Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN IBU KOTA NEGARA BARU NUSANTARA


DI KALIMANTAN TIMUR TERHADAP LINGKUNGAN

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekologi Administrasi Publik yang diampu oleh
Dra. Mira Rosana Gnagey, M.Pd

Disusun Oleh :

Dewi Santi Yohana (202010007)


Ajri Mujadid (202010013)
Ratna Suminar (202010030)
Sabila Hidayatul Marifah (202010032)
Avrilla Andreany Putri (202010040)
Iksan Firmansah (202010080)
Diana Rahmadani Harahap (202010099)
Gita Nophani (202010102)
Laila Dwi Mustika (202010112)
Sandrina Mutiara Dewi (202010116)

ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Analisis Dampak Pembangunan Ibu Kota Negara Baru Nusantara di
Kalimantan Timur Terhadap Lingkungan ” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan utama dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah Ekologi Administrasi Publik. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Ekologi Ilmu Administrasi Publik
bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Kami mengucapkan terima kasih kepada
ibu Dra. Mira Rosana Gnagey, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Ekologi
Administrasi Publik yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih belum sempurna. Oleh
karena itu, kami menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, Juni 2023

Penulis

Kelompok

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.1 Rumusan Permasalahan ............................................................................. 2
1.1 Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 4
2.1 Pembangunan Ibu Kota Negara baru Nusantara di Kalimantan Timur ........ 4
2.2 Analisis Dampak pembangunan Ibu Kota Negara Baru Nusantara
Kalimantan Timur terhadap lingkungan ........................................................... 5
2.3 Peran Pemerintah dalam Mengatasi Kerusakan Akibat Pemindahan Ibu Kota
Indonesia ......................................................................................................... 7
2.4 Implementasi Kebijakan Pembangunan Tahun 2022-2024 melalui Konsep
Forest City ....................................................................................................... 9
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 12
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 12
3.1 Saran ....................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemindahan ibu kota Indonesia dari Jakarta ke Kalimantan telah
diumumkan oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) pada tahun
2019. Jokowi menyatakan bahwa bahwa akan ada relokasi atau pemindahan ibukota
yang semula bertempat di DKI Jakarta menjadi di Kalimantan Timur. Ibu Kota
Jakarta merupakan salah satu daerah yang telah mengalami pencemaran lingkungan
seperti polusi, banjir, pencemaran air, dsb. Hal ini terjadi karena Jakarta memiliki
penduduk yang padat serta merupakan pusat ibu kota negara yang di dalamnya
terdapat banyak pembangunan infrastruktur untuk menunjang penyelenggaraan
pemerintahan. Oleh karena itu, pemindahan ibu kota negara ke Kalimantan Timur
sedang dilaksanakan persiapannya dengan pertimbangan untuk meminimalisir
risiko bencana di ibu kota, posisi wilayah yang strategis karena berada di tengah
Indonesia, strategis dengan wilayah yang berkembang, hingga lahan kosong yang
banyak. Provinsi Kalimantan Timur yang merupakan bagian dari Pulau Kalimantan
dimana pemetaan ruang diarahkan untuk mewujudkan kelestarian kawasan
konservasi keanekaragaman hayati dan kawasan berfungsi lindung bervegetasi
hutan tropis basah paling sedikit 45 persen dari luas Pulau Kalimantan sebagai Paru-
Paru Dunia. Apabila ditinjau dari kondisi saat ini, 59,50 persen luas wilayah IKN
merupakan kawasan hutan yang terdiri dari kawasan hutan konservasi, kawasan
hutan lindung dan kawasan hutan produksi. Selain memiliki kawasan hutan yang
cukup luas, wilayah IKN juga termasuk ke dalam wilayah habitat satwa endemik
yang dilindungi.
Pemindahan ibu kota sudah disahkan ke dalam Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara. Di dalam penjelasan UU tersebut dijelaskan
bahwa visi atau tujuan utama dari IKN adalah sebagai kota dunia yang dapat
menjadi gambaran/role model bagi negara lain dengan prinsip pembangunan
berkelanjutan beserta dengan instrumen kebijakan yang akan dibentuk oleh
Pemerintah. Dalam penjelasan UU tersebut, dijabarkan 3 tujuan Ibu Kota

1
Nusantara, antara lain:
1. Sebagai kota berkelanjutan di dunia yang menciptakan kenyamanan,
keselarasan dengan alam, ketangguhan melalui efisiensi penggunaan
sumber daya dan rendah karbon;
2. Penggerak ekonomi Indonesia di masa depan, yang memberi peluang
ekonomi untuk semua melalui pengembangan potensi, inovasi dan
teknologi, serta
3. Simbol identitas nasional, mempresentasikan keharmonisan dalam
keragaman sesuai dengan Bhinneka Tunggal Ika.
Namun, pemindahan Ibu Kota ke Kalimantan Timur memunculkan isu
lingkungan baru. Pembangunan infrastruktur akan menimbulkan potensi
kehancuran hutan di Kalimantan Timur yang merupakan paru-paru dunia. Selain
itu, hal tersebut juga berdampak pada perubahan tata air dan perubahan iklim karena
tingginya jumlah dan luas konsesi tambang di lokasi IKN sehingga berpengaruh
terhadap sistem hidrologi, mengancam keberlangsungan hidup flora dan fauna serta
keanekaragaman hayati karena ekosistem yang terganggu, serta pencemaran dan
kerusakan lingkungan seperti kebakaran hutan dan lahan, pencemaran minyak,
penurunan kualitas air sungai dan laut, lubang tambang yang tidak ditutup
mencemari air tanah, hingga menghambat jalur logistik masyarakat. Pembangunan
IKN akan menempatkan Teluk Balikpapan sebagai kawasan industri karena akan
dijadikan satu-satunya pintu masuk jalur laut hingga jalur logistik. Hal ini akan
berdampak pada mata pencaharian nelayan lokal di Kabupaten Kutai Kartanegara,
Penajam Paser Utara, dan Balikpapan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dibuat dalam bentuk
pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana dampak pembangunan Ibu Kota Negara Baru Nusantara
Kalimantan Timur terhadap lingkungan?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

2
1. Untuk mengetahui dampak pembangunan Ibu Kota Negara Baru
Nusantara Kalimantan Timur terhadap lingkungan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pembangunan Ibu Kota Negara baru Nusantara di Kalimantan Timur

Pembangunan Ibu Kota Negara baru Nusantara merupakan upaya


pemerintah dalam mengusung pembangunan ekonomi yang inklusif, dengan
menyebarluaskan magnet pertumbuhan ekonomi baru, sehingga tidak hanya IKN
Nusantara sekaligus wujud dari simbol identidas bangsa, green economy, green
energy, smart transportation, dan tata kelola pemerintah yang tentunya efesien dan
efektif sebagai milestone tranformasi besar bangsa Indonesia. Dengan adanya
pemindahan IKN dan pembangunan IKN Nusantara ini bertujuan untuk membuka
potensi ekonomi Indonesia secara keseluruhan, mendorong pertumbuhan,
menciptakan lapangan kerja dan mengurangi kemiskinan, kemudian kebijakan
untuk memindahkan IKN dilatarbelakangi oleh kebutuhan untuk pengembangan
wilayah ekonomi baru, menurunkan ketimpangan antar-wilayah, dan meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Kebijakan proyek pemindahan IKN juga sekaligus merespons
potensi konflik sosial dan merosotnya daya dukung ekologis.

IKN Nusantara diharapkan juga akan mampu menyebarluaskan manfaat


pembangunan ekonomi. Jika IKN dipindah ke Provinsi yang memiliki konektivitas
dengan provinsi lain yang baik, peningkatan arus perdagangan lebih dari 50%
wilayah Indonesia dapat terjadi. Di samping itu juga akan menurunkan kesenjangan
antar wilayah karena pemindahan ibu kota ke luar Pulau Jawa mendorong
perdagangan antar wilayah, mendorong investasi di provinsi ibu kota negara baru
dan provinsi sekitarnya serta mendorong diversifikasi ekonomi, sehingga tercipta
dorongan nilai tambah ekonomi pada sektor non-tradisional pada berbagai wilayah
non Jawa.

Pembangunan IKN Nusantara ini sangat mempunyai banyak benefit bagi


negara Indonesia jika dilihat dari aspek pembangunan ekonomi yang berkelanjutan
namun nyatanya dengan adanya pembangunan ini berdampak buruk terhadap

4
lingkungan yang ada di Pulau Kalimantan, pemerintah mungkin hanya melihat
keberhasilan pembangunan ini tanpa melihat aspek apa saja yang akan terkena
dampak negatif, yang tadinya banyak pohon-pohon sekarang dijadikan sama rata
dengan tanah, dan banyak pencemaran yang akan merusak hutan-hutan yang ada di
pulau Kalimantan, masyarakat yang ada disana mungkin sudah merasakan dampak-
dampak yang terjadi pada perubahan lingkungan namun pembangunan ini tetap
dilanjutkan oleh pemerintah demi adanya perubahan di Negara Indonesia.

2.2 Analisis Dampak pembangunan Ibu Kota Negara Baru Nusantara


Kalimantan Timur terhadap lingkungan

Wilayah IKN terletak di Provinsi Kalimantan Timur, tepatnya di Kabupaten


Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara. Posisi IKN ini berada pada
wilayah strategis perlindungan keanekaragaman hayati (kehati) yang terletak di
Provinsi Kalimantan Timur, yang merupakan bagian dari pulau Kalimantan. Pulau
ini juga disebut sebagai Borneo dan ditetapkan sebagai “Paru-Paru Dunia” karena
memiliki hutan dengan kekayaan keanekaragaman hayati yang cukup banyak dan
berperan penting dalam penyerapan karbon dan penyedia oksigen. Arahan penataan
ruang pulau Kalimantan adalah untuk mewujudkan kelestarian kawasan konservasi
keanekaragaman hayati dan kawasan berfungsi lindung bervegetasi hutan tropis
basah paling sedikit 45 persen dari luas pulau Kalimantan sebagai “Paru-Paru
Dunia”, sesuai dengan Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2012 tentang Tata Ruang
Pulau Kalimantan. Menurut Peraturan tersebut, Paru-Paru Dunia adalah kawasan
bervegetasi hutan tropis basah dalam satu hamparan luas yang memiliki fungsi
sebagai penyerap karbondioksida, penghasil oksigen, dan penyeimbang iklim
global. Kebijakan pulau Kalimantan sebagai Paru-Paru Dunia meliputi pelestarian
kawasan yang memiliki keanekaragaman hayati tumbuhan dan satwa endemik,
pengembangan koridor ekosistem antar kawasan konservasi, pemantapan dan
rehabilitasi kawasan berfungsi lindung dan pengendalian kegiatan budi daya yang
berpotensi mengganggu kawasan berfungsi lindung.

Terdapat beberapa potensi dampak lingkungan pembangunan IKN adalah

5
sebagai berikut:

a. Degradasi hutan di wilayah IKN

Wilayah IKN memiliki tantangan pembangunan pada sektor kehutanan


yang cukup signifikan terutama degradasi hutan. Degradasi hutan
ditunjukkan oleh menurunnya tutupan hutan, yang salah satunya
disebabkan oleh adanya pemanfaatan lahan di dalam kawasan hutan
untuk kegiatan nonkehutanan seperti pertambangan, permukiman dan
bahkan perkebunan (tumpang tindih perizinan konsesi Hutan Produksi
di Tahura Bukit Soeharto). PadahalWilayah IKN termasuk bagian dari
Pulau Kalimantan yang arahan penataan ruangnya untuk mewujudkan
kelestarian kawasan konservasi keanekaragaman hayati dan kawasan
berfungsi lindung bervegetasi hutan tropis basah paling sedikit 45 persen
dari luas Pulau Kalimantan sebagai Paru-Paru Dunia. Oleh karena itu,
Konsep Forest City dalam rencana pembangunan IKN harus
memperhatikan dan melestarikan hutan serta kawasan lindung lainnya
untuk melindungi keanekargaman hayati dan memaksimalkan penyerapan
karbon serta mendukung pembangunan kota berkelanjutan.

b. Ancaman terhadap habitat satwa

Wilayah IKN dan sekitarnya termasuk bagian dari Pulau Kalimantan yang
merupakan salah satu rumah kehati utama di Indonesia, yang ditandai
dengan beragamnya jenis satwa dan tumbuhan, termasuk beberapa spesies
yang dikategorikan dilindungi atau penting. Keberlangsungan satwa dan
tumbuhan ini mulai terancam akibat adanya potensi degradasi habitat satwa.
Selain itu terdapat juga beberapa kasus konflik satwa dengan manusia
seperti yang teridentifikasi di daerah Teluk Balikpapan (buaya, pesut dan
bekantan).

c. Potensi emisi karbon dari pembukaan lahan berhutan

Pembangunan IKN membutuhkan lahan baru terutama dalam pembangunan

6
kota. Hal ini juga dapat berpeluang menciptakan konversi lahan dari
kawasan hutan. Total emisi akibat pembangunan IKN di lahan seluas 56.000
ha diperkirakan mencapai 2,4 juta ton CO2 Equivalen yang bersumber dari
hutan sekunder 29 ribu ton CO2 Equivalen dan hutan tanaman 154 ribu ton
CO2 Equivalen (Sulistioadi et al., 2004).

d. Keterbatasan supply air baku

Berdasarkan analisis kondisi saat ini dari KLHS Masterplan IKN, daya
dukung air di wilayah IKN (256.000 ha) sudah terlampaui namun akses
penduduk untuk mendapatkan air bersih masih rendah, begitu juga dengan
kawasan IKN (56.000 ha). Ketersediaan air di kawasan IKN termasuk
rendah karena kawasan ini merupakan daerah non-CAT (Cekungan Air
Tanah). Daerah non-CAT memiliki kemampuan resapan air yang rendah
sehingga tidak bisa mengandalkan air tanah (ground water).

e. Potensi banjir

Kawasan IKN memiliki potensi bencana banjir karena ada daerah yang
masuk ke dalam kawasan rawan bencana banjir seperti di Kecamatan
Sepaku, Samboja, dan Muara Jawa dan terutama di sekitar daerah aliran
sungai.

2.3 Peran Pemerintah dalam Mengatasi Kerusakan Akibat Pemindahan Ibu


Kota Indonesia

Peran pemerintah dalam mengatasi dampak kerusakan sumber daya alam


akibat Pemindahan ibu kota negara di Kalimantan Timur. Pada dasarnya, kebijakan
pemerintah pasti memiliki nilai positif dan negatif yang masih memiliki kekurangan
meskipun bertujuan untuk hal yang positif. Namun, pemerintah Indonesia sendiri
seringkali melanggar kebijakan yang telah dibuat, padahal dampak dan
konsekuensinya sudah diketahui. Sebagai aturan hukum yang diatur dengan undang
- undang, upaya pemulihan dan perlindungan lahan gambut di Indonesia

7
mewajibkan pelestarian lahan gambut yang dilindungi sebagaimana diatur.

Namun, justru pemerintah memindahkan ibu kota baru atau IKN di


Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara ,yang mana
daerah tersebut memiliki lahan gambut besar dan yang nantinya berpotensi
mengancam perlindungan lahan gambut akibat pembangunan ibu kota baru.
Perlindungan lahan gambut di Indonesia telah diatur oleh Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan tentang Peraturan Pemerintah 71/2014 dalam Perlindungan
dan Pengelolaan Ekosistem Gambut, UU 32 tahun 2000 mengenai Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dan UUD 1945. Peraturan tersebut melarang
pembukaan lahan di kawasan gambut, yang mana menjadi anomali ketika ibu kota
baru mengancam perlindungan lahan gambut (Theresia et al., 2020a). Apabila
Kalimantan Timur yang memiliki banyak kawasan hijau termasuk lahan gambut,
maka hal tersebut sudah melanggar pasal yang tertera dan akan banyak beban
kerusakan lingkungan yang berlanjut.

Kontribusi pemerintah atau keberadaan negara bertujuan untuk


maksimalisasi pemanfaatan sumber daya dan optimalisasi perekonomian. Namun
yang justru terjadi di Indonesia terkait isu ini adalah justru aspek pelestarian sumber
daya alam dikesampingkan. Meskipun faktor dari Pemindahan ibu kota
dilaksanakan karena kondisi ibu kota Jakarta yang sudah terlalu padat dan penuh
resiko bencana seperti banjir, namun pembukaan lahan di wilayah lahan gambut
akan menyebabkan hal serupa dalam jangka waktu panjang. Pemerintah harus
melakukan strategi yang menjadikan Pemindahan ibu kota ke kawasan baru tidak
terulang permasalahannya kembali seperti ibu kota negara Jakarta yang pada
akhirnya tata kotanya sudah terlanjur tidak bisa dibenahi dari awal kembali.
Kapasitas yang memadai harus dimiliki pemerintah dalam hal melindungi dan
mengelola lingkungan hidup, mulai dari perencanaan hingga pemanfaatannya yang
kemudian pengawasannya. Pemindahan ibu kota baru harus diperhatikan.

Karena akan mengancam kelestarian lahan gambut, dan pelaksanaannya


harus sejalan tujuan mengapa daerah terkait diberikan otonomi. Meskipun begitu,

8
kualitas hidup masyarakat dalam hal upaya peningkatannya tidak akan terlepas dari
pemanfaatan sumber daya, namun juga tidak lepas dari peran lingkungan, sehingga
akan mempengaruhi berbagai aspek termasuk sosial dan ekonomi. Upaya tersebut
menjadi motif utama bagaimana pembangunan berkelanjutan direncanakan dan
dijalankan. Peran pemerintah daerah sangat penting karena implementasinya dalam
mewujudkan tata kelola lingkungan yang baik memerlukan kemampuan
pemerintah daerah untuk melindungi dan mengelola lingkungan.

Namun begitu, kualitas hidup manusia akan terpengaruh apabila beban


lingkungan yang tidak terkontrol disebabkan oleh kerusakan dan pencemaran.
Untuk itu, pemerintah daerah perlu memenuhi hal tersebut, karena diperlukannya
lingkungan dan kota dengan kondisi tertata dan bersih. Peran pemerintah daerah
yang juga melibatkan masyarakat dalam otonomi daerah diperlukan untuk
membangun strategi mengelola lingkungan dan sumber daya alam di daerah terkait.
Pemerintah daerah melalui desentralisasi memiliki peran besar untuk menjaga dan
mengelola lingkungan serta sumber daya alam yang dimiliki setiap daerah di
Indonesia. Meskipun begitu, masih banyak kendala dan tantangan setiap Lembaga
untuk menjalankan fungsinya (Theresia et al., 2020b). Pada persoalan pemindahan
IKN ini, proses sejak awal diumumkannya seharusnya sudah mendengar aspirasi
dari pemerintah daerah dan masyarakat setempat.

2.4 Implementasi Kebijakan Pembangunan Tahun 2022-2024 melalui Konsep


Forest City

Sesuai Visi Indonesia Tahun 2045, pembangunan Ibu Kota Negara (IKN)
Nusantara merupakan upaya mencapai target Indonesia sebagai negara maju. Ir.
Ary Sudijanto, Kepala Badan Standardisasi Instrumen Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (BSILHK), memberikan instruksi kepada semua satker agar fokus pada
IKN, baik secara langsung atau tidak langsung sesuai dengan arah kebijakan
pembangunan Tahun 2022-2024, yang mana BSILHK akan mendukung penuh
pembangunan IKN. Dalam rangka mendukung proses pembangunan IKN,
Pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) fokus

9
terhadap kegiatan lingkungan. Dalam kajian lingkungan hidup strategis, KLHK
mengusung konsep Forest City. Konsep Forest City sudah diterapakan di beberapa
kota negara lain yang bisa dijadikan contoh, seperti di Cina. Konsep ini
dipraktikkan sebagai upaya untuk menghijaukan kembali kota akibat pembangunan
yang meliputi kerusakan lingkungan. Konsep ini identik dengan kota yang
dibangun dari hutan, memiliki banyak tutupan pohon, perbaikan ekosistem kota
dengan konstrusi hutan guna menyeimbangkan spesies lain dan manusia, kota yang
rimba dengan struktur dan fungsi yang seperti hutan, dan lainnya (Mutaqin et al.,
2021). Konsep Forest City sebagai model perencanaan kota masa depan yang lebih
berkelanjutan, terutama untuk memastikan bahwa pembangunan Ibu Kota Negara
memperhatikan keseimbangan antara pembangunan kota dan kelestarian alam serta
lingkungan, khususnya dalam mempertahankan dan melestarikan fungsi hutan yang
menjadi potensi utama di Pulau Kalimantan. Selain itu, IKN dirancang sebagai
forest city menjadi sebuah bentuk komitmen Indonesia menghadapi isu peningkatan
kualitas hidup dan isu lingkungan hidup. Adapun tujuan dari kajian konsep Forest
City dalam perencanaan IKN adalah untuk memberikan rekomendasi rencana
pembangunan Ibu Kota Negara dalam upaya pelestarian hutan dan peningkatan
kualitas lingkungan hidup.

Lebih jelasnya, konsep Forest City ini mengacu kepada pembangunan kota
dengan memperhatikan unsur struktur ruang utama, pengelolaan daerah aliran
sungai (DAS), pemanfaatan air yang efisien, melindungi habitat, penataan lansekap
menuju revitalisasi hutan hujan tropis. Hal ini perlu juga didukung oleh kebijakan
pengendalian ekspansi fisik wilayah satelit, penguatan ekspresi masyarakat lokal,
dan penyusunan kebijakan dan tindak afirmatifnya. Adanya konsep forest city pada
penerapan prinsip kriteria dan standar serta instrumen forest city sebagai
pertimbangan dalam setiap pengambilan keputusan pembangunan IKN dalam
perencanaan dan pembangunan IKN setidaknya meliputi: (1) berbasis pengelolaan
DAS; 2) memiliki jaringan ruang hijau yang terstruktur; 3) memanfaatkan sekitar
50% wilayah untuk dikembangkan; 4) konsumsi air yang efisien; 5) memiliki
kualitas udara yang balk dan suhu udara rata-rata sejuk; 6) memiliki kualitas air

10
permukaan yang balk; 7) melindungi habitat satwa; 8) memiliki kualitas tutupan
lahan yang baik dan terevitalisasinya lansekap hutan hujan tropis.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pembangunan Ibu Kota Negara baru Nusantara merupakan upaya


pemerintah dalam mengusung pembangunan ekonomi yang inklusif, dengan
menyebarluaskan magnet pertumbuhan ekonomi baru. IKN Nusantara bertujuan
untuk membuka potensi ekonomi Indonesia secara keseluruhan, mendorong
pertumbuhan, menciptakan lapangan kerja dan mengurangi kemiskinan, dan
kebijakan untuk memindahkan IKN dilatarbelakangi oleh kebutuhan untuk
pengembangan wilayah ekonomi baru, menurunkan ketimpangan antar-wilayah,
dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Wilayah IKN terletak di Provinsi Kalimantan Timur, tepatnya di Kabupaten


Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara. Wilayah strategis
perlindungan keanekaragaman hayati (kehati) yang terletak di Provinsi Kalimantan
Timur juga disebut sebagai Borneo dan ditetapkan sebagai “Paru-Paru Dunia”.
Arahan penataan ruang pulau Kalimantan adalah untuk mewujudkan kelestarian
kawasan konservasi keanekaragaman hayati dan kawasan berfungsi lindung
bervegetasi hutan tropis basah. Terdapat beberapa potensi dampak lingkungan
pembangunan IKN yaitu: degradasi hutan di wilayah IKN, ancaman terhadap
habitat satwa, potensi emisi karbon dari pembukaan lahan hutan, keterbatasan
supply air baku, dan potensi banjir.

Kontribusi pemerintah atau keberadaan negara bertujuan untuk


maksimalisasi pemanfaatan sumber daya dan optimalisasi perekonomian.
Pemindahan ibu kota dilaksanakan karena kondisi ibu kota Jakarta yang sudah
terlalu padat dan penuh resiko bencana seperti banjir, namun pembukaan lahan di
wilayah lahan gambut akan menyebabkan hal serupa dalam jangka waktu panjang.
Pemerintah harus melakukan strategi yang menjadikan Pemindahan ibu kota ke
kawasan baru tidak terulang permasalahannya kembali. Upaya tersebut menjadi

12
motif utama bagaimana pembangunan berkelanjutan direncanakan dan dijalankan.

Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara merupakan upaya mencapai target


Indonesia sebagai negara maju. BSILHK memberikan instruksi kepada semua
satker agar fokus pada IKN. KLHK mengusung konsep Forest City, untuk
menghijaukan kembali kota akibat pembangunan yang meliputi kerusakan
lingkungan. Konsep Forest City memiliki banyak tutupan pohon, perbaikan
ekosistem kota dengan konstrusi hutan guna menyeimbangkan spesies lain dan
manusia, kota yang rimba dengan struktur dan fungsi hutan. Konsep Forest City
adalah bentuk komitmen Indonesia menghadapi peningkatan kualitas hidup dan isu
lingkungan hidup. Konsep Forest City mengacu kepada pembangunan kota dengan
memperhatikan unsur struktur ruang utama, pengelolaan daerah aliran sungai
(DAS), pemanfaatan air yang efisien, melindungi habitat, penataan lansekap
menuju revitalisasi hutan hujan tropis.

3.2 Solusi
Pembangunan IKN perlu memperhatikan ekosistem kelestarian lingkungan
dengan memadukan beberapa konsep, diantaranya :
 Menerapakan konsep kota yang bangunannya ditutupi tumbuhan.
Tumbuhan atau pohon akan memiliki peran untuk mengendalikan polusi
dan diharapkan sebagai vegetasi kota untuk menurunkan suhu, kebisingan,
dan tetap menyediakan habitat untuk keanekaragaman hayati yang dikenal
dengan Forest City. Konsep ini mengacu kepada pembangunan yang tetap
mempertahankan ekologis hutan dan pengelolaan lingkungan yang juga
sejalan dengan peningkatan kualitas hidup.
 Menerapkan konsep Sponge City adalah kota dengan pengelolaan air hujan,
menampung dan menyimpannya melalui solusi engineering. Sponge city
bukan hanya mengelola air dengan menangkap curah hujan, tetapi juga
melakukan retensi hingga mengembangkan bangunan hijau dengan atap
kebun.
 Dalam pembangunan IKN perlu adanya komitmen untuk menjaga kawasan
hutan yang dipertahankan sebagai ruang hijau dan kawasan lindung.

13
 Prinsip-prinsip yang ditetapkan yakni nol deforestasi, konservasi
kenaekaragaman hayati, pengelolaan hutan berkelanjutan, peningkatan stok
karbon, pelibatan masyarakat adat dan lokal, serta perbaikan tata kelola dan
tata guna lahan.

Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk menerapkan Konsep Forest City dalam
pembangunan IKN adalah sebagai berikut:

 Pemantapan kawasan hutan dan penyelesaian berbagai konflik lahan di


dalam kawasan hutan yang perlu dilakukan sebelum membangun IKN.
 Mengintegrasikan Konsep Forest City ke dalam Masterplan IKN dan
berbagai produk perencanaan kota dan wilayah lainnya termasuk tata ruang.
 Melaksanakan pembangunan IKN dengan memperhatikan daerah-daerah
yang memiliki fungsi hutan maupun fungsi penting dalam keberlanjutan
lingkungan. Hal ini dapat dilakukan dengan memperhatikan go area dan no
go area seperti yang telah ditentukan pada KLHS Masterplan IKN.
 Menyediakan RTH kota berdasarkan kebutuhan perlindungan habitat yang
sensitif secara ekologi (satwa dan tumbuhan lokal); kemampuan
menghasilkan oksigen dan menyerap karbon dioksida; kemampuan untuk
menyerap berbagai jenis polutan; serta kemampuan penyerapan air hujan.
 Menyusun tahapan pemulihan dan rehabilitasi SDALH di kawasan IKN
sebagai upaya pemulihan kawasan hutan dengan rehabilitasi kawasan yang
terdegradasi serta pembangunan koridor satwa dan koridor hijau.
 Membuat kelembagaan pengelolaan hutan dan kehati seperti independent
advisory board atau independent agency yang didukung oleh pemerintah.

14
DAFTAR PUSTAKA

Budiman, A. (2022). Lima Alasan Jokowi Pindahkan Ibu Kota ke Kalimantan


Timur - Nasional Tempo.co.

Hutasoit, W. L. (2019). Analisa pemindahan ibukota negara. DEDIKASI: Jurnal Ilmiah


Sosial, Hukum, Budaya, 39(2), 108-128.

Mutaqin Dadang Jainal, Muhajab Babny Muslim, dan Nur Hygiawati Rahayu.
(2021). Analisis Konsep Forest City dalam Rencana Pembangunan Ibu
Kota Negara. Kementrian PPN/Bappenas RI. doi.org/10.47266/bwp.v4i.87
halaman: 16-20.

Muhammad Sahri. 2022. “Membangun Standar Forest City Ibu Kota Nusantara”,
https://bsilhk.menlhk.go.id/index.php/2022/04/25/membangun-standar-forest-city-
ibu-kota-nusantara/

Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup.

Saraswati, M. K., & Adi, E. A. W. (2022). Pemindahan Ibu Kota Negara Ke


Provinsi Kalimantan Timur Berdasarkan Analisis SWOT. JISIP (Jurnal Ilmu
Sosial dan Pendidikan), 6(2).

Siswoko, B. (2008). Pembangunan, Deforestasi dan Perubahan Iklim


Development, Deforestation and Climate Change: Vol. XIV (Issue 2).

Raharjo, D. B., & Aranditio, S. (19 Januari 2022). Walhi Ungkap 3 Dampak
Lingkungan Serius Akibat Pemindahan Ibu Kota ke Kalimantan. Suara.com.

Nur Jamal Shaid, 6 Alasan Ibu Kota Negara Pindah dari Jakarta ke Kalimantan
Timur", Kompas.com

Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2012 tentang Tata Ruang Pulau Kalimantan Bahwa
Paru-Paru Dunia adalah kawasan bervegetasi hutan tropis basah dalam satu
hamparan luas yang memiliki fungsi sebagai penyerap karbondioksida, penghasil

15
oksigen, dan penyeimbang iklim global.

Fristikawati, Yanti., Adi Pradana, Nugroho. Perlindungan Lingkungan, dan


Pembangunan Ibukota Negara (IKN) Dalam Tinjauan Hukum. Jurnal Ilmu Hukum,
Perundang-Undangan dan Pranata Sosial.

Ramadhani, Rahmah., Djuyandi, Yusa. (2022). Upaya Pemerintah Indonesia Dalam


Mengatasi Resiko Kerusakan Lingkungan Sebagai Dampak Pemindahan Ibu Kota
Negara. Aliansi : Jurnal Politik, Keamanan dan Hubungan Internasional.

16

Anda mungkin juga menyukai