Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KESEHATAN GIGI MASYARAKAT AGROPOLITAN

MEMAHAMI CIRI-CIRI KAWASAN AGROPOLITAN

DISUSUN OLEH :

ZULKARNAIN HARMAIN
ADELFINCE PATRAS
SITTI SYAMSINAR

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


JURUSAN TERAPI GIGI
UNIVERSITAS NAHDATUL ULAMA GORONTALO

TAHUN AJARAN
2021/2022
Kata Pengantar

Hamdan wa syukran Lillah, sholatan wa salaman ‘ala Rasulillah.


Puji syukur hanya milik Allah Swt., sholawat dan salam kepada Rasulillah Saw.

Alhamdulillah, dalam waktu yang relatif singkat, Penulisan Makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik.

Penulisan makalah berjudul “MEMAHAMI CIRI-CIRI KAWASAN AGROPOLITAN”

bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah KESEHATAN GIGI MASYARAKAT

AGROPOLITAN terima kasih buat semua pihak yang yang telah membantu dalam

pembuatan makalah ini. Penulisan Makalah ini diharapkan sebagai penambah

wawasan kepada kami dan teman-teman mahasiswa khususnya Mahasiswa Terapi

Gigi Universitas Nahdatul Ulama. Dalam penulisan makalah ini diharapkan dapat

memberikan kontribusi bagi pembaca. Penulisan Makalah ini tentu masih memiliki

kekurangan, untuk itu dibutuhkan saran yang membangun untuk perbaikan Penulisan

Makalah ini kedepannya.

Selamat berkarya…..!

Gorontalo, 22 Oktober 2022

Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Agropolitan adalah kota pertanian yang tumbuh dan berkembang karena
berjalannya sistem dan usaha agribisnis serta mampu melayani, mendorong kegiatan
pembangunan pertanian (agrobisnis) di wilayah sekitarnya. Menurut Estiadi (2008),
konsep agropolitan adalah sebuah pendekatan pengembangan suatu kawasan
pertanian perdesaan yang mampu memberikan berbagai pelayanan untuk memenuhi
kebutuhan Masyarakat di kawasan produksi pertanian di sekitarnya, baik pelayanan
yang berhubungan dengan sarana produksi, jasa distribusi, maupun pelayanan sosial
ekonomi.

Kabupaten yang ada di seluruh Nusantara merupakan sarana perkembangan


ekonomi masyarakat baik itu kelas atas, menengah dan kelas bawah yang ikut
berperan penting tumbuh dan berkembang dengan konsep agropolitan. Kabupaten –
Kabupaten yang ada di seluruh Nusantara telah ditetapkan sebagai kawasan
pengembangan agropolitan yang diarahkan pada Kawasan Agropolitan setiap
pedesaan yang berada di seleuruh Kecamatan,

Pedesaan merupakan central strategis pengembangan ekonomi masyrakat


yang paling Strategis Ekonomi. Pengembangan Kawasan Agropolitan ini bertujuan
untuk mengembangkan agribisnis pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan,
peternakan, dan perikanan yang berwawasan lingkungan guna meningkatkan nilai
tambah dan daya saing, mendayagunakan sumber daya agribisnis kawasan agropolitan
pedesaan, meningkatkan pendapatan masyarakat agribisnis di sekitar kawasan,
meningkatkan kontribusi dalam pertumbuhan PDRB, melakukan re-positioning
pemasaran daerah Kabupaten di pasar nasional maupun global. Untuk mencapai tujuan
sebagai kawasan strategis ekonomi Kawasan Agropolitan pedesaan, maka dibutuhkan
sebuah kajian pengembangan kawasan agropolitan.
Diharapkan dengan adanya Penulisan Makalah ini dapat memberikan arahan
pengembangan kawasan Agropolitan pedesaan yang di setiap Kabupaten dengan
mengatasi permasalahan yang ada serta mengembangkan komoditas yang
diunggulkan di dalam kawasan Agropolitan pedesaan.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengidentifikasi


karakteristik Kawasan Agropolitan pedesaan yang ada di seluruh tanah air Indonesia,
mengetahui perkembangan Kawasan Agropolitan pedesaan serta sebagai penambah
ilmu pengetahuan bagi kami sebagai Mahasiswa Terapi Gigi Non Reguler Universitas
Nahdatul Ulama Gorontalo.

B. Tujuan Penulisan Makalah

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari
Penulisan Makalah ini adalah:

1. Mendeskripsikan pelaksanaan pengembangan kawasan agropolitan di


seluruh Kabupaten yang ada di Nusantara.
2. Mengetahui pengembangan kawasan agropolitan di seluruh Kabupaten yang
ada di Nusantara.

C. Manfaat Penulisan Makalah


Kegunaan Penulisan Makalah ini diharapkan dapat memberikan sumbangan, baik
secara akademik maupun praktis.
1. Kegunaan Akademik
Penulisan Makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian
untuk penelitian-penelitian selanjutnya terutama yang berkaitan dengan
pengembangan kawasan agropolitan.
2. Kegunaan Praktis
a. Penulisan Makalah ini diharapkan dapat memberikan sumbangan, berupa
saran dan masukan yang positif kepada Pemerintah terutama bagi
pembuat dan pelaksana kebijakan dalam upaya perbaikan dan
penyempurnaan pengembangan kawasan agropolitan.
b. Penulisan Makalah ini diharapkan dapat mendukung kebijakan
pembangunan pertanian yang berkelanjutan di Kabupaten yang ada di
seluruh Nusantara.
BAB II

A. Pengertian Kawasan Agropolitan


Pengertian Umum Agropolitan terdiri dari kata agro dan politan (polis).
Agro berarti pertanian dan politan berarti kota. Agropolitan dapat didefinisikan
sebagai kota pertanian atau kota di daerah lahan pertanian atau pertanian di
daerah kota. Kota agropolitan berada dalam kawasan sentra produksi pertanian
(selanjutnya kawasan tersebut disebut sebagai Kawasan Agropolitan. Kota
pertanian dapat merupakan kota menengah, kota kecil, kota kecamatan, kota
perdesaan atau kota nagari yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan ekonomi
yang mendorong pertumbuhan pembangunan perdesaan dan desa-desa
hiterland di wilayah sekitarnya. (Deptan, 2002).
Agropolitan adalah : (1) model pembangunan yang mengandalkan
desentralisasi, mengandalkan pembangunan infrastruktur setara kota di wilayah
perdesaan, sehingga mendorong urbanisasi (peng-kotaan dalam arti positif); (2)
bisa menanggulangi dampak negatif pembangunan seperti migrasi desa-kota
yang tidak terkendali, polusi, kemacetan lalu lintas, pengkumuhan kota,
kehancuran massif sumberdaya alam, pemiskinan desa, dan lain-lain.
(Rustiadi,dkk, 2007).
Program pengembangan kawasan sentra produksi pangan (agropolitan)
adalah pembangunan ekonomi berbasis pertanian yang dilaksanakan dengan
jalan mensinergikan berbagai potensi yang ada, utuh dan menyeluruh, berdaya
saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi, yang digerakkan
oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah. (PU, 2014, hal. 3)
Pengertian Kawasan Agropolitan Kawasan agropolitan menurut Rustiado
dan Pranoto (2007) merupakan kawasan perdesaan yang secara fungsional
merupakan kawasan dengan kegiatan utama adalah sektor pertanian.
Departemen Pertanian (2002), kawasan agropolitan adalah kawasan agribisnis
yang memiliki fasilitas perkotaan. Kawasan agropolitan terdiri dari kota pertanian
dan desa-desa sentra produksi pertanian yang ada di sekitarnya, dengan
batasan yang tidak ditentukan oleh batasan 15 administrasi pemerintahan, tetapi
lebih ditentukan dengan memperhatikan skala ekonomi yang ada.

B. Ciri-ciri Kawasan Agropolitan


Kawasan Agropolitan yang sudah berkembang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Sebagian besar kegiatan masyarakat didominasi oleh kegiatan pertanian dan
atau agribisnis dalam suatu sistem yang utuh dan terintegrasi mulai dari :
a. Subsistem agribisnis hulu (up stream agribusiness) yang mencakup:
mesin, peralatan pertanian pupuk, dan lain-lain.
b. Subsistem usaha tani/pertanian primer (on farm agribusiness) yang
mencakup: tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, perikanan
peternakan, dan kehutanan.
c. Subsistem agribisnis hilir (down stream agribusiness) yang mencakup :
industri pengolahan dan pemasaran, termasuk perdagangan untuk
kegiatan ekspor.
d. Subsistem jasa-jasa penunjang (kegiatan yang menyediakan jasa bagi
agribisnis) meliputi : perkreditan, asuransi, transportasi, penelitian dan
pengembangan, pendidikan, penyuluhan, infrastruktur, dan kebijakan
pemerintah.
2. Adanya keterkaitan antara kota dengan desa (urban-rural linkages) yang
bersifat interdependensi/timbal balik dan saling membutuhkan. Kawasan
pertanian di perdesaan mengembangkan usaha budi daya (on farm),
sebaliknya kota menyediakan fasilitas untuk berkembangnya usaha budi
daya dan agribisnis seperti penyediaan sarana pertanian antara lain: modal,
teknologi, informasi, peralatan pertanian dan lain sebagainya.
3. Kegiatan masyarakat di dalamnya termasuk usaha industri (pengolahan)
pertanian, perdagangan hasil-hasil pertanian (termasuk perdagangan untuk
kegiatan ekspor), perdagangan agribisnis hulu (sarana pertanian dan
permodalan), agrowisata dan jasa pelayanan.
4. Kehidupan di kawasan agropolitan sama dengan suasana kehidupan di
perkotaan, karena prasarana dan infrastruktur yang ada di kawasan
agropolitan diusahakan tidak jauh berbeda dengan di kota. (PU, 2014, hal.
3,4).

C. Kriteria Kawasan Agropolitan


Kawasan Agropolitan merupakan konsep pengembangan kawasan yang
memiliki peranan penting di dalam menumbuhkan perekonomian suatu daerah,
khususnya di Kawasan Pertanian. Namun untuk menjadi suatu kawasan
Agopolitan terdapat berbagai aspek yang menjadi pertimbangan bagi suatu
kawasan untuk menjadi kawasan Agropolitan.
Berdasarkan Peratuan Menteri Pertanian No. 41 Tahun 2009 Tentang
Kriteria Teknis Kawasan Peruntukan Pertanian, syarat kawasan agropolitan
adalah sebagai berikut:
1. Lokasi mengacu pada RT/RW provinsi dan kabupaten/kota, dan mengacu
pada kesesuaian lahan baik pada lahan basah maupun lahan kering.
2. Pengembangan komoditas tanaman pangan pada lahan gambut mengacu
pada kelas kesesuaian lahan gambut yang telah berlaku.
3. Dibangun dan dikembangkan oleh pemerintah, pemerintah daerah, swasta
dan atau masyarakat sesuai dengan biofisik dan sosial ekonomi dan
lingkungan.
4. Berbasis komoditas tanaman pangan nasional dan daerah dan, atau
komoditas lokal yang mengacu pada kesesuaian lahan.
5. Dapat diintegrasikan dengan komoditas lainnya.
6. Kawasan pertanian pangan pada lahan basah yang telah diusahakan secara
terus menerus tanpa melakukan alih komoditas yang mencakup satu atau
lebih dan 7 (tujuh) komoditas utama.
7. Kawasan pertanian pangan pada lahan kering yang telah diusahakan secara
terus menerus di musim hujan tanpa melakukan alih komoditas yang
mencakup satu atau lebih dan 7 (tujuh) komoditas utama tanaman pangan.
D. Persyaratan Kawasan Agropolitan
Suatu wilayah dapat dikembangkan menjadi kawasan agropolitan harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Memiliki sumberdaya lahan dengan agroklimat yang sesuai untuk
mengembangkan komoditi pertanian (khususnya pangan) yang dapat
dipasarkan (selanjutnya disebut komoditi unggulan).
2. Memiliki prasarana dan infrastruktur yang memadahi untuk mendukung
pengembangan usaha agribisnis (khususnya pangan), seperti : jalan,
sarana irigasi, sumber air baku, pasar, terminal, jaringan telekomunikasi,
fasilitas perbankan, pusat informasi pengembangan agrinisnis, sarana
produksi pengolahan hasil pertanian, fasilitas umum dan fasilitas sosial
lainnya.
3. Memiliki SDM yang mau dan berpotensi untuk mengembangkan kawasan
secara mandiri.
4. Konservasi alam dan kelestarian lingkungan hidup bagi kelestarian
sumberdaya alam, kelestarian sosial budaya maupun ekosistem secara
menyeluruh. (PU, 2014, hal. 4,5).

E. Karakteristik Kawasan Agropolitan


Kawasan agropolitan terdiri dari beberapa Karakteristik, yaitu sebagai berikut: 
1. Kawasan lahan pertanian (hinterland).
Berupa kawasan pengolahan dan kegiatan pertanian, mencakup kegiatan
pembenihan, budidaya dan pengelolaan pertanian. Penentuan hiterland
berupa kecamatan/desa didasarkan atas jarak capai/radius keterikatan
dan ketergantungan kecamatan/desa tersebut pada kawasan agropolitan
di bidang ekonomi dan bidang pelayanan lain.
2. Kawasan permukiman.
Berupa kawasan tempat bermukimnya petani dan penduduk kawasan
agropolitan.
3. Kawasan pengolahan dan industri.
Berupa kawasan tempat penyeleksian dan pengolahan hasil pertanian
sebelum dipasarkan dan dikirim ke terminal agribisnis/pasar, atau
diperdagangkan. Di kawasan ini terdapat pergudangan dan industri yang
mengolah langsung hasil pertanian menjadi produk jadi.
4. Kawasan pusat prasarana dan pelayanan umum.
Berupa pasar, kawasan perdagangan, lembaga keuangan, terminal
agribisnis dan pusat pelayanan umum lainnya.
5. Keterkaitan antara kawasan agropolitan dengan kawasan lainnya,
seperti : kawasan permukiman, kawasan industri, dan kawasan
konservasi alam.
BAB III

A. Kesimpulan
1. Pengertian Umum Agropolitan terdiri dari kata agro dan politan
(polis). Agro berarti pertanian dan politan berarti kota. Agropolitan
dapat didefinisikan sebagai kota pertanian atau kota di daerah
lahan pertanian atau pertanian di daerah kota.
2. Sebagian besar kegiatan masyarakat didominasi oleh kegiatan
pertanian dan atau agribisnis dalam suatu sistem yang utuh dan
terintegrasi
3. Adanya keterkaitan antara kota dengan desa
4. Kegiatan masyarakat di dalamnya termasuk usaha industri
(pengolahan) pertanian, perdagangan hasil-hasil pertanian
(termasuk perdagangan untuk kegiatan ekspor), perdagangan
agribisnis hulu (sarana pertanian dan permodalan), agrowisata dan
jasa pelayanan.
5. Kehidupan di kawasan agropolitan sama dengan suasana
kehidupan di perkotaan

B. Pesan
1. Pentingnya memahami Kawasan Agropolitan sebagai kawasan
pendukung ekonomi rakyat berdasarkan panduan Kementrian atas
kajian-kajian pelaksanaan progam pemerintah lebih ditingkatkan
lagi sehingga tidak terfokus pada daerah-daerah tertentu yang
dipilih berdasarkan kepentingan politik.
2. Masyarakat Indonesia tidak hanya duduk diam sebagai penonton
saat pemerintah melaksanakan program peningkatan ekonomi
kerakyatan melalui Kawasan Agrobisnis. Masyrakat Indonesia
harus lebih peka dan ikut peduli segalah program pemerintah
dalam usaha peningkatan ekonomi diwilayah-wilayah yang
dijadikan kawasan agropulitan
3. Sebagai Mahasiswa Terapi Gigi lebih meningkatkan pengetahuan
kawasan agropulitan untuk ikut andil atas perkembangan global
dalam central ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA
Ashari, Sumeru. 2006. Meningkatkan Keunggulan Bebuahan Tropis Indonesia. Yogyakarta: C.V
Andi Offset.

[Deptan] Departemen Pertanian, 2009. Petunjuk Teknis Verifikasi Dokumen


Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP). Jakarta. Departemen
Pertanian. 36 hal. Diakses pada 22/10/22 dari
http://e-journal.uajy.ac.id/10828/3/2TA14130.pdf

Mulyadi, Soekarno, dan Natasaputra. 2014. Penilaian Kinerja Irigasi Berdasarkan


Pendekatan Permen PU No. 32/2007 dan Metode Masscote dengan Evaluasi
Rapid Apprasial Procedure (RAP) di Daerah Irigasi Barugbug-Jawa Barat,
Jurnal Irigasi Vol. 9 No. 2 Oktober 2014. Diakses pada 20/10/22 dari
https://www.kajianpustaka.com/2018/04/kawasan-agropolitan.html

Riadi, Muchlisin. (2018). Pengertian, Ciri, Sistem dan Persyaratan Kawasan


Agropolitan. Diakses pada 22/10/2022,
dari https://www.kajianpustaka.com/2018/04/kawasan-agropolitan.html

Rustiadi, Ernan dan Pranoto, Sugimin. 2007. Agropolitan, membangun ekonomi


perdesaan. Bogor: Crestpent Press.

Anda mungkin juga menyukai