Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TEKNOLOGI KOMUNIKASI MODERN

“Perkembangan Teknologi Bidang Perikanan dan Kelautan”

Disusun Oleh :

Kelompok 6
1. Indria Larasati 20101156110008

2. Maya Netra Rosa 20101156110010

3. Reyhan Oktafadilla 20101156110017

4. Stifanni Jusirwan 20101156110023


5. Triananda Hidayat 20101156110031

Dosen Pengampu :
Yuliawati Yunus, S.Pd, M.Pd.T

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA “YPTK”
PADANG
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas izin-Nya kami
dapat menulis makalah ini dan meyelesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Profesi Kependidikan.

Makalah ini berjudul, “Perkembangan Teknologi Perikanan dan Kelautan”. Dalam pembuatan
makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak, khususnya dosen mata
kuliah Teknologi Komunikasi Modern yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
makalah ini serta kepada orang tua dan teman-teman yang telah mendukung kami.

Makalah ini sebelum sempurna seperti apa yang diharapkan, oleh karena itu kami
mengaharapkan kritik dan saran dari pembaca sehingga makalah ini menjadi sempurna.
Namun, adanya makalah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada pembaca
untuk memahami Perkembangan Teknologi Pada Bidang Perikanan dan Kelautan. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis serta pembaca dan umumnya bagi
masyarakat luas.

Padang, 21 Maret 2022

Penulis
Daftar Isi

Contents
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 2
Daftar Isi ................................................................................................................................................. 3
BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 4
A. Latar Belakang ............................................................................................................................. 4
1.2 Perumusan Masalah ................................................................................................................... 4
1.3. Tujuan Penulisan ....................................................................................................................... 4
1.4. Manfaat Penulisan ..................................................................................................................... 5
BAB II..................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 6
A. Definisi sumberdaya perikanan ............................................................................................... 6
B. Perairan indonesia .................................................................................................................... 6
C. Sumber Daya Perikanan Indonesia ......................................................................................... 7
D. Pengelolaan Sumberdaya Ikan ................................................................................................ 9
E. Model Pengelolaan ....................................................................................................................... 9
F. Potensi Sumberdaya Perikanan Indonesia............................................................................... 11
BAB III ................................................................................................................................................. 12
PENUTUP ............................................................................................................................................ 12
A. Kesimpulan ................................................................................................................................. 12
B.SARAN ......................................................................................................................................... 12
Daftar Pustaka ....................................................................................................................................... 13
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan sektor kelautan dan perikanan saat ini merupakan salah satu bidang
yang menjadi pusat perhatian dimana hal ini disebabkan adanya dukungan potensi dan
keanekaragaman sumber daya yang terkandung oleh bentang alam tersebiut menyediakan
berbagai macam potensi alam hayati seperti perikanan dan sumber daya non hayati seperti
pertambangan,energi dan migas yang kesemuanya itu dapat memberikan manfaat bagi
kelansungan hidup masyarakat.Indonesia sendiri merupakan negara kepulauan terbesar di
dunia dengan luas wilayah laut yang dapat dikelola sebesar 5,8 juta km2 yang memiliki
keanekaragaman sumber daya kelautan dan perikanna yang sangat besar
Berdasarkan Keputusan Mentri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
KEP.45/MEN/2011 tentang Estimasi Potensi Sumber daya ikan di wilayah pengelolaan
perikanan Negara Republik Indonesia,menyebutkan bahwa potensi lestari sumber daya ikan
(maximum sustainable yield) di perairan laut indonesia sebesar 6,5 juta pertahun,dengan
jumlah tangkapan yang diperleh sebesar 5,2 juta ton pertahun,dan untuk besarnya potensi
perikanan ditangkap di perairan umum yang memiliki total luas sekitar 54 juta Ha,yang
meliputi danau ,waduk,sungai,rawa,dan genangan air lainnya diperkirakan mencapai 0,9 juta
non pertahun.Melihat potensi perikanan indonesia yang sangat kaya akan ikannya tersebut
yang melimpah,maka dengan kondisi geografi yang demikian itu,pengelolaan dan pelestarian
perikanan laut bagi bangsa indonesia menjadi sangat penting dan perlu diperhatikan lebih
serius sehingga potensi perikanan laut yang sangat kaya tersebut,maka hasil pengelolaan
perikanan laut dapat dimanfaatkan sebagai sumber mata pecarian yang dapat diandalkan
rakyat indonesia utamanya bagi para nelayan.

1.2 Perumusan Masalah


Melihat kondisi kesenjangan digital yang timbul, , penulis mencoba untuk merumuskan
beberapa masalah yang nanti akan dicari solusinya agar berkurangnya kesenjangan yang ada.
Beberapa rumusan masalah tersebut adalah :
1. Bagaimanakah perkembangan pengguna jaringan internet di indonesia?
2. Apa keuntungan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam menerapkan desa digital?
3. Bagaimana strategi yang dilakukan untuk mewujudkan dan mengembangkan desa digital ?

1.3. Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari pembuatan karya tulis ini adalah :
1. Mengetahui kondisi riil perkembangan jaringan internet di Indonesia
2. Mendefinisikan keuntungan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dan manfaat yang
timbul dalam penerapan desa digital
3. Menjabarkan strategi yang tepat dalam mengembangkan desa digital.
1.4. Manfaat Penulisan
Karya tulis ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait dengan khususnya,
seperti
1. Pemerintah bersama-sama departemen kominfo semakin concern untuk memikirkan
masalah pembangunan yang berbasiskan informasi.
2. Masyarakat mendapat nilai tambah dari pengembangan teknologi
3. Investor asing dan domestik mendapat informasi yang berguna, serta dapat berinovasi di
sektor ini
4. Kalangan akademisi dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi sumberdaya perikanan


Sumber daya perikanan adalah sumber daya alam terbanyak yang dimiliki oleh manusia.
Luas lautan atau perairan di bumi sebesar 70,8 % atau setara 361.132.000 km².Jadi dapat
disimpulkan 2/3 bumi adalah wilayah perairan. Dengan luas perairan yang sebesar itu maka
hasil perikanan pun seharusnya melimpah dan menunjang kehidupan di bumi.Terutama bagi
Indonesia, dimana luas wilayah perairan di Indonesia 3.257.482 km² dan wilayah daratan
hanya 1.922.570 km² (menurut BIG Indonesia).
Dengan luas perairan tersebut, Indonesia dapat dikatakan mampu menunjang kehidupan
dan kesejahteraan masyarakatnya. Apalagi Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan
terbesar dan negara maritim.Dilihat dari sejarahnya, berbagai kegiatan masyarakat sering
terpusat pada wilayah pinggiran pantai. Berbagai aktivitas tersebut meliputi, kegiatan
nelayan, tempat pengiriman dan datangnya barang dari luar daerah atau negeri, tempat
perdagangan, dll.Begitu besarnya manfaat dari pelabuhan-pelabuhan di Indonesia saa itu.
Hasil laut yang melimpah dan kesejahteraan masyarakat tercukupi.Sumber daya perikanan di
indonesia sebenernya mampu menyubang untuk masyarakat penduduk sekitar.

B. Perairan indonesia
Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki wilayah perairan yang sangat luas yang
terdiri dari 17.508 pulau dengan panjang garis pantai 81.290 km. Luas wilayah laut Indonesia
sekitar 5.176.800 km2. Ini berarti luas wilayah laut Indonesia lebih dari dua setengah kali
luas daratannya. Sesuai dengan Hukum Laut Internasional yang telah disepakati oleh PBB
tahun 1982, wilayah perairan Indonesia dibagi menjadi tiga wilayah laut/zona laut yaitu zona
Laut Teritorial, zona Landas kontinen, dan zona Ekonomi Eksklusif.
Batas laut Teritorial ialah garis khayal yang berjarak 12 mil laut dari garis dasar ke arah
laut lepas. Sebagaimana yang kita ketahui garis dasar/garis pangkal adalah adalah garis
khayal yang menghubungkan titik-titik dari ujung-ujung pulau. Penentuan garis pangkal
ditentukan dengan garis air rendah.
Jika ada dua negara atau lebih menguasai suatu lautan, sedangkan lebar lautan itu kurang
dari 24 mil laut, maka garis teritorial di tarik sama jauh dari garis masing-masing negara
tersebut. Laut yang terletak antara garis dengan garis batas teritorial di sebut laut teritorial.
Laut yang terletak di sebelah dalam garis dasar disebut laut internal.
Indonesia mempunyai wilayah yang sangat luas yang membentang dari barat ke timur
sepanjang 5.110 km dan membujur dari utara ke selatan sepanjang 1.888 km.Dengan wilayah
seluruhnya mencapai 5.193.252 km2 yang terdiri atas 1.890.754 km2 luas daratan dan
3.302.498 km2 luas lautan.Luas daratan Indonesia hanya sekitar 1/3 dari luas seluruh
Indonesia sedangkan 2/3-nya berupa lautan.
Negara Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Luas wilayah Indonesia
seluruhnya adalah 5.193.250 km2 Dua pertiga wilayah Indonesia merupakan perairan atau
wilayah laut. Luas wilayah perairan di Indonesia mencapai 3.287.010 km2 Adapun wilayah
daratan hanya 1.906.240 km2.
Wilayah laut teritorial merupakan laut yang masuk ke dalam wilayah hukum Negara
Indonesia. Berdasarkan ”Territoriale Zee en Maritieme Kringen Ordonante” tahun 1939,
wilayah teritorial Laut Indonesia ditetakkan sejauh 3 mil diukur dari garis luar pantai.
Ketetapan tersebut sangat merugikan negara Indonesia. Oleh karena laut menjadi
penghubung pulau-pulau yang tersebar di wilayah Indonesia. Wilayah laut teritorial yang
ditetapkan hanya sejauh 3 mil diukur dari pantai, banyak wilayah laut bebas di perairan
Indonesia. Akibatnya, kapal dari negara lain bebas keluar masuk perairan Indonesia. Mereka
juga mengambil sumber daya alam yang terdapat di laut.
UNCLOS (United Nations Conference of the Law Of Sea) atau Konferensi Hukum Laut
Internasional yang diselenggarakan pertama kali pada tahun 1958 di Geneva. Deklarasi
Juanda kemudian diperkuat dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1960.
Pada Konferensi Hukum Laut Internasional, tahun 1982, di Jamaika, wilayah perairan
Indonesia mendapat pengakuan dari dunia internasional. Dengan demikian, wilayah perairan
Indonesia meliputi Wilayah Laut Teritorial, Zona Ekonomi Eksekutif (ZEE), dan Batas
Landas, Kontinen.
a. Wilayah Laut Teritorial.
Wilayah laut teritorial Indonesia ditetapkan sejauh 12 mil diukur dari garis pantai terluar.
Apabila laut yang lebarnya kurang dari 24 mil dikuasai oleh dua negara maka penentuan
wilayah laut teritorial tiap-tiap negara dilakukan dengan cara menarik garis yang sama
jauhnya dari garis pantai terluar.
b. Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)
Zona Ekonomi Eksklusif yaitu perairan laut yang diukur dari garis pantai terluar sejauh
200 mil ke arah laut lepas. Apabila Zona Ekonomi Eksklusif suatu negara berhimpitan
dengan Zona Ekonomi Eksklusif negara lain maka penetapan melalui perundingan dua
negara. Di dalam zona ini, bangsa Indonesia mempunyai hak untuk memanfaatkan dan
mengolah segala sumber daya alam yang terkandung di dalamnya.
c. Batas Landas Kontinen
Batas landas kontinen adalah garis batas yang merupakan kelanjutan dari benua yang
diukur dari garis dasar laut ke arah laut lepas hingga kedalaman 200 meter di bawah
permukaan air laut. Sumber daya alam yang terkandung di dalam Landas Kontinen Indonesia
merupakan kekayaan Indonesia. Pemerintah Indonesia berhak untuk memanfaatkan sumber
daya alam tersebut.

C. Sumber Daya Perikanan Indonesia


Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah. Berbagai upaya dan cara
dilakukan oleh masyarakat dan negara untuk memanfaatkannya. Sumber daya alam
merupakan modal utama bagi suatu negara untuk kesejahteraan rakyat. Indonesia memiliki
luas laut mencapai ribuan kilometer, dengan potensi sumber daya alam yang besar. Seperti
yang telah dijelaskan bahwa luas wilayah perairan Indonesia mencapai 2/3 dari luas
keseluruhan negara Indonesia maka secara logika sumber daya alam Indonesia sangatlah
besar.
Di Indonesia sebenarnya pemanfaatan sumber daya alam di daratan sudah hampir
mencapai 80% mungkin lebih. Tetapi ternyata untuk sumber daya perairan Indonesia masih
belum optimal pemanfaatannya yaitu sekitar 30% saja. Hal ini membuktikan bahwa dunia
perikanan Indonesia masih besar potensinya untuk dikembangkan bahkan Indonesia sendiri
bisa menjadi negara maju dengan dunia perikanan ini.
Jika kita teliti kita bisa lihat negara negara maju seperti contohnya Jepang. Mengapa
Jepang bisa menjadi negara maju? Selain dari teknologi mereka yang sudah sangat maju,
alasan lainnya mereka mempunyai banyak industri industri perikanan seperti pengolahan
pengolahan perikanan, budidaya perikanan, teknologi penangkapan yang jauh lebih modern
daripada Indonesia. Hal inilah yang menyebabkan indonesia semakin tertinggal bahkan
“terpuruk” dari negara negara lain. Jika di telusuri luas perairan negara Jepang lebih kecil
dari Indonesia tapi mereka bisa menjadi negara yang maju. Jika mereka bisa mengapa kita
tidak? Padahal jelas negara kita lebih kaya akan sumber daya alamnya. Pertanyaan itulah
yang harus kita pikirkan tidak hanya oleh Pemerintah tapi juga masyarakat Indonesia
bagaimana caranya meningkatkan produktifitas perikanan di negara ini.
Di negara Indonesia ini ada beberapa cara dalam pemanfaatan sumber daya perikanan, yaitu
sebagai berikut :
 Perikanan tangkap
 Budidaya perikanan
 Teknologi atau industri perikanan
Adapun itu semua demi menghasilkan produk perikanan yang menjadi tujuan atau berguna
untuk :
 Untuk memenuhi nutrisi pangan
 Sebagai penambah dari sumber pendapatan
 Untuk memenuhi pasokan bahan bahan industry
 Sebagai sumber devisa bagi negara
 Dan terakhir sebagai rekreasi atau hiburan
Adapun hal hal yang menunjang atau membantu terperolehnya hal hal tersebut yaitu :
 Sosial Ekonomi Perikanan
 Pemasaran
 Sosial ekonomi
o Riset pendidikan
 Industri penunjang
 Industri penunjang
 Perahu, pakan, jaring dll
Untuk sumberdaya perairan bisa di temukan di beberapa habitat yaitu :
a. Laut
 Perairan pantai
 Perairan lepas pantai
 Perairan payau
b. Darat
 Rawa
 Danau : tektonik dan vulkanik
 Waduk
 Sungai
 Genangan

D. Pengelolaan Sumberdaya Ikan


Pengelolaan sumberdaya ikan adalah suatu proses yang terintegrasi mulai dari
pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pengambilan keputusan, alokasi
sumber dan implementasinya, dalam rangka menjamin kelangsungan produktivitas serta
pencapaian tujuan pengelolaan (FAO, 1997).Sementara Widodo dan Nurhakim (2002)
mengemukakan bahwa secara umum, tujuan utama pengelolaan sumberdaya ikan adalah
untuk :
1. Menjaga kelestarian produksi, terutama melalui berbagai regulasi serta tindakan
perbaikan (enhancement).
2. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan social para nelayan serta
3. Memenuhi keperluan industri yang memanfaatkan produksi tersebut.

E. Model Pengelolaan
Pengelolaan sumberdaya perikanan umumnya didasarkan pada konsep “hasil
maksimum yang lestari” (Maximum Sustainable Yield) atau juga disebut dengan
“MSY”. Konsep MSY berangkat dari model pertumbuhan biologis yang dikembangkan oleh
seorang ahli Biologi bernama Schaefer pada tahun 1957. Inti dari konsep ini adalah menjaga
keseimbangan biologi dari sumberdaya ikan, agar dapat dimanfaatkan secara maksimum
dalam waktu yang panjang. Pendekatan konsep ini berangkat dari dinamika suatu stok ikan
yang dipengaruhi oleh 4 (empat) factor utama, yaitu rekrutment, pertumbuhan,
mortalitas dan hasil tangkapan. Pengelolaan sumberdaya ikan seperti ini lebih berorientasi
pada sumberdaya (resource oriented) yang lebih ditujukan untuk melestarikan sumberdaya
dan memperoleh hasil tangkapan maksimum yang dapat dihasilkan dari sumberdaya
tersebut. Dengan kata lain, pengelolaan seperti ini belum berorientasi pada perikanan secara
keseluruhan (fisheries oriented), apalagi berorientasi pada manusia (social oriented).
Pengelolaan sumberdaya ikan dengan menggunakan pendekatan “Maximum
Sustainable Yield” telah mendapat tantangan cukup keras, terutama dari para ahli ekonomi
yang berpendapat bahwa pencapaian“yield” yang maksimum pada dasarnya tidak
mempunyai arti secara ekonomi. Hal ini berangkat dari adanya masalah “diminishing
return” yang menunjukkan bahwa kenaikan “yield” akan berlangsung semakin lambat
dengan adanya penambahan “effort” (Lawson, 1984). Pemikiran dengan memasukan unsur
ekonomi didalam pengelolaan sumberdaya ikan, telah menghasilkan pendekatan baru yang
dikenal dengan “Maximum Economic Yield” atau lebih popular dengan “MEY”.Pendekatan
ini pada intinya adalah mencari titik yield dan effort yang mampu menghasilkan selisih
maksimum antara total revenue dan total cost.
Selanjutnya, hasil kompromi dari kedua pendekatan diatas kemudian melahirkan
konsep “Optimum Sustainable Yield” (OSY), sebagaimana dikemukakan oleh Cunningham,
Dunn dan Whitmarsh (1985).Secara umum konsep ini dimodifikasi dari konsep “MSY”,
sehingga menjadi relevan baik dilihat dari sisi ekonomi, social, lingkungan dan factor
lainnya.Dengan demikian, besaran dari “OSY” adalah lebih kecil dari “MSY” dan besaran
dari konsep inilah yang kemudian dikenal dengan “Total Allowable Catch”(TAC). Konsep
pendekatan ini mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan “MSY”, diantaranya
adalah :
1. Berkurangnya resiko terjadinya deplesi dari stok ikan
2. Jumlah tangkapan per unit effort akan menjadi semakin besar
3. Fluktuasi TAC juga akan menjadi semakin kecil dari waktu ke waktu
Hasil pengkajian terakhir yang telah dilakukan terhadap sumberdaya ikan Indonesia,
menunjukan bahwa jumlah potensi lestari adalah sebesar 6,409 juta ton ikan/tahun, dengan
tingkat eksploitasi pada tahun terakhir mencapai angka 4,069 juta ton ikan/tahun
(63,49%). Dengan demikian, masih ada cukup peluang untuk meningkatkan produksi
perikanan nasional. Namun demikian, yang perlu diperhatikan adalah adanya beberapa zone
penangkapan yang kondisi sumberdaya ikannya cukup memprihatinkan dan sudah
melampaui potensi lestarinya (over fishing), yaitu di perairan Selat Malaka dan perairan Laut
Jawa. Akan tetapi di kedua perairan tersebut, terdapat beberapa kelompok ikan (ikan pelagis
besar dan ikan pelagis kecil di Selat Malaka serta ikan demersal di Laut Jawa) yang masih
mungkin untuk dikembangkan eksploitasinya.
Sementara di 7 (tujuh) zone penangkapan lainnya, sekalipun tingkat pemanfaatan
sumberdaya ikannya secara keseluruhan masih berada dibawah potensi lestari, akan tetapi
untuk beberapa kelompok ikan sudah berada pada posisi “over fishing”. Sebagai contoh,
udang dan lobster di perairan Laut Cina Selatan, ikan demersal; udang dan cumi-cumi di
perairan Selat Makasar dan Laut Flores. Oleh karena itu, pada beberapa perairan yang kondisi
pemanfaatan sumberdaya ikannya telah mendekati dan atau melampaui potensi lestarinya,
maka perlu kiranya mendapatkan perlakuan khusus agar sumberdaya ikan yang ada
tidak “collapse”. Informasi yang berkaitan dengan potensi dan penyebaran sumberdaya ikan
laut di perairan Indonesia, telah dipublikasikan oleh “Komisi Nasional Pengkajian Stok
Sumberdaya Ikan Laut” pada tahun 1998. Dalam publikasi tersebut, wilayah perairan
Indonesia dibagi menjadi 9 (sembilan) zone, yaitu :
1. Selat Malaka
2. Laut Cina Selatan
3. Laut Jawa
4. Selatan Makasar dan Laut Flores
5. Laut Banda
6. Laut Seram dan Teluk Tomini
7. Laut Sulawesi dan Samudra Pasifik
8. Laut Arafura
9. Samudra Hindia
Sementara dalam menentukan stok sumberdaya ikan di perairan Indonesia, dipergunakan
beberapa metoda sesuai dengan jenis dan sifat sumberdaya ikan Dalam kaitan ini terdapat
beberapa pendekatan yang dapat dilakukan didalam mengelola sumberdaya perikanan, agar
tujuan pengelolaan dapat tercapai.Pendekatan dimaksud sebagaimana dikemukakan oleh
Gulland dalam Widodo dan Nurhudah (1985) adalah sebagai berikut :
1. Pembatasan alat tangkap
2. Penutupan daerah penangkapan ikan
3. Penutupan musim penangkapan ikan
4. Pemberlakuan kuota penangkapan ikan
5. Pembatasan ukuran ikan yang menjadi sasaran
6. Penetapan jumlah hasil tangkapan setiap kapal

F. Potensi Sumberdaya Perikanan Indonesia


Indonesia dikenal sebagai negara maritim dengan segala keunggunalan yang dimiliki
dibidang ekologi dan hasil laut yang diakui secara internasional. Sumberdaya ikan yang
hidup di wilayah perairan Indonesia dinilai memiliki tingkat keragaman hayati (bio-diversity)
paling tinggi. Sumberdaya tersebut paling tidak mencakup 37% dari spesies ikan di dunia
(Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, 1994). Di wilayah perairan laut Indonesia
terdapat beberapa jenis ikan bernilai ekonomis tinggi antara lain : tuna, cakalang, udang,
tongkol, tenggiri, kakap, cumi-cumi, ikan-ikan karang (kerapu, baronang, udang
barong/lobster), ikan hias dan kekerangan termasuk rumput laut (Barani, 2004).
Data yang didapat menunjukan potensi hasil perikanan laut di Indonesia Data yang
didadat dari KKP (2015) perikanan tangkap Indonesia dari sebelum tahun 2013 tahun 1997
6,190 juta ton, tahun 1999 mencapai 6,4 juta ton, 2001 mencapai 6,409 juta ton, dan 2011
mencapai 6,502 juta ton. Hal tersebut merupakan potensi yang luar biasa dari perikanan
tangkap Indonesia yang mampu menyumbang devisa negara hingga 3000 triliun per tahun
apabila dimafaatkan secara optimal. Akan tetapi, kenyataan yang ada potensi yang sudah
dimanfaatkan adalah 225 triliun pertahun atau hanya sekitar 7,5% saja.
Kondisi Indonesia sebagai negara maritim menuai masalah yang serius. Penurunan stok
ikan tangkapan dan budidaya secara nasional adalah salah satunya. Di beberapa tempat,
penurunan hasil tangkapan menurun dari tahun ke tahun WWF Indonesia (2014) menuturkan
di WWP 571 yang mencakup Selat Malaka dan Laut Andaman menunjukkan penurunan
produksi perikanan tangkap di laut yaitu dari 509.171 ton (2012) menjadi 475.489 ton (2013).
Sementara di WPP 572 Samudera Hindia sebelah Barat Sumatera dan Selat Sunda juga telah
terjadi penurunan produksi perikanan tangkap di laut yaitu dari 576.632 ton (2012) menjadi
575,091 ton (2013). Hasil serupa juga ditunjukkan dari angka catch per unit yang terus
mengalami penurunan pada rentang 2004-2011. Analisa tersebut menggambarkan realitas di
lapangan, di mana nelayan harus menempuh jarak yang lebih jauh dan mengeluarkan usaha
yang lebih besar untuk mendapat hasil tangkapan. Hal serupa ternyata juga terjadi di wilayah
Provinsi Sumatera Utara. Maka perlu adanya upaya pemetaan potensi dan upaya untuk
membangun perikanan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki wilayah perairan yang sangat luas
yang terdiri dari 17.508 pulau dengan panjang garis pantai 81.290 km. Luas wilayah laut
Indonesia sekitar 5.176.800 km2. Ini berarti luas wilayah laut Indonesia lebih dari dua
setengah kali luas daratannya.
Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah. Berbagai upaya dan
cara dilakukan oleh masyarakat dan negara untuk memanfaatkannya.
Pengelolaan sumberdaya perikanan umumnya didasarkan pada konsep “hasil
maksimum yang lestari” (Maximum Sustainable Yield) atau juga disebut dengan “MSY”.
Berangkat dari pengetahuan bahwa Indonesia merupakan produsen terbesar di dunia
maka sudah seharusnya, sektor perikanan tidak lagi dijadikan sektor ke sekian dari semua
sektor yang menunjang perekonomian Indonesia. Sektor perikanan harus didukung
perkembanganya, sehingga Indonesia benar-benar bisa menjadi sentra ikan di dunia.

B.SARAN
Sebaliknya sebagai seorang nelayan agar berangkat dari pengetahuan bahwa
Indonesia merupakan produsen terbesar di dunia maka sudah seharusnya, sektor perikanan
tidak lagi dijadikan sektor ke sekian dari semua sektor yang menunjang perekonomian
Indonesia. Sektor perikanan harus didukung perkembanganya, sehingga Indonesia benar-
benar bisa menjadi sentra ikan di dunia.
Daftar Pustaka

http://teukuseven6714.blogspot.co.id/2013/04/makalah-pengolahan-sumber-daya-ikan-di.html

https://rakkagilangandhika.wordpress.com/2013/11/14/makalah-perikanan-dan-kelautan/

http://azainul340.blogspot.co.id/2013/11/makalah-perikanan-perekonomian-indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai