Anda di halaman 1dari 21

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KELAPA PADA

PETANI SWADAYA DESA BOYANTONGO KECAMATAN


PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PROPOSAL

Kelompok 2
Moh Sabil : E32119103
Ilza Aulia : E32119080
Rosiana Sidik : E32119086
Akbar Tegar Aditama : E32118239
Riang Retno Riadi : E32118237
Izam Olca Pratama : E32118253
Regita Cahyani H, M. : E32119075

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2021
ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KELAPA PADA
PETANI SWADAYA DESABOYANTONGK KECAMATAN
PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG
PROPOSAL

Disusun Untuk Menyelesaikan Tugas Matakuliah Metodologi Penelitian


Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Tadulako

Oleh : Kelompok 2

Moh Sabil : E32119103


Ilza Aulia : E32119080
Rosiana Sidik : E32119086
Akbar Tegar Aditama : E32118239
Riang Retno Riadi : E32118237
Izam Olca Pratama : E32118253
Regita Cahyani H, M. : E32119075

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2021
KATA PENGANTAR

       Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-nya sehingga penulisan dan menyelesaikan profosal ini dengan judul
“ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KELAPA PADA PETANI
SWADAYA DESA BOYANTONGO KECAMATAN PARIGI SELATAN
KABUPATEN PARIGI MOUTONG” .Proposal ini di susun sebagai salah satu sy
arat untuk menyelesaiakan mata kuliah Metodologi Penelitian Agribisnis. 
       Selama pelaksanaan penelitian ini penulisan banyak mendapatkan arahan,bim
bingan, saran serta dorongan dari berbagai pihak sehingga pelaksanaan penelitian 
dan penulisan Proposal  ini dapat terlaksanakan dengan baik dan benar. Oleh kare
nanya ,dengan kerendahan hati penyususn ingin mengucapkan terima  kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Ir. Moh Alfit A Laihi, SP.M.Agr  selaku dosen penanggung jawab mata
kuliah Metodologi PenelitianAgribisnis.  
Akhir kata ,Alhamdulillahi Rabbil Alamin  semoga Allah SWT memberikan imba
lan yang setimpal ats kebaikan dan jasa-jasa mereka,serta tulisan ini mendapat rid
ho-Nya dan bermanfaat bagi semua pihak. 

Palu, November 2021      
  
  Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.......................................................................................................i
HALAMAN SAMPUL DALAM......................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................... .......iii
DAFTAR ISI............................................................................................... ......................iv
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................6
2.1 Penelitian Terdahulu................................................................................................6
2.2 Landasan Teori.........................................................................................................7
2.2.1 Kelapa...............................................................................................................7
2.2.2. Usaha Tani.......................................................................................................8
2.2.3. Pendapatan usahatani.......................................................................................9
BAB III...........................................................................................................................11
METODELOGI PENELITIAN....................................................................................11
3.1 Tempat dan Waktu.................................................................................................11
3.2 Jenis Penelitian.......................................................................................................11
3.3 Konsep Pengukuran Variabel.................................................................................11
3.3.1 Karasteristik Responden..................................................................................11
3.3.2 Luas Lahan......................................................................................................12
3.3.3 Umur Tanaman Kelapa (tahun).......................................................................12
3.3.4 Penerimaan......................................................................................................12
3.3.5 Biaya...............................................................................................................12
3.3.6 Pendapatan......................................................................................................12
3.4 Analisis Data..........................................................................................................12
3.5 Konsep Operasional...............................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................14

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang tergolong negara agraris.


Hal ini disebabkan oleh sebagian besar penduduk Indonesia menggantungkan
hidupnya pada sektor pertanian, sehingga sektor pertanian harus mendapat
perhatian yang besar dari pemerintah. Kegiatan dibidang pertanianmulai dari
budidaya tanaman pangan, perternakan, perikanan, kehutanan, dan
perkebunan. Adapun salah satu tanaman perkebunan yang berkembang dan
menjadi sumber pendapatan penduduk Indonesia adalah kelapa
(Agrigsamudra,2015).
Kelapa memiliki peran strategis bagi perekonomian marjinal karena
disamping dapat dikonsumsi langsung juga dapat dijadikan bahan baku
industri yang penting bagi Indonesia disamping kakao, kopi, lada, dan vanili.
Komoditi ini telah lama dikenal dan sangat berperan dalam kehidupan Bangsa
Indonesia baik ditinjau dari aspek ekonomi maupun aspek sosial budaya,
peran strategis itu terlihat dari total luas perkebunan kelapa di Indonesia
dimana mencapai 3.712 juta hektar (31,4%) dan merupakan luas areal
perkebunan kelapa terbesar di dunia. Produksi kelapa di Indonesia menempati
urutan kedua di dunia yakni sebesar 12.915 miliar butir (24,4% produksi
dunia) (Alamsyah,2005)
Pengembangan agribisnis kelapa berperan penting untuk peningkatan
produktivitas dan sekaligus peningkatkan pendapatan petani. Saat ini kelapa
sangat berperan dalam perekonomian sebagai penyedia lapangan tenaga kerja,
bahan baku industri dalam negeri dan konsumsi langsung. Meskipun
demikian, kebanyakan usahatani kelapa tidak terkait langsung dengan industri
pengolahan, industri hilir, serta industri jasa, dan keuangan. Akibatnya
agribisnis kelapa tidak berhasil mendistribusikan nilai tambah, sehingga tidak
dapat meningkatkan pendapatan petani (Damanik, 2007).
Kelapa telah ditanam hampir diseluruh Indonesia dan luas arealnya pun
terus meningkat. Dapat dilihat dari sejarah perkembangan pada tahun 1986
luas areal perkebunan kelapa baru 3.113.000 ha, maka pada tahun 1990 telah
mencapai 3.334.000 ha, dan diperkirakan pada tahun 1993luas perkebunan
kelapa mencapai 3.624.000 ha. Daerah yang menjadi sentral produksinya
adalah Aceh, Sumatera Utara, Riau, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, dan Maluku.
Adanya potensi yang sangat besar ini harus dimanfaatkan agar tingkat
pendapatan petani juga dapat meningkat (Palungkun,2007)
Daerah Provinsi Sulawesi Tengah sendiri merupakan salah satu daerah
penghasil kelapa di Indonesia, tahun 2013 produksi kelapa Sulawesi Tengah
sebesar 189.572 ton dengan luas lahan 214.697 ha dengan produktivitas 0,88
ton per hektar.Adapun Kabupaten Parigi Moutong merupakan daerah terbesar
ketiga penghasil kelapa setelah Kabupaten Banggai dengan jumlah produksi
sebesar 46.733ton, luas panen 54.267ha dan produktivitas sebesar 0,86ton/ha,
Kabupaten Banggai Kepulauan dengan jumlah prduksi sebesar 17.100ton, luas
panen 32.366ha dan produktivitas sebesar 0,52ton/ha. Parigi Moutong
merupakan salah satu daerah penghasil kelapa di Sulawesi Tengah, dilihat dari
produksi kelapa Kabupaten Parigi Moutong menempati urutan ketiga dari 12
kabupaten yang ada di Sulawesi Tengah dengan produksi sebesar 39.121 ton.
Terlihat pada produktivitas kabupaten Parigi Moutong menempati urutan
pertama 1,35ton.
Kecamatan Parigi Barat merupakan salah satu desa yang mengusahakan
tanaman kelapa dengan luas panen sebanyak 1.494 ha. Seiring dengan laju
pertumbuhan penduduk dewasaini menunjukkan bahwa kebutuhan/permintaan
akan kelapa makin tinggi mengigat produknya merupakan salah satu dari
sembilan bahan pokok masyarakat. Disisi lain produksi kelapa
perkembangannya cenderung tetap atau tidak seimbang dengan laju
permintaannya. Produksi dan harga yang tidak stabil merupakanpenyebab
berfluktuasinya pendapatan ditingkat petani (Tumoka, 2013).
Hal tersebut diduga disebabkan oleh beberapa masalah antara lain:
penebangan pohon kelapa untuk bahan bangunan sehinga jumlah tanaman
yang ada berkurang tiap tahun, kurangnya peremajaan tanaman tua,
ketersediaan lahan untuk ekstensifikasi semakin terbatas, kurangnya
penggunaan sarana teknologi produksi seperti penggunaan pupuk,
pemeliharaan tanaman yang kurang intensif dan alih fungsi lahan menjadi
perumahan dan lain-lain yang juga berpengaruh secara langsung pada
pendapatan petani kelapa dalam (Lamusa, 2005). Hal ini sesuai dengan
keadaan wilayah Parigi Barat termasuk Desa Boyantongo dimana banyak
lahan yang dijadikan area pertambangan, danpetani yang terdampak dapat
mengalami penurunan pendapatan akibat hilangnya lahan.
Salah satu cara untuk meningkatkan pendapatan petani kelapa adalah
dengan meningkatkan nilai tambah dari produk yang selama ini dijual oleh
petani dalam bentuk kelapa butiran ataupun kopra menjadi produk minyak
kelapa yang dikelola sendiri oleh petani, (Darmanto, 2013). Selain itu hal lain
yang bisa dilakukan pula adalah mengurangi pengalihan lahan usaha tani
kelapa menjadi area pertambangan.
Secara umum peningkatan produksi suatu usahatani merupakan indikator
keberhasilan dari usahatani yang bersangkutan, besarnya produksi belum
menjamin pula besarnya tingkat pendapatan seperti terlihat pada kehidupan
para petani di Kecamatan Parigi selatan khususnya Desa Boyantongoproduksi
yang tinggi namun tidak diikuti dengan kesejahteraan petani kelapa, dalam
hubungan tersebut maka perlu diadakan penelitiaan tentang analisis
pendapatan usahatani kelapa di Desa Boyantongo Kecamatan Parigi Selatan
Kabupaten Parigi Moutong.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian
analisis pendapatan usaha tani kelapa di Desa Boyantongo Kecamatan Parigi
Selatan Kabupaten Parigi Moutong.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di kemukakan, maka yang


menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah berapa besar pendapatan
usaha tani kelapa di Desa Boyantongo Kecamatan Perigi Selatan Kabupaten
Parigi Moutong ?

1.3 Pembatasan Masalah

Pembatasan suatu masalah digunakan untuk menghindari adanya


penyimpangan maupun pelebaran pokok masalah agar penelitian tersebut
lebih terarah dan memudahakan dalam pembahasan sehingga tujuan
penelitian akan tercapai. Beberpa batasan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:

1. Luas lingkup hanya meliputi seputar basis komoditi subsektor tanaman


pangan di kabupaten sigi.
2. Informasi yang diajukan yaitu: subsektor tanaman pangan di kabupaten
sigi, memamaparkan bagaimana terjadinya perubahan peranana yang
terjadi pada komoditi tanaman pangan diasa yang akan datang di
kabupaten sigi.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah


disampaikan diatas, maka adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
mengatahui pendapatan usaha tani kelapa di Desa Boyantongo Kecamatan
Parigi Selatan Kabupaten Parigi Moutong.
1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi


petani untuk lebih dapat memaksimalkan hasil produksi tanaman kelapa dan
menambah pendapatan dan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimba
ngan dalam menjalankan dan mengembangkan usaha kelapa bagi petani Desa
Boyantongo Kecamatan Parigi Selatan Kabupaten Parigi Moutong.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu

Fadli (2011) dalam jurnalnya yang berjudul ”Analisis Usaha Pengolahan Mi


nyak Goreng Bahan Mentah Kelapa di Tanjung Balai” dimana menganalisistenta
ng cara pengolahan, analisis usaha termasuk komponen biaya produksiterbesar, p
enerimaan, keuntungan, profitabilitas, efisiensi, dan nilai tambah yang diperoleh
dari proses pengolahan dan kelayakan usaha pengolahan minyak goreng bahan m
entah kelapa. Hasil penelitian menunjukkan sistem pengolahan minyak goreng ba
han mentah kelapa sudah modern. Komponen biaya produksi dalam usaha pengol
ahan minyak goreng yang terbesar adalah biaya bahan baku sebesar 93,9%. Rata-
rata nilai tambah usaha pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa didaerah
penelitian dalam satu bulan adalah Rp 936.500.000,-. Usaha pengolahan minyak
goreng bahan mentah kelapa layak diusahakan.

Patty (2011) dalam jurnalnya yang berjudul “Analisis Produktivitas dan Nilai Ta
mbah Kelapa Rakyat” penelitian ini bertujuan untuk mengetahuiproduktivitas kel
apa dan nilai tambah yang diterima petani dari pengolahan kelapa menjadi minya
k kelapa. Lokasi penelitian terpilih secara purposive di 3 kabupaten salah satunya
di Kabupaten Halmahera Utara dengan produksi minyak kelapa tertinggi. Pengu
mpulan data primer dilakukan melalui wawancara langsung dengan memanfaatka
n kuesioner. Produktivitas kelapa dihitung dengan rumus yang digunakan oleh H
ernanto (1996), sementara nilai tambah dianalisis dengan analisis Metode Pertam
bahan Nilai yang digunakan oleh Idham (2007). Hasil analisis menunjukkan bah
wa produktivitas minyak kelapa adalah sekitar 0.520 - 0.853 ton per ha, dengan n
ilai agregat dari 0.731 ton minyak per ha, kemudian pengolahan kelapa menjadi
minyak kelapa memberikan tambahan nilai kecil, sekitar 106 rupiah per kg

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Kelapa

Di Indonesia, tanaman kelapa telah dikenal sejak ratusan tahun yang lal
u. Sejak abad ke-19, hasil dari pohon kelapa (yaitu minyak kelapa) mulai dipe
rdagangkan dari Asia ke Eropa. Dikarenakan perdagangan minyak kelapa dan
kopra terus meningkat, maka para penanam modal asing di Indonesia, terutam
a Belanda, mulai tertarik untuk membuat perkebunan kelapa sendiri (Eyverso
n, Baroleh, & Powa, 2017).

Kelapa termasuk genus cocos dengan nama spesis cocos nucifer L. Tan
aman kelapa memiliki akar serabut dengan bentuk batang yang keras memilki
bunga yang tumbuh keluar dari ketiak daun. Selanjutnya dijelaskan secara ek
onomis bahwa kelapa memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia kare
na hampir semua bagian tanaman dapat di manfaatkan oleh manusia mulai da
ri daun, batang, bunga serta buah. Tanaman kelapa menghendaki iklim panas
dan dengan batas suhu udara tertentu untuk hidupnya.Suhu rata-rata tahunan
untuk kehidupan optimal adalah 290 C dan untuk pertumbuhan buah memerlu
kan suhu rata-rata 250 C dengan kisaran antara 50 C - 70 C. Tanaman ini ama
t peka terhadap perubahan suhu yang amat menyolok,karena akan mengakibat
kan rendahnya hasil dan pertumbuhan buah yang jelek (Sutara, 2013).

Berikutciri-ciri kelapa menurut (Abdul, 2017), sebagai berikut:


a Umur mulai berbuah relatif lebih lama yaitu sekitar 5 – 8 tahun setelah tan
am.
b Ketinggian batang dapat mencapai 25 meter atau lebih.
c Umur produksi tanaman 50 tahun lebih.
d Batang, daun, buahnya relatif lebih besar.
Tanaman kelapa termasuk tanaman yang membutuhkan sinar matahari
yang banyak, lamanya penyinaran sangat berpengaruh atas perkembangan tan
aman. Suatu laporan menyimpulkan bahwa batas minimum kebutuhan sinar y
aitu 120 jam per bulan. Apabila lama penyinaran kurang dari batas tersebut ak
an dapat menggangu pertumbuhan sekaligus produksi tanaman (Billy, 2018).
Pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa dipengaruhi oleh faktor-fakt
or tanaman kelapa itu sendiri dan faktor lingkungan. Kelapa merupakan tana
man tropika dan tumbuh baik pada suhu 20-350 C (optimal pada suhu 270 C)
dan baik ditanam pada ketinggian 0 sampai 400 m dpl. Curah hujan yang dike
hendaki untuk pertumbuhan tanaman kelapa minimal 1.800 mm/tahun dengan
penyebaran merata sepanjang tahun (150 mm/bulan) dan penyinaran matahari
yang baik adalah 7 jam/hari atau 2.000 jam/tahun. Selain faktor iklim, faktor t
anah juga memegang peranan penting dalam pertumbuhan tanaman kelapa. Je
nis tanah tidak menjadi faktor pembatas dalam hal pertumbuhan/produksi kel
apa yang baik, namun demikian yang penting diperhatikan adalah sifat fisik ta
nah (tekstur, drainase dan topografi). Tekstur yang baik untuk pertumbuhan ta
naman kelapa adalah lempung liat berpasir atau lempung berpasir (Yudha, 20
19).

2.2.2. Usaha Tani

Menurut Soekartawi (1995), usahatani adalah ilmu yang mempelajari b


agaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan
efisien dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu
tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan su
mberdaya yang mereka miliki atau yang dikuasai sebaik-baiknya dan dikataka
n efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (outp
ut) yang melebihi masukan (input) (Yanti, Baksh, & Tangkesalu, 2015).

Ratag (1982) mengatakan bahwa ilmu usahatani merupakan ilmu yang


mempelajari caracara menentukan serta mengkoordinasikan penggunaan fakt
or- faktor produksi seefektif mungkin sehingga produksi pertanian memberik
an pendapatan keluarga petani yang lebih baik. Definisi ini terkandung satu tu
juan utama yaitu peningkatan pendapatan keluarga petani (Eyverson et al., 20
17)
Usahatani merupakan usaha yang di lakukan oleh petani untuk menda
patkan keuntungan dan kesejahteraan dari pertanian. Jadi usaha tani adalah se
bagai organisasi dari alam yang di usahakan oleh petani, keluarga tani, lemba
ga atau badan usaha lainnya yang berhubungan dengan pertanian untuk meme
nuhi kebutuhan masyarakat.
Menurut Hernanto (1993), penerimaan usahatani yaitu penerimaan se
mua sumber usahatani meliputi nilai jual beli, penambahan jumlah inventaris,
nilai produk yang di konsumsi petani dan keluarganya. Sedangkan Soekartaw
i (1995), penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang di perol
eh dengan harga jual (Yanti et al., 2015).

2.2.3. Pendapatan usahatani

Menurut Mubyarto yang menjelaskan bahwa pendapatan adalah hasil


pengurangan antara hasil penjualan dengan semua biaya yang di keluarkan m
ulai dari produksi sampai pada produk tersebut berada pada tangan konsumen
Pada dasarnya petani dalam meningkatkan produksi adalah untuk meningkat
kan pendapatan yang akan di terimanya. Hasil produksi yang di hasilkan dari
setiap jenis usahatani akan di nilai dari biaya yang akan di keluarkan dan pene
rimaan yang di peroleh. Selisih keduanya merupakan pendapatan petani (Kart
osapoetra, 1991).

pendapatan adalah selisih antara biaya yang dikeluarkan dengan pener


imaan yang diperoleh dalam suatu kegiatan untuk mendapatkan produksi pen
gelolaan, sebagai penanam modal dan usahanya, maka pendapatan digambark
an sebagai balas jasa kerja. Lebih lanjut, Pendapatan dalam usahatani merupa
kan selisih antara penerimaan dengan semua biaya, atau dengan kata lain pen
dapatan meliputi pendapatan kotor atau penerimaan total dan pendapatan bers
ih. Pendapatn kotor atau penerimaan total adalah nilai produksi komoditas per
tanian secara keseluruhan sebelum dikurangi biaya produksi (Rahim dan Hast
uti, 2008). Pendapatan diperoleh dari pendapatan kelapa, sedangkan untuk pe
ndapatan lainnya diperoleh dari pendaptan usahatani lain yang meliputi, kelap
a sawit, padi dan jagung. Sedangkan untuk pendapatan luas usahatani diperol
eh dari berdagang dan pegawai (Kurniawan & Pangestu, 2018).
Soekartawi, dkk (1986) mengemukakan parameter pendapatan usaha
tani sebagai berikut:
1. Penerimaan usahatani penerimaan usahatani didefinisikan sebagai nilai dar
i total produksi suatu usahatanidalam jangka waktu tertentu baik yang di ju
al maupun tidak di jual.
2. Pengeluaran usahatani pengeluaran total adalah nilai dari semua input yan
g habis terpakai dan di keluarkan dalam proses produksi tetapi tidak terma
suk tenaga kerja dalam keluarga petani.
3. Pendapatan usahatani pendapatan usahatani adalah selisih antara penerima
an dan pengeluaran total usahatani.

BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian akan dilaksakan di Desa Boyantongo, Kecamatan Parigi Selatan,


Kabupaten Parigi Moutong. Waktu penelitian akan dilaksanakan pada januari sa
mpai februari 2021.
3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dan Metode Pe


ngambilan Sampel petani dilakukan dengan metode simple random sampling (pen
gambilan sampel secara acak sederhana) dengan jumlah sampel yang diambil seba
nyak 30 petani.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei di Desa
Kayuboko Kecamatan Parigi Selatan Kabupaten Parigi Moutong. Data yang digun
akan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer di pe
roleh melalui wawancara langsung dan menggunakan kusioner, sedangkan data se
kunder di peroleh melalui instansi terkait seperti Kantor Desa Boyantongo.
Metode pengambilan sampel petani dilakukan dengan metode simple rando
m sampling (pengambilan sampel secara acak sederhana) dengan jumlah sampel y
ang diambil sebanyak 30 petani.

3.3 Konsep Pengukuran Variabel

3.3.1 Karasteristik Responden

Karasteristik responden dalam hal ini petani kelapa berupa:

a Umur
b Tingkat Pendidikan
c Tanggungan Keluarga

3.3.2 Luas Lahan

Luas lahan adalah Tanah yang digunakan petani untuk menanam di


nyatakan dalam hektar (Ha).
3.3.3 Umur Tanaman Kelapa (tahun)

3.3.4 Penerimaan
Penerimaan adalah hasil perkalian antara hasil produksi dengan h
arga jual.

3.3.5 Biaya
Biaya adalah biaya yang dikeluarkan petani dalam satu tahun. Biay
a yang dihitung hanya biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan dan bia
ya panen. Biaya yang dikeluarkan petani sebelumnya seperti biaya penana
man tidak dihitung lagi (sunk cost). Biaya tersebut, meliputi:
a Biaya Tetap - Pajak, yang dinyatakan dalam rupiah per tahun (Rp/tah
un)
b. Biaya Tidak Tetap (Variabel) - Pengangkutan

3.3.6 Pendapatan
Pendapatan adalah hasil bersih yang diterima oleh pemilik tanaman
kelapa yang diukur dengan satuan rupiah (Rp/Tahun).

3.4 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis sebagai berikut:


1 Untuk menghitung penerimaan usahatani adalah produksi yang di peroleh
dengan harga jual.
TR = Q x P
Keterangan:
TR = Total Revenue (Total Penerimaan)
Q = Jumlah produksi yang di jual
P = Harga tiap satuan produksi
2 Untuk menghitung biaya total dapat di hitung dengan menggunakan rumus,
yaitu:
TC = TFC + TVC
Keterangan:
TC = Total Cost (Total Biaya) (Rp)
FC = Total Fixed Cost (Biaya Tetap) (Rp)
VC= Total Variable Cost (Biaya Variabel) (Rp)

3 Pendapatan usahatani adalah selisih antara jumlah penerimaan dan semua


biaya:
Pd = TR – TC

Keterangan:
Pd = Pendapatan (Profit)
TR= Total Revenue (Total Penerimaan) (Rp)
TC= Total Cost (Total Biaya) (Rp)

3.5 Konsep Operasional

1. Kebijakan Operasional Subsistem Hulu

Rendahnya pemakaian bibit berkualitas/ bermutu, kebijakan operasionalnya adalah berdir


inya industri pembibitan kelapa di sentra- sentra produksi, pemerintah menyiapkan fasilit
as berupa; (1) menyiapkan semua perangkat lunak yang diperlukan seperti Peraturan Men
teri Pertanian Nomor: 38/ Permentan/OT.140/8/2006 tentang Pemasukan

dan Pengeluaran Benih, Undang-Undang Budidaya No. 12, Undang-Undang Perkebunan


No.18, Perda tentang Perizinan, dan lain-lain, (2) perangkat kerasnya berupa: akses ke sto
ck seed, sumberdaya manusia, permodalan, keamanan dan lainnya. Kebijakan Badan Litb
ang Pertanian membentuk UPBS (Unit Pengolahan Benih Sumber) dan UKT (Unit Kome
rsialisasi Teknologi) untuk mendukung kegiatan dapat dijadikan rintisan. Pengembangan
industri alat dan mesin dapat dilakukan dengan penajaman dari industri mesin dan logam
yang ada. Efisiensi penggunaan pupuk melalui industri pupuk tablet (slow release) serta p
upuk organik.
2. Kebijakan Operasional Subsistem Produksi

Kebijakan operasional yang mendukung pertumbuhan pusat agribisnis kelapa, salah satu
adalah terkait dengan input luar rendah yaitu penggunaaan pupuk organik, pestisida nabat
i dan penggunaan penutup tanah (cover crop). Demikian pula untuk mendorong pemakaia
n bibit unggul adalah: berdirinya industri bibit, pengemasan dan pelabelan,harga bibit yan
g terjangkau dan mencegah beredarnya bibit palsu.

Kebijakan operasional untuk pengendalian hama dan penyakit adalah menerapkan paket p
engendalian terpadu yang dapat menekan intensitas serangan. Integrasi tanaman kelapa da
n ternak merupakan bagian dari subsistem produksi untuk mengurangi tingkat resiko pen
urunan produksi kelapa .

3. Kebijakan Operasional Subsistem Pengolahan Hasil

Kualitas hasil olahan merupakan tuntutan kondisi pasar. Oleh karena itu supaya produk k
elapa Indonesia atau Indragiri Hilir mampu bersaing di pasar internasional perlu diterapka
n standar ISO 9000 tau ISO 14000. Melalui kelembagaan petani di pedesaan seperti KUD
dapat difungsikan untuk peningkatan kualitas hasil olahan. Upaya yang perlu dilakukan ol
eh

pemerintah adalah mendorong dan mem- fasilitasi pendirian industri pengolahan dan sosi
alisasinya.

4. Kebijakan Operasional Subsistem Pemasaran Kelapa

Untuk efisiensi pemasaran, kebijakan operasionalnya adalah menekan biaya tataniaga, pe


ncabutan beberapa Perda tentang ekspor produk kelapa yang memberatkan petani, penuru
nan pajak eksport dan lainnya. Penguatan posisi tawar petani dilakukan melalui peningkat
an informasi pasar. Promosi produk sebagai ajang peningkatan permintaan produk kelapa
untuk konsumsi domestik dan eksport. Kebijkan operasional melalui pendekatan dan pen
genalan produk kelapa yang mudah dijangkau oleh masyarakat. Promosi pasar untuk eksp
ort dilakukan dengan mendorong intensitas usaha-usaha APCC (Asian and Pacific Cocon
ut Community) dan promosi melalui Badan Pengembangan Ekspor serta kedutaan besar I
ndonsia.

5. Kebijakan Operasional Subsistem Kelem- bagaan


Keberadaan koperasi di masyarakat perkelapaan adalah sangat strategis baik sebagai orga
nisasi pemasaran maupun organisasi pembiayaan. Kebijakan operasionalnya seperti yang
diusulkan Adnyana (2005) pada padi, dimungkinkan dapat pula diapikasikan pada kelapa
yaitu sistem agribisnis koperasi terpadu atau Integrated Corporate Agribusiness System (I
CAS). Bentuk kelembagaan ini adalah petani melakukan konsolidasi manajemen usaha p
ada komponen lahan yang memenuhi skala usaha, untuk kelapa adalah skala KIMBUN, k
onsolidasi manajemen dituangkan dalam bentuk kelembagaan agribisnis seperti CBO, kel
ompok usaha tersebut berbentuk korporasi, asosiasi atau koperasi berbadan hukum,ditera
pkannya manajemen korporasi dalam menjalankan sistem usaha agribisnis dan pengemba
ngan kemitraan. Pada kemitraan terpadu dapat dilakukan petani sebagai plasma bermitra
dengan inti (swasta, eksportir, prosesor) melalui korporasi yang

mereka bentuk, korporasi berdiri sendiri dan pemerintah sebagai penjamin.Keterkaitan ve


rtikal dan horizontal pada penguatan kelembagaan petani dapat berfungsi apabila ada fun
gsi pembelajaran, fungsi produksi dan fungsi kerjasama (Heru dan Suwandi, 2003)

Kebijakan melalui Diversifikasi Vertikal untuk Peningkatan Pendapatan

Kebijakan melalui diversifikasi produk kelapa untuk peningkatan pendapatan petani kela
pa melalui diversifikasi vertikal yang artinya menganekaragamkan produk secara efisien
disertai peningkatan mutu melalui pengolahan terpadu, yang pada akhirnya menghasilkan
produk yang mempunyai nilai tambah.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, M. (2017). Analisis Pendapatan dan Kelayakan Usaha Tani Kelapa Dalam
di Desa Kasoloang Kecamatan Bambaira Kabupaten Mamuju Utara Provinsi
Sulawesi Barat. Agroteknis, 5(1), 66–71.

Billy. (2018). Analisis Kelayakan Usahatani Kelapa Dalam di Desa Bionga Keca,
atan Limboto Kabupaten Gorontalo. Agribisnis, 1–120.

Eyverson, R., Baroleh, J., & Powa, D. (2017). Kajian Pengelolaan Usahtani Kelap
a di Desa Tolombukan Kecamatan Pasan Kabupaten Minahasa Tenggara. Jo
urnal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Kurniawan, R., & Pangestu, A. W. (2018). Analisis Pendapatan Petani Kelapa (Co
cos nucifera L) di Desa Teluk Payo Kecamatan Banyuasin II Kabupaten Ban
yuasin. Societa: Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis, 7(1), 25. https://doi.org/10.325
02/jsct.v7i1.1133

Sutara, F. M. P. dan P. K. (2013). Etbotani Kelapa (Cocos nucifera L.) di Wilayah


Denpasar dan Badung. Jurnal Simbiosis, 1(2), 2.

Yanti, D., Baksh, R., & Tangkesalu, D. (2015). Analisis Pendapatan dan Kelayaka
n Usahatani Kelapa di Desa Malonas Kecamatan Dampelas Kabupaten Dong
gala. J. Agroland, 22(1), 76–85.

Yudha, P. (2019). Analisis Kelayakan Usaha Kelapa Kopra. Agribisnis.

Anda mungkin juga menyukai