Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekologi Administrasi Publik yang diampu oleh
Dra. Mira Rosana Gnagey, M.Pd
Disusun Oleh :
ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Analisis Dampak Pembangunan Ibu Kota Negara Baru Nusantara di
Kalimantan Timur Terhadap Lingkungan ” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan utama dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah Ekologi Administrasi Publik. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Ekologi Ilmu Administrasi Publik
bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Kami mengucapkan terima kasih kepada
ibu Dra. Mira Rosana Gnagey, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Ekologi
Administrasi Publik yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih belum sempurna. Oleh
karena itu, kami menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
Kelompok
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.1 Rumusan Permasalahan ............................................................................. 2
1.1 Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 4
2.1 Pembangunan Ibu Kota Negara baru Nusantara di Kalimantan Timur ........ 4
2.2 Analisis Dampak pembangunan Ibu Kota Negara Baru Nusantara
Kalimantan Timur terhadap lingkungan ........................................................... 5
2.3 Peran Pemerintah dalam Mengatasi Kerusakan Akibat Pemindahan Ibu Kota
Indonesia ......................................................................................................... 7
2.4 Implementasi Kebijakan Pembangunan Tahun 2022-2024 melalui Konsep
Forest City ....................................................................................................... 9
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 12
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 12
3.1 Saran ....................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Nusantara, antara lain:
1. Sebagai kota berkelanjutan di dunia yang menciptakan kenyamanan,
keselarasan dengan alam, ketangguhan melalui efisiensi penggunaan
sumber daya dan rendah karbon;
2. Penggerak ekonomi Indonesia di masa depan, yang memberi peluang
ekonomi untuk semua melalui pengembangan potensi, inovasi dan
teknologi, serta
3. Simbol identitas nasional, mempresentasikan keharmonisan dalam
keragaman sesuai dengan Bhinneka Tunggal Ika.
Namun, pemindahan Ibu Kota ke Kalimantan Timur memunculkan isu
lingkungan baru. Pembangunan infrastruktur akan menimbulkan potensi
kehancuran hutan di Kalimantan Timur yang merupakan paru-paru dunia. Selain
itu, hal tersebut juga berdampak pada perubahan tata air dan perubahan iklim karena
tingginya jumlah dan luas konsesi tambang di lokasi IKN sehingga berpengaruh
terhadap sistem hidrologi, mengancam keberlangsungan hidup flora dan fauna serta
keanekaragaman hayati karena ekosistem yang terganggu, serta pencemaran dan
kerusakan lingkungan seperti kebakaran hutan dan lahan, pencemaran minyak,
penurunan kualitas air sungai dan laut, lubang tambang yang tidak ditutup
mencemari air tanah, hingga menghambat jalur logistik masyarakat. Pembangunan
IKN akan menempatkan Teluk Balikpapan sebagai kawasan industri karena akan
dijadikan satu-satunya pintu masuk jalur laut hingga jalur logistik. Hal ini akan
berdampak pada mata pencaharian nelayan lokal di Kabupaten Kutai Kartanegara,
Penajam Paser Utara, dan Balikpapan.
2
1. Untuk mengetahui dampak pembangunan Ibu Kota Negara Baru
Nusantara Kalimantan Timur terhadap lingkungan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
lingkungan yang ada di Pulau Kalimantan, pemerintah mungkin hanya melihat
keberhasilan pembangunan ini tanpa melihat aspek apa saja yang akan terkena
dampak negatif, yang tadinya banyak pohon-pohon sekarang dijadikan sama rata
dengan tanah, dan banyak pencemaran yang akan merusak hutan-hutan yang ada di
pulau Kalimantan, masyarakat yang ada disana mungkin sudah merasakan dampak-
dampak yang terjadi pada perubahan lingkungan namun pembangunan ini tetap
dilanjutkan oleh pemerintah demi adanya perubahan di Negara Indonesia.
5
sebagai berikut:
Wilayah IKN dan sekitarnya termasuk bagian dari Pulau Kalimantan yang
merupakan salah satu rumah kehati utama di Indonesia, yang ditandai
dengan beragamnya jenis satwa dan tumbuhan, termasuk beberapa spesies
yang dikategorikan dilindungi atau penting. Keberlangsungan satwa dan
tumbuhan ini mulai terancam akibat adanya potensi degradasi habitat satwa.
Selain itu terdapat juga beberapa kasus konflik satwa dengan manusia
seperti yang teridentifikasi di daerah Teluk Balikpapan (buaya, pesut dan
bekantan).
6
kota. Hal ini juga dapat berpeluang menciptakan konversi lahan dari
kawasan hutan. Total emisi akibat pembangunan IKN di lahan seluas 56.000
ha diperkirakan mencapai 2,4 juta ton CO2 Equivalen yang bersumber dari
hutan sekunder 29 ribu ton CO2 Equivalen dan hutan tanaman 154 ribu ton
CO2 Equivalen (Sulistioadi et al., 2004).
Berdasarkan analisis kondisi saat ini dari KLHS Masterplan IKN, daya
dukung air di wilayah IKN (256.000 ha) sudah terlampaui namun akses
penduduk untuk mendapatkan air bersih masih rendah, begitu juga dengan
kawasan IKN (56.000 ha). Ketersediaan air di kawasan IKN termasuk
rendah karena kawasan ini merupakan daerah non-CAT (Cekungan Air
Tanah). Daerah non-CAT memiliki kemampuan resapan air yang rendah
sehingga tidak bisa mengandalkan air tanah (ground water).
e. Potensi banjir
Kawasan IKN memiliki potensi bencana banjir karena ada daerah yang
masuk ke dalam kawasan rawan bencana banjir seperti di Kecamatan
Sepaku, Samboja, dan Muara Jawa dan terutama di sekitar daerah aliran
sungai.
7
mewajibkan pelestarian lahan gambut yang dilindungi sebagaimana diatur.
8
kualitas hidup masyarakat dalam hal upaya peningkatannya tidak akan terlepas dari
pemanfaatan sumber daya, namun juga tidak lepas dari peran lingkungan, sehingga
akan mempengaruhi berbagai aspek termasuk sosial dan ekonomi. Upaya tersebut
menjadi motif utama bagaimana pembangunan berkelanjutan direncanakan dan
dijalankan. Peran pemerintah daerah sangat penting karena implementasinya dalam
mewujudkan tata kelola lingkungan yang baik memerlukan kemampuan
pemerintah daerah untuk melindungi dan mengelola lingkungan.
Sesuai Visi Indonesia Tahun 2045, pembangunan Ibu Kota Negara (IKN)
Nusantara merupakan upaya mencapai target Indonesia sebagai negara maju. Ir.
Ary Sudijanto, Kepala Badan Standardisasi Instrumen Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (BSILHK), memberikan instruksi kepada semua satker agar fokus pada
IKN, baik secara langsung atau tidak langsung sesuai dengan arah kebijakan
pembangunan Tahun 2022-2024, yang mana BSILHK akan mendukung penuh
pembangunan IKN. Dalam rangka mendukung proses pembangunan IKN,
Pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) fokus
9
terhadap kegiatan lingkungan. Dalam kajian lingkungan hidup strategis, KLHK
mengusung konsep Forest City. Konsep Forest City sudah diterapakan di beberapa
kota negara lain yang bisa dijadikan contoh, seperti di Cina. Konsep ini
dipraktikkan sebagai upaya untuk menghijaukan kembali kota akibat pembangunan
yang meliputi kerusakan lingkungan. Konsep ini identik dengan kota yang
dibangun dari hutan, memiliki banyak tutupan pohon, perbaikan ekosistem kota
dengan konstrusi hutan guna menyeimbangkan spesies lain dan manusia, kota yang
rimba dengan struktur dan fungsi yang seperti hutan, dan lainnya (Mutaqin et al.,
2021). Konsep Forest City sebagai model perencanaan kota masa depan yang lebih
berkelanjutan, terutama untuk memastikan bahwa pembangunan Ibu Kota Negara
memperhatikan keseimbangan antara pembangunan kota dan kelestarian alam serta
lingkungan, khususnya dalam mempertahankan dan melestarikan fungsi hutan yang
menjadi potensi utama di Pulau Kalimantan. Selain itu, IKN dirancang sebagai
forest city menjadi sebuah bentuk komitmen Indonesia menghadapi isu peningkatan
kualitas hidup dan isu lingkungan hidup. Adapun tujuan dari kajian konsep Forest
City dalam perencanaan IKN adalah untuk memberikan rekomendasi rencana
pembangunan Ibu Kota Negara dalam upaya pelestarian hutan dan peningkatan
kualitas lingkungan hidup.
Lebih jelasnya, konsep Forest City ini mengacu kepada pembangunan kota
dengan memperhatikan unsur struktur ruang utama, pengelolaan daerah aliran
sungai (DAS), pemanfaatan air yang efisien, melindungi habitat, penataan lansekap
menuju revitalisasi hutan hujan tropis. Hal ini perlu juga didukung oleh kebijakan
pengendalian ekspansi fisik wilayah satelit, penguatan ekspresi masyarakat lokal,
dan penyusunan kebijakan dan tindak afirmatifnya. Adanya konsep forest city pada
penerapan prinsip kriteria dan standar serta instrumen forest city sebagai
pertimbangan dalam setiap pengambilan keputusan pembangunan IKN dalam
perencanaan dan pembangunan IKN setidaknya meliputi: (1) berbasis pengelolaan
DAS; 2) memiliki jaringan ruang hijau yang terstruktur; 3) memanfaatkan sekitar
50% wilayah untuk dikembangkan; 4) konsumsi air yang efisien; 5) memiliki
kualitas udara yang balk dan suhu udara rata-rata sejuk; 6) memiliki kualitas air
10
permukaan yang balk; 7) melindungi habitat satwa; 8) memiliki kualitas tutupan
lahan yang baik dan terevitalisasinya lansekap hutan hujan tropis.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
12
motif utama bagaimana pembangunan berkelanjutan direncanakan dan dijalankan.
3.2 Solusi
Pembangunan IKN perlu memperhatikan ekosistem kelestarian lingkungan
dengan memadukan beberapa konsep, diantaranya :
Menerapakan konsep kota yang bangunannya ditutupi tumbuhan.
Tumbuhan atau pohon akan memiliki peran untuk mengendalikan polusi
dan diharapkan sebagai vegetasi kota untuk menurunkan suhu, kebisingan,
dan tetap menyediakan habitat untuk keanekaragaman hayati yang dikenal
dengan Forest City. Konsep ini mengacu kepada pembangunan yang tetap
mempertahankan ekologis hutan dan pengelolaan lingkungan yang juga
sejalan dengan peningkatan kualitas hidup.
Menerapkan konsep Sponge City adalah kota dengan pengelolaan air hujan,
menampung dan menyimpannya melalui solusi engineering. Sponge city
bukan hanya mengelola air dengan menangkap curah hujan, tetapi juga
melakukan retensi hingga mengembangkan bangunan hijau dengan atap
kebun.
Dalam pembangunan IKN perlu adanya komitmen untuk menjaga kawasan
hutan yang dipertahankan sebagai ruang hijau dan kawasan lindung.
13
Prinsip-prinsip yang ditetapkan yakni nol deforestasi, konservasi
kenaekaragaman hayati, pengelolaan hutan berkelanjutan, peningkatan stok
karbon, pelibatan masyarakat adat dan lokal, serta perbaikan tata kelola dan
tata guna lahan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk menerapkan Konsep Forest City dalam
pembangunan IKN adalah sebagai berikut:
14
DAFTAR PUSTAKA
Mutaqin Dadang Jainal, Muhajab Babny Muslim, dan Nur Hygiawati Rahayu.
(2021). Analisis Konsep Forest City dalam Rencana Pembangunan Ibu
Kota Negara. Kementrian PPN/Bappenas RI. doi.org/10.47266/bwp.v4i.87
halaman: 16-20.
Muhammad Sahri. 2022. “Membangun Standar Forest City Ibu Kota Nusantara”,
https://bsilhk.menlhk.go.id/index.php/2022/04/25/membangun-standar-forest-city-
ibu-kota-nusantara/
Raharjo, D. B., & Aranditio, S. (19 Januari 2022). Walhi Ungkap 3 Dampak
Lingkungan Serius Akibat Pemindahan Ibu Kota ke Kalimantan. Suara.com.
Nur Jamal Shaid, 6 Alasan Ibu Kota Negara Pindah dari Jakarta ke Kalimantan
Timur", Kompas.com
Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2012 tentang Tata Ruang Pulau Kalimantan Bahwa
Paru-Paru Dunia adalah kawasan bervegetasi hutan tropis basah dalam satu
hamparan luas yang memiliki fungsi sebagai penyerap karbondioksida, penghasil
15
oksigen, dan penyeimbang iklim global.
16