAMBU
5.83
6.38
4,96
5.07
6.53
5.07
6.71
0.00
0.00
6.71
5.46
0.00
5.46
5.57
5.51
0.00
6.91
6.76
6.17
5.71
8.45
8.07
15.17
15.36
0.00
15.53
0.00
0.00
0.00
11.44
11.51
14.74
14.86
0.00
14.98
0.00
0.00
0.00
12.18
12,51
6.23
6.07
0.00
6.10
0.00
0.00
0.00
5.25
7.95
14.02
15.78
15.81
13.66
12.12
13.93
0.00
16.47
14.02
10.08
4.94
8.36
1.95
4.86
4.82
14.89
10.98
16.85
16.83
13.22
16.90
16.18
13.98
17.18
17.91
13.75
17.89
6.83
4.48
8.12
10.20
6.45
6.23
14.25
15.42
5.85
PDRB
V - 37
Laporan Akhir
Pertanian
Industri Pengolahan
Bangunan / Konstruksi
Jasa Jasa
8%
2%
3%
33%
20%
0%
3%1%
30%
Sumber: Hasil Analisis, 2007
Gambar 5.9.
V - 38
Laporan Akhir
Tabel 5.24.
No
Kecamatan
Pertanian
Lainnya
Ciwidey
2,0
0,3
0,8
0,6
1,0
Rancabali
3,1
0,1
0,3
0,7
0,3
Pasirjambu
2,6
0,4
0,6
0,4
0,4
V - 39
Laporan Akhir
V - 40
Laporan Akhir
Tabel 5.25. Jumlah Sekolah (unit) Kawasan Agropolitan Ciwidey Tahun 2006
Kecamatan
Ciwidey
Ranca Bali
Pasirjambu
Desa
Panundaan
Ciwidey
Panyocokan
Lebakmuncang
Rawabogo
Nengkelan
Sukawening
Cipelah
Sukaresmi
Indragiri
Patengan
Alamendah
Sugihmukti
Margamulya
Tenjolaya
Cisondari
Mekarsari
Cibodas
Cukanggenteng
Pasirjambu
Mekarmaju
Cikoneng
TK
0
4
0
1
0
1
1
3
3
2
2
1
2
0
1
2
1
1
2
1
0
0
SD
5
10
5
5
6
5
6
7
9
5
6
10
6
5
9
9
2
5
30
3
3
8
SLTP
1
3
1
0
1
1
1
1
1
1
1
2
2
0
0
1
0
1
0
3
0
0
SMU
0
2
2
0
0
1
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
SMK
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Akademi/PT
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
SLB
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Madrasah
4
3
4
2
2
3
2
1
2
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
2
3
V - 41
Laporan Akhir
Tabel 5.26.
Kecamatan
Ciwidey
Ranca Bali
Pasirjambu
Desa
Bahasa
(unit)
Kawasan
Menjahit/Tata
Busana
Komputer
Panundaan
Ciwidey
Panyocokan
Lebakmuncang
Rawabogo
Nengkelan
Sukawening
Cipelah
Sukaresmi
Indragiri
Patengan
Alamendah
Sugihmukti
Margamulya
Tenjolaya
Cisondari
Mekarsari
Cibodas
Cukanggenteng
Pasirjambu
Mekarmaju
Cikoneng
V - 42
Laporan Akhir
Tabel 5.27. Jumlah Sarana Kesehatan (unit) Kawasan Agropolitan Ciwidey Tahun 2006
Kecamatan
Ciwidey
Ranca Bali
Pasirjambu
Jumlah
Tempat
Praktek
Dokter
Jumlah
Tempat
Praktek
Bidan
Desa
Jumlah
Rumah Sakit
Bersalin
Jumlah
Poliklinik/Balai
Pengobatan
Jumlah
Puskesmas
Jumlah
Puskesmas
Pembantu
Panundaan
18
Ciwidey
29
Panyocokan
21
Lebakmuncang
25
Rawabogo
11
Nengkelan
Sukawening
21
Cipelah
Sukaresmi
Indragiri
Patengan
Alamendah
30
Sugihmukti
12
Margamulya
15
Tenjolaya
18
Cisondari
20
Mekarsari
10
Cibodas
10
Cukanggenteng
10
Pasirjambu
10
Mekarmaju
11
Cikoneng
Sumber: BPS 2006
Jumlah
Posyandu
Jumlah
Polindes
Jumlah
Apotik
Jumlah Toko
Khusus
Obat/Jamu
V - 43
Laporan Akhir
Tabel 5.28. Sumber Air Bersih untuk Minum Kawasan Agropolitan Ciwidey
Tahun 2006
Kecamatan
Ciwidey
Ranca Bali
Pasirjambu
Desa
Panundaan
Ciwidey
Panyocokan
Lebakmuncang
Rawabogo
Nengkelan
Sukawening
Cipelah
Sukaresmi
Indragiri
Patengan
Alamendah
Sugihmukti
Margamulya
Tenjolaya
Cisondari
Mekarsari
Cibodas
Cukanggenteng
Pasirjambu
Mekarmaju
Cikoneng
V - 44
Laporan Akhir
Ranca Bali
Pasirjambu
Gereja
Katolik
Vihara/
Klenteng
Masjid
Panundaan
34
10
Ciwidey
21
42
Panyocokan
19
48
Lebakmuncang
23
46
Rawabogo
28
56
Nengkelan
16
40
Sukawening
17
64
Cipelah
27
16
Sukaresmi
27
12
Patengan
11
12
Alamendah
36
30
Sugihmukti
23
13
Margamulya
15
Tenjolaya
24
19
Cisondari
19
Mekarsari
10
Cibodas
16
27
Cukanggenteng
11
30
Pasirjambu
18
Mekarmaju
11
20
Cikoneng
15
27
Indragiri
Langgar
Gereja
Protestan
Desa
Pura
V - 45
Laporan Akhir
Tabel 5.30.
Kecamatan
Ciwidey
Ranca Bali
Pasirjambu
Desa
Telepon
Kabel
(Keluarga)
Wartel/
Kiospon
(unit)
Infokom
(unit)
Kawasan
Warnet (unit)
Kantor
Pos
Pos
Keliling
Sinyal
HP
Panundaan
525
Ada
Kuat
Ciwidey
319
19
Ada
Kuat
Panyocokan
22
Ada
Kuat
Lebakmuncang
18
Ada
Kuat
Rawabogo
Kuat
Nengkelan
10
Ada
Kuat
Sukawening
11
Ada
Kuat
Cipelah
Tidak
Sukaresmi
Tidak
Indragiri
Tidak
Patengan
Lemah
Alamendah
25
Ada
Kuat
Sugihmukti
Ada
Lemah
Margamulya
47
Ada
Kuat
Tenjolaya
150
30
Ada
Kuat
Cisondari
72
Ada
Kuat
Mekarsari
45
Ada
Lemah
Cibodas
30
Kuat
150
Ada
Kuat
Pasirjambu
60
Ada
Kuat
Mekarmaju
1536
Ada
Kuat
58
Ada
Lemah
Cukanggenteng
Cikoneng
Sumber: BPS 2006
V - 46
Laporan Akhir
Kecamatan
Pasirjambu,
semua
kecamatan
mempunyai
pasar
V - 47
Laporan Akhir
Tabel 5.31.
Kecamatan
Ciwidey
Jumlah Sarana Perdagangan dan Jasa (unit) Kawasan Agropolitan Ciwidey Tahun 2006
Desa
Panundaan
Pasirjambu
Pasar NonPermanen
(unit)
Super
Market/ Mini
Market (unit)
Restoran/
Rumah
makan (unit)
Warung (unit)
Toko/ Warung
Kelontong (unit)
Hotel
(unit)
Penginapan
(unit)
Bank
Umum
(unit)
BPR (unit)
96
Ada
Ada
96
414
Panyocokan
96
Lebakmuncang
96
12
Rawabogo
96
Nengkelan
43
Sukawening
96
Ada
Ada
30
Sukaresmi
68
Indragiri
Ada
26
Patengan
50
Alamendah
Ada
96
Sugihmukti
56
Margamulya
12
Tenjolaya
48
Cisondari
96
Mekarsari
10
Cibodas
50
Ciwidey
Ranca Bali
Pasar
Permanen/
Semi
Kelompok
Pertokoan
Cipelah
Cukanggenteng
65
Pasirjambu
Ada
38
12
Mekarmaju
26
21
21
Cikoneng
Sumber: BPS 2006
V - 48
Laporan Akhir
Lanjutan Tabel 5.31. Jumlah Sarana Perdagangan dan Jasa (unit) Kawasan Agropolitan Ciwidey Tahun 2006
Kecamatan
Ciwidey
Ranca Bali
Pasirjambu
Desa
Bengkel
Mobil/ Motor
(unit)
ATM
Bengkel
Elektronik
(unit)
Biro/Agen
Perjalanan
Wisata (unit)
Usaha Foto
Kopi (unit)
Tempat
Pangkas
Rambut
(unit)
Salon (unit)
Persewaan
Alat Pesta
(unit)
Bengkel
Las (unit)
Panundaan
Ciwidey
15
12
Panyocokan
Lebakmuncang
Rawabogo
Nengkelan
Sukawening
Cipelah
Sukaresmi
Indragiri
Patengan
Alamendah
Sugihmukti
Margamulya
Tenjolaya
Cisondari
Mekarsari
Cibodas
Cukanggenteng
Pasirjambu
Mekarmaju
Cikoneng
V - 49
Laporan Akhir
5.5.7 Koperasi
Koperasi merupakan salah satu bentuk usaha ekonomi yang berazaskan
kebersamaan. Kondisi koperasi di Kawasan Agropolitan Ciwidey dapat dilihat
pada Tabel 5.32.
Tabel 5.32. Jumlah Koperasi (unit) Kawasan Agropolitan Ciwidey Tahun 2006
Kecamatan
Ciwidey
Ranca Bali
Pasirjambu
Desa
Koperasi
(unit)
KUD
(unit)
Koperasi
Simpan
Pinjam
(unit)
Kopinkra
(unit)
Koperasi
Non KUD
(unit)
Panundaan
Ciwidey
Panyocokan
Lebakmuncang
Rawabogo
Nengkelan
Sukawening
Cipelah
Sukaresmi
Indragiri
Patengan
Alamendah
Sugihmukti
Margamulya
Tenjolaya
Cisondari
Mekarsari
Cibodas
Cukanggenteng
Pasirjambu
Mekarmaju
Cikoneng
V - 50
Laporan Akhir
5.5.8. Transportasi
A.
Kecamatan
Ciwidey
Rancabali
Pasirjambu
Desa
Panundaan
Ciwidey
Panyocokan
Lebakmuncang
Rawabogo
Nengkelan
Sukawening
Cipelah
Sukaresmi
Indragiri
Patengan
Alamendah
Sugihmukti
Margamulya
Tenjolaya
Cisondari
Mekarsari
Cibodas
Cukanggenteng
Pasirjambu
Mekarmaju
Cikoneng
Jarak
DesaIbukota
Kecamatan
(km)
3.2
3
7
0.2
3
3.5
7
16
10
5
0.8
8.1
7
4.5
3
1.5
8
2
1
0.2
2
3.5
Waktu
Tempuh
DesaIbukota
Kecamatan
(menit)
5
10
15
5
15
15
15
60
30
15
1
5
20
45
17
10
37
30
10
10
16
30
V - 51
Laporan Akhir
B.
Kondisi Jalan
Jalan Negara hanya ada di Kecamatan Rancabali dengan panjang 23 km.
Adapun panjang Jalan Propinsi dan Kabupaten yang terpanjang juga ada di
Kecamatan Rancabali. Hal ini wajar mengingat Kecamatan Rancabali adalah
kecamatan yang berbatasan langsung dengan kabupaten lainnya.
Kondisi
Rancabali
23
21
65
109
218
Ciwidey
5
23
147
175
Pasirjambu
4
27
115
146
Dari sisi kualitas jalan, terlihat bahwa kualitas jalan untuk semua kelas
jalan di Kecamatan Pasirjambu tidak mengalami kerusakan. Adapun kerusakan
jalan yang paling banyak terjadi di Kecamatan Ciwidey dan Rancabali adalah
pada jalan desa. Kondisi kelas jalan di kawasan Ciwidey dapat dilihat pada
Tabel 5.35.
Rusak
Rusak
Rusak
Rusak
Rusak
Jumlah (km)
0
0
16
0
21
37
Jumlah (km)
0
14
3
3
20
40
Rusak
Rusak
Rusak
Rusak
Rusak
V - 52
Laporan Akhir
Pasirjambu
Jalan Kelas I (km)
Jalan Kelas II (km)
Jalan Kelas III (km)
Jalan Kelas IV (km)
Jalan Desa (km)
Rusak
Rusak
Rusak
Rusak
Rusak
0
0
0
0
0
0
Jumlah (km)
Sumber: Monografi Kecamatan, 2006
B. Moda Transportasi
B.1. Kendaraan Roda Empat
Terminal Ciwidey
Terdapat satu terminal pusat di Kawasan Agropolitan Ciwidey yang
bernama Terminal Ciwidey terletak di Desa Cibeureum (Kecamatan Ciwidey).
Terminal ini melayani rute internal dan eksternal kawasan, termasuk antar
kota/kabupaten lain. Letak terminal ini berdampingan dengan pasar terbesar di
kawasan ini (Pasar Ciwidey). Terminal Ciwidey melayani beberapa (8) rute moda
angkutan umum:
1.
Rute Ciwidey-Rancabali
Jenis moda angkutan umum yang digunakan adalah angkot kuning dengan
jumlah 30-35 unit per hari. Angkot ini beroperasi antara jam 04.00-18.00
WIB
2.
3.
V - 53
Laporan Akhir
4.
5.
6.
7.
Rute Ciwidey-Gambung
Jenis moda angkutan umum yang melayani rute ini adalah angkot dengan
warna berbeda-beda. Jumlah moda yang beroperasi sebanyak 11 unit
dengan jam operasi antara 04.00-15.00 WIB
8.
Rute Ciwidey-Garut
Jenis moda angkutan umum yang melayani rute ini adalah bis dengan
jumlah 4 unit. Moda ini beroperasi antara jam 04.00-18.00 WIB. Keempat
bis ini merupakan milik pribadi (Haji Udis).
legal, ada juga moda angkutan gelap (mobil preman). Moda ini berjenis colt dan
carry yang biasa beroperasi sehabis maghrib dengan tujuan Bandung. Moda ini
biasa mangkal di terminal lama (alun-alun).
Selain itu, di alun-alun ini juga terdapat moda transportasi komoditas
pertanian. Moda ini berjenis truck dan pick up. Ada sekitar 6 unit truck dan 15 unit
pick up yang mangkal di alun-alun. Moda angkutan komoditas pertanian ini pada
umumnya melayani rute Caringin (Bandung), Cibitung, dan Bogor. Standar tarif
yang diterapkan adalah berdasarkan berat (ton) dan jauhnya daerah tujuan.
Untuk tujuan Caringin ditetapkan tarif Rp 120.000,- untuk tiap 1,5 ton, Rp
350.000,- ke Cibitung, dan Rp 400.000,- ke Bogor. Namun semakin kesini jumlah
permintaan moda angkutan ini semakin berkurang. Hal ini diakibatkan oleh makin
banyaknya pedagang pengumpul yang memiliki truck/carry up pribadi.
Penyusunan Masterplan Perencanaan Ekonomi Daerah
V - 54
Laporan Akhir
B.2. Delman
Moda
delman
ini
beroperasi
di kawasan
perkotaan
Kecamatan
Rute
angkutan
Panyocokan-Kecamatan
ini
adalah
Ciwidey)
dan
Terminal
Terminal
Ciwidey-Sukarane
Ciwidey-Desa
(Desa
Cisondari
dimana-mana.
Kebanyakan
dari
ojek
motor
(pangkalan)
ini
V - 55
Laporan Akhir
Kepolisian Resort Kabupaten Bandung. Dulu ada sticker yang dipasang di motor,
namun sekarang sudah tidak lagi diterapkan.
C. Gambaran Umum 3 Ruas Jalan Utama
Gambaran umum ini akan memberikan kondisi lalu-lintas di 3 ruas jalan
utama di Kawasan Agropolitan Ciwidey. Tiga ruas jalan tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Soreang-Pasirjambu
2. Pasirjambu-Ciwidey
3. Ciwidey-Patenggang
C.1. Kepadatan Volume Lalu Lintas
Menurut hasil analisis Dinas Perhubungan Kabupaten Bandung tahun
2006, volume lalu lintas (smp) tertinggi (jam puncak) untuk dua ruas jalan utama
adalah:
Soreang-Pasirjambu
06.45 07.45 : 609,20
12.00 13.00 : 651,20
16.45 17.45 : 730,20
Ciwidey-Patenggang
07.00 08.00 : 354,40
12.45 13.45 : 273,10
16.15 17.15 : 455,80
C.2. Kinerja Ruas
Kinerja ruas (tingkat pelayanan) atau dalam bahasa Inggrisnya disebut
sebagai level of service (LOS) dengan adalah bagaimana kapasitas jalan mampu
memenuhi volume lalu lintas yang ada (volume-capacity ratio V/R). Kinerja ini
merentang dari A ke F, dimana A adalah kondidi dimana jalan sangat kosong, F
adalah kondisi dimana jalan sangat macet. Untuk kedua ruas jalan utama (pada
yahun 2006), kinerja ruasnya adalah:
Soreang-Pasirjambu
: B (V/C = 0,40)
Ciwidey-Patenggang
: A (V/C = 0,18)
V - 56
Laporan Akhir
Ruas
2002
2003
2004
2005
2006
Soreang-Pasirjambu
952,60
783,10
598,40
702,60
730,2
Pasirjambu-Ciwidey
1151,90
963,50
762,20
tidak
disurvey
tidak
disurvey
Ciwidey-Patenggang
688,60
727,50
370,90
413,20
455,80
Ruas
2002/2003
2003/2004
2004/2005
Soreang-Pasirjambu
-17,79
-23,59
17,41
Pasirjambu-Ciwidey
-16,36
-20,89
Ciwidey-Patenggang
5,65
-49,02
11,40
2005/2006
3,93
10,31
V - 57
Laporan Akhir
Ruas
Sepeda
Motor
Mobil
Penumpang
Bus
Angkot
Truk
Pick
Up
Sepeda
Delman
TOTAL
SoreangPasirjambu
13.499
2.136
103
760
528
1.025
175
824
19050
920
134
695
325
708
12988
Ciwidey10.206
Patenggang
Sumber: Dinas Perhubungan, 2006
Ruas
Sepeda
Motor
Mobil
Penumpang
Soreang70,86
Pasirjambu
3
Ciwidey78,58
Patenggang
Sumber: Dinas Perhubungan, 2006
Bus
Angkot
Truk
Pick
Up
Sepeda
Delman
TOTAL
11,21
0,54
3,99
2,77
5,38
0,92
4,33
100
7,08
1,03
5,35
2,50
5,45
100
5.6. Pertanian
Pengembangan
gambaran umum
kawasan
agropolitan
tentunya
perlu
mengetahui
Komoditas
Padi Sawah
Padi Ladang
Ubi Kayu
Ubi Jalar
Jagung
Kacang Tanah
Kacang Merah
Bawang Daun
Bawang Merah
Bawang Putih
Kubis
Tomat
Cabe Besar
Kentang
Petsai/Sawi
Wortel
Ciwidey
2004
2005
53.17
52.97
30.00
32.47
138.02
155.78
98.32
101.86
45.47
45.36
99.25
121.37
105.20
102.33
273.78
238.83
64.33
194.28
231.71
132.01
373.80
235.56
103.67
194.94
232.16
Rancabali
2004
2005
52.14
53.52
27.20
35.26
132.31
148.42
95.69
99.12
42.42
43.23
13.93
13.86
97.54
74.73
156.86
160.86
187.94
178.08
173.29
195.33
297.86
373.15
240.42
211.05
71.73
75.86
226.99
218.96
209.29
224.30
239.62
228.71
Pasirjambu
2004
2005
53.82
53.84
31.98
39.92
132.82
159.66
98.71
103.65
42.10
45.23
14.21
14.21
100.59
87.28
122.88
140.10
103.78
88.11
102.60
103.57
272.57
366.06
241.09
224.63
78.87
80.18
190.60
188.12
198.96
185.40
V - 58
Laporan Akhir
54
53.5
53
2004
52.5
2005
52
51.5
51
Ciwidey
Rancabali
Pasirjambu
45
40
35
30
25
2004
20
2005
15
10
5
0
Ciwidey
Rancabali
Pasirjambu
V - 59
Laporan Akhir
2004
80
2005
60
40
20
0
Ciwidey
Rancabali
Pasirjambu
2000
1800
1600
1400
1200
2004
1000
2005
800
600
400
200
0
Ciwidey
Rancabali
Pasirjambu
5.7
A.
Komoditas Hortikultura
V - 60
Laporan Akhir
PETANI
BANDAR/
TENGKULAK
PASAR
CIWIDEY
(100%)
BANDUNG
PASAR
SOREANG
B.
Komoditas Strawberry
Untuk komoditas strawberry memiliki rantai tata niaga yang berbeda
dengan komoditas hortikultura lainnya karena ada beberapa tipe pola pemasaran
yang terjadi untuk komoditas ini. Pertama, untuk komoditas strawberry petik
sendiri, aliran barang langsung terjadi dari petani ke konsumen atau pembeli.
Para wisatawan yang ingin membeli strawberry bisa langsung mendatangi
kebun-kebun strawberry yang biasanya terletak di pinggir jalan. Untuk pola
pemasaran seperti ini memiliki nilai tambah yang tinggi, namun dalam
pemeliharaannya juga membutuhkan biaya yang tinggi. Kedua, pola pemasaran
langsung dari petani ke penjual strawberry. Pola pemasaran seperti ini biasanya
terjadi di dekat kawasan-kawasan wisata, karena biasanya para penjual
strawberry menjajakan strawberry segar kepada para wisatawan. Untuk
mencapai tempat wisata, strawberry harus dalam keadaan baik dan segar, oleh
karena itu perkebunan strawberry setempat menjadi referensi utama dalam
pemasok strawberry untuk dijajakan di kawasan wisata. Terakhir, pola
pemasaran dari petani ke industri rumah tangga olahan strawberry. Pola
pemasaran seperti ini biasanya untuk meningkatkan nilai tambah produk
strawberry yang memilki kualitas kurang baik. Adanya pola pemasaran seperti ini
dapat menyelamatkan produk-produk yang tidak terpakai untuk dijual secara
V - 61
Laporan Akhir
langsung dan dapat meningkatkan nilai jual dari produk strawberry tersebut
(Gambar 5.15)
PENJUAL
STRAWBERRY
PETANI
petik sendiri
KONSUMEN
INDUSTRI
OLAHAN
STRAWBERRY
C.
TENGKULAK/
PENGUMPUL
(40%)
PETANI
PASAR
KELUARGA (60%)
(KONSUMSI
SENDIRI)
D.
V - 62
Laporan Akhir
Rantai tata niaga untuk komoditas teh rakyat berlangsung dari petani
hingga pabrik-pabrik besar untuk pemasaran. Para petani membawa hasil produk
mereka ke pengumpul-pengumpul lokal, kemudian para pengumpul membawa
hasil pertanian tersebut ke pabrik pengolahan teh. Di pabrik pengolahan
dilakukan proses pengolahan tahap awal seperti shortasi atau pemilihan dan
pemisahan daun-daun teh, pengeringan daun-daun teh, kemudian penggilingan
teh. Selanjutnya hasil pengolahan daun teh dibawa ke pabrik-pabrik besar untuk
pengemasan, labelisasi, dan kemudian dipasarkan (Gambar 5.17).
PETANI
PENGUMPUL
PABRIK
PENGOLAHAN
PABRIK BESAR
UNTUK
PEMASARAN
E.
petani dikumpulkan oleh KUD. Para petani mau tidak mau harus mengumpulkan
hasil produksi mereka ke KUD karena tidak adanya pasar yang dapat
menampung hasil produksi mereka. Dari KUD susu langsung dikirim ke pabrikpabrik besar yang umumnya berada di Bandung untuk dijadikan bahan baku dari
produk mereka, seperti susu kaleng, permen, keju, dan lain-lain. Namun ada juga
sebagian kecil dari produksi susu yang dikonsumsi sendiri maupun dibeli
langsung oleh wisatawan (Gambar 5.18).
PETANI
PENGUMPUL
KUD 100%
IPS
(Industri
Pengolahan Susu)
F.
V - 63
Laporan Akhir
Industri Rumah Tangga ada tiga, yakni bilik bambu, olahan strawberry
dan kaluah jeruk. Untuk industri bilik bambu, rantai tata niaga terjadi dari
pengrajin langsung ke consumer atau pembeli yang pada umumnya berasal dari
kota-kota besar seperti Bandung, Jakarta, Bogor, hingga Surabaya. Kebanyakan
para peminat bilik bambu ini sengaja datang langsung ke Ciwidey atau karena
tidak sengaja saat berwisata ke daerah tersebut.
Untuk industri olahan strawberry, 50% produknya dijual ke kios-kios
penjaja oleh-oleh yang kemudian dibeli oleh para wisatawan dan 50% rantai tata
niaga lainnya berlangsung dari pengrajin langsung ke konsumen/wisatawan.
Biasanya pola pemasaran yang kedua ini berlangsung jika para wisatawan tahu
dan langsung datang ke lokasi industri tersebut.
Terakhir, industri rumah tangga kaluah jeruk. Rantai tata niaga yang
berlangsung pada industri ini langsung dari pengrajin ke konsumen yang
dijajakan di kios-kios yang umumnya milik mereka sendiri. Pada umumnya
konsumen yang membeli produk kaluah jeruk ini adalah para turis atau
wisatawan yang sedang bertamasya di kawasan Ciwidey (Gambar 5.19)
BILIK BAMBU
(PENGRAJIN)
PENGUMPUL
KONSUMEN
OLAHAN
STRAWBERRY
PEDAGANG
OLEH - OLEH
KONSUMEN
KALUAH JERUK
(PENGRAJIN)
PEDAGANG
OLEH OLEH
KONSUMEN
V - 64
Laporan Akhir
BAB
*
**
***
****
Kelas
S2, nr
S3, nr
S3, nr
S3, eh, nr
S3, eh
S3, nr,tc
S2, nr
S3, tc
N
Faktor Pembatas
Retensi hara
Retensi hara
Retensi hara
Retensi hara
Erosi
Retensi hara, Temperatur
Retensi hara
Temperatur
Kedalaman solum,
Kemiringan lereng
VI-1
Laporan Akhir
Palawija
Faktor pembatas untuk tanaman palawija adalah unsur hara yang rendah
dan faktor ketinggian, sehingga apabila unsur hara itu dapat diatasi maka
potensinya akan lebih meningkat.
terutama jagung berkisar antara 4,3 4,5 ton/ha, ubi kayu 12,5 12,9 ton/ha, ubi
jalar 0,6 1,2 ton/ha, kacang tanah terutama di Pasir Jambu produksinya 14,4
ton/ha.
Sayuran
Untuk tanaman sayuran, khususnya sayuran dataran tinggi faktor
pembatasnya adalah kandungan hara yang rendah dan bahaya erosi, sehingga
untuk pengembangan sayuran perlu dilakukan pemupukan terutama NPK dan
terasering yang baik.
Buah-buahan
Faktor pembatas untuk tanaman buah-buahan adalah retensi hara dan
temperatur. Untuk unsur hara dapat diatasi dengan pemupukan. Apabila diatasi
maka potensinya dapat berkembang, sedangkan untuk temperatur sulit untuk
diatasi kecuali dengan teknologi khusus yang cukup mahal.
Perkebunan
Untuk tanaman teh dan kopi faktor pembatasnya adalah bahaya erosi,
retensi hara dan temperatur. Untuk faktor retensi hara dan erosi relatif lebih
mudah diatasi, yaitu dengan pemupukan, pembuatan terasering dan penanaman
menurut kontur. Sedangkan faktor temperatur relatif sulit untuk diatasi. Untuk
Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah
VI-2
Laporan Akhir
tanaman teh rakyat perlu mendapat perhatian khusus, karena pada saat ini
umumnya tanaman teh rakyat ini kurang memperhatikan kaidah-kaidah
konservasi, sehingga erosi yang terjadi masih cukup besar.
Kelas N
Kelas N berarti tidak sesuai untuk selamanya. Tanah-tanah yang
tergolong kelas N terdapat pada SPT 15, 19, 26, 28. Tanah tersebut mempunyai
faktor pembatas lereng dan kedalaman solum. Saat ini, tanah tersebut sebagian
berbentuk hutan lindung, hutan produksi, dan kawasan wisata.
Hasil overlay penggunaan lahan eksisiting dengan RTRW Kabupaten
Bandung 2007-2026 menunjukkan terjadinya ketidaksesuaian penggunaan lahan
(berwarna hijau) yang secara lebih detail dapat dilihat pada Tabel 6.2. Untuk itu,
diperlukan kebijakan pengendalian penataan ruang agar penyimpangan yang
terjadi tidak semakin luas.
Tabel 6.2. Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan
(blank)
waduk/situ
permukiman
(Ha)
Kawasan Reboisasi
Kawasan Reboisasi
Kawasan Reboisasi
hutan lindung
Uraian
Hutan Lebat (primer)
Hutan sekunder/belukar
Kebun campuran (tegalan,pekarangan)
Kebun campuran (cengkeh,teh,buah2an)
KODE
H1
H2
Kc1
Kc2
R
Rd
Re
SB
Si1
Si2
Sr
Tg1
Tg2
Th
X1
X2
Grand Total
VI-3
Laporan Akhir
No. SPT
Padi Sawah
Padi Gogo
Jagung
Kedelai
Kc.Tanah
Ubi Kayu
Ubi Jalar
Kc. Panjang
Kubis
Kemb. Kol
Cabe
Tombat
Petsai
Kentang
Wortel
Buncis
Mentimun
Nenas
S2,nr
S3,nr
S3,nr
S3,nr
S3,nr
S2,nr
S2,nr
S3,nr
S3,nr
S3,nr
S3,nr
S3,nr
S3,nr
S2,nr
S3,eh,nr
S3,eh
S3,eh,nr
S3,eh,nr
S3,eh,nr
S3,eh
S3,eh
S3,eh,nr
S3,eh,nr
S3,eh,nr
S3,eh,nr
S3,eh,nr
S3,eh,nr
S3,eh,nr
S3,eh,nr
S3,eh,nr
S3,eh,nr
10
11
S3,tc
S3,nr
S3,eh,nr
S3,eh,nr
S3,eh,nr
S3,eh,nr
12
13
S3,tc
S3,tc
S3,eh,nr
S3,eh,nr
S3,eh,nr
S3,eh,nr
14
15
16
S3,tc
S3,nr
S3,nr
S3,nr
S3,nr
S3,nr
17
S3,tc
S3,nr
S3,eh,nr
S3,eh,nr
S3,eh,nr
S3,eh,nr
18
19
22
S3,eh,nr
S3,eh,nr
S3,eh,nr
S3,eh,nr
23
S3,eh,nr
S3,eh,nr
S3,eh,nr
S3,eh,nr
24
25
26
27
28
29
VI-4
Laporan Akhir
Kelapa
Jamabu
Melinjo
Kakao
Karet
S2,nr
S3,nr
S2,nr
S2,nr
S3,nr
S3,nr
S3,tc
S3,nr
S3,nr
10
S3,eh
11
S3,tc
S3,tc
S3,tc
S3,tc
S3,tc
S3,tc
S3,tc
S3,tc
S3,tc
12
S3,eh
13
S3,eh,tc
S3,eh,tc
S2,nr
S3,tc
S3,tc
S3,tc
S3,tc
S3,tc
S3,tc
S3,tc
14
S3,eh
Manggis
S2,nr
S3,nr
Mangga
S2,nr
S3,nr
Jeruk
S2,nr
S3,nr
Duku
S2,nr
Alpukat
S2,nr
Durian
S2,nr
S3,eh,nr
The
S3,nr
S3,eh,nr
Cengkeh
S3,nr
Pepaya
Pisang
Rambutan
No. SPT
15
16
S3,tc
S3,tc
S2,nr
S3,tc
S3,tc
S3,tc
S3,tc
S3,tc
S3,tc
S3,tc
17
S3,eh,tc
S3,eh,tc
S2,nr
S3,tc
S3,tc
S3,tc
S3,tc
S3,tc
S3,tc
S3,tc
18
S3,eh
19
22
S3,nr,tc
23
S3,nr,tc
24
S3,eh
25
S3,eh
26
27
28
29
VI-5
Laporan Akhir
masing-masing;
perdagangan
perikanan
tanaman pangan
kawasan
perkebunan
peternakan
sayuran
home industri
11
0
10
12
VI-6
Laporan Akhir
5. Sub sektor kawasan, memiliki lima jenis komoditas, yaitu Kawah Putih,
Cimanggu, Ranca Walini, Ranca Upas, Situ Patenggang;
6. Sub sektor home industri, memiliki 11 jenis komoditas, yaitu bilik, pande besi,
maranggi, kalua jeruk, pindang, konveksi, makanan ringan, tahu tempe,
olahan strawberry, gula aren, bandrek;
7. Sub sektor perikanan, memiliki satu jenis komoditas, yaitu ikan nila;
8. Sub sektor perdagangan, memiliki satu jenis komoditas, yaitu ikan mas dan
mujaer.
Detail mengenai sebaran jenis komoditas per desa dapat dilihat pada
Tabel 6.4 dibawah ini.
7
7
6
6
5
5
4
Cikoneng
Cukanggenteng
3
2
2
1
0
Rancabali
Ciwidey
Pasir Jambu
VI-7
Mekarmaju
Mekarsari
Cibodas
Cisondari
Pasirjambu
Tenjolaya
Margamulya
Sugihmukti
Sukawening
Nengkelan
Panyocokan
Rawabogo
Lebak Muncang
Ciwidey
Panundaan
Alam Endah
Patengan
Indragiri
Sukaresmi
Cipelah
Laporan Akhir
Keterangan :
komoditas unggulan 4
komoditas unggulan 5
komoditas unggulan 6
komoditas unggulan 7
Maranggi
Kalua Jeruk
Pindang
Konveksi
Makanan ringan
Tahu Tempe
olahan strowberi
Gula aren
Bandrek
Ikan nila
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1 : Ada
0 : Tidak ada
VI-8
Jumlah
Pande besi
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
perikanan
Bilik
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
10
2
Situ Patenggang
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
1
0
1
1
1
0
0
0
7
1
home industri
Ranca Upas
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
Ranca Walini
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
Cimanggu
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
3
0
Kawah Putih
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
4
0
Kelinci
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
Penggemukan Sapi
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
Kambing Perah
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
1
Domba
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
kawasan
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
Teh Rakyat
0
1
0
0
1
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4
0
Bunga
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
Terong kori
Bawang Daun
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
5
2
Kopi
Salada air
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
1
0
0
0
0
5
1
Strawberry
Petsai
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
peternakan
Cabe Gebog
seledri
0
0
0
0
0
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
14
9
Jamur Tiram
Kentang
Cipelah
Sukaresmi
Indragiri
Patengan
Alam Endah
Panundaan
Ciwidey
Lebak Muncang
Rawabogo
Panyocokan
Nengkelan
Sukawening
Sugihmukti
Margamulya
Tenjolaya
Pasirjambu
Cisondari
Cibodas
Mekarsari
Cukanggenteng
Cikoneng
Mekarmaju
Jumlah dominan
Jumlah Prioritas
Buncis
Pasir Jambu
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Tomat
Ciwidey
Desa
Jagung
Rancabali
No.
perkebunan
Padi
Kecamatan
sayuran
Sapi perah
tanaman
pangan
3
4
0
5
6
4
5
5
4
5
4
3
6
6
7
2
5
6
4
3
4
4
95
25
Laporan Akhir
Sebagai contoh, dari Gambar 6.2 yang merupakan ringkasan dari Tabel
6.4 dapat terlihat desa mana saja yang memiliki komoditas unggulan dari jenis
manapun. Desa Tenjolaya (Kecamatan Pasirjambu) memiliki 7 jenis komoditas
unggulan yang terdiri dari (data Tabel 6.4):
Padi
Tomat
Buncis
Bunga
Teh rakyat
Domba
Kalua jeruk
Dari Tabel 6.4 ini juga dapat dilihat komoditas unggulan apa saja yang
ada di masing-masing desa di Kawasan Agropolitan Ciwidey
VI-9
16
14
14
12
10
10
7
8
5 5
4
3
3
1 1
2 2
1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1
tanaman
pangan
sayuran
perkebunan
peternakan
kawasan
Tahu Tempe
Pindang
Makanan ringan
Maranggi
Kalua Jeruk
Pande besi
Situ
Bilik
Walini
Ranca Upas
Cimanggu
Kelinci
Penggemukan
Domba
Sapi perah
Bunga
Teh Rakyat
Kopi
Terong
Strawberry
Jamur Tiram
Cabe Gebog
Bawang Daun
Petsai
Salada air
seledri
Kentang
Tomat
Buncis
Padi
home industri
Ikan nila
1 1
Kawah Putih
Kambing Perah
Ayam ras
Bandrek
Gula aren
olahan strowberi
Jagung
Laporan Akhir
Padi
Tomat
Buncis
Salada air
Bawang daun
Terong kori
Teh rakyat
Sapi perah
Kawah Putih
Cimanggu
Walini
Ranca Upas
VI-10
Laporan Akhir
Situ Patengan
Tahu tempe
Gula aren
Jenis komoditas
Tomat
Terong Belanda
Teh Rakyat
Tahu Tempe
Situ Patenggang
Salada air
Ranca Walini
Ranca Upas
Kawah Putih
Gula aren
Cimanggu
Bawang Daun
Sapi perah
Buncis
Padi
9
0
10
Jumlah
Desa yang menjadi prioritas
Jumlah jenis
komoditas
Gambar 6.4.
VI-11
Laporan Akhir
A. Padi
1
benih,
pemupukan
persemaian,
pengolahan
tanah,
PHT
Varitas bibit yang digunakan sejumlah 20 jenis, yaitu Segon, Berem lokal,
Mota, Borneng, Midun, Tasmal, Cianjur, Mastem, Setra, Ciherang, Udil,
Sigli, Badigul, Sarinah, Hawara salak, Galur harapan, Torondol, Himer,
Situ Bagendit, Cigeulis. Penggunaan rata-rata kebutuhan bibit 29,3 kg/ha.
Distribusi hasil produksi komoditas padi menunjukkan bahwa secara ratarata 57% dikonsumsi sendiri, 24% dipasarkan di dalam desa, dan sekitar
19% dipasarkan di luar desa. Desa Panyocokan adalah desa yang
memasarkan hasil produksinya ke luar desa terbanyak, yaitu 80%,
sedangkan presentasi terbesar konsumsi padi untuk kepentingan sendiri
sebesar 80% berada Desa Cikoneng.
VI-12
Laporan Akhir
B. Buncis
1
Jenis pupuk yang digunakan Urea, NPK, Kandang, TSP, KCl, Postal, dan
SP 36
Jenis pestisida yang digunakan Akodan, ruotin, antrakol, gm, rinos, ditro,
cukor, agroduk, kocid, curakron, ditan , Gpm, caonlik, Promaneb, Fastak
C. Sapi Perah
1
Produktivitas sapi perah rata-rata 10 bulan setiap tahun selama 7-8 tahun
Rata-rata hasil susu sapi yang diperah dari seekor setiap hari sebanyak
11,5 lt.
Produksi susu dari kawasan Ciwidey dalam satu hari keluar 61.853 liter
VI-13
Laporan Akhir
kacangan, daun ubi jalar dan limbah sayuran yang biasanya berbentuk
daun. Dedak terdiri dari 2 macam yaitu konsentrat yang merupakan
makanan wajib sapi perah untuk meningkatkan produktivitas susu, dan
ampas tahu (dage).
11 Obat-obatan yang teridentifikasi adalah 11 jenis, yaitu obat cacing,
vitamin, antibiotik, antihistamin, antinyeri (tympanol), analgesik, mineral,
obat kembung, kalsium dan jamu gayemi.
12 Dalam pemasaran, lebih dari 98 % susu sapi dijual ke luar desa. Di
kawasan Ciwidey ada 2 koperasi besar yang menampung susu sapi yaitu
KUD Pasirjambu dan KUD Tani Mukti Ciwidey. Selain 2 KUD tersebut,
ada perusahaan swasta yang membeli susu sapi dari peternak yaitu
HKSP di Pasirjambu, dan beberapa penampung perorangan yang
menjual langsung eceran susu murni.
D. Bawang Daun
1
Bibit yang digunakan Bawang Papak, Bawang Jalu, dan Bawang Jawa
Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang, Urea, TSP, KCl, ZA, dan
NPK.
VI-14
Laporan Akhir
E. Gula Aren
1. Industri rumahtangga pembuatan gula aren hanya teridentifikasi di 1 desa
yaitu Desa Cipelah, Kecamatan Rancabali. Pelaku usaha industri gula
aren ada 50 orang dengan pekerja sebanyak 150 orang. Usaha ini telah
dilakukan selama 47 tahun dan biasanya dilakukan secara turun temurun.
2. Industri ini tidak bisa dilaksanakan di setiap desa, karena berhubungan
dengan bahan baku yaitu pohon aren dan ketersediaan kayu bakar untuk
memasaknya.
3. Setiap hari keluar sekitar 350 kg gula aren dalam motif gandu dari Desa
Cipelah menembus pasaran untuk dikonsumsi karena merupakan
kebutuhan sehari-hari.
4. Bahan baku gula aren seluruhnya berasal dari Desa Cipelah. Hal ini
terjadi karena di Desa Cipelah banyak sekali pohon aren dan banyak
pengrajin yang sudah pengalaman dalam membuat gula aren.
5. Pembuatan gula aren memerlukan kemahiran tersendiri. Apabila ada
yang salah dalam salah satu kegiatan bisa mengakibatkan gula tidak jadi
atau aren tidak mengeluarkan niranya.
6. Dalam pembuatan gula aren rata-rata terserap 57,1 tenaga kerja.
7. Pemasaran gula aren tidak sulit karena merupakan kebutuhan pokok
sehari-hari. Pesentase gula aren yang dipasarkan ke luar desa sejumlah
90%, sisanya dipasarkan di dalam desa.
8. Penggunaan teknologi dalam pembuatan gula aren masih manual dan
alat sederhana mulai dari mengambil nira (nyadap) sampai mengolah.
Tapi dengan manual dan alat sederhana ini menjadi ciri khas gula aren.
F. Salada Air
1. Hanya terdapat di desa Panundaan
2. Varitas bibit yang digunakan salada hitam dan salada putih yang
menggunakan perbandingan hitam 40% putih 60% untuk setiap luas
tanam.
3. Jumlah bibit yang digunakan 7.000 kg/ha.
4. Jenis pupuk yang digunakan adalah urea dan pestisidanya secore.
VI-15
Laporan Akhir
5. Produktivitas yang dihasilkan adalah enam kali setahun dan produksi 10,5
tonsetiap kali panen.
6. Seluruh hasilnya dipasarkan ke luar desa.
G. Tahu Tempe
1. Industri rumah tangga pembuatan tahu tempe hanya teridentifikasi di
Desa Ciwidey, Kecamatan Ciwidey.
2. Pelaku usaha industri Pengrajin tahu tempe terdiri dari pemilik (10 orang)
dengan keseluruhan pekerja sebanyak (29 orang). Usaha ini telah
dilakukan selama 13 tahun, dengan rasio pelaku usaha sangat kecil.
3. Setiap hari terjual tahu (7 kwintal) dan tempe (3 kwintal) dari Desa
Ciwidey menembus pasaran untuk dikonsumsi.
4. Bahan baku Pengrajin tahu tempe seluruhnya berasal dari luar Desa
Ciwidey. Hal ini terjadi karena di Desa Ciwidey tidak ada petani kedelai.
Pada tabel di bawah ini terlihat jumlah produksi dan asal bahan baku
pengrajin tahu tempe di Desa Ciwidey.
5. Pembuatan tahu dan tempe bisa dipelajari oleh siapa saja karena
tahapannya sudah jelas dan baku.
6. Dalam pembuatan tahu tempe rata-rata terserap 2,9 orang tenaga kerja.
Dibutuhkan rata-rata 5,25 tenaga kerja pembuatan tahu dan 1 tenaga
kerja pembuatan tempe.
7. Pemasaran tahu tempe tidak sulit, karena merupakan kebutuhan seharihari. Tahu tempe dari Ciwidey 50% dipasarkan di dalam dan ke luar desa.
8. Penggunaan teknologi dalam pembuatan tahu tempe baru sampai semi
mekanik.
H. Teh Rakyat
1. Teh rakyat menjadi komoditas unggulan terdapat di tujuh desa yaitu Desa
Cipelah, Desa Lebak Muncang, Margamulya, Tenjolaya, Cisondari,
Cibodas, dan Mekarsari. Dari tujuh desa yang memiliki komoditas
unggulan teh rakyat, teridentifikasi satu desa yang menjadikan teh rakyat
sebagai prioritas di desanya adalah Desa Cisondari Kecamatan Pasir
Jambu.
VI-16
Laporan Akhir
2. Rasio pelaku usaha dari 7 desa yang memiliki keunggulan teh rakyat dari
jumlah pelaku keseluruhan 344 orang berbanding jumlah KK 14251
keluarga adalah 2,41. Rasio paling banyak terdapat di Desa Cisondari
kecamatan pasir jambu (5,93), sedangkan rasio paling kecil adalah di
Desa Lebakmuncang kecamatan Ciwidey (0,52) .
3. Luas keseluruhan teh rakyat dari 7 desa kajian adalah 373.9 ha,
sedangkan persentase penggunaan lahan dari total luas 10.600 ha
keseluruhan desa adalah 3,53 %. Persentase lahan paling besar adalah
Desa LebakMuncang (13,75%), dan persentase lahan paling kecil adalah
Desa Tenjolaya kecamatan Pasirjambu (1,91%).
4. Tanaman teh rakyat merupakan jenis tanaman tahunan. Umur rata-rata
dari 7 desa adalah 15 tahun. Umur tanaman paling tua terdapat di desa
Lebakmuncang (23 tahun), sedangkan umur tanaman paling muda
terdapat di Desa Cibodas (5 tahun).
5. Adapun penanaman perkebunan teh dilakukan sekali pada tahun
pertama, selanjutnya dilakukan pemeliharaan dan pemanenan. Tahapan
penanaman dibagi dalam 4 tahapan yaitu persiapan lahan, penanaman,
pemeliharaan, dan pemanenan.
a. Tahapan persiapan lahan yang dilakukan adalah pembersihan
lahan, pembuatan lubang, pemupukan , dan persiapan bibit.
Secara keseluruhan desa, tahapan persiapan lahan bervariasi dari
bulan Januari sampai Desember. Intensitas paling tinggi dilakukan
pada bulan Agustus dan Oktober.
b. Tahapan penanaman dilakukan dari bulan Januari sampai Mei
dan bulan September sampai November. Intensitas paling tinggi
pada bulan Januari, Februari, Maret, September dan Oktober.
c. Tahapan pemeliharaan terdiri dari pengobatan, pemupukan,
penyiangan, penyulaman, Intensitas pemeliharaan paling tinggi
pada bulan Desember. Tahapan pemanenan dilakukan tiap bulan.
Intensitas pemanenan paling tinggi dilakukan pada bulan Agustus,
September, Oktober dan Januari.
VI-17
Laporan Akhir
dengan
keragaan
terendah
terdapat
di
Desa
Cipelah,
VI-18
Laporan Akhir
I. Terong Belanda
1. Komoditas unggulan terong Belanda terdapat di satu desa yaitu Desa
Sukaresmi Kecamatan Rancabali. Luas area 10 ha dan pelaku usaha
terdiri dari 4 orang.
2. Umur tanaman sampai saat ini antara 3 sampai 5 tahun. Komoditas
terong belanda tergolong tanaman tahunan. Buahnya setelah panen bisa
tahan disimpan sampai 45 hari dan digunakan sebagai bahan manisan
dan pembuatan jus minuman.
3. Tahapan budidaya terong belanda yaitu pembibitan, pengolahan tanah,
penanaman dan panen. Tahapan pembibitan dan pengolahan tanah
dilakukan pada bulan Januari, tahapan penanaman dilakukan pada bulan
februari. pemeliharaan dilakukan setelah selesai penanaman pada bulan
februari. panen pertama dilakukan pada bulan Agustus. Pada tahun
berikutnya kegiatan yang dilakukan adalah pemeliharaan dan pemanenan
sampai tanaan berumur 4 tahun dilakukan penanaman kembali.
4. Tanaman terong belanda sebagaian besar dilakukan di tahan tumpang
sari dengan Perhutani di wilayah desa.
5. Populasi tanaman sampai sekarang mencarai 10.000 pohon jenis bibit
yang digunakan terdapat 2 jenis yaitu jenis hitam (2000 pohon/ha) dan
kuning (3000 pohon/ha), merupakan jenis bibit unggul.
6. Pupuk yang digunakan perhektarnya adalah pupuk kandang 5000kg/ha
dan pupuk cair organik 5000 liter.
7. Dalam penanganan hama dan penyakit tanaman tidak menggunakan
pestisida. Produktivitas yang dihasilkan per tahun mencapai 600
ton/tahun.
8. Pemasaran hasil hampir 98 % dipasarkan ke luar desa melalui pengepul.
Sedangkan dijual di lokal desa dan dikonsumsi sendiri masing-masing 1
%. Karena harga jual di luar mencapai Rp. 11.000, dan di desa harganya
Rp. 6000 per kilonya.
VI-19
Laporan Akhir
J. Tomat
1. Tersebar di lima desa, yaitu Rawabogo, Panyocokan, Margamulya,
Tenjolaya, dan Cibodas.
2. Varietas bibit, yaitu marta, permata, Cosmonot, Warani, Antarloka,
Samina, dan Monika.
3. Pupuk yang digunakan adalah UREA, TSP, KCl, Pupuk Kandang, SP 36,
NPK, adalah ZA
4. Jenis obat-obatan yang biasa dipakai pilaram, curakron, daconil, supergo,
rohadil, rodor, antracol, ditane, Vandozeb, cocid, atabron, ripkor, cix,
Propil, Agrimek, Noxone, pand2 lb, afsa 800
5. Produktivitas [ton/ha/musim tanam] untuk setiap marta (43,80), permata
(45,25), cosmonot (35,33) warani (43,00), antarloka (45,00) samina
(50,00), monika (40,00)
6. Dikonsumsi sendiri 1,32%, Dipasarkan di pasar lokal desa 2,20%, dan
Dipasarkan di luar desa 95,98%
K. Kawasan Taman Wisata Alam
Kawasan Ciwidey sebenarnya memiliki delapan (8) Taman Wisata
Alam/TWA yang semuanya terdapat di Kecamatan Rancabali, dan terbagi ke
dalam dua desa yaitu Desa Alam Endah dan Desa Patenggang.
Desa Alam Endah memiliki TWA Kawah Putih dan Pemandian Air Panas
Punceling, sedangkan Desa Patenggang memiliki Cimanggu, Rancawalini, Bumi
Perkemahan Rancaupas, Situ Patenggang, Kawah Rengganis, dan Pemandian
Air Panas Rancaupas.
Dari delapan TWA tersebut, lima TWA menjadi komoditas unggulan
prioritas yaitu Kawah Putih, Cimanggu, Rancawalini, Bumi Perkemahan
Rancaupas dan Situ Patenggang. Tiga kawasan sisanya tidak menjadi komoditas
unggulan
yaitu
Kawah
Rengganis
yang
masih
dalam
penataan
dan
pengembangan oleh PTPN VIII, pemandian air panas Rancaupas dan Punceling
yang belum ditata dan masih sedikit sekali pengunjung.
Lima kawasan wisata yang ada di kawasan Ciwidey mempunyai brand
masing-masing dan sesuai dengan UU 41/1999 tentang Kehutanan semuanya
merupakan komoditas alami bukan buatan sehingga menjadi Taman Wisata
Alam (TWA). Brand masing-masing TWA tersebut adalah Patenggang dengan
Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah
VI-20
Laporan Akhir
VI-21
Laporan Akhir
2.
3.
4.
5.
Nama Kawasan
Luas Areal
(ha)
Mulai Dikelola
(Tahun)
Situ Patenggang
68
1976
1994
1987
45
1981
1992
Rancawalini
Cimanggu
Bumi Pekemahan
Rancaupas
Kawah Putih
Jumlah
Sumber: Hasil Analisis, 2007
Danau Alam
Tunggangan Perahu
Wana wisata Hutan Cagar Alam
Penginapan (bungalow)
Areal perkemahan
Tempat memancing
Pemandian air panas
Penginapan (villa)
Agrowisata Kebun teh
Pemandian air panas
Penginapan (pondokan)
Outbound
Kuda tunggang
Wana Wisata Hutan Rimba
Areal perkemahan
Penangkaran rusa
Wana Wisata Hutan Rimba
Danau kawah
Jasa angkutan wisata
Pondokan (penginapan)
Wana Wisata
125
Situ Patenggang
Rancawalini
Cimanggu
Bumi
Pekemahan
Rancaupas
5.
Kawah Putih
Sumber: Hasil Analisis, 2007
Lembaga/Instansi
Pengelola
BKSDA dan PTPN VIII
Puskopkar PTPN VIII
Perhutani dan BKSDA
Perhutani
Perhutani
Jumlah
Karyawan
(orang)
15
22
7
Perawatan
(kali/bulan)
30
4
4
30
0,3
VI-22
Laporan Akhir
1.
2.
3.
4.
Situ Patenggang
Rancawalini
Cimanggu
Bumi
Pekemahan
Rancaupas
5.
Kawah Putih
Jumlah
Jumlah
Pengunjung
(orang/bulan)
12.000
12.000
7.000
Domestik
(%)
Luar Negeri
(%)
99,3
100
100
0,7
0
0
4
4
4
600
100
8.000
39.600
99,9
0,1
6.2.6. Permasalahan
Secara
kawasan,
teridentifikasi
63
jenis
masalah
yang
dapat
VI-23
Laporan Akhir
ke
dalam
komoditas
unggulan
prioritas.
Perbedaan
warna
VI-24
Laporan Akhir
Bunga
Teh Rakyat
Sapi perah
Domba
Kambing Perah
Penggemukan Sapi
Kelinci
Kawasan wisata
Bilik
Pande besi
Maranggi
Kalua Jeruk
Pindang
Makanan ringan
Tahu Tempe
olahan strowberi
Gula aren
Bandrek
Ikan nila
Perdagangan ikan
Jumlah
56
0
0
27
1
0
1
0
2
0
1
0
Terong kori
Kentang
Buncis
Tomat
Kopi
29
30
31
Strawberry
Banyaknya
hama dan
penyakit
Cabe Gebog
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
Jamur Tiram
17
18
Bawang Daun
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Salada air
Kurangnya
bahan baku
(bibit, bahan
baku, pakan)
Kurangnya
lahan dan
kepemilikan
usaha
Kualitas
bahan baku
rendah
Harga
saprotan
mahal
3
4
Identifikasi masalah
Kurang permodalan usaha
Kurangnya akses
permodalan
Kurang peralatan usaha
Belum ada sarana
pengolahan
Jalan tidak memadai
Kurang transportasi
Jalan rusak
Saluran irigasi rusak
Saluran air kurang lancar
Kurang bibit
Kurangnya kebutuhan pakan
Kekurangan bahan baku
Tidak ada bibit unggul
Lahan terbatas
Kepemilikan lahan kurang
Kurangnya kepemilikan
usaha oleh masyarakat
Bibit unggul kurang bagus
Kualitas pakan rendah
Petsai
No
1
2
Jagung
Isu Utama
Lemahnya
permodalan di
masyarakat
Kurangnya
infrastruktur
pendukung
produksi
Padi
No
1
Seledri
19
23
1
0
VI-25
13
Laporan Akhir
Kurangnya
pengetahuan
masyarakat
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
Ketidak
pastian
pemasaran
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
10
11
12
13
Kurangnya
perhatian dan
peran
pemerintah
Lemahnya
kelembagaan
usaha di
masyarakat
Masalah
sosial
Masalah
lingkungan
Jumlah
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
1
0
10
1
0
25
16
13
1
0
16
4
0
1
0
1
0
6
6
2
3
1
6
1
2
1
5
1
2
2
9
6
2
1
5
39
7
1
2
1
VI-26
Laporan Akhir
Adapun secara isu utama, ada 5 isu utama yang menjadi paling dominan
dari 35 komoditas unggulan adalah sebagai berikut:
1. Lemahnya permodalan di masyarakat
2. Ketidakpastian pemasaran
3. Kurangnya pengetahuan masyarakat
4. Kurangnya bahan baku (bibit, bahan baku, pakan)
5. Kurangnya infrastruktur pendukung produksi
VI-27
Laporan Akhir
Analisa Masalah
Dari
identifikasi
permasalahan
komoditas
unggulan
di
Kawasan
hasil
produksi
disebabkan
karena
kesulitan
saprodi,
banyaknya hama penyakit, kualitas saprodi, dan kekurangan air pada musim
kemarau. Kesulitan produksi, banyaknya hama dan kualitas saprodi rendah
disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan tehnik produksi. Kesulitan
saprodi juga disebabkan karena harga saprodi mahal. Kekurangan air pada
musim kemarau disebabkan karena irigasi tidak memadai.
VI-28
Laporan Akhir
Harga hasil produksi rendah disebabkan oleh dua faktor yaitu lemahnya
pemasaran dan produksi yang melimpah. Lemahnya pemasaran banyak
disebabkan karena kurangnya infrastruktur dalam pemasaran. Sedangkan
produksi yang melimpah disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan tehnik
dalam produksi. Faktor lain yang mempengaruhi adalah mahalnya harga
produksi saprodi, irigasi tidak memadahi dan kurangnya lahan, serta terbatasnya
kepemilikan lahan disebabkan karena kurangnya permodalan masyarakat.
Sedangkan kurangnya pengetahuan dan tehnik produksi di sebabkan karena
lemahnya kelembagaan usaha di masyarakat dan kurangnya penyuluhan dan
pelatihan dari PPL.
Dari hasil analisa masalah ditemukan lima (5) isu strategis yang
menyebabkan hasil produksi kurang mencukupi kebutuhan masyarakat, yaitu :
1. Lemahnya permodalan,
2. Kurangnya penyuluhan dan pelatihan dari PPL,
3. Lemahnya kelembagaan usaha masyarakat,
4. Kurangnya infrastruktur pemasaran, dan
5. Masalah sosial dan lingkungan.
C. Akar Masalah
Dari keseluruhan permasalahan, ditemukan dua (2) akar permasalahan
yang mempengaruhi kurang mencukupinya hasil produksi untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat yaitu (a) kurang adanya perhatian pemerintah dan
(b) masalah sosial dan lingkungan. Selengkapnya lihat analisa kerangka logis
berikut (Gambar 6.5).
VI-29
Laporan Akhir
VI-30
Laporan Akhir
Empat
kebijakan
strategis
Empat isu
strategis
Meningkatkan
permodalan
Lemahnya permodalan
Melakukan revitalisasi
penyuluhan dan
pelatihan untuk PPL
Kurangnya penyuluhan
dan pelatihan dari PPL
Lemahnya
kelembagaan
usaha
masyarakat
Memperkuat
kelembagaan
usaha
masyarakat
Peningkatan
infrastruktur
pemasaran
Kurangnya infrastruktur
pemasaran
VI-31
Laporan Akhir
Tabel 6.9.
Usaha Tani
Tomat
Padi Sawah
Buncis
Bawang daun
Strawberry
Seledri
Teh Rakyat
Sapi Perah
B/C Ratio
0.80
1.11
1.81
0.69
2.34
0.60
0.46
0.14
Land rent
3,950
1,281
4,876
5,897
48,885
10,940
141
62800
Jika hal ini dibiarkan akan terjadi over product di pasaran yang
menyebabkan anjloknya nilai jual strawberry. Untuk mengantisipasi hal tersebut,
selain terus meningkatkan kualitas produk juga perlu diversifikasi panganan
strawberry dengan mendirikan industri-industri rumah tangga atau pabrik
pengolahan strawberry yang bisa menghasilkan produk seperti selai, dodol,
sirup, dan berbagai panganan lainnya dari strawberry. Dengan adanya industri
pengolahan, selain akan mengendalikan kelebihan produk di pasaran juga akan
meningkatkan nilai jual dari strawberry tersebut. Terbukti dari nilai B/C ratio yang
cukup tinggi pada industri olahan strawberry yakni sebesar 1,01.
Nilai B/C yang tertinggi setelah strawberry adalah komoditas buncis
sebesar 1,81 dengan nilai land rent Rp 4.876,-. Nilai ini cukup tinggi
dibandingkan komoditas pertanian lainnya, dikarenakan hanya dapat tumbuh
pada kondisi iklim dan ketinggian tertentu saja. Setelah itu yang memiliki B/C
rasio tertinggi yakni komoditas padi sawah sebesar 1,11 dengan nilai land rent
Rp 1.281,-. Selain sebagai komoditas unggulan, padi sawah juga termasuk
dalam komoditas strategis, yaitu komoditas yang meskipun tidak menguntungkan
secara ekonomi namun tetap ditanam karena mempertimbangkan aspek sosial
dan kebiasaan masyarakat. Setelah itu komoditas yang memiliki nilai B/C
tertinggi adalah komoditas tomat sebesar 0,80 dengan nilai landrent Rp 3.950,-.
untuk komoditas tomat sebenarnya hampir sama karakteristiknya dengan
komoditas buncis, yakni hanya dapat tumbuh pada kondisi iklim dan ketinggian
tertentu saja.
VI-32
Laporan Akhir
2.50
1.81
2.00
1.50
1.11
0.80
1.00
B/C rata-rata
0.69
0.60
0.50
0.46
0.14
el
ed
ri
R
ak
ya
S
t
ap
iP
er
ah
Te
h
B
un
ba
ci
s
w
an
g
da
un
S
tr a
w
be
rry
To
m
P
at
ad
iS
aw
ah
0.00
B
un
ba
ci
w
s
an
g
da
un
S
tr a
w
be
rry
S
el
ed
Te
ri
h
R
ak
ya
S
t
ap
iP
er
ah
To
m
P
at
ad
iS
aw
ah
70,000
60,000
50,000
40,000
30,000
20,000
10,000
0
VI-33
Laporan Akhir
dengan nilai B/C dari bawang daun karena kebiasaan masyarakat disana yang
menumpangsarikan seledri dengan bawang daun. Hal ini didasarkan pada
persamaan karakteristik baik tanah maupun kesesuaian lahan. Selanjutnya teh
rakyat menjadi komoditas yang nilai B/C ratio-nya cukup rendah sebesar sebesar
0,46 dengan nilai land rent Rp 141,-. Hal ini dikarenakan produktivitas yang
masih rendah akibat teknologi yang masih sangat sederhana yang diusahakan
oleh petani teh. Selain itu masa produksi yang sangat lama (sekitar 60 tahunan)
membuat banyak pertanian teh rakyat terlantar sehingga otomatis angka
produksinya pun menurun.
Sementara untuk nilai B/C paling rendah ditempati oleh komoditas
unggulan sapi perah sebesar 0,14 dengan nilai land rent Rp 62.800,-. Nilai B/C
yang kecil berlaku selama kredit dari KUD belum lunas. Lama kredit sekitar
empat tahun untuk satu ekor sapi, sementara masa produktif sapi perah sekitar
enam laktasi atau setara dengan delapan tahun. Selain itu keuntungan yang
didapat dari pertanian sapi perah adalah anak dari sapi tersebut. Bila sapi sudah
tidak memproduksi susu lagi, biasanya dijual oleh petani sebagai sapi potong
dengan harga Rp 2.000.000,- sampai Rp 3.000.000,- per ekor.
Secara keseluruhan nilai B/C berbanding lurus dengan nilai land rent
kecuali sapi perah. Perbedaan nilai menjelaskan adanya manfaat ekonomi yang
berbeda untuk masing-masing komoditas sehingga dikhawatirkan akan terjadi
konversi dari land rent yang rendah ke land rent yang tinggi, tetapi konversi ini
perlu dicermati karena harga sayur-sayuran yang tidak stabil atau fluktuatif
sehingga perlu analisis pasar yang mendalam dari setiap perubahan permintaan
maupun perubahan musim.
Selanjutnya yang memiliki nilai B/C Rasio paling tinggi adalah komoditas
bawang daun sebesar 0,69 dengan nilai land rent Rp 5.897,-. Biasanya bawang
daun ditanam secara tumpang sari dengan komoditas seledri, namun tetap lebih
dominan ditanam secara monokultur agar hasil yang didapat optimal. Komoditas
selanjutnya yang tertinggi setelah bawang daun adalah komoditas seledri
sebesar 0,60 dengan nilai landrent Rp 10.940,-. Nilainya tidak jauh berbeda
dengan nilai B/C dari bawang daun karena kebiasaan masyarakat disana yang
menumpangsarikan seledri dengan bawang daun. Hal ini didasarkan pada
persamaan karakteristik baik tanah maupun kesesuaian lahan. Selanjutnya teh
rakyat menjadi komoditas yang nilai B/C rasionya cukup rendah sebesar 0,46
Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah
VI-34
Laporan Akhir
dengan nilai land rent Rp 141,-. Hal ini dikarenakan produktivitas yang masih
rendah akibat teknologi yang masih sangat sederhana yang diusahakan oleh
petani teh. Selain itu masa produksi yang sangat lama (sekitar 60 tahunan)
membuat banyak pertanian teh rakyat terlantar sehingga otomatis angka
produksinya pun menurun.
Sementara untuk nilai B/C paling rendah ditempati oleh komoditas
unggulan sapi perah sebesar 0,14 dengan nilai land rent Rp 62.800,-. Nilai B/C
yang kecil berlaku selama kredit dari KUD belum lunas. Lama kredit sekitar
empat tahun untuk satu ekor sapi, sementara masa produktif sapi perah sekitar
enam laktasi atau setara dengan delapan tahun. Selain itu keuntungan yang
didapat dari pertanian sapi perah adalah anakan dari sapi tersebut. Bila sapi
sudah tidak memproduksi susu lagi, biasanya dijual oleh petani sebagai sapi
potong dengan harga Rp 2.000.000,- sampai Rp 3.000.000,- per ekor.
berlomba-lombanya
antar
petani
untuk
VI-35
Laporan Akhir
konsumen sehingga harga strawberry pun akan menurun. Oleh karena itu, perlu
dilakukannya diversifikasi olahan strawberry agar nilai tambah strawberry lebih
meningkat.
B/C Rata-Rata
1.20
1.00
0.80
0.60
B/C Rata-Rata
0.40
0.20
0.00
Olahan
Strawberry
Kaluah Jeruk
Bilik Bambu
VI-36
Laporan Akhir
Namun
jika
jumlah
bambu
sedang
menurun
atau
sedang
VI-37
Laporan Akhir
Desa
Ciwidey
Pasirjambu
Nengkelan
Indragiri
Panyocokan
Cibodas
Sukawening
Cisondari
Lebakmuncang
Rawabogo
Patengan
Cipelah
Alamendah
Margamulya
Mekarmaju
Panundaan
Cukanggenteng
Sukaresmi
Cikoneng
Tenjolaya
Mekarsari
Sugihmukti
Jumlah
Unit
119.743
95.218
53.780
50.606
46.998
46.023
45.919
44.052
41.968
41.314
41.234
39.189
37.604
36.419
36.195
35.992
35.038
34.758
32.632
30.863
30.407
30.176
Jumlah
Jenis
Hirarki
53
49
37
38
39
35
40
39
38
34
37
33
45
35
34
37
33
32
33
36
31
36
hirarki I
hirarki I
hirarki II
hirarki II
hirarki II
hirarki II
hirarki II
hirarki III
hirarki III
hirarki III
hirarki III
hirarki III
hirarki III
hirarki III
hirarki III
hirarki III
hirarki III
hirarki III
hirarki III
hirarki III
hirarki III
hirarki III
VI-38
Laporan Akhir
VI-39
Laporan Akhir
VI-40
Laporan Akhir
Cikoneng
(Kecamatan
Pasirjambu),
Desa
Tenjolaya
(Kecamatan
analisis Location Quotient (LQ). Data yang digunakan dalam analisis ini adalah
data PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Kecamatan yang termasuk
wilayah Kabupaten Bandung tahun 2006. Apabila nilai LQ < 1 maka pada daerah
tersebut tidak terjadi pemusatan, apabila nilai LQ > 1 maka pada daerah tersebut
terjadi pemusatan. Sedangkan jika nilai LQ sama dengan 1 maka daerah
tersebut mempunyai pangsa aktivitas setara dengan pangsa total.
VI-41
Laporan Akhir
VI-42
Laporan Akhir
keuangan bukan bank dan sewa bangunan; dan (vii) sektor jasa-jasa meliputi
jasa sosial kemasyarakatan. Pola pemusatan untuk sub sektor perkebunan
memiliki nilai LQ terbesar di Kecamatan Pasirjambu, yaitu 7.9, diikuti oleh nilai
LQ sub sektor tanaman bahan makanan sebesar 3.0, dan sub sektor kehutanan
sebesar 2.0.
Tabel 6.11. Pola Pemusatan Sektor Kegiatan Kawasan Agropolitan Ciwidey
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Sektor Kegiatan
Pertanian :
Tanaman Bahan Makanan
Perkebunan
Peternakan
Kehutanan
Perikanan
Pertambangan dan Penggalian :
Minyak dan gas bumi
Pertambangan tanpa gas
Penggalian
Industri Pengolahan :
Industri migas
Industri tanpa gas
Listrik Gas Dan Air :
Listrik
Gas Kota
Air bersih
Bangunan / Konstruksi
Perdagangan, Hotel, dan Restoran :
Perdagangan besar dan eceran
Hotel
Restoran
Pengangkutan Dan komunikasi :
1. Pengangkutan
Angkutan rel
Angkutan jalan raya
Angkutan laut
Angkutan sungai &
penyebrangan
Angkutan udara
Jasa penunjang angkutan
2. Komunikasi
Keuangan,
Persewaan,
Dan
Perusahaan :
Bank
Lembaga keuangan bukan bank
Sewa bangunan
Jasa perusahaan
Jasa Jasa :
a. Pemerintahan Umum
b. Swasta
Sosial kemasyarakatan
Hiburan dan rekreasi
Perorangan dan rumah tangga
CIWIDEY
0,00
3,03
4,23
1,27
2,93
1,37
0,00
0,00
0,00
0,92
0,00
0,00
0,28
0,00
0,54
0,00
1,30
1,78
0,00
2,12
0,10
0,32
0,00
0,00
0,00
3,18
0,00
RANCABALI
0,00
1,16
7,16
0,17
1,91
0,87
0,00
0,00
0,00
0,03
0,00
0,00
1,09
0,00
0,36
0,00
1,15
1,20
0,00
0,89
0,08
0,19
0,00
0,00
0,00
1,07
0,00
PASIRJAMBU
0,00
3,04
7,93
1,14
2,04
1,13
0,00
0,00
0,00
0,67
0,00
0,00
0,59
0,00
0,34
0,00
0,96
1,30
0,00
1,21
1,61
0,51
0,00
0,00
0,00
1,94
0,00
0,00
0,00
1,05
0,92
0,00
0,00
0,37
0,33
0,00
0,00
0,68
1,02
0,00
2,34
2,53
1,78
0,75
0,00
0,80
0,00
1,99
0,60
0,98
0,00
0,00
0,62
1,19
0,18
0,00
0,46
0,00
1,17
9,68
0,45
0,00
0,42
1,41
1,14
0,54
0,00
0,52
0,00
1,70
0,31
0,50
Jasa
VI-43
Laporan Akhir
luas penggunaan
lahan kebun (kebun campuran dan kebun teh) di kawasan Agropolitan mencapai
35 % dari total penggunaan lahan yang ada di Kawasan Agropolitan Ciwidey.
Pola pemusatan untuk sub sektor tanaman bahan makanan memusat di
Kecamatan Ciwidey dan Kecamatan Pasirjambu dengan niali LQ masing-masing
3.0 dan Kecamatan Rancabali dengan nilai LQ 1.2. Pola pemusatan kegiatan sub
sektor hiburan dan rekreasi memusat di Kecamatan Rancabali berkaitan dengan
terdapatnya tempat wisata Situ Patenggang, Pemandian Cimanggu, Perkemahan
Rancaupas, dan Rancawalini.
Pola pemusatan komoditas yang terdapat di kawasan Agropolitan
Ciwidey dapat diketahui berdasarkan luas tanam dan luas panen masing-masing
komoditas pada tahun 2006. Berdasarkan luas tanam komoditas tanaman
hortikultura dan tanaman palawija di Kecamatan Pasirjambu terjadi pola
pemusatan komoditas bawang daun, cabe besar, buncis, seledri, cabe rawit,
petsai, kacang merah, tomat, padi sawah, padi gogo, dan kacang tanah. Di
Kecamatan Ciwidey terjadi pola pemusatan komoditas bawang daun, cabe
besar, buncis, seledri, petsai, tomat, dan padi sawah, sedangkan di Kecamatan
Rancabali terjadi pemusatan komoditas bawang daun, cabe besar, buncis,
seledri, cabe rawit, wortel, bawang putih, kacang merah, tomat, padi gogo, padi
sawah, kacang tanah, ubi kayu, dan ubi jalar.
Pola pemusatan komoditas seledri mendominasi pola pemusatan
tanaman hortikultur di Kecamatan Ciwidey dan Kecamatan Pasirjambu, dimana
nilai LQ komoditas seledri di Kecamatan Ciwidey dan Kecamatan Pasirjambu
paling tinggi dibandingkan dengan nilai LQ komoditas lain yang terdapat di kedua
kecamatan tersebut. Di Kecamatan Rancabali selain komoditas seledri juga
terjadi pola pemusatan komoditas bawang putih. Nilai LQ komoditas bawang
putih di Kecamatan Rancabali paling tinggi dibandingkan nilai LQ komoditas
lainnya di Kecamatan Rancabali dan kawasan Agropolitan Ciwidey. Hasil analisis
LQ terhadap luas tanam komoditas dapat dilihat pada Tabel 6.12.
VI-44
Laporan Akhir
Tabel 6.12. Pola Pemusatan Berdasarkan Luas Tanam Hortikultur dan Palawija
Tahun 2006 Kawasan Agropolitan Ciwidey
No
Kecamatan
Pasirjambu
0,00
3,49
0,94
0,00
1,48
0,00
4,47
0,00
0,00
7,47
4,71
Ciwidey
Rancabali
0,00
4,96
0,54
0,00
1,54
0,00
3,85
0,00
0,00
14,92
0,00
0,00
0,34
1,58
0,00
1,77
0,00
0,00
0,00
0,00
5,86
0,00
1,28
1,05
4,78
0,29
1,06
1,62
0,00
1,38
0,00
0,00
15,94
4,86
36,00
0,40
0,73
1,43
1,10
0,00
0,00
0,00
0,00
2,37
0,00
0,22
1,80
2,02
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
Bawang merah
Bawang daun
Kubis
Wortel
Cabe Besar
Kacang panjang
Buncis
Kangkung
Lobak
Seledri
Cabe Rawit
Bawang putih
Kentang
Petsai/sawi/sosin
Kacang merah
Tomat
Terung
Ketimun
Bawang
Labu siam
Kembang Kol
Jamur
Padi Sawah
Padi Gogo
Jagung
Kedelai
Kacang Tanah
0,00
0,71
2,36
2,12
1,80
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
1,10
1,27
0,48
0,00
1,81
28
Kacang Hijau
0,00
0,00
0,00
29
Ubi Kayu
0,51
0,35
3,06
30
Ubi Jalar
0,90
0,82
5,55
0,19
0,34
0,00
0,00
0,00
8,95
VI-45
Laporan Akhir
No
Kecamatan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
Bawang merah
Bawang daun
Kubis
Wortel
Cabe Besar
Kacang panjang
Buncis
Kangkung
Lobak
Seledri
Cabe Rawit
Bawang putih
Kentang
Petsai/sawi/sosin
Kacang merah
Tomat
Terung
Ketimun
Bawang
Labu siam
Kembang Kol
Kacang Tanah
Ubi Jalar
Padi Gogo
Jagung
Ubi Kayu
Padi Sawah
Jamur
Kedelai
30
Kacang Hijau
Pasirjambu
Ciwidey
Rancabali
0,00
3,70
0,00
4,60
1,29
4,81
0,90
0,00
1,36
0,00
4,08
0,64
0,00
1,97
0,00
3,51
0,29
0,94
1,52
0,00
1,47
0,00
0,00
9,63
4,79
0,00
0,00
15,31
0,00
0,00
0,35
1,66
0,00
0,00
20,37
4,13
31,73
0,39
0,82
0,96
1,13
0,00
0,66
2,18
1,50
2,07
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
1,26
1,15
0,00
2,13
0,00
0,00
0,00
0,00
4,73
0,92
0,36
0,42
1,15
0,00
0,00
0,00
0,68
0,16
0,23
0,20
1,30
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
2,02
11,68
8,29
2,53
1,89
1,49
0,26
0,00
0,00
0,00
VI-46
Laporan Akhir
lokasi pemusatan seledri, bawang daun, bawang merah, cabe besar, buncis,
cabe rawit, tomat, kembang kol, kacang tanah, ubi jalar, padi gogo, jagung, dan
padi
sawah.
Pola
pemusatan
dari
masing-masing
komoditas
tersebut
Kecamatan
Ciwidey
dan
Kecamatan
Pasirjambu,
yang
VI-47
Laporan Akhir
Tabel 6.14.
No
PASIRJAMBU
PROPORTIONAL
SHIFT
0,00
0,01
-0,01
-0,01
0,00
-0,01
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
-0,01
0,00
0,00
0,00
0,01
0,00
0,00
0,01
0,00
-0,01
0,01
-0,01
0,00
0,00
0,00
0,02
0,00
0,00
0,00
0,00
0,01
0,00
0,02
0,01
0,00
0,01
-0,01
-0,01
0,01
-0,01
0,00
0,00
0,00
0,01
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,01
0,01
0,00
-0,04
-0,04
-0,03
-0,10
0,03
0,00
-0,07
0,00
-0,04
0,00
0,00
-0,05
0,00
-0,05
0,00
-0,11
-0,04
0,00
0,00
0,00
0,02
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,03
0,00
0,00
0,00
0,01
0,00
0,00
0,00
0,00
0,02
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
-0,04
-0,03
1,25
0,00
0,00
0,00
-0,03
0,00
0,00
0,00
0,00
0,02
0,00
0,00
-0,01
0,03
0,00
0,00
-0,01
0,02
0,00
0,00
-0,04
0,02
0,00
0,02
-0,04
-0,01
-0,01
0,00
-0,02
0,00
0,04
0,01
0,00
0,00
0,00
-0,04
-0,01
-0,01
0,00
0,03
0,00
0,05
0,01
0,01
0,00
0,03
-0,04
-0,01
-0,01
0,00
-0,01
0,00
0,04
0,01
0,00
0,00
-0,03
-0,08
-0,05
-0,06
0,00
-0,05
0,00
0,00
-0,03
-0,04
SEKTOR KEGIATAN
CIWIDEY
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Pertanian :
Tanaman Bahan Makanan
Perekebunan
Peternakan
Kehutanan
Perikanan
Pertambangan dan Penggalian :
Minyak dan gas bumi
Pertambangan tanpa gas
Penggalian
Industri Pengolahan :
Industri migas
Industri tanpa gas
Listrik Gas Dan Air :
Listrik
Gas Kota
Air bersih
Bangunan / Konstruksi
Perdagangan, Hotel, dan
Restoran :
Perdagangan besar dan eceran
Hotel
Restoran
Pengangkutan Dan komunikasi :
1. Pengangkutan
Angkutan rel
Angkutan jalan raya
Angkutan laut
Angkutan sungai &
penyebrangan
Angkutan udara
Jasa penunjang angkutan
2. Komunikasi
Keuangan, Persewaan, Dan Jasa
Perusahaan :
Bank
Lembaga keuangan bukan bank
Sewa bangunan
Jasa perusahaan
Jasa Jasa :
a.
Pemerintahan Umum
b.
Swasta
Sosial kemasyarakatan
Hiburan dan rekreasi
Perorangan dan rumah tangga
VI-48
Laporan Akhir
lebih
tinggi
dibandingkan
dengan
komoditas
lain,
sehingga
VI-49
Laporan Akhir
tanam kentang memiliki tingkat kompetitif lebih tinggi dibandingkan dengan laju
pertambahan luas tanam komoditas lain. Tingkat pertambahan luas tanam
komoditas kentang 1.6 lebih tinggi dibandingkan tingkat pertambahan luas tanam
komoditas kentang secara umum di Kawasan Agropolitan Ciwidey. Oleh karena
itu, pengembangan luas tanam komoditas bawang daun di Kecamatan Ciwidey
dan Kecamatan Rancabali akan memberikan keuntungan.
Berdasarkan nilai proportional shift luas tanam komoditas bawang daun,
wortel, buncis, cabe rawit, bayam, petsai, kembang kol, terung, kangkung,
kacang panjang, ketimun, dan jamur mempunyai laju pertambahan luas tanam
lebih besar dibandingkan dengan laju pertumbuhan total di Kawasan Agropolitan
Ciwidey. Dalam hal ini, laju pertambahan luas tanam komoditas jamur memiliki
nilai terbesar, yaitu 1.83 lebih besar dibandingkan dengan laju pertumbuhan luas
tanam di Kawasan Agropolitan Ciwidey. Sebaliknya luas tanam komoditas lain
memilki laju pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan dengan laju
pertumbuhan total luas tanam komoditas di Kawasan Agropolitan Ciwidey. Hasil
analisis SSA luas tanam hortikultur dapat dilihat pada Tabel 6.15.
Dari Tabel 6.15 dapat diketahui bahwa nilai differential shift tertinggi
dicapai oleh Kecamatan Pasirjambu pada komoditas kentang dengan nilai 2.0,
yang menandakan bahwa laju pertambahan luas panen komoditas kentang di
Kecamatan Pasirjambu mempunyai tingkat kompetitif lebih tinggi dibandingkan
dengan luas panen komoditas lain di Kawasan Agropolitan Ciwidey. Dalam hal ini
tingkat pertambahan luas panen komoditas kentang adalah sebesar 2.0 lebih
tinggi dibandingkan tingkat pertambahan luas panen komoditas kentang secara
umum di Kawasan Agropolitan Ciwidey. Di Kecamatan Rancabali laju
pertambahan luas panen komoditas bawang daun memiliki tingkat kompetitif
lebih tinggi dibandingkan dengan luas
VI-50
Laporan Akhir
Tabel 6.15. Nilai Shift Share Analysis Luas Tanam Hortikultura Kawasan
Agropolitan Ciwidey Tahun 2005-2006
No
Kecamatan
Pasirjambu
Differential Shift
Ciwidey
Rancabali
Proportional Shift
Bawang Daun
0,7
1,8
1,2
0,086
Bawang Merah
-0,4
-0,4
0,2
-0,435
Bawang Putih
0,0
0,0
1,0
-0,859
Bayam
0,0
0,0
0,0
0,244
Buncis
0,0
0,2
-0,2
0,189
Cabe Besar
0,9
0,4
0,8
-0,490
Cabe Rawit
0,3
0,0
0,3
0,224
Jamur
0,0
0,0
0,0
1,838
Kacang Merah
0,6
-0,7
1,1
-0,128
0,737
10
Kacang Panjang
0,0
0,0
0,0
11
Kangkung
0,0
0,0
0,0
0,561
12
Kembang Kol
0,0
1,7
-0,6
0,516
13
Kentang
1,6
0,9
0,5
-0,529
14
Ketimun
0,0
0,0
0,0
0,995
15
Kubis
0,5
0,5
-0,2
-0,144
16
Labu Siam
0,0
0,0
0,0
-0,763
17
Lobak
0,0
0,0
0,0
-0,192
18
19
20
Petsai/Sawi/Sosin
Seledri
Terung
0,1
0,0
0,0
0,4
0,0
0,0
-0,2
0,0
0,0
0,364
0,000
0,535
21
Tomat
0,5
0,7
0,3
-0,237
0,0
0,0
-0,1
0,141
22 Wortel
Sumber : Hasil Analisis
VI-51
Laporan Akhir
Kecamatan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Bawang Merah
Bawang Putih
Bawang Daun
Kentang
Kubis
Petsai/Sawi/Sosin
Wortel
Kacang Merah
Cabe Besar
Tomat
Kacang Panjang
Terung
Buncis
Ketimun
Kangkung
Bayam
Lobak
Labu Siam
Seledri
Kembang Kol
Cabe Rawit
22
Jamur
Differential Shift
Pasirjambu
Ciwidey
Rancabali
-0,5
-0,7
0,7
2,0
0,3
0,4
-0,1
0,6
1,4
0,4
-0,5
-0,7
0,7
0,4
0,2
0,1
-0,1
-0,9
0,2
0,2
0,2
0,0
1,4
0,2
-0,2
0,2
1,0
1,0
0,9
0,4
0,0
0,0
0,3
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
1,1
0,0
0,0
0,1
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
-0,1
0,0
Proportional Shift
-0,3
0,0
0,3
0,0
0,0
0,1
-0,7
0,1
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
-0,1
-0,1
-0,2
0,0
0,5
0,2
0,1
0,7
0,5
0,1
-0,7
-0,7
0,0
0,2
0,4
0,0
0,0
0,4
VI-52
Laporan Akhir
KA Ciwidey
190
185
180
175
170
165
160
155
150
2000
2003
2006
KA Ciwidey
VI-53
Laporan Akhir
90000
80000
76666
73622
65593
70000
60000
63982
57531
62119
40767
40003
50000
40000
44930
30000
20000
10000
0
2000
2003
Ciwidey
Rancabali
2006
Pasirjambu
16000
14000
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
2000
2003
2006
panundaan
ciwidey
panyocokan
lebakmuncang
rawabogo
nengkelan
sukawening
Sumber: Hasil Analisis, 2007
VI-54
Laporan Akhir
8%
8%
20%
5%
8%
15%
36%
panundaan
ciwidey
panyocokan
lebakmuncang
rawabogo
nengkelan
sukawening
Sumber: Hasil Analisis, 2007
60
50
40
Ciwidey 2004
30
Ciwidey 2006
20
10
0
Tdk/Blm
Punya Ijazah
Gambar 6.15.
SD
SLTP
SLTA
PT
VI-55
Laporan Akhir
20000
18000
16000
14000
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
2000
2003
cipelah
sukaresmi
patengan
alamendah
2006
indragiri
VI-56
Laporan Akhir
8%
39%
40%
1%
12%
cipelah
sukaresmi
patengan
alamendah
indragiri
70
60
50
40
Rancabali 2004
30
Rancabali 2006
20
10
0
Tdk/Blm
Punya Ijazah
Gambar 6.18.
SD
SLTP
SLTA
PT
VI-57
Laporan Akhir
14000
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
2000
2003
2006
sugihmukti
margamulya
tenjolaya
cisondari
mekarsari
cibodas
cukanggenteng
pasirjambu
mekarmaju
cikoneng
Sumber: Hasil Analisis, 2007
8%
1%
12%
2%3%
3%
3%
28%
8%
32%
sugihmukti
margamulya
tenjolaya
cisondari
mekarsari
cibodas
cukanggenteng
pasirjambu
mekarmaju
cikoneng
VI-58
Laporan Akhir
60
50
40
Pasirjambu 2004
30
Pasirjambu 2006
20
10
0
Tdk/Blm
Punya Ijazah
Gambar 6.21.
SD
SLTP
SLTA
PT
yang
kedua
adalah
prasarana
telekomunikasi.
Prasarana
VI-59
Laporan Akhir
0%
43%
57%
0%
Jalan Kelas I
Jalan Kelas II
Jalan Kelas IV
Jalan Desa
0%
35%
49%
8%
Jalan Kelas I
Jalan Kelas II
8%
Jalan Kelas IV
Jalan Desa
VI-60
Laporan Akhir
VI-61
Laporan Akhir
dilayani
adalah
Ciwidey-Rancabali.
Adapun
rute
lainnya
mulai
VI-62
Laporan Akhir
tajam.
Jalan
utama
Pasirjambu-Ciwidey-Rancabali
pun
tidak
VI-63
Laporan Akhir
11.71
14.00
12.00
10.00
8.00
5.57
6.00
4.00
0.27
2.00
0.00
Ciwidey
Rancabali
Pasirjambu
Gambar 6.24. Persentase Kepemilikan Telepon Kabel per Keluarga Tahun 2006
VI-64
Laporan Akhir
VI-65
Laporan Akhir
BAB
RENCANA PENGEMBANGAN
7.1. Penetapan Zona Pengembangan
Penetapan zona pengembangan di Kawasan Agropolitan Ciwidey
berdasarkan beberapa pertimbangan. Pertimbangan yang pertama adalah
adanya batasan kawasan lindung yang mengacu pada RTRW Kabupaten
Bandung 2007-2026. Batasan yang pertama ini membuat luas pemanfaatan
lahan untuk dikembangkan menjadi terbatas. Hal ini dikarenakan tidak bolehnya
kawasan lindung yang sudah ada terkonversi menjadi kawasan budidaya.
Pertimbangan yang kedua adalah prioritas pengembangan wilayah.
Pengembangan
wilayah
kawasan
agropolitan
tentunya
memperhatikan
komoditas yang sesuai dengan potensi sumber daya lahannya. Selain itu adalah
karena sudah ada kegiatan-kegiatan yang menjadi kebiasaan dan budaya
masyarakat di Kawasan Agropolitan Ciwidey dan sudah menyebar secara luas
Pertimbangan ketiga adalah adanya klastering yang terbentuk secara
alamiah (topografi, penggunaan lahan eksisiting, dan kondisi iklim) dan buatan
sehingga membentuk klaster pengembangan wilayah menjadi dua area.
Berdasarkan 3 pertimbangan tersebut maka dapat ditetapkan 2 Zona
Pengembangan, yaitu:
Zona Pengembangan 1
Zona ini berada di sebelah utara Kawasan Agropolitan Ciwidey. Zona ini
mempunyai kegiatan utama: 1) permukiman dan komersial, 2) pertanian tanaman
pangan (pertanian lahan basah, pertanian lahan kering, sawah), 3) wisata/cagar
alam. Adapun kegiatan penunjangnya adalah: 1) perkebunan, 2) pertanian
tanaman tahunan, dan 3) RTH.
Zona Pengembangan 2
Zona ini berada di sebelah selatan Kawasan Agropolitan Ciwidey. Zona
ini mempunyai kegiatan utama: 1) perkebunan, 2) wisata alam. Adapun kegiatan
penunjangnya adalah: (1) pertanian tanaman tahunan, (2) hutan produksi
terbatas, dan (3) pertanian lahan basah.
Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah
VII - 1
Laporan Akhir
Zona Pengembangan
Sub Total I
II
Sub Total II
Kawasan Lain
Luas (Ha)
182
11
675
2930
1302
1556
1385
927
1366
1
213
2547
13096
340
108
298
697
2
7387
171
81
2677
347
3
30
12141
8472
5104
682
1903
1
26
632
68
18
31
16937
42174
VII - 2
Laporan Akhir
VII - 3
Laporan Akhir
Zona
Pengembangan
Desa
Pusat
Kec. Ciwidey
(Ciwidey,Lebakmuncang,
Nengkelan, Panundaan,
Panyocokan, Rawabogo,
Sukawening);
Desa Pasirjambu
(agribisnis)
Kec.Pasirjambu
(Cibodas, Cikoneng,
Cisondari,
Cukanggenteng,
Margamulya, Mekarmaju,
Mekarsari, Pasirjambu,
Sugihmukti, Tenjolaya);
Desa Panundaan
(pendukung pariwisata)
Desa Ciwidey
(permukiman & komersial)
Kec.Rancabali
(Alamendah,Patengan)
II
Kec.Pasirjambu
(Sugihmukti,Tenjolaya);
Desa Patengan
(wisata)
Kec.Rancabali
(Alamendah,Cipelah,
Indragiri,Patengan,
Sukaresmi)
Desa Indragiri
(perkebunan)
VII - 4
Laporan Akhir
No
Zona I
Desa
Nangkelan
Panyocokan
Rawabogo
Sukawening
Cikoneng
Cukanggenteng
Mekarmaju
Pasirjambu
B
Ciwidey
Lebakmuncang
12
Panundaan
13
Cisondari
14
Margamulya
C
Pasirjambu
(agribisnis)
Pasirjambu
Ciwidey
Ciwidey
(permukiman & komersial)
11
15
Ciwidey
Cibodas
10
Kecamatan
Mekarsari
16
Sugihmukti
17
Tenjolaya
18
Alamendah
19
Patengan
Ciwidey
Pasirjambu
Panundaan
(pendukung pariwisata)
Rancabali
VII - 5
Laporan Akhir
VII - 6
Laporan Akhir
VII - 7
Laporan Akhir
lemahnya jaringan telepon genggam (HP) membuat kecamatan ini relatif paling
terisolir diantara kecamatan lainnya. Oleh karena itu, kebijakan untuk
memecahkan isu ini adalah meningkatkan akses wilayah di/ke Kecamatan
Rancabali. Kebijakan ini kemudian diturunkan (menjadi lebih spesifik) ke dalam
strategi, yaitu strategi peningkatan akses komunikasi.
B.
Manajemen Ojek
Isu ini meliputi isu-isu seputar ojek yang relatif banyak. Seperti diketahui,
beberapa isu seputar ojek adalah jumlah ojek yang banyak, rute ojek yang
seringkali bersinggungan dengan moda transportasi umum lainnya, dan
manajemen kelembagaan ojek. Oleh karena itu, kebijakan isu ini adalah
Mengelola jumlah dan rute ojek agar tidak berlebih dan bersaing secara
tidak sehat. Kebijakan ini kemudian dibagi kedalam 3 (tiga) strategi, yaitu:
1. Manajemen organisasi ojek
2. Manajemen jumlah ojek
3. Manajemen rute ojek
Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah
VII - 8
Laporan Akhir
D.
Kawasan Agropolitan Ciwidey, namun ada ruas jalan utama di kawasan ini
(Pasirjambu-Soreang) yang mempunyai LOS B. Potensi kemacetan ini terjadi
diantara titik tempat mangkal delman sampi titik alun-alun terutama di hari-hari
libur nasional. Kebijakan untuk isu ini adalah manajemen transportasi dalam
rangka mengatasi kemacetan. Ada 3 (tiga) strategi dalam rangka menjabarkan
kebijakan ini, yaitu:
1. Manajemen kegiatan eksternal
2. Manajemen kendaraan
3. Manajemen lalu-lintas
komoditas
terhadap
kontribusinya
terhadap
PDRB
dan
VII - 9
Laporan Akhir
C. Komoditas Prospektif
Komoditas prospektif mempunyai kriteria: diusahakan masyarakat pada
tempat-tempat tertentu tetapi mempunyai prospek yang cukup baik karena
mempunyai potensi permintaan yang cukup besar.
Di Kawasan Agropolitan Ciwidey yang termasuk komoditas prospektif
adalah: (1) strawberry, (2) kopi.
Berdasarkan karakteristik komoditas, potensi sumber daya wilayah, dan
manfaat ekonomi dari masing-masing komoditas, disusun indikasi program yang
tertera pada Tabel 7.3
7.5. Kesimpulan
A.
Zone Pengembangan
Kawasan Agropolitan Ciwidey dapat dikelompokkan ke dalam 2 Zona
Pengembangan, yaitu:
1. Zona Pengembangan I, dengan kegiatan utama pertanian tanaman
pangan, sayuran, dan wisata alam:
-
B.
Komoditas
VII - 10
Laporan Akhir
: padi
2. Zona Pengembangan II
a. Komoditas unggulan : eko/agro-wisata, teh rakyat
b. Komoditas perspektif : kopi, strawberry
C.
Aksesibilitas Wilayah
Aksesibilitas wilayah untuk masing-masing zona pengembangan adalah
sebagai berikut:
1. Zona Pengembangan I : aksesibilitas zone ini relatif baik
2. Zona Pengembangan II : aksesibilitas zone pengembangan ini khususnya
di desa-desa Kecamatan Rancabali kurang baik
D.
Infrastruktur Wilayah
1. Zona Pengembangan I
baik
2. Zona Pengembangan II : dibandingkan dengan Zona Pengembangan I,
infrastruktur perkotaan di zona ini relatif kurang baik. Hal ini terkait
dengan kegiatan utama zona ini yang tidak berbasis pada permukiman
dan komersial
7.6. Penutup
Masterplan ini dapat digunakan sebagai arahan pemanfaatan dan
penyusunan struktur Tata Ruang Kawasan Agropolitan Ciwidey. Keberhasilan
pengembangan Kawasan Agropolitan Ciwidey sangat ditentukan oleh adanya
komitmen dan kerjasama dari Pemda Kabupaten Bandung, seluruh instansi
terkait, dan para stakeholders, sehingga dapat tercapai keserasian, keselarasan,
dan keberkelanjutan dalam pengembangan Kawasan Agropolitan Ciwidey.
VII - 11
Laporan Akhir
Isu-isu Strategis
keterbatasan air
fluktuasi harga
keterbatasan modal
Instansi
Pelaksana
Strategi
Indikasi Program
perbaikan
infrastruktur irigasi
perbaikan dan
penambahan
infrastruktur irigasi
perbaikan pompanisasi,
cekdam
Dinas PU,
Dinas
Pertanian
Panyocokan, Nengkelan,
Tenjolaya, Cisondari
penguatan
kelembagaan
petani, bidang
pengadaan sarana
produksi
STA yang
berfungsi menjaga
kestabilan harga
pembangunan STA
Dinas PU,
Dinas
Pertanian
Lebakmuncang, Rawabogo,
Nengkelan, Sugihmukti,
Margamulya, Tenjolaya,
Cikoneng, Sukaresmi,
Alamendah
Dinas KUKM,
Dinas
Perindag
Panundaan, Ciwidey,
Lebakmuncang, Rawabogo,
Panyocokan, Nengkelan,
Sugihmukti, Margamulya,
Tenjolaya, Cisondari,
Cibodas, Mekarsari,
Sukaresmi, Patengan,
Alamendah
penguatan
kelembagaan
pemasaran usaha
tani sayuran
Sayuran
Tahun
Kebijakan
mengfasilitasi
akses permodalan
pengadaan kredit
syariah usaha tani
peningkatan mutu
produk sayuran
mengfasilitasi
jaringan pasar
penggunaan pupuk
organik
konversi penggunaan
pupuk organik
2008
2009
2010
2011
2012
Desa
peningkatan nilai
tambah produk
sayuran
Dinas KUKM,
Dinas
Perindag
Dinas KUKM,
Dinas
Perindag
Dinas
Pertanian
Lebakmuncang, Nengkelan,
Mekarsari
Panundaan
Rawabogo, Tenjolaya,
Cisondari, Cibodas,
Mekarsari, Sukaresmi
VII - 12
Laporan Akhir
Lanjutan Tabel 7.3. Matriks Kebijakan, Strategi, Indikasi Program Pengembangan Komoditas
Komoditas Unggulan
Jenis
Komoditas
Isu-isu Strategis
kurang modal
harga rendah
saprodi mahal
kelembagaan lemah
Teh Rakyat
tehnologi budidaya
masih rendah
Kebijakan
Strategi
penguatan
kelembagaan
petani bidang
pengadaan sarana
produksi dan
penampungan
hasil
mengfasilitasi
akses permodalan
kepada petani
pengadaan industri
pengolahan
perbaikan
teknologi budidaya
pemberdayaan
kelembagaan
usaha tani
memfasilitasi
pengadaan industri
pengolahan
Indikasi Program
Tahun
2008
2009
2010
2011
2012
Instansi
Pelaksana
Desa
Dinas KUKM
Cipelah, Margamulya,
Cisondari, Cibodas,
Mekarsari
pabrik pengolahan
industri rakyat
Dinas KUKM,
Dinas
Perindag
Cisondari
pembuatan demplot
Dinas
Pertanian
Lebakmuncang,
Margamulya, Tenjolaya,
Cisondari
penyuluhan
Dinas
Pertanian
Lebakmuncang,
Margamulya, Tenjolaya,
Cisondari
intensifikasi
VII - 13
Laporan Akhir
Lanjutan Tabel 7.3. Matriks Kebijakan, Strategi, Indikasi Program Pengembangan Komoditas
Komoditas Unggulan
Jenis
Komoditas
Isu-isu Strategis
belum ada
diversifikasi produk
olahan
Kebijakan
mendorong
berkembangnya
industri
pengolahan
Strategi
memfasilitasi
pembagunan
pengolahan susu
Sapi Perah
keterbatasan lahan
rumput
tidak meratanya
distribusi bantuan
kesulitan mendapat
akses kredit ternak
peningkatan
kualitas hasil susu
2010
2011
2012
Instansi
Pelaksana
Desa
Dinas
Peternakan &
Perikanan
Cibodas, Tenjolaya,
Cisondari
pengembangan industri
rumah tangga dari
produk susu
Dinas
Peternakan &
Perikanan,
Dinas KUKM
Lebakmuncang, Cisondari,
Cibodas, Mekarsari,
Mekarmaju
pengadaan lahan
untuk rumput
secara kelompok
penguatan kelompok
peternak
Dinas
Peternakan &
Perikanan
Cibodas, Mekarsari
memfasilitasi kredit
untuk usaha
peternakan
pengadaan lokasi
khusus peternakan sapi
perah
Dinas
Peternakan &
Perikanan
Alamendah, Tenjolaya,
Mekarmaju
terbentuknya wadah
pelaku usaha
peternakan sapi
Dinas
Pertanian,
Dinas KUKM,
Dinas
Perindag
Sugihmukti, Margamulya,
Cisondari, Cukanggenteng,
Cibodas, Mekarsari
mendorong
kemitraan peternak
dengan pabrik
pengolahan
monopoli pemasaran
2009
Lebakmuncang, Cisondari,
Cibodas, Mekarsari,
Mekarmaju
pemeliharaan
ternak yang ramah
lingkungan
mengalokasikan
lahan tertentu
untuk tanaman
rumput
memperluas
kesempatan
mendapatkan
bantuan/kredit sapi
ternak
Tahun
2008
Dinas
Pertanian,
Dinas KUKM
kurangnya sarana
pengolahan susu
(cooling)
penanganan limbah
yang belum optimal
Indikasi Program
VII - 14
Laporan Akhir
Lanjutan Tabel 7.3. Matriks Kebijakan, Strategi, Indikasi Program Pengembangan Komoditas
Komoditas Unggulan
Jenis
Komoditas
Isu-isu Strategis
kurangnya modal
perdagangan
Agro/Ekowisata
manajemen
pedagang yang
masih rendah
kemacetan menuju
ke kawasan wisata
Kebijakan
Strategi
Indikasi Program
Tahun
2008
2009
2010
2011
2012
Instansi
Pelaksana
Desa
penguatan
kelembagaan
pedagang
mendorong
kemitraan
pedagang dengan
pengelola objek
wisata
terbentuknya wadah
organisasi pedagang
Dinas
Pariwisata,
Dinas KUKM
Alamendah, Patengan
meningkatkan
akses
manajemen
transportasi
terciptanya manajemen
transportasi yang
mengurangi kemacetan
Dinas
Perhubungan,
Dinas PU
Ciwidey, Patengan,
Alamendah, Patengan
Komoditas Strategis
Jenis
Komoditas
Isu-isu Strategis
keterbatasan air
Padi Sawah
masih menggunakan
varietas lokal
tehnik budidaya
masih tradisional
Harga saprodi mahal
Harga jual rendah
keterbatasan modal
Kebijakan
Strategi
Indikasi Program
perbaikan
infrastruktur irigasi
perbaikan dan
penambahan
infrastruktur irigasi
perbaikan pompanisasi,
cekdam
program
intensifikasi
pertanian
perbaikan teknik
budidaya
mengfasilitasi
akses permodalan
kepada petani
pemberdayaan
kelembagaan
usaha tani
peningkatan peran
penyuluh
pertanian
penguatan
kelembagaan
petani, bidang
pengadaan sarana
produksi
Tahun
2008
2009
2010
2011
2012
Instansi
Pelaksana
Dinas PU,
Dinas
Pertanian
Dinas
Pertanian
Dinas
Pertanian
Dinas KUKM
Dinas KUKM
Desa
Tenjolaya, Cikoneng,
Panyocokan, Mekarmaju,
Nengkelan, Pasirjambu
Rawabogo, Nengkelan,
Sukawening, Mekarmaju
Ciwidey, Sukawening,
Sugihmukti, Pasirjambu,
Tenjolaya
VII - 15
Laporan Akhir
Lanjutan Tabel 7.3. Matriks Kebijakan, Strategi, Indikasi Program Pengembangan Komoditas
Komoditas Prospektif
Jenis
Komoditas
Isu strategis
Kebijakan
Strategi
Tahun
Indikasi Program
2008
penguatan
kelembagaan
petani bidang
pengadaan sarana
produksi dan
penampungan
hasil
memfasilitasi
akses permodalan
memfasilitasi
perkreditan dengan
bunga rendah
penguatan
kelompok usaha
petani
pembuatan warung
saprodi
warung penampungan
hasil
kurang permodalan
pengadaan
industri
pengolahan
area terbatas
perbaikan
teknologi budidaya
sistim tumpangsari
(sambilan)
tehnologi budidaya masih
rendah
mendorong
tumbuhnya
industri
pengolahan yang
dikelola oleh
masyarakat
intensifikasi
perbaikan teknologi
budidaya dan
pengolahan
penyuluhan
pembuatan demplot
2009
2010
Instansi
Pelaksana
2011
Desa
2012
Dinas KUKM
Dinas
KUKM,
Dinas
Perindag
Dinas
KUKM,
Dinas
Perindag
Dinas
Pertanian
Dinas
Pertanian
Dinas
Pertanian
Lebakmuncang,
Mekarsari, Cipelah
Cipelah, Mekarsari
Cipelah
Mekarsari
Mekarsari
Cipelah
VII - 16
Laporan Akhir
Lanjutan Tabel 7.3. Matriks Kebijakan, Strategi, Indikasi Program Pengembangan Komoditas
Komoditas Prospektif
Jenis
Komoditas
Stowberi
Isu strategis
Kebijakan
over produksi
pengembangan
industri
pengolahan
fluktuasi harga
memperluas
jaringan pasar
saprodi mahal
penguatan
kelembagaan
petani, bidang
pengadaan sarana
produksi
kesulitan air
(kemarau)
pengaturan
penyediaan air
Strategi
mendorong
berkembangnya
industri pengolahan
dan diversifikasi
produk
pemerintah
memfasilitasi
jaringan pasar
Indikasi Program
Tahun
2008
2009
2010
2011
2012
Instansi
Pelaksana
Desa
pembangunan industri
pengolahan
Dinas KUKM,
Dinas
Perindag
Alamendah, Sugihmukti
Dinas KUKM,
Dinas
Perindag
Alamendah, Sugihmukti
efisiensi
penggunaan sprodi
dan pemanfaatan
pupuk organik
perbaikan teknologi
budidaya
Dinas
Pertanian
Sukaresmi
efisiensi
penggunaan air
pompanisasi
Dinas PU,
Dinas
Pertanian
Sukaresmi
VII - 17
Laporan Akhir
Isu Strategis
Kebijakan
Strategi
Indikasi Program
2008
2009
Tahun
2010
2011
2012
Instansi Pelaksana
Hierarki desa
Struktur ruang
Pengembangan wilayah
Pola pemanfaatan ruang
Penyalahgunaan lahan
Menentukan
pusat-pusat di
kawasan
agropolitan
Mengembangkan
wilayah
berdasarkan
homogenitas
potensi
pengembangan
Mengintegrasikan penetuan
pusat-pusat berdasar RTR
eksisiting terkait dan analisis
Bappeda, Dinas PU
Penetapan 2 zone
pengembangan
Pembagian zone
pengembangan (budidaya)
VII - 18
Laporan Akhir
Lanjutan Tabel 7.4. Matriks Kebijakan, Strategi, Indikasi Program Tata Ruang
Komponen
Isu Strategis
Kebijakan
Strategi
Indikasi Program
2008
2009
Tahun
2010
2011
2012
Instansi Pelaksana
Penguatan sinyal HP
Aksesibilitas
Akses komunikasi
rendah di Kec. Rancabali
Meningkatkan
akses wilayah
di/ke Kec.
Rancabali
Peningkatan akses
komunikasi
Pembuatan sentra
telepon per unit
pengelompokkan di
desa
Akses transportasi
rendah ke desa-desa di
Kec. Rancabali
Meninggkatkan
Akses
Transportasi Antar
Desa
Peningkatan akses
transportasi
Penyediaan sarana
transportasi yang
sesuai
Manajemen ojek
Potensi kemacetan di
ruas jalan PasirjambuCiwidey
Mengelola jumlah
dan rute ojek agar
tidak berlebih dan
bersaing secara
tidak sehat
Manajemen
transportasi dalam
rangka mengatasi
kemacetan
Pembuatan SOP
kelompok ojek
Peningkatan
koordinasi polsekkelompok ojek
Reorganisasi ojek di
Terminal Ciwidey
Pembatasan jumlah
ojek per area
Pembatasan rute
ojek
Manajemen kegiatan
eksternal
Penataan PKL
Manajemen kendaraan
Pengendalian angkot
& delman yang
mangkal
Manajemen on-street
parking
Manajemen lalu-lintas
PT. Telkom
Dinas Perhubungan,
Bappeda, Polres
Bappeda, Dinas
Perhubungan, Dinas
PU
Tersedianya jalur
alternatif di saat
waktu macet
VII - 19
Laporan Akhir
DAFTAR PUSTAKA
BAPEDA [Badan Perencanaan Daerah] Kabupaten Bandung kerjasama dengan
Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat UNPAD. 2006. Dokumen
Teknis Rancangan Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)
Kabupaten Bandung Tahun 2005 2025 Tahun Anggaran 2006. Badan
Perencanaan Daerah (BAPEDA) Kabupaten Bandung dengan Lembaga
Pengabdian Kepada Masyarakat UNPAD. Bandung.
BPS [Badan Pusat Statistik] Kabupaten Bandung 2006. 2006. Data Sosial
Ekonomi Masyarakat Kabupaten Bandung Tahun 2006 Publikasi Hasil
SUSEDA 2004. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung dengan
Pemerintah Kabupaten Bandung. Bandung.
BPS [Badan Pusat Statistik] Kabupaten Bandung. 2006. 2006. Kecamatan dalam
Angka Tahun 2006.Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung. Bandung.
Hardjowigeno, S dan Widiatmaka. 2001. Kesesuaian Lahan dan Perencanaan
Tataguna Tanah. Departemen Ilmu Tanah dan Manajemen Sumberdaya
Lahan. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Pemerintah Kabupaten Bandung Kecamatan Ciwidey. 2007. Data Monografi
Semester 1 Tahun 2007. Pemerintah Kabupaten Bandung Kecamatan
Ciwidey. Bandung.
Pemerintah Kabupaten Bandung Kecamatan Rancabali. 2007. Data Monografi
Semester 1 Tahun 2007. Pemerintah Kabupaten Bandung Kecamatan
Ciwidey. Bandung.
Pemerintah Kabupaten Bandung Kecamatan Pasirjambu. 2007. Data Monografi
Semester 1 Tahun 2007. Pemerintah Kabupaten Bandung Kecamatan
Ciwidey. Bandung.
Pemerintah Kabupaten Bandung. 2004. Rencana Detail Tata Ruang Kota
Ciwidey 2004-2014. Pemerintah Kabupaten Bandung. Bandung.
Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung. 2006. Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bandung Tahun 2005-2010.
Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung. Bandung.
Rustiadi, E. 2007. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.