Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah guna memenuhi tugas

mata kuliah Wawasan Kemaritiman berjudul “POTENSI DAN MITIGASI BENCANA DI

LAUT”. Makalah ini membahas tentang Laut, Bencana Laut dan Mitigasi Laut. Dalam

menyelesaikan makalah ini telah dilakukan untuk mencapai hasil yang maksimum, tetapi

dengan keterbatasan wawasan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan yang dimiliki,

penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Penulis berharap tulisan ini

dapat memberikan manfaat, khususnya bagi penulis pribadi dan mahasiswa pada umumnya.

Semoga pembahasan yang dikemukakan dapat menjelaskan setiap materi dengan baik,

sehingga dapat diterima dan dimengerti oleh pembaca. Oleh karena itu saran dan kritik yang

membangun dibutuhkan untuk memperbaiki dan meningkatkan tulisan selanjutnya.

                                                                                    Kendari, 21 November 2020

                                                                                                Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. 1

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................ 3

1.2 Tujuan ......................................................................................... 5

1.3 Rumusan Masalah ..................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Laut ............................................................................... 6

2.2 Bencana di laut ............................................................................ 7

2.3 Mitigasi Bencana Di Laut................................................................. 8

2.4 Upaya Pemerintah dalam Mengantisipasi Bencana terutama Bencana

di Laut.................................................................................................. 10

BAB III PENUTUP

5.1 Kesimpulan.................................................................................. 22

5.2 Saran............................................................................................ 23

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

 Sejarah pertumbuhan kota dan permukiman di Indonesia menunjukkan

bahwamasyarakat pada umumnya menempati lokasi di pesisir ataupun di pinggir sungai,

karenatidak dapat dipungkiri bahwa air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Hal

tersebut juga terjadi karena Indonesia merupakan negara kepulauan di mana Sebagian

wilayahnya adalah perairan, sehingga banyak masyarakat Indonesia yang memilih tinggal di

wilayah pesisir. Wilayah pesisir juga memiliki keragaman potensi sumber daya alam yang

tinggi, dan sangat penting bagi perkembangan sosial, ekonomi, budaya, dan juga pariwisata.

Namun, masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui bahayanya tinggal di pesisir pantai

atau di pinggir sungai. Tinggal di pesisir pantai memiliki potensi bahaya terkena bencana

alam, salah satunya adalah bencana tsunami. Tsunami dapat disebabkan oleh longsor di

bawah laut, erupsi letusan gunung berapi, gempa bumi berskala besar, atau gangguan besar

lainnya di dasar laut sehingga menyebabkan adanya gelombang raksasa yang merambat

sangat cepat dan melanda ke daratan. Tsunami yang terjadi di Indonesia sebagian besar

disebabkan oleh gempa-gempa tektonik yang muncul karena aktivitas pergerakan lempeng

tektonik di sepanjang daerah subduksi dan daerah seismik aktif lainnya. Dengan wilayah

yang sangat dipengaruhi oleh pergerakan lempeng tektonik, berbagai wilayah pesisir di

Indonesia berpotensi mengalami bencana tsunami.

Tercatat beberapa sejarah tsunami yang pernah melanda Indonesia yaitu tsunami di Laut

Banda pada tahun 1674 yang mengakibatkan lebih dari 2000 korban meninggal dunia. Erupsi

Gunung Krakatau yang akhirnya menyebabkan tsunami di sekitar Selat Sunda sampai Jawa

dan Sumatera pada tahun 1883 dan menyebabkan lebih dari 30.000 orang meninggal dunia.

Pada tahun 1992, terjadi tsunami di Flores yang menewaskan lebih dari 2000 orang. Lalu

3
tsunami terbesar yang menyebabkan sekitar 250.000 orang meninggal dunia yaitu tsunami di

Aceh pada tahun 2004. Di Pangandaran, pernah terjadi tsunami pada tahun 2006 dan

menewaskan kurang lebih 670 orang, 65 orang hilang dannlebih dari 9.000 orang luka-luka.

Kemudian pada tahun 2018 terjadi tsunami di Palu pada bulan September yang menewaskan

lebih dari 3000 orang. Pada bulan Desember di Selat Sunda terjadi erupsi Gunung Anak

Krakatau yang menimbulkan tsunami sehingga menewaskan lebih dari 400 orang, dan lebih

dari 7.000 orang luka-luka. Selain kerugian karena banyaknya korban jiwa, terdapat juga

kerugian karena terguncangnya psikologis para korban yang selamat dari bencana tsunami.

Tidak hanya itu, kerugian materi yang mencapai miliaran hingga triliunan rupiah juga

menjadi salah satu yang paling merugikan, yaitu kehilangan tempat tinggal, infrastruktur,

sarana publik, dan yang lainnya. Jika daerah yang terjadi tsunami merupakan daerah

pariwisata pantai, maka akan lebih banyak kerugian yang terjadi terutama dalam hal materi,

karena jumlah wisatawan yang berkunjung akan menurun dan merugikan industri pariwisata.

Karena kerugian dan korban yang begitu banyak akibat bencana tsunami, maka hal ini

menjadi salah satu permasalahan besar dan tugas bagi setiap negara untuk meminimalisir

dampak kerusakan dan jumlah korban jiwa yang diakibatkan oleh bencana alam tersebut. Di

samping itu, pemikiran penanggulangan bencana juga harus dipahami dan diimplementasikan

oleh semua pihak. Menyikapi hal tersebut, pemerintah telah mengeluarkan Undang Undang

Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana, dan membentuk

lembaga sebagai pengarah dan juga pelaksana penanggulangan bencana yaitu Badan Nasional

Penanggulangan Bencana (BNPB). Namun, karena Indonesia merupakan negara yang sangat

luas, jumlah penduduk yang tidak merata di setiap pulau dan daerahnya, juga fasilitas

pendidikan dan fasilitas public yang berbeda di setiap wilayah, menyebabkan pengetahuan

dan kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana alam menjadi tidak merata pada setiap

penjuru daerah di Indonesia.

4
1.2 Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :

 Mahasiswa dapat mengetahui pengertian Laut

 Mahasiswa dapat mengetahui Bencana ada di laut.

 Mahasiswa dapat mengetahui Mitigasi bencana di laut.

 Mahasiswa dapat mengetahui Upaya Pemerintah dalam Mengantisipasi Bencana

terutama Bencana di Laut

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah yang

akan diteliti yaitu sebagai berikut :

 Apa yang dimaksud dengan Laaut ?

 Apa saja bencana di laut ?

 Apa dan bagaimana Mitigasi bencana di laut dilaut?

 Apa Saja Upaya Pemerintah dalam Mengantisipasi Bencana terutama Bencana

di Laut

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Laut

Laut adalah kumpulan air asin yang sangat luas yang memisahkan benua yang satu dengan

benua yang lainnya, dan juga memisahkan pulau yang satu dengan yang lainnya. Laut adalah

kumpulan air asin dalam jumlah yang banyak dan luas yang menggenangi dan membagi

daratan atas benua atau pulau. Air laut merupakan campuran dari 96,5% air murni dan 3,5%

material lainnya seperti garam-garaman, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik dan partikel-

partikel tak terlarut. Sifat-sifat fisis utama air laut ditentukan oleh 96,5% air murni (Tahar,

2007).

Laut memiliki peranan yang sangatpenting dalarn mengontrol iklim di bumi dengan panas

dari daerah ekuator menuju ke kutub. Tanpa peranan laut, hamper keseluruhan planet bumi

akan menjadi terlalu dingin bagi manusia untuk hidup. Air Iaut bergerak seeara terus-

menerus mengelilingi

. Indonesia mempunyai perairan laut yang lebih luas dari pada daratan,oleh karena itu

Indonesia di kenal sebagai negara maritim. Perairan lautIndonesia kaya akan berbagai biota

laut baik flora maupun fauna.Sumber air terbanyak di bumi ini adalah air laut, namun untuk

sampai pada tahap penggunaan sehari-hari tidak bisa langsung digunakan harusmelalui

pengolahan terlebih dahulu, mengingat salinitas air laut sangat tinggi.HYDRO sea water

membran dapat mengubah air laut dengan salinitas tinggimenjadi air tawar untuk penggunaan

sehari-hari

Macam-Macam/ Jenis-Jenis Laut:Jenis/Macam Laut Berdasarkan Sebab Terjadinya:

6
1. Laut Ingresi: Adalah laut yang terjadi karena penurunan dasar laut dengankedalaman

200 meter lebih.2.

2. Laut Transgresi: Adalah laut yang terjadi karena terjadi peninggian permukaan air

laut yang memiliki kedalaman kurang dari 200 meter.3.

3. Laut Regresi: Adalah laut yang ada karena proses sedimentasi lumpurdaratan yang

masuk ke laut akibat erosi daratan.Jenis/Macam Laut Berdasarkan Letak Laut:1.

4. Laut Tepi: Adalah laut yang ada di tepi benua.2.

5. Laut Pedalaman: Adalah laut yang dikelilingi oleh daratan benua yanghampir

seluruhnya terkepung benua.3.

6. Laut Tengah: Adalah laut yang ada di tengah-tengah antara benua.Jenis/Macam Laut

Berdasarkan Kedalaman Laut:1.

7. Laut Zona Litoral: Adalah laut yang berada di batas antara garis pasangsurut air laut

yang bisa kering dan bisa tergenang air laut.2.

8. Laut Zona Neritik: Adalah laut yang mempunyai kedalaman kurang dari200 meter.3.

9. Laut Zona Batial: Adalah laut yang memiliki kedalaman laut antara 200hingga 1800

meter.4.

10. Laut Zona Abisal: Adalah laut yang memiliki kedalaman yang lebih dari1800 meter

2.2.  Bencana Laut

7
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia selain memiliki kekayaan sumber daya

alam pesisir yang melimpah, juga memiliki potensi bencana alam yang sangat tinggi (Dahuri,

1996). Seluruh bencana alam tersebut mengancam masyarakat yang bermukim dan

menggantungkan hidupnya di pesisir, dan berdampak buruk bagi ekosistem pesisir.

a. Definisi Bencana

Menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana

menyebutkan definisi bencana sebagai berikut: Bencana adalah peristiwa atau rangkaian

peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang

disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga

mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda,

dan dampak psikologis. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bencana adalah

suatu peristiwa yang disebabkan oleh factor alam maupun factor non alam yang dapat

mengancam jiwa manusia serta kerusakan lingkungan.

b. Jenis – jenis Bencana

Jenis -jenis bencana menurut Undang-Undang No.24 Tahun 2007, antara lain :

1) Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian

peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung

meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.

2) Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian

peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi,

epidemi, dan wabah penyakit.

3) Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian

peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok

atau antarkomunitas masyarakat, dan teror ( UU RI, 2007).

1. Berdasarkan penyebabnya bencana alam terbagi tiga (3), yaitu :

8
1. Bencana alam geologis adalah bencana alam yang disebabkan oleh gaya-gaya dari

dalam bumi. Contohnya Gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi,

longsor/gerakan tanah, abrasi

2. Bencana alam klimatologis adalah bencana alam yang disebabkan oleh perubahan

iklim, suhu atau cuaca. Contohnya Banjir, banjir bandang, angin puting beliung,

kekeringan.

3. Bencana alam ekstra-terestrial, yaitu bencana alam yang disebabkan oleh gaya atau

energi dari luar bumi. Contohnya infek/ hantaman/ benda dari luar angkasa.

C. Potensi Bencana di Laut

Adapun potensi bencana yang dapat terjadi di laut, antara lain sebagai berikut:

1. Tsunami. Tsunami berasal dari bahasa jepang yaitu tsu = gelombang, dan name =

pelabuhan. Secara harfiah tsunami berarti gelombang/pasang laut besar dipelabuhan.

Dalam ilmu kebumian terminologi ini dikenal dan baku secara umum. Secara singkat

tsunami dapat dideskripsikan sebagai gelombang laut dengan periode panjang yang

ditimbulkan oleh suatu gangguan impulsif yang terjadi pada medium laut.

2. Gelombang Badai Yaitu Gelombang yang terbentuk oleh angin yang sangat kuat

Dengan Kecepatan angin lebih dari 91 Km/jam, Tinggi gelombang 7 meter – 30

meter, Berbahaya bagi pelayaran dan pemukiman /bangunan di pantai serta Dapat

menyebabkan abrasi pantai. Contoh : Badai, typhoon / hurricane, La Nina, El nino

3. Kenaikan Permukaan Laut adalah suatu peristiwa yang menimbulkan naiknya

permukaan air laut ke pesisir pantai kerena beberapa faktor.

4. El Nino dan La Nina. El-Nino adalah fenomena dimana terjadi peningkatan suhu

permukaan laut yang biasanya dingin yang menyebabkan upwelling dan biasaya kita

indikasikasikan dengan kekeringan pada daerah tersebut, sedangkan La-Nina adalah

9
fenomena dimana terjadi pendingginan suhu permukaan laut akibat menguatnya

upwellig dan biasanya kita indikasikan dengan banjir pada daerah tersebut.

5. Abrasi Pantai yaitu Pengikisan (erosi) pantai oleh pukulan gelombang laut yang terus

menerus terhadap dinding pantai. Hingga saat ini luas areal yang hilang dari Brebes

hingga Rembang mencapai lebih 4.000 (ha). Rata-rata daratan yang terseret arus laut

5-30 meter per tahun. Abrasi itu mengakibatkan rusak dan hilangnya hutan bakau

(mangrove), perkebunan rakyat, areal pertambakan, dan permukiman penduduk yang

berada di bibir pantai (WWF).t laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam)

yang tinggi dengan ion CI- mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena

suhunya tinggi dan penguapan besar. Di daerah tropik, suhu laut sekitar 25°C.

Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi.

Di daerah dingin, suhu air laut merata sehingga air dapat bercampur, maka daerah

permukaan laut tetap subur dan banyak plankton serta ikan. Gerakan air dari pantai ke tengah

menyebabkan air bagian atas turun ke bawah dan sebaliknya, sehingga memungkinkan

terbentuknya rantai makanan yang berlangsung balk. Habitat laut dapat dibedakan

berdasarkan kedalamannya dan wilayah permukaannya secara horizontal.

2.3 Mitigasi Laut

Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui

pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman

bencana (UU No 4 Tahun 2008). Mitigasi bencana merupakan langkah yang sangat perlu

dilakukan sebagai suatu titik tolak utama dari manajemen bencana. Sesuai dengan tujuan

utamanya, yaitu mengurangi dan/atau meniadakan korban dan kerugian yang mungkin

timbul, maka titik berat perlu diberikan pada tahap sebelum terjadinya bencana, yaitu

terutama kegiatan penjinakan/peredaman atau dikenal dengan istilah mitigasi

Mitigasi bencana dapat diartikan sebagai upaya sistemik untuk mengurangi risiko
bencana baik secara struktural maupun non struktural (Coburn, et al. 1994). Mitigasi
10
struktural meliputi upaya fisik yang dilakukan untuk mengurangi risiko bencana, antara lain
sistem peringatan dini, pembangunan pemecah ombak, peredam abrasi, penahan sedimentasi
(groin),
Penanganan bencana (disaster management) merupakan proses yang dinamis,
terpadu dan berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas langkah-langkah yang berhubungan
dengan serangkaian kegiatan yang meliputi pencegahan (preventive), mitigasi,
kesiapsiagaan (preparedness), tanggap darurat, evakuasi, rehabilitasi dan pembangunan
kembali (reconstruction). Sedangkan mitigasi adalah merupakan tindakan-tindakan untuk
mengurangi atau meminimalkan potensi dampak negatif dari suatu bencana. Penanganan
bencana menjadi penting dan mendesak untuk dilaksanakan secara efektif dan efisien .
Sedangkan kegiatan mitigasi merupakan salah satu bagian dari kegiatan penanganan
bencana yang difokuskan untuk mengurangi potensi dampak yang mungkin ditimbulkan
oleh bencana yang diprediksikan akan terjadi di masa datang..

Ada empat hal penting dalam mitigasi bencana, yaitu :


a. tersedia informasi dan peta kawasan rawan bencana untuk tiap jenis bencana;
b. sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat dalam
menghadapi bencana, karena bermukim di daerah rawan bencana;
c. mengetahui apa yang perlu dilakukan dan dihindari, serta mengetahui cara penyelamatan
diri jika bencana timbul, dan
d. pengaturan dan penataan kawasan rawan bencana untuk mengurangi ancaman bencana.

a. Jenis – Jenis Mitigasi Bencana di Laut

1) Mitigasi Tsunami

Indonesia terletak pada zona batas empat lempeng bumi yang sangat aktif sehingga memiliki

aktivitas tektonik dan vulkanik yang sangat tinggi, oleh karena itu Indonesia mempunyai

banyak zona-zona patahan aktif dan sebaran gunung api. Sebagian patahan dan gunung api

berada di bawah laut sehingga kejadian gempa dan letusan gunung apinya berpotensi

membangkitkan tsunami. Selain dua sumber utama tsunami ini, peristiwa longsoran bawah

laut yang sering dipicu oleh kejadian gempa dan letusan gunung api juga dapat menimbulkan

tsunami.
11
Berdasarkan sumber dan jarak pembangkitannya tsunami dapat dibagi menjadi tsunami jarak

jauh (far-field tsunami) yang posisi sumbernya berjarak lebih dari 1000 km dan melewati

pinggiran paparan benua, tsunami regional (regional tsunami) dengan sumber berjarak antara

100 km sampai dengan 1000 km dan tsunami lokal (near field tsunami) yang dibangkitkan di

dalam paparan benua dengan jarak sumber kurang dari 100 km.. Bahaya tsunami dan

kerusakan yang ditimbulkan tergantung pada kondisi morfologi pantai yang didatanginya.

Elevasi maksimum rayapan bergantung pada paras muka laut (pasut) saat waktu tsunami

mencapai pantai, tsunami kecil yang terjadi pada saat pasang tinggi dapat menjangkau

elevasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan tsunami yang lebih besar yang tiba pada saat

surut terendah. Kondisi pasut sangat penting untuk dikaji dan dipertimbangkan dalam

menganalisis tinggi jangkauan rayapan tsunami di suatu daerah.

Untuk menghindari bencana tsunami perlu upaya untuk tidak mempertemukan unsur bahaya

dan kerentanan dengan cara: (i) Menjauhkan kerentanan terhadap bahaya, misalnya

memindahkan penduduk ke tempat yang aman dari bahaya; (ii) Mereduksi bahaya sampai

sekecil mungkin, sehingga bahaya tidak menerjang suatu kerentanan, misalnya pembangunan

tembok penahan tsunami. Kedua opsi ini terkadang sangat sulit untuk dilakukan karena

menimbulkan permasalahan sosial serta memerlukan biaya tinggi; kemudian (iii) Mereduksi

bahaya serta menaikan kapasitas dari suatu kerentanan dengan cara adaptif atau akomodatif

menggunakan menejemen risiko bencana.

Penanganan struktural untuk tsunami meliputi sistem perlindungan pantai dengan

membangun tembok penahan ombak berupa breakwater, seawall, dan pintu air yang dikenal

sebagai hard protection, dan perlindungan dengan menggunakan vegetasi pantai (mangrove

dan coastal forest), sand dune dan terumbu karang atau dikenal sebagi soft protection.

Penanganan non-struktural meliputi: undang-undang dan peraturan pemerinatah; penegakan

hukum; organisasi pemerintah dan non pemerintah yang terkait dengan penanganan bencana

12
(PMI, ambulans dan tenaga medis, pemadam kebakaran, Karang Taruna dan lain lain);

penyediaan peta bahaya dan risiko tsunami, serta peta jalur evakuasi; konsep penataan ruang

yang akrab bencana tsunami, sistem peringatan dini (TEWS), pendidikan masyarakat, serta

penyiapan fasilitas-fasilitas penyangga hidup (life line).

b) Gelombang Badai

Gelombang badai terjadi menyusul terjadinya badai atau tiupan angin yang sangat kencang di

lautan (fenomena meteorologi), tinggi gelombangnya dapat mencapai belasan meter di daerah

dekat sumber angin, dan gelombang terus berlangsung selama angin bertiup dan reda

bersama dengan redanya tiupan angin. Berkaitan dengan mekanisme pencetusannya,

fenomena gelombang badai ini hanya terjadi pada waktu-waktu tertentu yang berkaitan

dengan musim angin tertentu, dan hanya akan melanda lokasi-lokasi tertentu pula.

Fenomena gelombang badai muncul berkaitan dengan fenomena meteorologi berupa tiupan

angin yang kemungkinan waktu terjadinya relatif teratur sepanjang tahun sesuai dengan

perubahan musim. Dengan demikian, prediksi atau peringatan dini akan terjadinya

gelombang badai lebih mudah dilakukan dari pada prediksi atau peringatan dini tsunami.

c) Kenaikan Permukaan Laut

Meningkatnya emisi gas-gas rumah kaca seperti karbondioksida (CO2), metana (CH4),

dinitrooksida (N2O) dan chlorofluorokarbon (CFC) ke atmosmer bumi telah menimbulkan

efek rumah kaca (green house effect) yang menyebabkan terperangkapnya radiasi matahari

yang dipantulkan oleh permukaan bumi di dalam atmosfer, mengakibatkan temperatur

permukaan bumi dan atmosfer terus bertambah sampai mencapai keseimbangan baru. Jumlah

panas yang masuk dan keluar atmosfer tidak berubah, tetapi jumlah panas yang tersimpan di

bumi dan atmosfer semakin meningkat sehingga menaikkan temperatur permukaan bumi dan

atmosfer.

13
Dalam usaha untuk memperkecil dampak dari kenaikan permukaan laut terdapat tiga strategi

adaptif yaitu: retreat (mundur), accomodation (akomodasi) dan protection (proteksi). Strategi

mundur adalah meninggalkan daerah yang rentan genangan akibat kenaikan permukaan laut

dan melakukan kembali penataan ruang, strategi akomodasi adalah melakukan adaptasi

terhadap perubahan lingkungan akibat genangan misalnya dengan membuat rumah panggung,

memodifikasi drainase dan lain lain, sementara strategi proteksi adalah tindakan defensif

untuk melindungi daerah pesisir terhadap rendaman, intrusi air laut dan hilangnya sumber

daya alam akibat naiknya permukaan air laut. Strategi proteksi dilakukan dengan membangun

tanggul (dikes) atau dinding pelindung pantai (seawall)

d) El-Nino dan La-Nina

El-Nino, menurut sejarahnya adalah sebuah fenomena yang teramati oleh para penduduk atau

nelayan Peru dan Ekuador yang tinggal di pantai sekitar Samudera Pasifik bagian timur

menjelang hari natal (Desember). Fenomena yang teramati adalah meningkatnya suhu

permukaan laut yang biasanya dingin. Fenomena ini mengakibatkan perairan yang tadinya

subur dan kaya akan ikan (akibat adanya upwelling atau arus naik permukaan yang membawa

banyak nutrien dari dasar) menjadi sebaliknya.. Di kemudian hari para ahli juga menemukan

bahwa selain fenomena menghangatnya suhu permukaan laut, terjadi pula fenomena

sebaliknya yaitu mendinginnya suhu permukaan laut akibat menguatnya upwelling.

Kebalikan dari fenomena ini selanjutnya diberi nama La-Nina.

El-Nino adalah fenomena dimana terjadi peningkatan suhu permukaan laut yang biasanya

dingin yang menyebabkan upwelling dan biasaya kita indikasikasikan dengan kekeringan

pada daerah tersebut dan La-Nina adalah fenomena dimanaterjadi pendingginan suhu

permukaan laut akibat menguatnya upwellig dan biasanya kita indikasikan dengan banjir

pada daerah tersebut.

14
Untuk menggulangi La-Nina hal yang harus dilakukan adalah pembuatan waduk, restorasi /

reboisasi hutan yang gundul untuk memperluas resapan air, dan penertiban pembuangan

sampah di daerah sungai

e) Abrasi pantai

Secara detail penyebab abrasi pantai dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Penurunan Permukaan Tanah. (Land Subsidence)

Pemompaan Air tanah yang berlebihan untuk keperluan industri dan air minum di wilayah

pesisir akan menyebabkan penurunan tanah terutama jika komposisi tanah pantai sebagian

besar terdiri dari lempung/lumpur karena sifat-sifat fisik lumpur /lepung yang mudah berubah

akibat perubahan kadar air. Akibat penurunan air tanah adalah berkurangnya tekanan air pori.

Hal ini mengakibatkan penggenangan dan pada gilirannya meningkatkan erosi dan abrasi

pantai. Hal ini menunjukkan bahwa potensi penurunan tanah cukup besar dan memberikan

kontribusi terhadap genangan (rob) pada saat air laut pasang.

b. Kerusakan Hutan Mangrove

Hutan Mangrove merupakan sumberdaya yang dapat pulih (sustaianable resources) dan

pembentuk ekosistem utama pendukung kehidupan yang penting di wilayah pesisir.

Mangrove memiliki peran penting sebagai pelindung alami pantai karena memiliki perakaran

yang kokoh sehingga dapat meredam gelombang dan menahan sedimen. Ini artinya dapat

bertindak sebagai pembentuk lahan (land cruiser). Sayangnya keberadaan hutan mangrove ini

sekarang sudah semakin punah karena keberadaan manusia yang memanfaatkan kayunya

sebagai bahan bakar dan bahan bangunan.

c. Kerusakan akibat gaya-gaya hidrodinamika gelombang

Orientasi pantai yang relatif tegak lurus atau sejajar dengan puncak gelombang dominan. Hal

ini memberikan informasi bahwa pantai dalam kondisi seimbang dinamik. Kondisi

gelombang yang semula lurus akan membelok akibat proses refrksi/difraksi dan shoaling.

15
Pantai akan menanggai dengan mengorientasikan dirinya sedemikian rupa sehingga tegak

lurus arah gelombang atau dengan kata lain terjadi erosi dan deposisi sedimen sampai terjadi

keseimbangan dan proses selanjutnya yang terjadi hanya angkutan tegak lurus pantai (cros

shore transport)

d. Kerusakan akibat sebab alam lain

Perubahan iklim global dan kejadian ekstrim misal terjadi siklon tropis. Faktor lain adalah

kenaikan permukaan air laut akibat pemanasan global (efek rumah kaca) yang mengakibatkan

kenaikan tinggi gelombang

e. Kerusakan akibat kegiatan manusia yang lain

• Penambangan Pasir di perairan pantai

• Pembuatan Bangunan yang menjorok ke arah laut

• Pembukaan tambak yang tidak memperhitungkan keadaan kondisi dan lokasi

Untuk menanggulangi atau mencegah terjadinya abrasi pantai yaitu :

1) Pelestarian terumbu karang

Terumbu karang juga dapat berfungsi mengurangi kekuatan gelombang yang sampai ke

pantai. oleh karena itu perlu pelestarian terumbu karang dengan membuat peraturan untuk

melindungi habitatnya. ekosistem terumbu karang, padang lamun, mangrove dan vegetasi

pantai lainnya merupakan pertahanan alami yang efektif mereduksi kecepatan dan energi

gelombang laut sehingga dapat mencegah terjadinya abrasi pantai. jika abrasi pantai terjadi

pada pulau-pulau kecil yang berada di laut terbuka, maka proses penenggelaman pulau akan

berlangsung lebih cepat.

2) Melestarikan tanaman bakau/mangrove

Fungsi dari tanaman bakau yaitu untuk memecah gelombang yang menerjang pantai dan

memperkokoh daratan pantai, selain untuk mempertahnakan pantai, mangrove juga berfungsi

sebagai tempat berkembangbiakan ikan dan kepiting.

16
3) Melarang penggalian pasir pantai

Pasir pantai yang terus menerus diambil akan mengurangi kekuatan pantai.

4) Sedangkan pada pantai yang telah atau akan mengalami abrasi, akan dibuatkan

pemecah ombak atau talud untuk mengurangi dampak dari terjangan ombak, tindakan ini

sering juga disebut tindakan pencegahan secara teknis.

2.4 Upaya Pemerintah dalam Mengantisipasi Bencana terutama Bencana di Laut

1. KEBIJAKAN

Berbagai kebijakan yang perlu ditempuh dalam mitigasi bencana antara lain :

a. Dalam setiap upaya mitigasi bencana perlu membangun persepsi yang sama bagi semua

pihak baik jajaran aparat pemerintah maupun segenap unsur masyarakat yang ketentuan

langkahnya diatur dalam pedoman umum, petunjuk pelaksanaan dan prosedur tetap yang

dikeluarkan oleh instansi yang bersangkutan sesuai dengan bidang tugas unit masing-masing.

b. Pelaksanaan mitigasi bencana dilaksanakan secara terpadu terkoordinir yang melibatkan

seluruh potensi pemerintah dan masyarakat.

c. Upaya preventif harus diutamakan agar kerusakan dan korban jiwa dapat diminimalkan.

d. Penggalangan kekuatan melalui kerjasama dengan semua pihak, melalui pemberdayaan

masyarakat serta kampanye.

2. STRATEGI

Untuk melaksanakan kebijakan dikembangkan beberapa strategi sebagai berikut:

a. Pemetaan.

Langkah pertama dalam strategi mitigasi ialah melakukan pemetaan daerah rawan

bencana. Pada saat ini berbagai sektor telah mengembangkan peta rawan bencana. Peta

rawan bencana tersebut sangat berguna bagi pengambil keputusan terutama dalam

17
antisipasi kejadian bencana alam. Meskipun demikian sampai saat ini penggunaan peta

ini belum dioptimalkan. Hal ini disebabkan karena beberapa hal, diantaranya adalah : 1)

Belum seluruh wilayah di Indonesia telah dipetakan 2) Peta yang dihasilkan belum

tersosialisasi dengan baik 3) Peta bencana belum terintegrasi 4) Peta bencana yang dibuat

memakai peta dasar yang berbeda beda sehingga menyulitkan dalam proses integrasinya.

. b. Pemantauan.

Dengan mengetahui tingkat kerawanan secara dini, maka dapat dilakukan antisipasi jika

sewaktu-waktu terjadi bencana, sehingga akan dengan mudah melakukan

penyelamatan. Pemantauan di daerah vital dan strategis secara jasa dan ekonomi

dilakukan di beberapa kawasan rawan bencana.

c. Penyebaran informasi

Penyebaran informasi dilakukan antara lain dengan cara: memberikan poster dan leaflet

kepada Pemerintah Kabupaten/Kota dan Propinsi seluruh Indonesia yang rawan

bencana, tentang tata cara mengenali, mencegah dan penanganan bencana. Memberikan

informasi ke media cetak dan etektronik tentang kebencanaan adalah salah satu cara

penyebaran informasi dengan tujuan meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana

geologi di suatu kawasan tertentu. Koordinasi pemerintah daerah dalam hal penyebaran

informasi diperlukan mengingat Indonesia sangat luas.

d. Sosialisasi dan Penyuluhan

Sosialisasi dan penyuluhan tentang segala aspek kebencanaan kepada SATKOR-LAK

PB, SATLAK PB, dan masyarakat bertujuan meningkatkan kewaspadaan dan kesiapan

menghadapi bencana jika sewaktu-waktu terjadi. Hal penting yang perlu diketahui

masyarakat dan Pemerintah Daerah ialah mengenai hidup harmonis dengan alam di

18
daerah bencana, apa yang perlu ditakukan dan dihindarkan di daerah rawan bencana,

dan mengetahui cara menyelamatkan diri jika terjadi bencana.

Contoh Mitigasi bencana dilaut Secara lebih rinci upaya pengurangan bencananya antara lain:

a. Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan tenhadap bahaya tsunami. b. Pendidikan

kepada masyarakat tentang karakteristik dan pengenalan bahaya tsunami. c. Pembangunan

tsunami Early Warning System. d. Pembangunan tembok penahan tsunami pada garis pantai

yang beresiko. e. Penanaman mangrove serta tanaman lainnya sepanjang garis pantai

meredam gaya air tsunami. f. Pembangunan tempat-tempat evakuasi yang aman di sekitar

daerah pemukiman. Tempat/ bangunan ini harus cukup tinggi dan mudah diakses untuk

menghidari ketinggian tsunami. g. Pembangunan Sistem Peringatan Dini Tsunami, khususnya

di Indonesia.

Pembangunan rumah yang tahan terhadap bahaya tsunami. i. Mengenali karakteristik dan

tanda-tanda bahaya tsunami di lokasi sekitarnya. j. Memahami cara penyelamatan jika terlihat

tanda-tanda tsunami. k. Meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi

tsunami. l. Memberikan laporan sesegera mungkin jika mengetahui tanda-tanda akan

terjadinya tsunami kepada petugas yang berwenang : Kepala Desa, Polisi, Stasiun radio,

SATLAK PB dan lain-lain. m. Melengkapi diri dengan alat komunikasi.

Prosedur yang dilakukan Pemerintah Khusus di Tempat Wisata

Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara yang mempunyai potensial dan andil

besar dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian suatu Negara. Sektor pariwisata di

Indonesia hal yang sangat mudah dikembangkan dengan melakukan perbaikan infrastuktur,

keamanan dan management yang baik agar mampu menciptakan sector pariwisata yang

diminati wisatawan local maupun asing dengan rasa kepuasan yang baik. Dalam hal ini maka

akan menciptakan rasa yang ingin berwisata kembali, dengan kata lain akan menciptakan

dampak positif bagi masyarakat dan Negara. Peningkatkan pada sektor kepariwisataan juga

19
mampu menggalakkan kegiatan ekonomi, antara lain lapangan kerja, pendapatan masyarakat,

pendapatan daerah, dan penerimaan devisa negara dapat meningkat melalui upaya

pengembangan berbagai potensi kepariwisataan Nasional. Pembangunan di bidang

kepariwisataan merupakan salah satu terobosan untuk meningkatkan pendapatan daerah dan

negara. Sektor kepariwistaan akan disejajarkan kedudukanya dengan sektor lain dalam usaha

meningkatkan pendapatan negara, maka kepariwisataan dapat disebut sektor Industri

pariwisata (Widodo, 2013). Kebijakan pemerintah daerah dalam pembangunan pariwisata

sangat penting perananya dalam menunjang keberhasilan pembangunan pariwisata nasional.

Perkembangan dan pertumbuhan pariwisata perlu diantisipasi agar perkembanganya tetap

pada jalurnya dan daya dukunganya. Pembangunan dalam wilayah objek wisata akan

memberikan sumbangan yang sangat besar apabila dikelola secara profesional, karena

sumbangan bagi daerah yang bersangkutan, pariwisata dapat memacu pertumbuhan kawasan

sekitar objek wisata tersebut

untuk mengelola sumber daya yang ada pada daerah tersebut, misalnya pengembangan

sumber daya alam dan sumber daya manusia. Perencanaan pengembangan dapat dimulai

dengan mengenali wilayah yang akan dijadikan sebagai lokasi pengembangan

kepariwisataan. Hal tersebut ditujukan untuk meningkatkan peran dan kesejahteraan

masyarakat seluas-luasnya serta penyiapan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi

tinggi di bidang pelayanan jasa kepariwisataan juga menjadi hal yang perlu dilakukan serta

perlu pula dilengkapi dengan kemampuan teknis, operasional dan manajerial dalam

penyediaan barang dasa kepariwisataan

BAB III

20
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari pembahasan di atas adalah

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia selain memiliki kekayaan sumber daya

alam pesisir yang melimpah, juga memiliki potensi bencana alam yang sangat tinggi

Seluruh bencana alam tersebut mengancam masyarakat yang bermukim dan

menggantungkan hidupnya di pesisir, dan berdampak buruk bagi ekosistem pesisir.

Mitigasi bencana adalah salah satu cara atau tindakan untuk mengurangi supaya

kerugian dapat diperkecil. Dalam hal ini, mitigasi adalah upaya yang dilakukan untuk

mengurangi akibat - akibat yang ditimbulkan oleh bencana yang meliputi

kesiapsiagaan dan kewaspadaan.

Dalam setiap upaya mitigasi bencana perlu membangun persepsi yang sama bagi semua

pihak baik jajaran aparat pemerintah maupun segenap unsur masyarakat yang ketentuan

langkahnya diatur dalam pedoman umum, petunjuk pelaksanaan dan prosedur tetap yang

dikeluarkan oleh instansi yang bersangkutan sesuai dengan bidang tugas unit masing-masing

3.2 Saran

Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap bahaya bencana dapat memperkecil

dampak dari bensana tersebut. tindakan mitigasi, terutama untuk mengurangi kerugian

yang ditimbulkan akibat bencana gempa bumi berdasarkan hasil analisis

tingkat risiko bencana alam tersebu

DAFTAR PUSTAKA

21
https://dokumen.tips/documents/makalah-maritim

https://www.researchgate.net/publication/

276867011_Identifikasi_Potensi_Bencana_Alam_dan_Upaya_Mitigasi_

Pedoman mitigasi bencana alam diwilayah pesisir-cetak ke dua 2005

Kumparan Sais 2019…5 alasankenapa laut sangat penting

Widyarini 2019……………………..Manfaat ekosistem laut dalam

22

Anda mungkin juga menyukai