Anda di halaman 1dari 14

HALAMAN JUDUL

MANAJEMEN BENCANA

“Gelombang Ekstrim dan Abrasi"

OLEH:

HARDIN

(J1A118179)

KONSENTRASI KESEHATAN LINGKUNGAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada
baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
nantikansyafaatnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah
Manajemen Bencana dengan judul “Gelombang Ekstrim dan Abrasi”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.


Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Kendari, Juli 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................3
1.4 Manfaat..............................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................4
2.1 Pengertian Risiko Bencana Gelombang Ekstrim dan Abrasi ..............................4
2.2 Kajian Penyebab Bencana Gelombang Ekstrim dan Abrasi...............................5
2.3 Risiko, Kesiapsiagaan dan Pengurangan Risiko Bencana Gelombang Ekstrim
dan Abrasi......................................................................................................................7
2. 4 Dampak Bencana Gelombang Ekstrim dan Abrasi.............................................8

BAB III PENUTUP..........................................................................................................10


3.1 Kesimpulan......................................................................................................10
3.2 Saran................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara kepulauan, memiliki lebih dari 13.000
pulau dan memiliki garis pantai 80.000 km (Triatmojo, 1999). Daerah pantai
merupakan daerah yang sangat efektif untuk pemanfaatan berbagai kegiatan
ekonomi. Hal ini terbukti bahwa 75% kota- kota besar di Indonesia terletak di
pesisir dengan kepadatan penduduk yang tinggi.

Garis pantai posisinya bersifat berubah- ubah dipengaruhi oleh dinamika


kelautan, dan erosi yang terjadi (Triatmojo, 1999). Perubahan garis pantai
dipengaruhi oleh dua faktor, diantaranya faktor alam dan faktor manusia.
Arus, gelombang, sedimentasi, angin, bentuk muka pantai, dan sungai
merupakan beberapa penyebab perubahan garis pantai yang disebabkan oleh
faktor alam. Sedangkan kegiatan pembangunan pelabuhan, fasilitas daerah
pantai, pertambangan, kerusakan pantai, pariwisata, dan reklamasi merupakan
penyebab perubahan garis pantai yang disebabkan oleh faktor manusia. Selain
itu, faktor alam dan faktor manusia ini juga dapat menimbulkan beberapa
bebenca yang dapat mengancan kelangsungan hidup manusia, misalnya
bencana gelombang air laut dan abrasi.

Pada hakekatnya fenomena gelombang laut menggambarkan transmisi


dari energi dan momentum. Gelombang laut selalu menimbulkan sebuah
ayunan air yang bergerak tanpa henti-hentinya pada lapisan permukaan laut
dan jarang dalam keadaan sama sekali diam. Hembusan angin sepoi-sepoi
pada cuaca yang tenang sekalipun sudah cukup untuk dapat menimbulkan riak
gelombang. Sebaliknya dalam keadaan di mana badai yang besar dapat
menimbulkan suatu gelombang besar yang dapat mengakibatkan suatu
kerusakan di daerah pantai.

Gelombang laut pada umumnya timbul oleh pengaruh angin, walaupun


masih ada faktor-faktor lain yang dapat menimbulkan gelombang di laut
seperti aktifitas seismik di dasar laut (gempa), letusan gunung api, gerakan

1
kapal, gaya tarik benda angkasa (bulan dan matahari). Gelombang laut dapat
juga terjadi di lapisan dalam (pada bidang antara dari dua lapisan air yang
mempunyai densitas berbeda). Gelombang ini disebut gelombang dalam
(internal waves).

Sedangkan abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga


gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut
juga erosi pantai. Adapun yang mendapat kerusakan akibat gelombang laut
tersebut yaitu tanah dasarnya yang menyebabkan terjadinya penggerusan
secara simultan pada partikel tanah oleh air mengalir atau gelombang arus.
Biasanya abrasi pantai merupakan hasil dari kombinasi faktor alam dan
manusia dengan skala yang berbeda.

Abrasi didefinisikan sebagai perambahan lahan oleh air laut dengan


periode yang cukup lama yang diakibatkan oleh cuaca, peristiwa badai dan
dinamika sedimen lokal. Abrasi sangat mengancam pemukiman penduduk
dan merusak infrastruktur di sepanjang pantai. Sektor yang kemungkinan
akan sangat terdampak adalah perikanan dan juga usaha yang ada di
sepanjang pantai seperti perhotelan dan pasar-pasar tradisional.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengertian risiko bencana gelombang ekstrim dan abrasi ?
2. Bagaimana kajian terkait dengan bencana gelombang ekstrim dan abrasi ?
3. Bagaimana kesiapsiagaan dan penanggulangan risiko bencana gelombang
ekstrim dan abrasi?
4. Bagaimana dampak yang diberikan oleh bencana gelombang ekstrim dan
abrasi pada lingkungan ?

2
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian risiko bencana gelombang ekstrim dan
abrasi
2. Untuk mengetahui kajian terkait dengan bencana gelombang ekstrim dan
abrasi
3. Untuk mengetahui kesiapsiagaan dan pengurangan risiko bencana
gelombang ekstrim dan abrasi
4. Untuk mengetahui dampak yang diberikan oleh bencana gelombang
ekstrim dan abrasi pada lingkungan

1.4 Manfaat

1. Dapat memberikan pengetahuan dasar seputar bencana gelombang ekstrim


dan abrasi
2. Mampu mengenali risiko yang terjadi akibat bencana gelombang ekstrim
dan abrasi
3. Dapat mengetahui upaya kesiapsiagaan dan pengurangan risiko bencana
gelombang ekstrim dan abrasi
4. Dapat mengetahui dampak yang diberikan akibat bencana gelombang
ekstrim dan abrasi

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Risiko Bencana Gelombang Air Laut dan Abrasi


Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana
pada suatu kawasan dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka,
sakit, jiwa terancam hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau
kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat (Perka BNPB No. 2/2012).
Pengkajian risiko bencana merupakan sebuah pendekatan untuk
memperlihatkan potensi dampak negatif yang mungkin timbul akibat suatu
bencana yang akan terjadi. Potensi dampak negatif yang timbul dihitung
berdasarkan tingkat kerentanan dan kapasitas suatu kawasan yang meliputi
jumlah jiwa yang terpapar bencana, kerugian harta benda dan kerusakan
lingkungan.

2.1.1 Gelombang Ekstrim

Gelombang dapat menjadi ekstrim ketika dibangkitkan oleh angin


badai yang terjadi di perairan laut. Gelombang dikatakan ekstrim
berdasarkan dampak kerusakan yang ditimbulkan, berupa rusaknya
bangunan pantai, menyebabkan abrasi pantai dan dapat pula ditinjau dari
penghambatan aktivitas pelayaran, perikanan yang umumnya sehari-hari
berlangsung di suatu perairan tertentu. Badan Nasional Penanggulangan
Bencana dalam Perka BNPB No.2 tahun 2012 menyatakan, tinggi
gelombang diatas satu meter ditetapkan sebagai gelombang yang memiliki
ancaman sedang dan tinggi.

2.1.2 Abrasi Pantai

Abrasi pantai merupakan suatu proses pengikisan material pantai, pada


umumnya diakibatkan oleh gelombang dan arus laut. Selain itu dapat pula
disebabkan oleh aktivitas manusia seperti konstruksi bangunan pada pantai,
penambangan pasir pada pantai, dan penebangan ekosistem pelindung
pantai. Abrasi pantai merupakan permasalahan di daerah pantai yang dapat

4
menimbulkan kerugian akibat dari rusaknya pemukiman dan fasilitas-
fasilitas yang ada di kawasan pantai (Triatmodjo, 2012). Faktor-faktor yang
mempengaruhi kecepatan abrasi pada suatu kawasan pesisir adalah
(Prawiradisastra, 2003) :

a) Besar dan arah gelombang atau arus laut


b) Kecepatan sedimentasi material dari daratan
c) Struktur vegetasi wilayah pesisir
d) Kedalaman laut di lepas pantai
e) Keterbukaan pantai terhadap serangan ombak
f) Stabilitas posisi garis pantai akibat adanya penghalang

Indeks risiko bencana gelombang ekstrim dan abrasi pantai di wilayah


pesisir menggunakan komponen ancaman bencana, komponen kerentanan dan
komponen kapasitas wilayah pesisir. Masing-masing komponen memberi
pengaruh besar terhadap tingginya risiko bencana yang terjadi pada suatu
wilayah. Analisis risiko bencana menggunakan persamaan analisis risiko yang
dikeluarkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana nomor 2 Tahun
2012. Analisis risiko bencana menggunakan hasil analisis indeks ancaman,
indeks kerentanan, dan indeks kapasitas menurut Perka BNPB No.2 Tahun
2012.

2.2 Kajian Penyebab Bencana Gelombang Ekstrim dan Abrasi


Memperhatikan adanya risiko bencana di suatu wilayah, maka perlu
dilakukan pengkajian risiko bencana, yaitu sebuah pendekatan untuk
memperlihatkan potensi dampak negatif yang mungkin timbul akibat suatu
potensi bencana yang ada, yang menjadi landasan penyelenggaraan
penanggulangan bencana untuk mengurangi risiko bencana. Pengkajian risiko
bencana disusun berdasarkan komponen pembentuk risiko bencana, yaitu
ancaman, kerentanan dan kapasitas (BNPB, 2012; Amri et al., 2016). Indonesia
secara umum memiliki 13 jenis ancaman bencana; salah satunya adalah
ancaman gelombang ekstrim dan abrasi (BNPB, 2012). Menurut Peraturan
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika No. KEP. 009 Tahun
2010, gelombang laut ekstrim adalah gelombang laut signifikan dengan

5
ketinggian ≥2 m. Sedangkan abrasi adalah proses dimana terjadi pengikisan
pantai yang disebabkan oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat
merusak, dan kerusakan garis pantai dikarenakan terganggunya keseimbangan
alam di daerah pantai tersebut (Amri et al., 2016). Berdasarkan hasil kajian
risiko bencana, jumlah penduduk terpapar risiko bencana gelombang ekstrim
dan abrasi di Indonesia adalah sebanyak 9.825.782 jiwa di seluruh provinsi
dengan potensi kerugian mencapai Rp 259 trilyun (BNPB, 2014).

2.2.1 Penyebab Gelombang Ekstrim

Gelombang laut adalah bentuk permukaan laut yang berupa punggung atau
puncak gelombang dan palung atau lembah gelombang oleh gerak ayun akibat
tiupan angin, erupsi gunung api, pelongsoran dasar laut, atau lalu lintas kapal.
Holthuijsen.(2007) menjelaskan bahwa gelombang laut adalah pergerakan naik
dan turunnya air laut dengan arah tegak lurus permukaan air laut yang
membentuk kurva/grafik sinusoidal. Gelombang laut memiliki dimensi yaitu
periode gelombang, panjang gelombang, tinggi gelombang, dan cepat rambat
gelombang.

2.2.2 Penyebab Abrasi

a. Faktor Alam, faktor alam yang dapat menyebabkan terjadinya abrasi antara
lain seperti pasang surut air laut, angin di atas lautan, gelombang laut serta
arus laut yang sifatnya merusak. Tentunya faktor alam yang menyebabkan
abrasi ini tidak dapat dihindari karena laut memiliki siklusnya tersendiri.
Karena pada suatu periode tertentu angin akan bertiup sangat kencang
sehingga menghasilkan gelombang dan arus laut yang besar pula yang dapat
menyebabkan pengikisan pantai.
b. Faktor Manusia, ada beberapa perilaku manusia yang ikut menjadi penyebab
terjadinya abrasi pantai. Salah satunya adanya ketidakseimbangan ekosistem
laut dimana terjadi eksploitasi besar-besaran yang dilakukan oleh manusia
terhadap kekayaan sumber daya laut seperti ikan, terumbu karang dan biota
lainnya. Sehingga apabila terjadi arus atau gelombang besar maka akan
langsung mengarah ke pantai yang dapat menimbulkan abrasi. Pemanasan

6
global juga menjadi salah satu pemicu abrasi pantai misalnya seperti
aktivitas kendaraan bermotor atau dari pabrik-pabrik industri serta
pembakaran hutan. Asap asap yang menghasilkan zat karbon dioksida
tersebut akan menghalangi keluarnya panas matahari yang dipantulkan oleh
bumi. Akibatnya panas tersebut akan terperangkap di lapisan atmosfer yang
dapat menyebabkan suhu di bumi meningkat. Apabila ada kenaikan suhu di
bumi, maka es di Kutub akan mencair dan permukaan air laut akan
mengalami peningkatan yang dapat mempengaruhi wilayah pantai yang
rendah. Kegiatan penambangan pasir yang dilakukan oleh manusia secara
besar-besaran juga menjadi faktor penyebab abrasi pantai. Hal itu
berpengaruh secara langsung terhadap kecepatan dan arah air laut saat
menghantam daerah pantai. Karena jika tidak membawa pasir maka
kekuatan untuk menghantam pantai semakin besar.

2.3 Kesiapsiagaan dan Pengurangan Risiko Bencana Gelombang Ekstrim


dan Abrasi
Kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana berupa serangkaian kegiatan
yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta
melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Gelombang pasang ekstrim
atau badai adalah gelombang tinggi yang ditimbulkan karena efek terjadinya
siklon tropis di sekitar wilayah Indonesia dan berpotensi kuat menimbulkan
bencana alam. Indonesia bukan daerah lintasan siklon tropis tetapi keberadaan
siklon tropis akan memberikan pengaruh kuat terjadinya angin kencang,
gelombang tinggi disertai hujan deras. Umumnya gelombang pasang terjadi
karena adanya angina kencang/topan, perubahan cuaca yang sangat cepat, dan
karena ada pengaruh dari grafitasi bulan maupun matahari. Kecepatan
gelombang pasang sekitar 10-100 km/jam dan gelombang pasang sangat
berbahaya bagi kapal-kapal yang sedang berlayar pada suatu wilayah yang
dapat menenggelamkan kapal-kapal tersebut. Jika terjadi gelombang pasang di
laut akan menyebabkan tersapunya daerah pinggir pantai atau disebut dengan
abrasi. Karakteristik Terjadinnya Gelombang Pasang Ekstrim: Angin
kencang,Terjadinya badai di tengah laut dan menyebabkan terjadinya

7
gelombang pasang di pinggir pantai, Perubahan cuaca yang tiba-tiba menjadi
gelap.

Abrasi adalah proses dimana terjadi pengikisan pantai yang disebabkan


oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak. Beberapa
langkah yang dilakukan sebagai upaya pengurangan risiko terhadap abrasi
adalah melakukan upaya mitigasi bencana. Mitigasi bencana dapat dibagi
menjadi dua macam, yaitu mitigasi struktural dan mitigasi-non struktural.
Mitigasi struktural merupakan upaya untuk meminimalkan bencana yang
dilakukan melalui pembangunan berbagai prasarana fisik dan pendekatan
teknologi. Mitigasi non struktural adalah upaya mengurangi dampak bencana
selain dari prasarana fisik maupun pendekatan teknologi, seperti pembuatan
kebijakan, peraturan, maupun penguatan kapasitas masyarakat. Salah satu upaya
mitigasi yang akan dibahas adalah mitigasi struktural. Beberapa strategi
mekanik yang dilakukan adalah mengupayakan bangunan pemecah ombak dan
penanaman mangrove di sepanjang pesisir. Adapun cara mencegah terjadi
abrasi:

1. Penanaman pohon Mangrove

2. Memelihara pohon Mangrove atau jenis pohon lainnya

3. Penanaman pohon pada hutan pantai

2.4 Dampak Bencana Gelombang Ekstrim dan Abrasi


Dampak dari gelombang ekstrim dan abrasi adalah dapat mengakibatkan
tambak tidak dapat dipertahankan sehingga penduduk banyak yang kemudian
berganti mata pencahariaan menjadi buruh pabrik. Namun tidak sedikit yang
mengganggur dan menggantungkan kehidupan ekonominya pada anggota
keluarga yang lain. Abrasi membuat penduduk kehilangan lahan tempat tinggal
dan lahan pertanian dan pertambakan yang berdampak pada hilangnya mata
pencaharian dan berkurangnya penghasilan mereka. Sekarang ini mayoritas
penduduk berusia produktif memiliki mata pencaharian sebagai buruh pabrik
dan buruh bangunan.

8
Hadirnya bencana dapat berdampak pada ekonomi, keselamatan, dan sosial
- budaya. Gelombang ekstrim bila datangnya bersamaan dengan angin yang
kencang dapat mengancam keselamatan penduduk terkhusus di daerah pesisir
yang merupakan lokasi paling potensial untuk terdampak bencana ini.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Gelombang dapat menjadi ekstrim ketika dibangkitkan oleh angin
badai yang terjadi di perairan laut.
2. Abrasi adalah proses terjadinya pengikisan pantai yang disebabkan
oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak
3. Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat
bencana pada suatu kawasan dan kurun waktu tertentu yang dapat
berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam hilangnya rasa aman,
mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan
masyarakat
4. Kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana berupa serangkaian
kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui
pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya
guna
5. Bencana gelombang dan abrasi dapat disebabkan oleh 2 faktor yakni
faktor alam dan faktor manusia.

3.2 Saran
1. Pemerintah memasang alat pendeksi bencana gelombang agar
memudahkan masyarakat mengetahui bencana akan datang
2. Sebaiknya masyarakat pesisir lebih berhati hati ketika ciri ciri bencana
gelombang ekstrim dan abrasi nampak terlihat

10
DAFTAR PUSTAKA

Abda, M.K (2019). Mitigasi Bencana Terhadap Abrasi Pantai Leuge Kecamatan
Aceh Timur. Jurnal Samudra Geografi. Langsa. 1- 4.
Dhanista, W. (2017). Gelombang Laut. Institut Teknologi Sepuluh November.
Hardjono, S. (2018). Analisi Ketinggian Gelombang yang Sesuai Pengoperasian
Kapal Cepat Rudal 60M di Perairan Indonesia. Warta Penelitian
Perhubungan. Tanggerang. 43 - 58
Jasmani. (2016). Kajian Risiko Bencana Gelombang Ekstrim dan Abrasi di
Wilayah Pesisir Kota Makassar. Universitas Hasanudin. Makassar
Permatasari, N. (2021). Kajian Resiko, Dampak, Kerentanan dan Mitigasi
Bencana Abrasi dan Beberapa Pesisir di Indonesia. J-Tropimar. 43 - 53
Pubani, D.,dkk (2018). Ancaman Gelombang Ekstrim dan Abrasi Pada Penggunaan
Lahan di Pesisir Kepulauan Karimunjawa (Studi Kasus : Pulau Kemujuan, Pulau
Karimunjawa, Pulau Munjangan Besar dan Pulau Munjangan Kecil). Jurnal
Kelautan Nasional. Jakarta. 33 - 45
Rampangilei, W. (2016). Buku Risiko Bencana Indonesia. BNPB. Jakarta.
Sutirto., Trisnoyuwono D. (2014). Gelombang dan Arus Laut. Graha Ilmu
Wakkary, A & Dundu. M.I. (2017). Studi Karakteristik Gelombang Pada Daerah Pantai
Desa Kalinaung Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal Sipil Statik. Manado. 167 -
174.
Yulius., dkk. (2017). Karaktetistik Pasang Surut dan Gelombang di Perairan Teluk Saleh,
Nusa Tenggara Barat. Jurnal Segara. Jakarta Utara. 65 - 73.

11

Anda mungkin juga menyukai