Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENTINGNYA ILMU PENGETAHUAN BAGI KEMAJUAN BANGSA DI


BIDANG SUMBER DAYA KELAUTAN

DOSEN PEMBIMBING
Harmin, S.Pd., M.Pd.

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Bahasa Indonesia


Disusun Oleh:
Muh. Farhan Saputra (B1A120280)

UNIVERSITAS HALUOLEO
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
2020//2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada saya untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah saya dapat menyelesaikan makalah berjudul tepat waktu.
Makalah “ Pentingnya Ilmu Pengetahuan Bagi Kemajuan Bangsa Dibidang
Sumber Daya Kelautan” .

Saya menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini. Meski demikian dengan makalah ini saya sudah berusaha
semaksimal mungkin. Tapi kami yakin Makalah ini masih banyak kekurangan
disana-sini. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan juga kritik membangun
agar lebih maju di masa yang akan datang.

Saya harap, Makalah ini dapat menjadi referensi bagi saya dalam
mengarungi masa depan. Saya berharap agar Makalah ini dapat berguna bagi
orang lain yang membacanya.

Kendari, Januari 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR------------------------------------------------------------------ 1
DAFTAR ISI----------------------------------------------------------------------------- 2

BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG------------------------------------------------------------- 3
1.2 RUMUSAN MASALAH---------------------------------------------------------- 4
1.3 TUJUAN PENULISAN----------------------------------------------------------- 4
1.4 MANFAAT PENULISAN-------------------------------------------------------- 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA


2.1 TINJAUAN PUSTAKA----------------------------------------------------------- 5

BAB III PEMBAHASAN


3.1 POTENSI DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA KELAUTAN-------7
A. POTENSI DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA KELAUTAN-7
B. JENIS-JENIS SUMBER DAYA KELAUTAN-------------------------10
C. PEMANFAATAN SUMBER DAYA KELAUTAN-------------------11

BAB IV PENUTUP
KESIMPULAN-------------------------------------------------------------------------12
SARAN----------------------------------------------------------------------------------14

DAFTAR PUSTAKA------------------------------------------------------------------15

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan juga terjadi di bidang Sumber Daya


Kelautan (SDK) dan Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki berbagai
permasalahan pengelolaan sumber daya kelautan khususnya di perbatasan antar
negara. Beberapa pelanggaran batas laut negara yang telah ditetapkan melalui
zona ekonomi ekslusif (ZEE) tiap tahun marak terjadi. Misalnya penangkapan
ikan oleh nelayan asing, eksplorasi tambang di bawah laut oleh beberapa
perusahaan asing menyebabkan pencemaran laut di batas negara, dan minimnya
penggunaan iptek dalam pengelolaan sumber daya maritim di Indonesia. Hal ini
dikarenakan secara geografis dan sistem pemerintahannya memiliki kemiripan di
antara keduanya, meskipun Indonesia sebagai negara maritim terluas di dunia
memiliki tantangan lebih berat dari pada Norwegia yang secara geografis lebih
kecil dari Indonesia

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki


lebih dari 17.000 pulau besar dan kecil yang membentang dari Sabang hingga
Merauke dengan luas mencapai ±9 juta km2 . Luas tersebut terdiri atas luas
wilayah darat yang mencapai ±1,9 juta km2 dan luas wilayah laut sekitar ±7,9 juta
km2 . Hal ini menunjukkan bahwa daerah teritorial lautan Indonesia lebih luas
dibandingkan daerah teritorial daratan.

Dari dua pertiga wilayah Indonesia merupakan teritorial lautan yang sangat
berpotensi jika ditinjau dari aspek ekonomi, lingkungan, sosial budaya, serta
hukum dan keamanan. Potensi tersebut seperti: pembangunan industri
bioteknologi kelautan, perairan dalam, wisata bahari, energi kelautan, mineral
laut, pelayaran, pertahanan, serta industri maritim.

3
1.2 Rumusan Masalah

1. Menjelaskan Potensi dan Persoalan Pengelolaan Sumber Daya Kelautan


2. Menjelaskan Jenis dan Manfaat Sumber Daya Kelautan

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk Mengetahui Potensi Di Sumber Daya Kelautan
2. Agar Bisa Mengetahui Jenis dan Manfaat Sumber Daya Kelautan

1.4 Manfaat Penulisan


1. Agar pembaca mengetahui apa itu sumber daya kelautan.
2. Agar pembaca mengetahui pentingnya Sumber Daya Kelautan.
3. Agar para pembaca mengetahui Hal-hal yang mempengaruhi sumber Daya
Kelautan

4
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

TEORI TENTANG SUMBER DAYA KELAUTAN

Dalam undang-undang yang mengatur penegakan hukum di laut, dalam satu


undang-undang subyek pelakunya bisa lebih dari satu instansi. Keadaan ini bisa
memunculkan perbedaan persepsi kewenangan yang cenderung mengarah pada
ego instansional. Perbedaan tersebut sangat memungkinkan terjadinya
miskoordinasi yang pada akhimya menjadi tidak efisien dan efektifnya
penyelesaian permasalahan penegakan hukum dan keamanan di laut.

Demikian pula jika ditinjau dari kelembagaan, jumlah institusi atau instansi
maritim di Indonesia tergolong tinggi dibandingkan dengan banyak negara di
dunia. Indonesia memiliki 13 (tiga belas) RechtsVinding Online lembaga penegak
hukum di laut. Dari jumlah tersebut terdiri dari 6 (enam) lembaga yang
mempunyai satgas patrol dilaut dan 7 (tujuh) lembaga penegak hukum lainya
tidak memiliki satuan tugas patroldi laut. Lembaga penegak hukum yang memiliki
satgas patroli di laut adalah: TNI-AL; POLRI/Direktorat Kepolisian Perairan;
Kementrian Perhubungan-DIRJEN HUBLA; Kementrian Kelautan dan
PerikananDIRJEN PSDKP; Kementrian KeuanganDIRJEN BEA CUKAI; dan
Bakorkamla. Ke-enam lembaga penegak hukum tersebut, melaksanakan patroli
terkait dengan keamanan dilaut secara sektoral sesuai dengan kewenangan yang
dimiliki bedasarkan Peraturan Perundang-undangan masing-masing. Sedangkan
lembaga penegak hukum yang tidak memiliki satgas patroli di laut adalah:
Kementrian Pariwisata, Kementrian Kesehatan, Kementrian Lingkungan Hidup,
Kementrian Kehutanan,KementerianEnergi dan Sumber Daya Mineral, Badan
Narkotika Nasional, dan Pemerintah Daerah.

5
Wilayah laut yang luas dengan potensi sumberdaya yang menjanjikan, dan
banyaknya masyarakat nelayan yang terlibat, menempatkan perikanan menjadi
bidang dengan prospek yang menantang untuk dikembangkan secara lebih
proposional. Pembangunan perikanan termasuk budidaya laut perlu ditingkatkan,
baik sarana, prasarana, maupun sumberdaya manusianya sehingga potensi biota
laut dapat dimanfaatkan secara optimal, dengan tetap memperhatikan kelestarian
daya dukungnya. Pembangunan perikanan juga ditujukan untuk terwujudnya
industri perikanan yang mandiri didukung oleh usaha yang mantap dalam
pengelolaan, penangkapan, budidaya laut, pengolahan dan pemasaran hasilnya
sesuai dengan potensi lestari sekaligus meningkatkan taraf hidup nelayan.

Pembangunan perikanan laut bertujuan untuk dapat memanfaatkan sumber


daya secara optimal tanpa mengganggu kelestariannya serta diharapkan dapat
memberikan kesejahteraan pada masyarakat nelayan melalui tenaga kerja dan
dapat meningkatkan pendapatan negara melalui pajak pendapatan dan devisa dari
ekspor produknya. Dengan demikian diharapkan pemanfaatan sumber daya hayati
laut akan membuka kesempatan lapangan kerja dan bidang usaha baru.
Pemanfaatan sumber daya laut senantiasa didasarkan pada strategi berkelanjutan
(sustainable), dimana pemanfaatan dan pendayagunaannya harus memperhatikan
aspek pelestarian. Upaya pelestarian dimaksudkan untuk mengatur pemanfaatan
sumber daya laut dengan tetap memperhatikan daya dukungnya secara optimal.
Untuk itu perlu dilakukan pengusahaan yang tepat yang berorientasi pada potensi
lestari sumber kekayaan laut guna mencegah eksploitasi dan eksplorasi yang
berlebihan. Untuk maksud tersebut, informasi yang berkaitan dengan jumlah
tangkapan yang diperbolehkan (JTB) dan potensi (MSY) mempunyai peran
penting dalam perencanaan pembangunan perikanan. Jumlah kapal ikan yang
boleh beroperai di suatu perairan harus dihubungkan dengan keberadaan nilai JTB
dan potensinya (DAHURI et al., 1996). Jumlah JTB adalah sekitar 70-90% dari
total potensinya sesuai dengan kemampuan reproduksi jenis yang ditangkap.

6
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 POTENSI, JENIS DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA


KELAUTAN

A. POTENSI DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA KELAUTAN

Potensi sumberdaya wilayah laut Indonesia sangat berpeluang untuk


menjadi modal dasar upaya menyejahterakan rakyat, termasuk kekayaan
sumberdaya perikanan dan biota laut lainnya sebagai bahan pangan atau untuk
flora-fauna hias. Potensi lestari perikanan laut Indonesia ditaksir sekitar 6,4 juta
ton; potensi biodiversitas sebagai sumberdaya genetik atau bahan baku
farmaseutikal; sumberdaya minyak, gas, dan bahan tambang lainnya; potensi
sumber energi terbarukan; dan potensi kepariwisataan.

Isu pokok dalam pengelolaan sumberdaya kelautan dari dahulu (Morgan,


1982) sampai sekarang masih berkutat pada persoalan yang sama, yakni
penangkapan ikan yang tidak legal oleh nelayan asing, tindakan perusakan atau
ekploitasi berlebihan terhadap sumberdaya kelautan baik oleh nelayan lokal
maupun asing, pencemaran laut akibat aktivitas manusia, perusakan alat dan
fasilitas milik negara, penyelundupan, perdagangan ilegal di laut, dan sengketa
batas wilayah teritorial dengan negara tetangga maupun batas wilayah antar-
provinsi atau kabupaten.

Kompleksitas persoalan pengelolaan sumberdaya kelautan ini tidak


diimbangi dengan peningkatan kapasitas lembaga dan personel yang memadai,
serta regulasi dan kebijakan publik yang tegas dan implementatif. Berdasarkan
publikasi Morgan (1982) kapasitas Benyamin Lakitan | 6 armada dan personel
aparatur pengamanan laut Indonesia tergolong lebih baik dibandingkan dengan
beberapa negara ASEAN pada era 1970-an, namun sekarang peta kekuatan
tersebut di ASEAN telah berubah.

7
Dalam konsepsi wawasan Nusantara, wilayah laut adalah serambi depan
NKRI. Perbatasan Indonesia dengan negara tetangga lebih panjang di wilayah laut
dibandingkan dengan daratan. Tetapi kekuatan pertahanan dan keamanan
Indonesia saat ini masih sangat timpang. Kekuatan personel, sarana dan prasarana
untuk mengamankan wilayah laut masih sangat terbatas, jauh lebih kecil
dibandingkan dengan kekuatan di wilayah darat. Oleh sebab itu, tidak
mengherankan jika penangkapan ikan secara ilegal, penyelundupan, dan tindak
kriminal lainnya di wilayah laut masih sulit dikendalikan.

Selain persoalan lemahnya kapasitas pengamanan wilayah kelautan, saat


ini transportasi laut juga perlu mendapat perhatian, terutama terkait dengan cukup
tingginya frekuensi musibah sarana transportasi laut, baik angkutan orang maupun
barang. Faturachman dan Mustafa (2012) mengingatkan bahwa tingginya musibah
transportasi laut ini perlu menjadi perhatian semua pihak, tidak hanya pemilik
kapal atau perusahaan pelayaran, tetapi juga instansi dan aparatur pemerintah
yang berwenang, serta masyarakat luas. Penyebab utama musibah tersebut
umumnya terkait dengan kelebihan muatan.

Persoalan menurunnya potensi sumberdaya perikanan juga telah


dilaporkan oleh berbagai pihak pada beberapa wilayah perairan Indonesia,
misalnya untuk kawasan perairan Kepulauan Raja Ampat. Berdasarkan persepsi
nelayan lokal, populasi biota laut di kawasan Raja Ampat telah mengalami
penurunan (Ainsworth et al., 2008).

Wilayah konservasi laut Raja Ampat tentu perlu diproteksi, namun


keterbatasan sarana dan personel aparatur pengamanan laut di satu sisi dan maha
luasnya wilayah perairan NKRI di sisi lainnya, membuka alternatif bagi aktor lain
untuk berperan dalam upaya konservasi wilayah laut Indonesia. Botema dan Bush
(2012) mengevaluasi peran dan kinerja lembaga non-pemerintah dalam
melakukan konservasi wilayah laut yang dilindungi, yakni Yayasan Karang
Lestari dalam kegiatan restorasi karang di Pemuteran, pantai utara Bali dan

8
pengelola taman wisata laut di Gili Trawangan, Lombok. Evaluasi ini
menyimpulkan bahwa pihak swasta mampu meningkatkan kesadaran wisatawan

Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 (selanjutnya


disingkat UU No. 31/2004) tentang Perikanan, yaitu intinya menenkankan bahwa
pengelolaan perikanan tetap memperhatikan persyaratan atau standar internasional
yang berlaku serta pembinaan perizinan memperhaitkan kepentingan nasional dan
internasional. Permasalahan pokok yang dihadapi dalam pengelolaan sumberdaya
perikanan adalah kebijakan ekonomi selama ini cenderung lebih berpihak
terhadap kegiatan eksploitasi sumberdaya perikanan sehingga mengakibatkan
lemahnya kelembagaan pengelolaan dan penegakan hukum. Selain itu, penerapan
prinsip-prinsi pembangunan bekelanjutan ke dalam sistem, organisasi, maupun
program kerja pemerintahan, baik di pusat maupun di daerah masih belum
berjalan dengan baik. Oleh karenanya, salah satu perubahan Umdang-Undang
Nomor 9 Tahun 1985 tentang perikanan adalah masalah penegakan hukum, yang
dianggap merupakan hal yang sangat penting dan strategis dalam rangka
menunjang pembangunan perikanan secara terkendali dan sesuai dengan asas
pengelolaan perikanan. Oleh karenanya, peraturan perundang-undangan yang
mengatur pengelolaan sumberdaya kelautan harus mengurangi tumpang tindih
peraturan pengeusaan dan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan keselarasan
peran antara pusat dan daerah serta antar sektor. Pengaturan pengelolaan tersebut
juga merupakan instrumen hukum yang berfungsi preventif alam menjaga
ancaman terhadap kelestarian sumberdaya hayati laut, yang salah satu sumberdaya
terebut adalah sumberdaya perikanan laut. Menurut Dahuri bahwa beberapa faktor
utama yang mengancam kelestarian sumberdaya keaneragaman hayati laut
adalah :4 1. Pemanfaatan berlebih (over exploitation) sumberdaya hayati, 2.
penggunaan teknik dan peralatan penangkap ikan yang merusak lingkungan, 3.
perubahan dan degradasi fisik habitat, 4. pencemaran, 4 Dahuri, Rokhmin. 2003.
Keaneragaman Hayati Laut – Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia Jurnal
Ilmiah Ilmu Hukum QISTI 41 5. introduksi spesies asing, 6. konversi kawasan
lindung menjadi peruntukan pembanguna lainnya, dan 7. perubaham iklim global
serta bencana alam. Dalam pengaturan pengelolaan sumberdaya perikanan laut

9
tersebut perlunya pengaturan tentang keterlibatan masyarakat dalam bentuk
partisipasi dalam mengeksploitasi dan menjaga fungsi pelestarian sumberdaya
perikanan laut, misalnya tidak menangkap ikan dengan spesies tertentu yang
dianggap penting untuk menjamin kelestariannya, dengan menggunakan
eksploitasi secara selektif.

B. Jenis-Jenis Sumber Daya Laut

Secara umum, sumberdaya kelautan terdiri atas sumberdaya dapat pulih


(renewable resources), sumberdaya tidak dapat pulih (non-renewable resources),
dan jasa-jasa lingkungan kelautan (environmental services).

1. Sumberdaya dapat pulih terdiri dari berbagai jenis ikan, udang, rumput
laut, termasuk kegiatan budidaya pantai dan budidaya laut (mariculture).
2. Sumberdaya tidak dapat pulih meliputi mineral, bahan tambang/galian,
minyak bumi dan gas.
3. Sedangkan yang termasuk jasa-jasa lingkungan kelautan adalah pariwisata
dan perhubungan laut. Potensi sumberdaya kelautan ini belum banyak
digarap secara optimal, karena selama ini upaya kita lebih banyak terkuras
untuk mengelola sumberdaya yang ada di daratan yang hanya sepertiga
dari luas negeri ini.

10
C. Pemanfaatan Sumber Daya Kelautan

Laut juga termasuk yang banyak sekali memiliki berbagai sumber yang
bisa digunakan atau dimanfaatkan bagi manusia yang diantaranya seperti:

1. Sebagai Sumber Mineral

 Garam untuk dapat digunakan untuk keperluan seperti bahan masakan.


 Karbonat diambil dari sebangsa lumut ( potash )
 Fosfat berasal dari tulang-tulang ikan dan kotoran burung yang
makanannya ikan bisa dimanfaatkan untuk pupuk.
 Sumber minyak dilepas pantai bisa ditemukan dilaut Jawa, Sumatera,
Malaka. Laut Sulawesi dan Laut Cina Selatan.

2. Sebagai Sumber Daya Nabati

1. Rumput laut yang dibudidayakan di wilayah lautan dangkal bisa


digunakan untuk bahan pembuatan agar-agar.
2. Tumbuhan laut untuk makanan ikan, yaitu plankton, nekton,
phytoplankton dan benthos. Kehidupan didalam laut ternyata tidak banyak
berbeda dengan keadaan didarat, dilaut juga terdapat makhluk hidup yang
terdiri atas tumbuhan laut dan hewan laut

11
BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

Sedangkan lembaga penegak hukum yang tidak memiliki satgas patroli di


laut adalah: Kementrian Pariwisata, Kementrian Kesehatan, Kementrian
Lingkungan Hidup, Kementrian Kehutanan,KementerianEnergi dan Sumber Daya
Mineral, Badan Narkotika Nasional, dan Pemerintah Daerah.

Wilayah laut yang luas dengan potensi sumberdaya yang menjanjikan, dan
banyaknya masyarakat nelayan yang terlibat, menempatkan perikanan menjadi
bidang dengan prospek yang menantang untuk dikembangkan secara lebih
proposional.

Pembangunan perikanan juga ditujukan untuk terwujudnya industri


perikanan yang mandiri didukung oleh usaha yang mantap dalam pengelolaan,
penangkapan, budidaya laut, pengolahan dan pemasaran hasilnya sesuai dengan
potensi lestari sekaligus meningkatkan taraf hidup nelayan.

Potensi sumberdaya wilayah laut Indonesia sangat berpeluang untuk


menjadi modal dasar upaya menyejahterakan rakyat, termasuk kekayaan
sumberdaya perikanan dan biota laut lainnya sebagai bahan pangan atau untuk
flora-fauna hias.

Potensi lestari perikanan laut Indonesia ditaksir sekitar 6,4 juta ton;
potensi biodiversitas sebagai sumberdaya genetik atau bahan baku farmaseutikal;
sumberdaya minyak, gas, dan bahan tambang lainnya; potensi sumber energi
terbarukan; dan potensi kepariwisataan.

12
Isu pokok dalam pengelolaan sumberdaya kelautan dari dahulu (Morgan,
1982) sampai sekarang masih berkutat pada persoalan yang sama, yakni
penangkapan ikan yang tidak legal oleh nelayan asing, tindakan perusakan atau
ekploitasi berlebihan terhadap sumberdaya kelautan baik oleh nelayan lokal
maupun asing, pencemaran laut akibat aktivitas manusia, perusakan alat dan
fasilitas milik negara, penyelundupan, perdagangan ilegal di laut, dan sengketa
batas wilayah teritorial dengan negara tetangga maupun batas wilayah antar-
provinsi atau kabupaten.

Kompleksitas persoalan pengelolaan sumberdaya kelautan ini tidak


diimbangi dengan peningkatan kapasitas lembaga dan personel yang memadai,
serta regulasi dan kebijakan publik yang tegas dan implementatif.

Wilayah konservasi laut Raja Ampat tentu perlu diproteksi, namun


keterbatasan sarana dan personel aparatur pengamanan laut di satu sisi dan maha
luasnya wilayah perairan NKRI di sisi lainnya, membuka alternatif bagi aktor lain
untuk berperan dalam upaya konservasi wilayah laut Indonesia.

Botema dan Bush (2012) mengevaluasi peran dan kinerja lembaga non-
pemerintah dalam melakukan konservasi wilayah laut yang dilindungi, yakni
Yayasan Karang Lestari dalam kegiatan restorasi karang di Pemuteran, pantai
utara Bali dan pengelola taman wisata laut di Gili Trawangan, Lombok.

Pemanfaatan Sumber Daya Laut Laut juga termasuk yang banyak sekali
memiliki berbagai sumber yang bisa digunakan atau dimanfaatkan bagi manusia
yang diantaranya seperti: 1.

Kehidupan didalam laut ternyata tidak banyak berbeda dengan keadaan


didarat, dilaut juga terdapat makhluk hidup yang terdiri atas tumbuhan laut dan
hewan laut.

13
SARAN

Saya berharap dangan adanya pembuatan makalah ini masyarakat sekitar dapan
memberikan dampak yang baik bagi laut dan terus menjaga kelestarian laut agar
potensi yang di berikan oleh alaut terus meningkat dan selalu bermanfaat bagi
kehidupan manusia.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://oseanografi.lipi.go.id/dokumen/oseana_xxiv(4)1-9.pdf

EM Wulansari - Media Pembinaan Hukum Nasional, 2014 -


rechtsvinding.bphn.go.id

B Lakitan - Marine Biology, 2012 - academia.edu

https://www.dosenpendidikan.co.id/sumber-daya-laut/

http://lib.unnes.ac.id/31520/1/2101412115.pdf

15

Anda mungkin juga menyukai