Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“Potensi dan Mitigasi Bencana di Laut”

OLEH :

KELOMPOK II (DUA)
KELAS B-S1 FARMASI 2022

1. Moh.Abdul Ghali Saputra (821422052)


2. Ni Wayan Selviani (821422026)
3. Nur Fitrah Ramdawati Daud (821422033)
4. Bur Fadhilah Laurina (821422039)
5. Yukrania Basri (821422045)

DOSEN PENGAMPU
apt. Faradila Ratu Cindana Mo’o, S.Farm., M.Farm.

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan penulisan makalah
dengan judul “Potensi dan Mitigasi Bencana di Laut” dengan sebaik-baiknya.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi
salah satu tugas pada mata kuliah Kemaritiman.
Dalam proses penyusunan makalah ini pasti menjumpai hambatan, namun
berkat dukungan dari berbagai pihak, akhirnya kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami ingin
menyampaikan terima kasih kepada pihak yang membantu. Besar harapan kami,
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua orang yang membacanya dan dapat
membantu teman-teman yang lain dikemudian hari. Akhir kata, kami memohon
maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan.

Gorontalo, Mei 2023

Kelompok II

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Potensi Maritim.........................................................................................3
2.2 Mitigasi Bencana.......................................................................................4
2.3 Jurnal.........................................................................................................6
BAB III PENUTUP..............................................................................................11
3.1 Kesimpulan..............................................................................................11
3.2 Saran........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Luas lautan dibandingkan luas daratan di dunia mencapai kurang lebih 70
berbanding 30, sehingga menjadi tantangan tersendiri bagi negara-negara di dunia
yang memiliki kepentingan laut untuk memajukan maritimnya. Seiring
perkembangan lingkungan strategis, peran laut menjadi signifikan serta dominan
dalam mengantar kemajuan suatu negara. Indonesia dikenal sebagai negara
maritim dengan potensi sumber daya laut yang melimpah.
Maritim merujuk kepada kata maritime yang berasal dari bahasa Inggris
yang berarti navigasi atau maritim. Pemahaman maritim yaitu segala aktifitas
pelayaran dan perniagaan yang berhubungan dengan kelautan atau biasa disebut
dengan pelayaran niaga. Berdasarkan terminologi maritim berarti ruang/wilayah
permukaan laut yang terdapat kegiatan seperti pelayaran, lalu lintas, jasa-jasa
kelautan, dan lain sebagainya.
Kemaritiman menjadi sangat penting bagi kelanjutan pertumbuhan dan
perkembangan bangsa Indonesia. Sebagaimana diketahui, dua periga atau 63%
wilayah Indonesia adalah laut, dengan panjang 81.000 km. Laut merupakan
potensisumber daya maritim yang sangat kaya. Sebagai negara kepulauan terbesar
di dunia. Indonesia memiliki wilayah laut seluas 5,8 juta km² yang terdiri dari
wilayah teritorial sebesar 3,1 juta km² dan wilayah ZEEI 2,7 juta km², mempunyai
17.480 pulau dan memiliki garis pantai sepanjang 95.181 km. Dengan potensi
yang sedemikian besar, secara otomatis terkandung keanekaragaman sumber daya
alam laut baik hayati maupun non hayati menjadikan sektor kelautan sebagai
penunjang perekonomian penting bagi Indonesia.
Berdasarkan latar belakang diatas, oleh karena itu dirasa perlu untuk
membahas tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di sektor maritim.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja potensi dan mitigasi bencana dilaut?

1
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui potensi dan mitigasi bencana dilaut

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Potensi Maritim
2.1.1 Potensi Maritim
Indonesia secara geografis merupakan sebuah negara kepulauan dengan
dua pertiga luas lautan lebih besar daripada daratan. Hal ini bisa terlihat dengan
adanya garis pantai di hampir setiap pulau di Indonesia (± 81.000 km) yang
menjadikan Indonesia menempati urutan kedua setelah Kanada sebagai negara
yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia. Kekuatan inilah yang merupakan
potensi besar untuk memajukan perekonomian Indonesia.
Indonesia sangat potensial menjadi negara maritim dengan kekayaan laut
dan pulau yang dimilikinya. Potensi ekonomi maritim Indonesia terdiri dari
kekayaan laut yang berupa sumber daya alam yang dapat diperbarui seperti
perikanan, terumbu karang, hutan mangrove, rumput laut, dan produk-produk
bioteknologi. Selanjutnya ada sumber daya alam yang tak dapat diperbarui seperti
minyak dan gas bumi, timah, bijih besi, bauksit, dan mineral lainnya. Terdapat
juga potensi energi kelautan; pasang-surut, gelombang, angin, dan OTEC atau
Ocean Thermal Energy Conversion.
Potensi perikanan tangkap Indonesia sebesar 6,5 juta ton/tahun, sekitar 8
persen dari total potensi produksi lestari ikan laut dunia (90 juta ton/ tahun). Lebih
dari itu, Indonesia memiliki keanekaragaman genetik, spesies, maupun ekosistem
laut tertinggi di dunia yang dikenal sebagai mega-marine biodiversity. Secara
potensial, nilai ekonomi total dari produk perikanan dan produk bioteknologi
kelautan Indonesia diperkirakan sekitar Rp984 triliun per tahun.
Hampir 70 persen produksi minyak dan gas bumi berasal dari kawasan
pesisir dan laut. Berdasarkan data geologi diketahui Indonesia memiliki 60
cekungan potensi yang mengandung minyak dan gas bumi. Dari seluruh cekungan
tersebut diperkirakan mempunyai potensi sebesar 11,3 miliar barel yang terdiri
atas 5,5 miliar barel cadangan potensial dan 5,8 miliar barel berupa cadangan
terbukti. Selain itu diperkirakan cadangan gas bumi adalah 101,7 triliun kaki

3
kubik yang terdiri dari cadangan terbukti 64,4 triliun dan cadangan potensial
sebesar 37,3 triliun kaki kubik.
Untuk potensi ekonomi bisnis jasa perhubungan laut diperkirakan sekitar
Rp168 triliun per tahun. Sejak akhir abad ke-20 pusat kegiatan ekonomi dunia
telah bergeser dari Poros Atlantik ke Poros Asia-Pasifik. Hampir 70 persen total
perdagangan dunia berlangsung di antara negara-negara di Asia-Pasifik. Lebih
dari 75 persen dari barang-barang yang diperdagangkan ditransportasikan melalui
laut, terutama melalui Selat Malaka, Selat Lombok, Selat Makasar, dan laut
Indonesia lainnya dengan nilai sekitar Rp15.600 kuadriliun setiap tahunnya.
Adapun potensi Maritim lainnya yaitu: Industri Bioteknologi kelautan,
perairan dalam (deep ocean water), wisata bahari, energi kelautan, mineral laut
pelayaran, pertahanan, serta indutri maritim.
2.2 Mitigasi Bencana
2.2.1 Pengertian mitigasi bencana
Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko
bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana (Pasal 1 ayat 6 PP No 21 Tahun 2008
Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana).
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis.
2.2.2 Jenis – jenis bencana alam dan penyebabnya
Bencana berdasarkan sumbernya dibagi menjadi tiga, yaitu:
• Bencana alam, adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa oleh alam
• Bencana nonalam, adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa nonalam

4
• Bencana sosial, adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa oleh manusia
Bencana alam juga dapat dikelompokkan sebagai berikut:
• Bencana alam meteorologi (hidrometeorologi). Berhubungan dengan
iklim. Umumnya tidak terjadi pada suatu tempat yang khusus
• Bencana alam geologi. Adalah bencana alam yang terjadi di permukaan
bumi seperti gempa bumi, tsunami, dan longsor
Penyebab bencana alam di Indonesia :
• Posisi geografis Indonesia yang diapit oleh dua samudera besar
• Posisi geologis Indonesia pada pertemuan tiga lempeng utama dunia
(Indo-Australia, Eurasia, Pasifik)
• Kondisi permukaan wilayah Indonesia (relief) yang sangat beragam
2.2.3 Tujuan dan kegiatan mitigasi
Tujuan mitigasi bencana :
• Mengurangi dampak yang ditimbulkan, khususnya bagi penduduk Sebagai
landasan (pedoman) untuk perencanaan pembangunan
• Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam menghadapi serta
mengurangi dampak/resiko bencana, sehingga masyarakat dapat hidup dan
bekerja dengan aman
Beberapa kegiatan mitigasi bencana di antaranya:
• Pengenalan dan pemantauan risiko bencana
• Perencanaan partisipatif penanggulangan bencana
• Pengembangan budaya sadar bencana
• Penerapan upaya fisik, nonfisik, dan pengaturan penanggulangan bencana
• Identifikasi dan pengenalan terhadap sumber bahaya atau ancaman
bencana
• Pemantauan terhadap pengelolaan sumber daya alam
• Pemantauan terhadap penggunaan teknologi tinggi
• Pengawasan terhadap pelaksanaan tata ruang dan pengelolaan lingkungan
hidup

5
Robot sebagai perangkat bantu manusia, dapat dikembangkan untuk turut
melakukan mitigasi bencana. Robot mitigasi bencana bekerja untuk mengurangi
resiko terjadinya bencana.
Contoh robot mitigasi bencana diantaranya:
• Robot pencegah kebakaran
• Robot pendeteksi tsunami
• Robot patroli/pemantau rumah atau gedung
Berdasarkan siklus waktunya, kegiatan penanganan bencana dapat dibagi 4
kategori:
1. Kegiatan sebelum bencana terjadi (mitigasi)
2. Kegiatan saat bencana terjadi (perlindungan dan evakuasi)
3. Kegiatan tepat setelah bencana terjadi (pencarian dan penyelamatan)
4. Kegiatan pasca bencana (pemulihan atau penyembuhan da perbaikan atau
rehabilitasi)
2.2.4 Upaya dalam mitigasi bencana
Contoh upaya dalam mitigasi bencana
Mitigasi Bencana Tsunami adalah sistem untuk mendeteksi tsunami dan
memberi peringatan untuk mencegah jatuhnya korban. Ada dua jenis sistem
peringatan dini tsunami, yaitu:
• Sistem peringatan tsunami internasional
• Sistem peringatan tsunami regional
2.3 Jurnal
Judul: Potensi Beberapa Jenis Rumput Laut Sebagai Bahan Pangan
Fungsional, Sumber Pigmen dan Antioksidan Alami
2.3.1 Pendahuluan
Indonesia sebagai negara maritim yang luas mempunyai keanekaragaman
jenis rumput laut yang tinggi sehingga memberikan peluang yang besar untuk
usaha eksplorasi senyawa bioaktif, di antaranya: pigmen dan antioksidan. Pigmen
rumput laut selain berfungsi sebagai pewarna, juga mempunyai banyak manfaat
bagi kesehatan. Komposisi senyawa bioaktif, teristimewa pigmen rumput laut
yang sangat bervariasi memberikan keunikan tersendiri yang hingga saat ini

6
belum banyak terungkap (Basir et al. 2017; Arifianti et al 2017: Rehoran et al
2017: Merdekawati dan Susanto 2009).
Menurut Doty (2020), klasifikasi dari rumput laut spesies Eucheuma
spinosum adalah sebagai berikut.
Reqnum : Animalia
Divisi : Thallophyta
Kelas : Rhodophyceae
Ordo : Nemastomales
Famili : Rhodophyllidaceae
Gambar 2.3
Genus : Eucheuma Rumput Laut
Spesies : Eucheuma spinosum (Eucheuma spinosum)

Potensi rumput laut yang sangat luas mendorong dilakukannya penelitian


mengenai manfaatnya sebagai sumber. pigmen dan antioksidan alami yang dapat
diaplikasikan pada produk pangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan
kandungan pigmen dan aktivitas antioksidan G. salicornia, T. decurens dan H.
macrolaba yang berasal dari perairan Sulawesi Utara, Indonesia. Antioksidan
merupakan senyawa yang mampu menghambat oksidasi molekul lain. Mekanisme
kerja antioksidan terdiri dari menangkap radikal bebas, menghambat inisiasi
rantai, menghambat dekomposisi peroksida, mencegah berlanjutnya abstraksi
hidrogen, daya reduksi dan pengikatan katalis ion logam transisi (Vinayak et al
2010 Naidu et al. 2013).
Kebutuhan akan pangan fungsional saat ini semakin meningkat sejalan
dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan manfaatnya untuk kesehatan.
Pangan dapat dikembangkan sebagai pangan fungsional salah satunya yang
mengandung PUFA, serat dan antioksidan tinggi. Kecukupan diet yang
direkomendasikan RDA (Recommedded Dietary Alowance) untuk pemenuhan
antioksidan tidak ada, namun untuk mencukupi kebutuhan antioksidan tubuh
dianjurkan mengonsumsi setengah porsi buah dan sayur dalam hidangan makanan
utama (IFT 2011). Konsumsi vitamin C untuk mengurangi risiko penyakit
jantung, stroke dan kanker pada individu sehat yang direkomendasikan RDA
adalah sebesar 120 mg/hari (LPI 2016). Produk pigmen atau yang biasa disebut

7
green food, dapat berfungsi sebagai pangan fungsional atau suplemen yang kaya
akan nutrisi dan serat alami, maupun sebagai obat untuk kanker, detoksifikasi dan
luka bakar
2.3.2 Metode Penelitian
1 Preparasi sampel
Alga laut G. salicornia, T. decurens dan H. macroloba diambil di Perairan
Sulawesi. Utara Desa Arakan Kabupaten Minahasa. Selatan. Sampel dicuci
dengan air laut sambil mengeluarkan ephypita, kotoran dan kerang- kerangan.
Sampel dibawa ke laboratorium, dicuci dengan air mengalir, setelah itu ditiriskan
lalu dikeringkan menggunakan kipas angin pada temperatur ruang selama 3-5
hari. Sampel yang sudah kering digiling menggunakan blender sampai menjadi
bubuk, kemudian disimpan dalam ruang gelap.
2 Ekstraksi pigmen
Proses ekstraksi pigmen dilakukan mengacu pada Sudhakar et al. (2013)
dengan modifikasi. Sampel sebanyak 50 g dimaserasi menggunakan pelarut
aseton dan etanol dengan perbandingan 1:10 selama 72 jam dalam ruang gelap,
diulang sebanyak 3 kali sampai sampel menjadi tidak berwarna. Masing-masing
ekstrak rumput laut disaring kemudian diuapkan menggunakan vacuum rotary
evaporator dengan suhu 40°C. Ekstrak dimasukkan dalam botol gelap, ditutup dan
disimpan pada suhu-15°C.
3 Analisis kandungan pigmen Identifikasi kandungan pigmen ekstrak
aseton dan etanol masing-masing rumput laut menggunakan UV-visible
spektrofotometer melalui pembacaan pada panjang gelombang spesifik sesuai
jenis pigmen. Metode analisis kadar klorofil a menggunakan panjang gelombang
663 dan 645 nm, total klorofil menggunakan panjang gelombang 645 dan 663 nm,
klorofil CI+ C2 menggunakan panjang gelombang 630 dan 664 nm. karotenoid
menggunakan panjang gelombang 480 dan 510 nm. fukosantin mengunakan
panjang gelombang 470: 631; 581 dan 664 nm,
4 Analisis kadar total fenol
Analisis kadar total fenol pada penelitian ini mengacu pada Devi et al.
(2008) dengan modifikasi. Ekstrak sebanyak 0.1 g dilarutkan dalam metanol 10

8
mL didiamkan selama. semalam, lalu ditambahkan 1 ml larutan Folin-Ciocalteau
50%, divortex selama 5 menit, ditambahkan I mL Na,CO, 7%, kemudian
diinkubasi selama 30 menit setelah itu diukur absorbansinya dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 750 nm. Pengulangan dilakukan
sebanyak 3 kali. Kadar total fenol diekspresikan dalam ug gallic acid equivalents
(GAE)/g ekstrak kering.
5 Analisis aktivitas peredam radikal DPPH
Analisis aktivitas antioksidan menggunakan DPPH mengacu pada Devi et
al. (2008) dengan modifikasi. Ekstrak rumput laut sebanyak 0,5 ml. ekstrak (0,2-8
mg/ml.) ditambahkan 2 ml larutan DPPH dalam metanol (93 uM), divortex,
dinkubasi dalam ruangan. gelap selama 30 menit. Kontrol positif menggunakan
BHT (0,05-0,2 mg/ml). Pengukuran absorbansinya dilakukan dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 517 nm.
6 Analisis data
Penelitian ini menggunakan ulangan sebanyak 3 kali. Data yang diperoleh
dipresentasikan dalam nilai rata-rata dan standar deviasi (±SD) dalam bentuk
Tabel atau Gambar. Data diolah menggunakan Microsoft exel 2010 secara
deskriptif.
2.3.3 Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian kandungan pigmen ekstrak aseton dan etanol G salicornia,
T decurens dan H. macroloba (Tabel 1) menunjukkan bahwa alga hijau H.
macrolobat mempunyai kadar tertinggi untuk semua jenis pigmen, klorofil C1+C2
merupakan pigmen dengan kadar tertinggi, dengan nilai masing- masing pada
ekstrak aseton dan etanol sebesar 1.85:10,53 dan 6,2310,12 mg/g berat kering.
Burtin (2003) menyatakan bahwa selain pigmen utama yang berupa klorofil, algal
hijau juga mempunyai pigmen asesoris, yaitu. karotenoid. Karotenoid utama pada
alga hijau di antaranya B-karoten, lutein, violaxanthin, antheraxanthin,
zeaxanthin, dan neoxanthin. Ekstrak aseton rumput laut merah G. salicornia
mempunyai kadar fikoeritrin tertinggi (1,08 0,08 g/g berat kering) dibandingkan
dengan T decurens dan H. macroloba, Sanger et al. (2017) melaporkan bahwa

9
kadar fikoeritrin ini lebih tinggi dari rumput laut merah Halimenia durvilae
(0,48±0.02 µg/g).
2.3.4 Kesimpulan
G. salicornia, T decurens dan H. macrolaba dapat dijadikan sumber
pigmen alami dan antiokdiadan alami. Ekstrak aseton dan etanol H. macroloba
rata-rata mempunyai kandungan tertinggi semua jenis pigmen, dengan pigmen
tertinggi adalah klorofil C1+C2. Ekstrak aseton G. salicornia mempunyai kadar
total fenol tertinggi (72,224 6,01 pgGAE/g).

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mitigasi adalah upaya yang memiliki sejumlah tujuan yakni untuk
mengenali risiko, penyadaran akan risiko bencana, perencanaan penanggulangan,
dan sebagainya. Bisa dikatakan, mitigasi bencana adalah segala upaya mulai dari
pencegahan sebelum suatu bencana terjadi sampai dengan penanganan usai suatu
bencana terjadi.
Indonesia sangat potensial menjadi negara maritim dengan kekayaan laut
dan pulau yang dimilikinya. Potensi ekonomi maritim Indonesia terdiri dari
kekayaan laut yang berupa sumber daya alam yang dapat diperbarui seperti
perikanan, terumbu karang, hutan mangrove, rumput laut, dan produk-produk
bioteknologi.
Dengan adanya potensi dan kekayaan alam Indonesia yang luar biasa,
wilayah nusantara menjadi surga riset ilegal kapal asing. Tujuannya tidak lain
adalah untuk kepentingan perusahaan, lembaga atan negara yang ingin menguasai
bumi khatulistiwa.
3.2 Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu,
kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan
makalah selanjutnya.

11
DAFTAR PUSTAKA
Acoh CC, Min BD. 2008. Food Lipid Chemistry. In Nutrition Biotechnology.

New York (AS): Marcel Dekker Inc. Arifianti AE, Anwar E, Nurjanah N. 2017.
Penghambat tyrosinase dan aktifitas antioxidan bubuk rumput laut segar
dan kering Sargasum plagyophyllum. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan
Indonesia. 2(3): 488-493.

Burtin P. 2003. Nutritional value of seaweeds electron. Journal Environmental


Agricultural and Food chemistry 2: 498-

503. Chandini SK, Ganesan P. Bhaskar N. 2008. In vitro antioxidant activities of


three selected brown seaweeds of India. Food- Chemistry. 107: 707-713.

Chakraborty K, Praveen NK, Vijayan KK, Rao GS. 2013. Evaluation of phenolic
contents and antioxidant activities of brown seaweeds belonging to
Turbinaria spp. (Phaeophyta. Sargassaceae) collected from Gulf of Mannar
Asian Pacific. Journal of Tropical Biomedicine 3(1): 8-16.

Jiménez R, Dorta F, Medina C, Ramirez A,Ramirez 1, Peña-Cortés H. 2011. Anti-


phytopathogenic activities of macro-algaeextracts. Marine Drugs 9(5): 123-
131.

Kumar SR, Hosokawa M, Miyashita K. 2013. Fucoxanthin: A marine carotenoid.


exerting anti-cancer effects by affecting multiple mechanisms. Marine
Drugs.11:225-231.

Kim MS. Kim JYW. Choi H. Lee SS, 2008.Effects of seaweed supplementation
on blood glucose concentration lipid profile and antioxidant enzyme
activities in patients with type 2 diabetes mellitus. Nutrition Practice.
Summer 2(2): 62-67.

Luthfiyana N, Nurjanah, Mala N. Effionora A, Hidayat T. 2017. Karakterisasi


sediaan krim tabir surya dari bubur rumput laut Eucheuma cottoni dan
Sargassum sp. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. 19(3): 183-195

Anda mungkin juga menyukai