Anda di halaman 1dari 11

CRITICAL JURNAL REVIEW

PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN WILAYAH

Oleh :

NAMA : Kanisius Sihotang

NIM : 3173131019

KELAS : C 2017

DOSEN PENGAMPU : Dr. Darwin Parlaungan Lubis, S.Si, M.Si

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini yang berjudul “Critical Journal Review” tepat
pada waktunya.
Tak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang ikut serta
membantu penulisan makalah ini terutama kepada Dr. Darwin Parlaungan Lubis S.Si, M.Si
selaku dosen pembimbing mata kuliah perencanaan dan pengembangan wilayah, sekaligus
pembimbing penulis dalam menyelesaikan makalah ini yang telah memberikan arahan,
bimbingan, serta masukan dan koreksi terhadap penulisan makalah ini.
Penulis juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan oleh karena itu penulis
minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan penulis juga mengharapkan kritik dan saran
yang membangun guna kesempurnaan tugas ini. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih semoga
dapat bermanfaat dan bisa menambah pengetahuan bagi pembaca.

Medan, Maret 2020

(KANISIUS SIHOTANG)
IDENTITAS JURNAL

a. Judul Penelitian : Pengembangan Agropolitan di Tomohon Timur, Sulawesi Utara, Indonesia


b. Penulis :
 Altje E. Poli
 Mohammad Bisri
 Surjono
 Edy Lengkong
c. Nama Jurnal : IOSR Journal of Business and Management (IOSR-JBM)
d. Tahun Terbit, Vol : 2013, Vol. 13, Halaman 35-40
e. e-ISSN : 2278-487X
f. p-ISSN : 2319-7668
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Mengingat pengembangan perdesaan di negara berkembang sering menekankan
pengembangan agropolitan sebagai kunci pengembangan. Agropolitan dipandang sebagai
strategi penting dalam mengurangi kemiskinan melalui akselerasi pertumbuhan ekonomi
perdesaan berdasarkan industri pertanian. Agropolitan merupakan ssalah satu strategi
pengembangan perdesaan yang menekankan integrasi antara komponen industri pertanian ke
dalam wilayah pertanian yang terintegrasi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan struktur spasial dari pengembangan
agropolitan di Tomohon Timur dan untuk mengidentifikasi komponen yang krusial bagi
pengembangan agropolitan.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa komponen-komponen pembentuk agropolitan


di Tomohon Timur adalah permukiman, hutan, perkebunan, kebun buah, dan sawah. Area
agropolitan di Tomohon Timur didominasi oleh perkebunan. Sumber daya alam yang melimpah
membuka kesempatan untuk memaksimalkan pengembangan produk agrikultur berbasis
agroforestri. Selain itu, pengembangan agropolitan harus dilihat sebagai sebuah sistem yang
saling berhubungan antar masing-masing komponennya. Hubungan inilah yang memberikan
implikasi penting terhadap pengembangan agropolitan yang berkelanjutan.
BAB II

RINGKASAN JURNAL

Kondisi Eksisting Pengembangan Agropolitan di Tomohon Timur, Sulawesi Utara

Area agropolitan di Tomohon Timur terdiri dari beberapa elemen yaitu permukiman,
hutan, perkebunan, perkebunan buah, semak belukar, dan sawah. Area agropolitan di Tomohon
Timur didominasi oleh perkebunan dengan luas 2.623,22 m2 atau setara dengan 40,74% dari luas
wilayah Tomohon Timur.

Permukiman yang ada didominasi oleh rumah-rumah petani. Sebagian besar dari
masyarakat yang ada bekerja pada bidang pertanian. Infrastruktur dasar sudah tersedia, termasuk
jalan perdesaan. Masyarakat lokal memiliki hubungan keterikatan tradisional yang disebut
Mapalus, semacam perkumpulan untuk bekerja bersama dalam komunitas. Hasil pertanian
langsung dijual ke pasar.

Di wilayah agropolitan Tomohon Timur terdapat hutan lindung yang merupakan bagian
dari Gunung Mahawu dan Gunung Masarang. Hutan ini dikelola oleh Dinas Kehutanan Kota
Tomohon. Perkebunan yang mendominasi wilayah agropolitan Tomohon Timur kebanyakan
merupakan perkebunan cengkeh dan kelapa. Keberadaan perkebunan terutama terletak di
Rurukan dan Kumelembuai. Perkebunan Tomohon Timur juga terdapat tanaman aren yang
diolah menjadi gula.

Di wilayah agropolitan Tomohon juga terdapat kebun buah dan sayur. Hasil panen
utamanya berupa jagung, bawang merah, cabe, tomat, dan kubis. Selain itu, kebun buah dan
sayur Tomohon juga menghasilkan sawi, terung, bayam, dan mentimun. Tanaman-tanaman
tersebut ditanam di lembah dengan kemiringan lereng lebih besar dari 8% hingga lebih besar dari
40%.
Kekurangan dari Pengembangan Agropolitan di Tomohon Timur, Sulawesi Utara

Akhir-akhir ini konsep berkelanjutan ramai ditekankan dalam masalah pengembangan


wilayah. Hal ini berarti pengembangan suatu wilayah harus mengakomodasi aspek ekonomi,
sosial, dan lingkungan dalam perencanaannya. Termasuk pengembangan wilayah berbasis
agropolitan, saat ini juga diarahkan untuk pengembangan yang sifatnya berkelanjutan.

Potensi sumber daya alam agropolitan Tomohon sangat melimpah, namun dalam
pengembangannya kurang memperhatikan aspek keberlanjutan. Hal ini ditandai dengan belum
adanya integrasi antara ketiga elemen keberlanjutan di Tomohon. Masing-masing aspek masih
bergerak sendiri. Lemahnya integrasi ini menyebabkan penurunan fungsi dan tujuan dari
pengembangan agropolitan.

Berdasarkan Rencana Detail Tata Ruang Kota Tomohon, Tomohon Timur direncanakan
sebagai kota agropolitan berdasarkan potensi industri agrikulturnya. Namun pada kenyataannya
hingga saat ini masih belum ada perusahaan di Tomohon yang bergerak di bidang industri
agrikultur, sehingga produk-produk agrikultur di Tomohon tidak memiliki nilai tambah karena
hasil panen langsung dijual di pasar tanpa ada proses pengolahan terlebih dahulu.

Pengembangan agropolitan di Tomohon juga kurang memperhatikan aspek


lingkungannya. Sebagai contoh, perkebunan buah dan sayur yang ditanam di lembah dengan
kemiringan lereng antara 8% hingga lebih dari 40% menyebabkan penurunan kualitas tanah. Hal
ini perlu ditinjau ulang terkait alokasi ruang untuk perkebunan buah dan sayur. Infrastruktur
yang menunjang pengembangan agropolitan juga terbatas, hanya berupa infrastruktur dasar,
yaitu jalan perdesaan, yang sehari-harinya dilewati oleh truk-truk bermuatan berat pengangkut
hasil panen. Hal ini menyebabkan infrastruktur jalan cepat rusak.

Keberadaan hutan di Tomohon Timur juga masih diabaikan dalam perancangan wilayah
agropolitan. Padahal hutan memiliki peran penting terhadap siklus air dalam wilayah
agropolitan. Selain itu, hutan juga merupakan rumah bagi penyerbuk alami yang memberikan
keuntungan bagi penyerbukan tanaman dalam memproduksi buah.
Konsep Agropolitan dan Karakteristiknya

Menurut Departemen Pertanian (2002), agropolitan terdiri dari kata agro dan politan
(polis). Agro berarti pertanian dan politan berarti kota. Dengan demikian agropolitan dapat
didefinisikan sebagai kota pertanian atau kota di daerah lahan pertanian atau pertanian di daerah
kota. Sedang yang dimaksud dengan agropolitan adalah kota pertanian yang tumbuh dan
berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis serta mampu melayani, mendorong,
menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian (Agribisnis) di wilayah sekitarnya. Lebih
jauh Departemen Pertanian menjelaskan bahwa kota agropolitan berada dalam kawasan sentra
produksi pertanian (selanjutnya kawasan tersebut disebut sebagai kawasan Agropolitan. Kota
pertanian dapat merupakan Kota Menengah, Kota Kecil, Kota Kecamatan, Kota Perdesaan atau
kota nagari yang berfungsi sebagi pusat pertumbuhan ekonomi yang mendorong pertumbuhan
pembangunan pedesaan dan desa-desa hinterland di wilayah sekitarnya.

Kawasan agropolitan yang telah berkembang memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Deptan,
2002):

a. Mayoritas masyarakatnya memperoleh pendapatan dari kegiatan agribisnis.

b. Didominasi oleh kegiatan pertanian, termasuk di dalamnya usaha industri (pengolahan)


pertanian, perdagangan hasil-hasil pertanian, perdagangan agrobisnis hulu (sarana
pertanian dan permodalan), agrowisata dan jasa pelayanan.

c. Relasi antara kota dan daerah-daerah hinterlandnya bersifat interdependensi yang


harmonis dan saling membutuhkan. Kawasan pertanian mengembangkan usaha budidaya
(on farm) dan produk olahan skala rumah tangga (off farm) dan kota menyediakan
penyediaan sarana pertanian, modal, teknologi, informasi pengolahan hasil dan
pemasaran hasil produksi pertanian.

d. Pola kehidupan masyarakatnya sama dengan kehidupan kota karena prasarana dan sarana
yang dimilikinya tidak berbeda dengan di kota.

`Menurut Departemen Pertanian (2002) dalam menerapkan agropolitan, wilayah yang


akan dikembangkan menjadi kawasan agropolitan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Memiliki sumberdaya lahan dengan agroklimat yang sesuai untuk mengembangkan
komoditi unggulan.

2) Memiliki prasarana dan sarana yang memadai untuk mendukung pengembangan


sistem dan usaha agribisnis yaitu:

 Pasar (pasar untuk hasil pertanian, sarana pertanian, pasar jasa pelayanan, dan gudang
Lembaga keuangan (perbankan dan non perbankan).

 Kelembagaan petani (kelompok tani, koperasi dan asosiasi) yang berfungsi sebagai
Sentra Pembelajaran dan Pengembangan Agribisnis (SPPA).

 Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) yang berfungsi sebagai Klinik

 Konsultasi Agribisnis (KKA)

 Pengkajian teknologi agribisnis

 Prasarana transportasi, irigasi dan semua yang mendukung usaha pertanian

3) Memiliki prasarana dan sarana umum yang memadai

4) Memiliki prasarana dan sarana kesejahteraan sosial (kesehatan, pendidikan, rekreasi,

dan sebagainya)

5) Kelestarian lingkungan hidup (sumber daya alam, sosial budaya dan keharmonisan

relasi kota dan desa).


BAB III

EVALUASI JURNAL

KEUNGGGULAN

Keunggulan pada jurnal utama ini menurut saya sudah sangat baik, dimana pada jurnal
ini penggunaan tata bahasa nya juga baik dan tidak terdapat kata yang sulit dipahami oleh para
pembaca. Metodologi yang digunakan dalam penelitian yang dibahas pada jurnal ini juga cukup
baik, penelitian yang dilakukan langsung pada lapangan untuk mensurvey keadaan bentuk lahan.
Lalu, hal yang membuat jurnal ini unggul adalah dimana hasil penelitian yang dilakukan itu
dikembangkan dan dibahas lebih lanjut dengan menggunakan media tambahan seperti buku dan
informasi lain yang dapat dipercaya. Hal yang penting dalam pembuatan suatu jurnal adalah
metodologi penelitian yang dilakukan, dan pada jurnal utama ini sudah sangat bagus dalam hal
penggunaan metodologi penelitiannya. Dan pada jurnal ini, penulis juga menambahkan beberapa
diagram, ini cukup baik untuk menerangkan lebih lanjut apa yang ingin penulis sampaikan.

KELEMAHAN

Menurut saya pada jurnal ini, kelemahan yang saya temukan paling awal
adalah didalam jurnal ini tidak terlalu menjelaskan hasil penelitian yang telah
dilakukan. Hal ini membuat kurang mengerti dan memahami hasil penelitian.

BAB IV
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Kawasan agropolitan Tomohon Timur masih bisa dikatakan sebagai kawasan agropolitan
yang berkembang seutuhnya. Sesuai dengan persyaratan kawasan agropolitan dari Departemen
Pertanian, ada beberapa persyaratan yang belum terpenuhi oleh agropolitan Tomohon Timur
yang membuat wilayah agropolitan ini kurang berkembang.

Selain itu, kurangnya integrasi dalam pengembangan agropolitan merupakan kelemahan


dari pengembangan wilayah agropolitan di Tomohon Timur. Kurangnya integrasi mengakibatkan
pengembangan agropolitan di Tomohon Timur tidak mendukung aspek keberlanjutan dari suatu
pengembangan.

SARAN

Jalan keluar yang dipandang efektif untuk mengatasi kelemahan pengembangan


agropolitan adalah membangun integrasi antar elemen agropolitan. Membangun integrasi antar
elemen agropolitan dapat dimulai dengan penerapan konsep agroforestri, yaitu sistem dan
teknologi pemanfaatan lahan dimana tanaman kayu yang berumur panjang (bisa diwakili oleh
pohon-pohon dalam hutan) dibudidayakan secara sengaja dalam satu unit pengelolaan lahan
dengan tanaman pertanian dengan pengaturan ruang dan waktu tertentu. Tujuan dari agroforestri
ini antara lain untuk memaksimalkan penggunaan energi matahari, mengoptimalkan efisiensi
penggunaan tanah dan air, meminimalkan hilangnya unsur hara dari dalam sistem, serta
meminimalkan run-off dan erosi. Selain itu perlu adanya kegiatan industry pengolahan produk
agrikultur agar produk yang dihasilkan memiliki nilai tambah, sehingga nantinya akan
meningkatkan pendapatan penduduk setempat. Selanjutnya diperlukan adanya perbaikan
infrastruktur, terutama aksesibilitas sehingga distribusi produk agrikultur bisa berjalan dengan
lancar.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pertanian. 2002. Pedoman Umum Pengembangan Kawasan


Agropolitan dan Pedoman Program Rintisan Pengembangan Kawasan Agropolitan.
Jakarta: Sekretariat Negara.

Anonim. ______. Sejarah, Definisi, dan Konsep Agroforestry. Yogyakarta:


Universitas Gadjah Mata.

Anda mungkin juga menyukai