Anda di halaman 1dari 15

KEMARITIMAN

“POTENSI SUMBER DAYA MASYARAKAT


PESISIR DAN KSNDALANYA”

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Nilai Mata Kuliah Kemaritiman Jurusan
Farmasi Fakulatas Olahraga Dan Kesehatan Universitas Negeri Gorontalo

Dosen:
Dr. Hamsidar Hasan, S. Si, M. Si, Apt

Disusun Oleh:

Nama : Sinta Dewi Maharani Tangahu


Nim 821322039
Kelas : B-D3 Farmasi 2022
Kelompok : I (Satu)

KEMARITIMAN
JURUSAN FARAMSI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS GORONTALO
2023
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas taufik dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah “Potensi Sumber Daya
Masyarakat Pesisir Dan Ksendalanya” ini. Shalawat serta salam senantiasa kita
sanjungkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat,
serta semua umatnya hingga kini. Dan semoga kita termasuk dari golongan yang
kelak mendapatkan syafaatnya.
Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada ibu
dosen dan semua pihak yang telah berkenan membantu pada tahap penyusunan
hingga selesainya makalah ini. Harapan kami semoga makalah yang telah tersusun
ini dapat bermanfaat sebagai salah satu rujukan maupun pedoman bagi para
pembaca, menambah wawasan serta pengalaman, sehingga nantinya saya dapat
memperbaiki bentuk ataupun isi makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Kami sadar bahwa kami ini tentunya tidak lepas dari banyaknya kekurangan,
baik dari aspek kualitas maupun kuantitas dari bahan penelitian yang dipaparkan.
Semua ini murni didasari oleh keterbatasan yang dimiliki kami. Oleh sebab itu,
kami membutuhkan kritik dan saran kepada segenap pembaca yang bersifat
membangun untuk lebih meningkatkan kualitas di kemudian hari.
Wassalamu’alaikum Warahamatullahi Wabarakatuh

Gorontalo, Maret 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2

1.1 Potensi Sumber Daya Kelautan Indonesia......................................................2

1.2 Pengelolaan Sumber Daya Kelautan Indonesia..............................................3

1.3 Upaya Pengelolaan yang Optimal Sumber Daya Kelautan Indonesia...........7

BAB III PENUTUP..............................................................................................11

1.4 Kesimpulan...................................................................................................11

1.5 Saran.............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Negara Indonesia memiliki wilayah laut sangat luas 5,8 juta km2 yang
merupakan tiga per empat dari keseluruhan wilayah Indonesia. Di dalam wilayah
laut tersebut terdapat sekitar 17.500 lebih dan dikelilingi garis pantai sepanjang
81.000 km, yang merupakan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah
Kanada. Fakta fisik inilah yang membuat Indonesia dikenal sebagai negara
kepulauan dan maritim terbesar di dunia.
Wilayah pesisir merupakan wilayah perairan antara darat dan laut yang
bagian lautnya masih dipengaruhi oleh aktivitas daratan, seperti sedimentasi dan
aliran air tawar, dan bagian datarannya masih dipengaruhi oleh aktifitas lautan
seperti pasang surut, angin laut, dan prebesan air asin.
Selain peran geopolitik, wilayah laut kita juga memiliki peran geoekonomi
yang sangat penting dan strategis bagi kejayaan dan kemakmuran bangsa
Indonesia. Sebagai negara kepulauan dan maritim terbesar di dunia, Indonesia
diberkahi Tuhan YME dengan kekayaan laut yang sangat besar dan beraneka-
ragam, baik berupa sumber daya alam terbarukan (seperti perikanan, terumbu
karang, hutan mangrove, rumput laut, dan produk-produk bioteknologi); sumber
daya alam yang tak terbarukan (seperti minyak dan gas bumi, emas, perak, timah,
bijih besi, bauksit, dan mineral lainnya); energi kelautan seperti pasang-surut,
gelombang, angin, dan OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion); maupun jasa-
jasa lingkungan kelautan seperti pariwisata bahari dan transportasi laut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja potensi sumber daya kelautan Indonesia?
2. Bagaimana pengelolaan sumber daya kelautan Indonesia?
3. Bagaimana upaya pengelolaan yang optimal sumber daya kelautan
Indonesia?

1
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Potensi Sumber Daya Kelautan Indonesia
1.1.1 Perikanan
Laut Indonesia memiliki luas lebih kurang 5,8 juta km persegi dengan garis
pantai sepanjang 81.000 km, dengan potensi sumber daya ikan diperkirakan
sebesar 6,4 juta ton per tahun yang tersebar di perairan wilayah Indonesia dan
perairan ZEEI (Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia), yang terbagi dalam sembilan
wilayah perairan utama Indonesia. Di samping itu terdapat potensi pengembangan
untuk (a) budidaya laut terdiri dari budidaya ikan (antara lain kakap, kerapu, dan
gobia), budidaya moluska (kerang-kerangan, mutiara, dan teripang), dan budidaya
rumput laut, dan (e) bioteknologi kelautan untuk pengembangan
industri bioteknologi kelautan seperti industri bahan baku untuk makanan, industri
bahan pakan alami, benih ikan dan udang, industri bahan pangan.
1.1.2 Pertambangan dan Energi
Potensi sumber daya mineral kelautan tersebar di seluruh perairan
Indonesia. Sumber daya mineral tersebut di antaranya adalah minyak dan gas
bumi, timah, emas dan perak, pasir kuarsa, monazite dan zirkon, pasir besi,
agregat bahan konstruksi, posporit, nodul dan kerak mangan, kromit, gas biogenik
kelautan, dan mineral hidrotermal.
1.1.3 Perhubungan Laut
Transportasi laut berperan penting dalam dunia perdagangan internasional
maupun domestik. Transportasi laut juga membuka akses dan menghubungkan
wilayah pulau, baik daerah sudah yang maju maupun yang masih terisolasi.
Sebagai negara kepulauan (archipelagic state), Indonesia memang amat
membutuhkan transportasi laut, namun, Indonesia ternyata belum memiliki
armada kapal yang memadai dari segi jumlah maupun kapasitasnya. Data tahun
2001 menunjukkan, kapasitas share armada nasional terhadap angkutan luar
negeri yang mencapai 345 juta ton hanya mencapai 5,6 persen. Adapun share
armada nasional terhadap angkutan dalam negeri yang mencapai 170 juta ton
hanya mencapai 56,4 persen. Kondisi semacam ini tentu sangat mengkhawatirkan

2
terutama dalam menghadapi era perdagangan bebas. Selain diperlukan suatu
kebijakan yang kondusif untuk industri pelayaran, maka peningkatan kualitas
SDM yang menangani transportasi sangatlah diperlukan.
Karena negara Indonesia adalah negara kepulauan maka keperluan sarana
transportasi laut dan transportasi udara diperlukan. Mengingat jumlah pulau kita
yang 17 ribu buah lebih maka sangatlah diperlukan industri maritim dan
dirgantara yang bisa membantu memproduksi sarana yang membantu kelancaran
transportasi antar pulau tersebut. Potensi pengembangan industri maritim
Indonesia sangat besar, mengingat secara geografis Indonesia merupakan negara
kepulauan yang terdiri dari ribuan pulau. Untuk menjangkau dan meningkatkan
aksesibilitas pulau dapat dihubungkan melalui peran dari sarana transportasi udara
(pesawat kecil) dan sarana transportasi laut (kapal, perahu, dan sebagainya).
1.1.4 Pariwisata Bahari
Indonesia memiliki potensi pariwisata bahari yang memiliki daya tarik bagi
wisatawan. Selain itu juga potensi tersebut didukung oleh kekayaan alam yang
indah dan keanekaragaman flora dan fauna. Misalnya, kawasan terumbu karang di
seluruh Indonesia yang luasnya mencapai 7.500 km2 dan umumnya terdapat di
wilayah taman laut. Selain itu juga didukung oleh 263 jenis ikan hias di sekitar
terumbu karang, biota langka dan dilindungi (ikan banggai cardinal fish, penyu,
dugong, dll), serta migratory species. Potensi kekayaan maritim yang dapat
dikembangkan menjadi komoditi pariwisata di laut Indonesia antara lain: wisata
bisnis (business tourism), wisata pantai (seaside tourism), wisata budaya (culture
tourism), wisata pesiar (cruise tourism), wisata alam (eco tourism), dan wisata
olah raga (sport tourism).
1.2 Pengelolaan Sumber Daya Kelautan Indonesia
Bila ditelaah, penurunan kualitas sumber daya alam dan lingkungan
disebabkan oleh dua faktor yaitu disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan
ekonomi (economic requirement) dan gagalnya kebijakan yang diterapkan (policy
failure). Peningkatan kebutuhan yang tak terbatas sering membuat tekanan yang
besar terhadap lingkungan dan sumber daya yang ada, kebutuhan akan
ketersediaan kayu memaksa kita untuk menebang hutan secara berlebihan dan

3
terjadinya illegal logging, kebutuhan transportasi untuk mobilitas dan mendukung
laju perekonomian juga sering menimbulkan dampak terhadap kerusakan
lingkungan seperti pencemaran udara, dan kejadian di laut di mana akibat
kebutuhan ekonomi memaksa nelayan melakukan kegiatan tangkap berlebih (over
fishing). Oleh karena itu percepatan pembangunan ekonomi sudah selayaknya di
barengi dengan ketersediaan sumber daya dan lingkungan yang lestari.
Di dalam memanfaatkan dan mengelola sumber daya kelautan dan
perikanan (SDKP), masyarakat telah mengembangkan berbagai jenis teknologi
penangkapan baik yang berskala tradisional maupun modern. Karena permintaan
pasar akan komoditi perikanan dan kelautan yang bernilai ekonomis penting,
perkembangan teknologi dan pola penangkapan masyarakat kadang kala kurang
memperhatikan aspek keberlanjutan SDKP. Penggunaan bom, potasium sianida
dan illegal fishing merupakan potret hitam aktivitas masyarakat di wilayah pesisir
dan kepulauan untuk memenuhi kebutuhan pasar baik lokal, regional dan
internasional. Implikasi dari kegiatan tersebut, terjadinya kerusakan lingkungan
dan menurunnya SDKP, misalnya kerusakan terumbu karang dan terjadinya over
fishing untuk berbagai jenis SDKP di dalam wilayah perairan Indonesia.
Selain kegiatan penangkapan, kegiatan budidaya pesisir dan laut pun
berkembang sangat pesat dalam tiga dekade terakhir di seluruh wilayah pesisir
dan pulau-pulau kecil di wilayah perairan Indonesia. Kegiatan budidaya tersebut
telah memacu pertumbuhan ekonomi masyarakat, namun di sisi lain, kegiatan
budidaya dapat pula menyebabkan kerusakan ekosistem pesisir dan pulau-pulau
kecil bila tidak memperhatikan aspek kelestarian lingkungan. Misalnya, perluasan
areal budidaya tambak di dalam kawasan mangrove merupakan salah satu
penyebab utama rusaknya ekosistem dan sumber daya mangrove di sebagian besar
wilayah pesisir Indonesia.
Padahal seharusnya pengelolaan perikanan memperhatikan mutu,
keanekaragaman, dan ketersediaan sumber daya perikanan baik untuk masa kini
maupun generasi yang akan datang, dalam konteks food security,
pengentasan kemiskinan, dan dalam rangka mewujudkan pembangunan
berkelanjutan (FAO: 1995). Di lain pihak, pengelolaan perikanan terkait juga

4
dengan ekosistem tempat sumber daya tersebut berada. Mencermati kondisi
tersebut, maka diperlukan adanya strategi pemanfaatan dan pengelolaan SDKP
secara berkelanjutan. Menurut FAO (1995), Monintja (1996) dan Arimoto, et al.,
(1999), sebagaimana dikutip oleh Amri (2006) karakteristik pemanfaatan sumber
daya hayati laut yang ramah lingkungan, meliputi:
2.2.1 Proses Penangkapan yang Dilakukan Ramah Lingkungan
Penangkapan ikan ramah lingkungan memiliki beberapa ciri antara lain:
a. Memiliki selektivitas yang tinggi;
b. Alat tangkap yang dioperasikan hanya menangkap target spesies dengan
ukuran tertentu;
c. Selektivitas alat tangkap bukan hanya terhadap ukuran tetapi juga
terhadap spesies;
d. Tidak merusak habitat/ekosistem, misalnya ekosistem terumbu karang;
e. Tidak membahayakan keanekaragaman hayati dan tidak menangkap
spesies yang dilindungi;
f. Tidak membahayakan kelestarian sumber daya ikan target;
g. Tidak membahayakan keselamatan dan kesehatan nelayan.
Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan agar bisa memenuhi
kriteria teknologi penangkapan ikan yang ramah lingkungan (Martasuganda,
2002) misalnya untuk jaring insang adalah sebagai berikut:
a. Melakukan seleksi terhadap ikan yang akan dijadikan target tangkapan atau
ikan layak tangkap baik dari jenis ikan dan ukurannya dengan membuat
desain dan konstruksi alat tangkap yang disesuaikan dengan jenis dan
ukuran dari habitat perairan yang akan dijadikan target tangkapan. Dengan
demikian diharapkan bisa meminimumkan hasil tangkapan sampingan yang
tidak diharapkan dari habitat perairan yang dilindungi;
b. Pengoperasian jaring insang di suatu kawasan perairan yang dioperasikan
pada siang hari, harus dilengkapi dengan pelampung tanda sedangkan untuk
yang dioperasikan pada malam hari, maka pelampung tanda sebaiknya
dilengkapi dengan cahaya (light bouy) atau pelampung cahaya yang

5
bertujuan agar kapal yang akan lewat bisa menghindari alat tangkap yang
dipasang;
c. Tidak memakai ukuran yang dilarang (berdasarkan SK; Menteri Pertanian
No. 607/KPB/UM/9/1976 butir 3, yang menyatakan bahwa mata jaring di
bawah 25 mm dengan toleransi 5% dilarang untuk dioperasikan;
d. Tidak melakukan kegiatan usaha penangkapan di perairan atau di daerah
penangkapan ikan yang sudah dinyatakan lebih tangkap (over fishing), di
daerah kawasan konservasi yang dilarang, di daerah penangkapan yang
dinyatakan tercemar dengan logam berat dan kawasan perairan lainnya yang
dinyatakan terlarang;
e. Tidak melakukan pencemaran yang akan mengakibatkan berubahnya
tatanan lingkungan sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat
berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Sebagai contoh tidak
membuang alat tangkap (jaring bekas atau potongan-potongan jaring) atau
benda lain (bahan bakar bekas pakai, seperti oli, bensin, dan bahan kimia
lainnya).
1.2.3 Volume Produksi tidak Berfluktuasi Drastis (Suplai Tetap)
Pemanfaatan sumber daya hayati dapat berkelanjutan jika volume produksi
dari suatu usaha yang dilakukan dapat memberikan suplai yang tetap, sehingga
dapat memberikan jaminan bagi sektor lain seperti pengolahan dan pemasaran.
1.2.4 Harga dan Pemasaran Terjamin
Dalam rangka mendorong pemanfaatan sumber daya hayati laut secara
berkelanjutan maka harus ada jaminan pemasaran dan harga hasil tangkapan yang
wajar. Fluktuasi harga yang terlalu tinggi atau tidak terjaminnya pasar akan
berdampak terhadap kelangsungan usaha.
1.2.5 Usaha Penangkapan Masih Menguntungkan
Potensi sumber daya ikan yang terdapat pada suatu perairan sangat
menentukan keuntungan suatu usaha penangkapan. Oleh sebab itu data dan
informasi yang akurat mengenai potensi sumber daya ikan di suatu kawasan
perairan sangatlah penting, termasuk spesies, habitat dan musimnya. Ketersediaan

6
informasi dan data tersebut akan meningkatkan efisiensi usaha penangkapan yang
akan dikembangkan.
1.2.6 Tidak Menimbulkan Konflik Sosial
Konflik sosial dalam bidang perikanan, khususnya penangkapan ikan
merupakan suatu gejala sosial yang sering ditemukan, disebabkan karena
perebutan sumber daya ikan yang jumlahnya terbatas.
1.2.7 Memenuhi Persyaratan Legal
Aspek legalitas merupakan hal penting dalam setiap usaha, termasuk usaha
penangkapan ikan. Adanya kepastian hukum dalam berusaha yang dilakukan oleh
para nelayan akan memberikan jaminan ketenangan dalam berusaha.
1.2.8 Minim Investasi
Investasi yang tinggi dalam pemanfaatan sumber daya laut cenderung akan
mengeksploitasi sumber daya alam, sehingga akan berdampak pada sektor lain.
1.2.9 Penggunaan Bahan Bakar Minyak yang Optimal
Bahan bakar minyak merupakan sumber daya energi yang sangat vital
dalam kegiatan penangkapan ikan. Naiknya harga bahan bakar minyak, khususnya
solar telah menyebabkan terpuruknya nelayan di wilayah perairan Indonesia.
1.3 Upaya Pengelolaan yang Optimal Sumber Daya Kelautan Indonesia
2.3.1 Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan berkelanjutan merupakan salah satu amanat dari pertemuan
bumi (Earth Summit) yang diselenggarakan tahun 1992 di Rio de Janeiro, Brazil.
Dalam forum global tersebut, pemahaman tentang perlunya pembangunan
berkelanjutan mulai disuarakan dengan memberikan definisi sebagai
pembangunan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan generasi sekarang
dengan tanpa mengabaikan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi
kebutuhannya. Pengelolaan sumber daya laut perlu diarahkan untuk mencapai
tujuan pendayagunaan potensi untuk meningkatkan kontribusi terhadap
pembangunan ekonomi nasional dan kesejahteraan pelaku pembangunan kelautan
khususnya, serta untuk tetap menjaga kelestarian sumber daya kelautan khususnya
sumber daya pulih dan kelestarian lingkungan.

7
2.3.2 Keterpaduan
Sifat keterpaduan dalam pembangunan kelautan menghendaki koordinasi
yang mantap, mulai tahapan perencanaan sampai kepada pelaksanaan dan
pemantauan serta pengendaliannya. Untuk itu , dibutuhkan visi, misi, strategi,
kebijakan dan perencanaan program yang mantap dan dinamis. Melalui koordinasi
dan sinkronisasi dengan berbagai pihak baik lintas sektor maupun sub sektor,
tentu dengan memperhatikan sasaran, tahapan dan keserasian antara rencana
pembangunan kelautan nasional dengan regional, diharapkan diperolah keserasian
dan keterpaduan perencanaan dari bawah (bottom-up) yang bersifat mendasar
dengan perencanaan dari atas (top-down) yang bersifat policy, sebagai suatu
kombinasi dan sinkronisasi yang lebih mantap.
Keterpaduan dalam pengelolaan sumber daya kelautan meliputi (1)
keterpaduan sektoral yang mensyaratkan adanya koordinasi antar sektor dalam
pemanfaatan sumber daya kelautan, (2) keterpaduan pemerintahan melalui
integrasi antara penyelenggara pemerintahan antar level dalam sebuah konteks
pengelolaan kelautan tertentu, (3) keterpaduan spasial yang memberikan arah
pada integrasi ruang dalam sebuah pengelolaan kawasan laut, (4) keterpaduan
ilmu dan manajemen yang menitikberatkan pada integrasi antar ilmu dan
pengetahuan yang terkait dengan pengelolaan kelautan, dan (5) keterpaduan
internasional yang mensyaratkan adanya integrasi pengelolaan pesisir dan laut
yang melibatkan dua atau lebih negara, seperti dalam konteks transboundary
species, high migratory species maupun efek polusi antar ekosistem.
1.3.3 Desentralisasi Pengelolaan
Dari 400-an lebih kabupaten dan kota di Indonesia, maka 240-an lebih
memiliki wilayah laut. Memperhatikan hal ini maka dalam bagian kesungguhan
mengelola kekayaan laut diharapkan stabilitas politik di negara kita dapat
ditingkatkan, penegakan hukum dapat segera dilaksanakan sehingga segala upaya
dalam pembangunan SDM, pembangunan ekonomi dapat memperoleh hasil yang
optimal. Budaya negeri kita paternalistis, sehingga perilaku pemimpin nasional
dan daerah, perilaku pejabat pusat dan daerah akan menjadi refleksi masyarakat
luas. Usaha pemberian otonomi yang nyata dan bertanggung jawab dalam urusan

8
pemerintahan dan pembangunan merupakan isu pemerintahan yang lebih santer di
masa-masa yang akan datang. Proses perencanaan dan penentuan kebijaksanaan
pembangunan yang sekarang masih nampak sentralistis di pemerintahan pusat
kiranya perlu didorong untuk mendesentralisasikan ke daerah-daerah.
Selain itu, peranan daerah juga sangat besar dalam proses pemberdayaan
masyarakat untuk ikut serta secara aktif dalam proses pembangunan, termasuk di
dalamnya pembangunan wilayah pesisir dan lautan. Namun peran tersebut masih
perlu ditingkatkan di masa mendatang mengingat peranan sumber daya pesisir dan
lautan dalam pembangunan di masa mendatang makin penting. Peranan daerah
juga makin penting, terutama apabila dikaitkan dengan pembinaan kawasan, baik
yang berkaitan dengan pemanfaatan dan perlindungan sumber daya alam maupun
masyarakat di daerah, terutama yang berada di kawasan pesisir, yang
kehidupannya sangat tergantung pada lingkungan di sekitarnya (lingkungan
pesisir dan lautan).
Daerah juga harus dapat meningkatkan peranannya melalui pembinaan
dunia usaha di daerah untuk mengembangkan usahanya di bidang kelautan.
Artinya proses pemberdayaan bukan hanya diperuntukkan bagi masyarakat pesisir
atau masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada sektor kelautan (nelayan),
tetapi juga para usahawan (misalnya perikanan) mengantisipasi potensi pasar
dalam negeri maupun luar negeri yang cenderung meningkat. Di sektor lain,
misalnya budidaya laut juga merupakan potensi untuk mendorong pembangunan
baik secara nasional maupun untuk kepentingan masyarakat pesisir.
Secara empiris, tren menuju otonomisasi pengelolaan sumber daya kelautan
ini pun di beberapa negara sudah teruji dengan baik. Contoh bagus dalam hal ini
adalah Jepang. Dengan panjang pantai kurang lebih 34.590 km dan 6.200 pulau
besar kecil, Jepang menerapkan pendekatan otonomi melalui mekanisme “coastal
fishery right” yang terkenal itu. Dalam konteks ini, pemerintah pusat hanya
memberikan “basic guidelines” dan kemudian kebijakan lapangan diserahkan
kepada provinsi atau kota melalui FCA (Fishebry Cooperative Association).
Dengan demikian, terdapat mozaik pengelolaan yang bersifat site-spesific
menurut kondisi lokasi di wilayah pengelolaan masing-masing.

9
1.3.4 Pengelolaan Berbasis Masyarakat
Pendekatan pembangunan termasuk dalam konteks sumber daya kelautan,
sering kali meniadakan keberadaan organisasi lokal (local organization).
Meningkatnya perhatian terhadap berbagai variabel lokal menyebabkan
pendekatan pembangunan dan pengelolaan beralih dari sentralisasi ke
desentralisasi yang salah satu turunannya adalah konsep otonomi pengelolaan
sumber daya kelautan. Dalam konteks ini pula, kemudian konsep CBM
(community based management) dan CM (Co-Management) muncul sebagai
“policy bodies” bagi semangat ”kebijakan dari bawah” (bottom up policy) yang
berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam. Hal ini diarahkan sesuai dengan
tujuan pengelolaan sumber daya kelautan yang dilakukan untuk mencapai
kesejahteraan bersama sehingga orientasinya adalah pada kebutuhan dan
kepentingan masyarakat sehingga tidak hanya menjadi objek, melainkan subjek
pengelolaan.

1
BAB III
PENUTUP
1.4 Kesimpulan

1. Laut Indonesia memiliki luas lebih kurang 5,8 juta km2 dengan garis pantai
sepanjang 81.000 km, dengan potensi sumber daya ikan diperkirakan
sebesar 6,4 juta ton per tahun yang tersebar di perairan wilayah Indonesia
dan perairan ZEEI (Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia), yang terbagi dalam
sembilan wilayah perairan utama Indonesia.
2. Di dalam memanfaatkan dan mengelola sumber daya kelautan dan
perikanan (SDKP), masyarakat telah mengembangkan berbagai jenis
teknologi penangkapan baik yang berskala tradisional maupun modern.
Karena permintaan pasar akan komoditi perikanan dan kelautan yang
bernilai ekonomis penting, perkembangan teknologi dan pola penangkapan
masyarakat kadang kala kurang memperhatikan aspek keberlanjutan SDKP.
3. Pengelolaan sumber daya laut perlu diarahkan untuk mencapai tujuan
pendayagunaan potensi untuk meningkatkan kontribusi terhadap
pembangunan ekonomi nasional dan kesejahteraan pelaku pembangunan
kelautan khususnya, serta untuk tetap menjaga kelestarian sumber daya
kelautan khususnya sumber daya pulih dan kelestarian lingkungan.
1.5 Saran
Perlunya berbagai pihak berperan aktif dalam perencanaan pengelolaan
sumber daya kelautan Indonesia.

1
DAFTAR PUSTAKA

http://kurniapuspita-potensi-sumber-laut-ind.blogspot.co.id

http://ajmainhalta.blogspot.co.id/2012/11/makalah-tentang-pengelolaan-
sumberdaya.html

https://doc.lalacomputer.com/makalah-potensi-dan-pengelolaan-sumber-daya-
kelautan-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai