Anda di halaman 1dari 37

KEPERAWATAN BENCANA

MAKALAH MITIGASI BENCANA DENGAN GEMPA BUMI DAN TSUNAMI

Kelompok 7

Nama Kelompok :

 Fina Fiona Erlia


 Habiba Yolanda
 Muhammad Ali Ridho
 Muhammad Aviv
 Ririn Riana

UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
2020

KATA PENGATAR

Assalamualaikum wr wb

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan
rahmat taufik dan hidayahnya,sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini
dengan judul “Mitigasi Dengan Bencana Gempa Bumi Dan Tsunami”.

Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini dalam rangka untuk melengkapi salah satu
persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Keperawatan Bencana Falkutas Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Asy-Syafiiyah.

Dalam menyusun ini,penulis banyak mengalami hambatan dan kesulitan. Namun


berkat ridha dari Allah SWT dan dukungan dari keluarga ,saudara, kerabat, serta sahabat dan
dosen penulis dapat menyelesaikan askep ini tepat pada waktunya.

Terima kasih atas bantuan serta bimbingan baik moril dan materil yang selalu
diberikan dari berbagai pihak yang telah banyak ikut ambil bagian dalam pembuatan askep ini
yang sangat membantu penulis dalam menyusun dan menyelesaikan askep ini.

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini,penulis menyadari sepenuhnya bahwa


dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak
kekurangannya, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak. Semoga askep ini dapat berguna bagi pembaca dan tenaga
keperawatan khususnya dalam meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan.

Bekasi, 14 Oktober 2020


DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi  

BAB I Pendahuluan

1.1      Latar Belakang       

1.2      Rumusan Masalah   

    

BAB II Pembahasan Konsep Gempa Bumi

2.1 Pengertian Gempa Bumi

2.2 Proses Terjadinya Gempa Bumi

2.3 Proses Perambatan Gempa Bumi

2.4  Akibat Yang Ditimbulkan Gempa

2.5 Mitigasi Bencana Gempa

BAB III Pembahasan konsep Gempa Bumi

3.1      Pengertian Tsunami

3.2      Penyebab Tsunami       

3.2. 1      Gempa Bumi yang berpusat di bawah laut

3.2. 2      Letusan gunung berapi 

3.2. 3      Longsor bawah laut        

3.2. 4      Hantaman Meteor di laut         

3.3      Gejala Tsunami           
3.4      Sistem Peringatan Dini

3.5      Rambatan Tsunami         

3.6      Karakteristik Tsunami

3.7      Skema Terjadinya Tsunami          

3.8      Dampak Tsunami        

3.8. 1      Penilaian Bahaya (Hazard Assesment)

3.8. 2      Peringatan (Warning)

3.8. 3      Persiapan

3.8. 4      Penelitian     

3.9      Mitigasi Tsunami

3.9. 1      Persiapan Menghadapi Tsunami 

3.9. 2      Cara Penanggulangan Tsunami  

3.9. 3      Upaya Penyelamatan Diri saat Tsunami   

3.10   Menghadapi Tsunami    

3.11   Data Historis Tsunami    

PERAN PERAWAT DALAM MANAJEMEN BENCANA PADA FASE TANGGAP


DARURAT GEMPA BUMI DAN TSUNAMI

BAB IV Penutup

4. 1    Kesimpulan

4. 2    Saran

4. 3    Penutup

Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1      Latar Belakang
Bencana alam selalu menyisikan duka dan kerugian bagi masyarakat, termasuk kehilangan
orang-orang yang kita sayangi. Bencana alam yang terjadi tidak sepenuhnya menjadi otoritas
Tuhan, tetapi terdapat juga bencana-bencana alam yang disebabkan oleh ulah manusia. Manusia
membakar hutan, membuat hutan beton diatas resapan air, hutan ditebang dan digunduli secara
tidak terkendali, ekosistem laut musnah dengan cara di bom, adalah contoh serentetan perilaku
manusia yang dapat menjadi pemicu terjadinya bencana alam.
Salah satu bencana alam yang disebabkan perilaku buruk manusia terhadap alam adalah
bencana gema bumi (seisme). Bencana alam gempa bumi ini biasanya terjadi tiba-tiba dan sulit
diprediksi atau diramalkan sebelumnya. Tiba-tiba bumi bergetar dengan skala ringan sampai
skala besar. Gempa bumi terjadi karena lempengan dan patahan bumi biasanya mengalami
pergeseran (gempa tektonik) atau disebabkan adanya letusan atau tenaga dari dalam bumi
(magma) yang menggetarkan permukaan bumi (gempa vulkanik).
Wilayah indonesia termasuk salah satu wilayah didunia yang paling rentan terjadinya
gempa bumi dalam beberapa tahun terakhir, kita mengetahui terjadinya berbagai genpa bumi
yang melanda berbagai daerah di indonesia, seperti di Niasm Sumatra Barat, Yogyakarta dan
Jawa Barat bagian selatan (Tasikmalaya, Ciamis, Cianjur, Sukabumi)

Tsunami (bahasa Jepang: 津 波 ; tsu = pelabuhan, nami = gelombang, secara


harafiah berarti "ombak besar di pelabuhan") adalah perpindahan badan air yang
disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan
permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di bawah laut,
letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau atau hantaman meteor di laut.
Gelombang tsunami dapat merambat ke segala arah. Tenaga yang dikandung dalam
gelombang tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya. Di laut
dalam, gelombang tsunami dapat merambat dengan kecepatan 500-1000 km per jam.
Setara dengan kecepatan pesawat terbang. Ketinggian gelombang di laut dalam hanya
sekitar 1 meter. Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang
berada di tengah laut. Ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami menurun
hingga sekitar 30 km per jam, namun ketinggiannya sudah meningkat hingga mencapai
puluhan meter. Hantaman gelombang Tsunami bisa masuk hingga puluhan kilometer dari bibir
pantai. Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi karena Tsunami bisa diakibatkan karena
hantaman air maupun material yang terbawa oleh aliran gelombang tsunami.

Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang dilaluinya. Bangunan,
tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia serta menyebabkan genangan,
pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air bersih.

 Teks-teks geologi, geografi, dan oseanografi di masa lalu menyebut tsunami sebagai
"gelombang laut seismik".

Di dalam makalah yang berjudul Mitigasi dalam bencana Gempa Bumi Dan Tsunami ini,
penulis menjelaskan tentang terjadinya gempa bumi dan tsunami,
Diharapkan dengan hadirnya makalah ini dapat menggugah kesadaran manusia akan arti
pentingnya perlidungan/ pemeliharaan alam dan dapat mendorong masyarakat untuk lebih
terlibat dalam proses pengulangan kerusakan alam. Kerusakan alam yang mengakibatkan
timbulnya berbagai bencana alam yang kerapkali melanda negara kita harus terus-menerus
dievaluasi dan menjadi pelajaran bagi kita semua yang selama ini telah mengabaikam alam,
tempat kita hidup dan pijak.
Gerakan peduli terhadap alam dan lingkungan, ,mutlak perlu terus dilakukan agar bumi ini
terselamatkan dari bencana alam yang dahsyat lagi.

1.2      Rumusan Masalah
a. Apa itu gempa bumi ? 
b. Apa saja faktor-faktor terjadinya gempa? 
c. Bagaimana dampak yang ditimbulkan gempa bumi terhadap kehidupan manusia?
d. Bagaimana mitigasi untuk gempa bumi?
e. Apa yang di maksud dengan tsunami?
f. Apa penyebab dari bencana tsunami?
g. Gejala apa saja yang muncul sebelum tsunami terjadi?
h. Bagaimana poses terjadinya tsunami?
i. Apa akibat dari bencana tsunami?
j. Bagaimana upaya untuk pencegahan serta penanggulangan tsunami?
k. Dimana saja kawasan yang pernah terjadi bencana tsunami?
BAB II
PEMBAHASAN KONSEP GEMPA BUMI

1. Pengertian Gempa Bumi


Gempa bumi adalah getran yang dirasakan di permukaan bumi yang di sebabkan oleh
gelombang seismic dari sumber gempa di dalam lapisan kulit bumi.Pusat atau sumber gempa
bumi yang letaknya di dalam bumi disebut hiposentrum. Daerah permukaan bumi ataupun di
dasar laut yang merupakan tempat pusat getaran bumi merambat disebut episentrum.
      Gempa bumi adalah getaran bumi atau getaran kulit bumi secara tiba-tiba,bersumber pada
lapisan kulit bumi (litosfer) bagian dalam, dirambatkan oleh kulit bumi ke permukaan bumi.
Gempa bumi di sebabkan adanya pelepasan energi yang menyebabkan dislokasi (pergeseran)
pada bagian dalam kulit bumi secara tiba-tiba. Gempa bumi termasuk bagian dari tenaga
endogen yang merusak, menyimpang dari sifat tenaga endogen pada umumnya, yaitu
membangun tetapi merupakan gejala sampingan tenaga endogen yaitu tektonisme dan
vulkanisme.

2. Penyebab terjadinya gempa bumi


Menurut sebab terjadinya gempa di klasifikan sebagai berikut:
1.    Gempa Vulkanisme

Gempa vulkanisme terjadi karena meletusnya gunung berapi. Kalau gunung api akan
meletus timbullah tekanan gas dari dalam sumbat kawah. Tekanan itu menyebabkan terjadinya
getaran yang di sebut gempa bumi. Gempa bumi ini hanya terdapat di daerah sekitar gunung api
yang meletus. Gempa bumi ini lebih bahaya dari gempa bumi runtuhan.
 
2.    Gempa Runtuhan (guguran)
    Gempa bumi runtuhan terjadi karena guguran atau runtuhan tanah atau runtuhnya bagian
atas litosfer karena sebelah dalam berongga. Daerah yang terjadi gempa guguran adalah daerah
tambang yang berbentuk terowongan, pegunungan kapur atau lubang di dalam pegunungan
kapur. Kadang-kadang terdapat gua yang terjadi karena pelarutan. Jika atap gua tersebut runtuh,
maka timbullah gempa bumi. Bahaya yang di akibatkan gempa bumi runtuhan kecil, umumnya
gempa runtuhan terjadi pada wilayah local.
3.    Gempa Tektonik
  Gempa bumi tektonik di sebabkan oleh gerak lempeng tektonik dan merupakan akibat
dari gerak orogenetik. Daerah yang sering kali mengalami gempa ini adalah daerah pegunungan
lipatan muda, yaitu daerah rangkaian mediterania dan rangkaian sirkum pasifik. Bahaya gempa
ini besar sekali sebab lapisan bumi dapat mengalami lipatan patahan, retakan atau bergeser.
Karena gempa ini selalu mengakibatkan pergeseran muka bumi, maka gempa ini di sebut juga
gempa dislokasi. Dislokasi berasal dari kata Dis artinya terpisah, iocare artinya tempat. Jadi,
timbulnya getaran itu karena retakan kulit bumi atau terpisahnya kulit bumi dari kedudukan
semula.
4.    Ledakan Nuklir

Gempa ini terjadi di sebabkan oleh peledakan nuklir. Pada umumnya peristiwa ini terjadi
pada Negara-negara yang sedang perang atau yang melakukan percobaan hasil rakitnya.
Kekuatan gempa ini tergantung dari kekuatan dari hantaman nuklir tersebut.

3.  Proses Perambatan Gempa Bumi

Proses perambatan gempa bumi melalui tiga cara macam yaitu:


1.    Getaran Longitudinal (Merapat-merenggang)
   Yaitu getaran yang berasal dari hiposentrum dan bergerak melalui dalam bumi.
Kecepatan getaran ini besar sekali yakni 7-14 km/jam.. Getaran ini datang paling awal dan
merupakan getaran pendahuluan yang pertama. Itulah sebabnya di sebut juga getaran primer.
Getaran ini belum menimbulkan kerusakan.
 
2.    Getaran Tranversal (naik turun)
Getaran ini berasal dari hiposentrum dan bergerak melalui bagian dalam bumi. Kecepatan
getaran ini antara 4-7km/jam.Getaran ini datang setelah getaran longitudinal, dan merupakan
getaran pendahuluan kedua. Itulah disebut getaran sekunder (s). Getaran ini belum
menimbulkan kerusakan.
 
3.    Getaran Gelombang Panjang
    Getaran ini berasal dari episentrum dan bergerak melalui permukaan bumi. Kecepatan getaran ini
antara 3,8 - 3,9 km/jam. Getaran ini dating paling ahir, tetapi merupakan getaran pokok. Getaran
inilah yang menimbulkan kerusakan.

4. Akibat Yang Di Timbulkan Gempa Bumi


1.    Dampak fisik
 Bangunan roboh 
 Kebakaran
 Jatuhnya korban jiwa
 Tanah lonsor akibat goncangan
 permukaan tanah menjadi merekat dan jalan menjadi putus
 Banjir akibat rusaknya tanggul
 Gempa dasar laut menyebabkan tsunami
2.    Dampak social
 Kemiskinan 
 Kelaparan
 Menimbulkan penyakit
 Bila pada skla yang besar(menimbulkan tsunami yang besar) dapat Melumpuhkan politik,
system ekonomi dll

5. MITIGASI BENCANA GEMPA


A. Mitigasi Struktural
       Antara lain sebagai berikut :
1. Harus di bangun dengan konstruksi tanah getaran atau gempa khususnya di daerah rawan
gempa. 
2. Perkuatan bangunan dengan mengikuti standar atau kualitas bangunan 
3. Pembangunan fasilitas umum dengan kewalitas tinggi
4. Perkuatan bangunan vital yang telah ada
5. Zonasi daerah rawan gempa bumi dan pengaturan pegunungan lahan 
6. Rencan penampatan pemukiman unrtuk mengurangi tingkat kepadatan hunian di daerah
rawan gempa bumi
7. Pendidikan dan penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya gempa bumi dan cara –
cara penyelamatkan diri jika terjadi gempa bumi
8. Ikut serta dalam perlatihan program, upaya penyalamatan, kewaspadaan masyarakat
terhadap gempa bumi, perlatihan pemadam kebakaran dan pertolongan pertama.
9. Persiapan alat pemadam kebakaran, dan peralatan penggalian, dan peralatan perlindungan
masyarakat lainnya.
10. Rencan kontijusi / sedaruratan untuk melatih anggota pelage dalam menghadapi gempa
bumi
11. Membentuk kelompok aksi penyelamatan bencana dengan perlatihan pemadaman
kebakaran dan pertolongan pertama
12. Persiapan alat kebakaran, peralatan penggalian dan alat perlindungan masyarakat lainnya.

Adapun secara rinci mitigasi bencana gempa tersebut antara lain:


1.    Mitigasi sebelum gempa terjadi
      Merencanakan kesiapsiagaan terhadap bencana tidak hanya mencakup perencanaan fisik
bangunan belaka. Setiap orang dalam rumah sebaiknya tahu apa yang harus dilakukan dan ke
mana harus pergi bila situasi darurat terjadi.
 
a. Prinsip rencana siaga untuk rumah tangga

 Rencana darurat rumah tangga dibuat sederhana sehingga mudah diingat oleh seluruh anggota
keluarga. Bencana adalah situasi yang sangat mencekam sehingga mudah mencetus
kebingungan. Rencana darurat yang baik hanya berisi beberapa rincian saja yang mudah
dilaksanakan. 

Tentukan jalan melarikan diri, Pastikan Anda dan keluarga tahu jalan yang paling aman untuk
keluar dari rumah saat gempa. Jika Anda berencana meninggalkan daerah atau desa, rencanakan
beberapa jalan dengan memperhitungkan kemungkinan beberapa jalan yang putus atau tertutup
akibat gempa.

Tentukan tempat bertemu, Dalam keadaan anggota keluarga terpencar,misalnya ibu di rumah,
ayah di tempat kerja, sementara anak-anak di sekolah saat gempa terjadi, tentukan tempat
bertemu. Yang pertama semestinya lokasi yang aman dan dekat rumah. Tempat ini biasanya
menjadi tempat anggota keluarga bertemu pada keadaan darurat. Tempat kedua dapat berupa
bangunan atau taman di luar desa, digunakan dalam keadaan anggota keluarga tidak bisa kembali
ke rumah. Setiap orang mestinya tahu tempat tersebut.

b. Prinsip rencana siaga untuk sekolah


      Sama dengan prinsip rencana siaga di rumah tangga. Gedung sekolah perlu diperiksa
ketahanannya terhadap gempa bumi. Sebaiknya sekolah dibangun berdasarkan standar bangunan
tahan gempa. Anak-anak sekolah perlu sering dilatih untuk melakukan tindakan penyelamatan
diri bila terjadi gempa, misalnya sekurang kurangnya 2 kali dalam setahun.
c. Menyiapkan rumah tahan gempa

1. Minta bantuan ahli bangunan. Tanyakan tentang perbaikan dan penguatan rumah seperti
serambi, pintu kaca geser, garasi, dan pintu garasi. Setidaknya ada bagian rumah yang
tahan gempa sebagai titik atau ruang berlindung 
2. Periksa apakah fondasi rumah Anda kokoh
3. Jika mempunyai saluran air panas dan gas, pastikan tertanam dengan kuat. Gunakan
sambungan pipa yang lentur.
4. Letakkan barang yang besar dan berat di bagian bawah rak dan pastikan rak tertempel
mati pada tembok
5. Simpan barang pecah-belah di bagian bawah rak atau lemari yang berlaci dan dapat
dikunci
6. Gantungkan benda berat seperti gambar, lukisan, dan cermin jauh dari tempat tidur, sofa
atau kursi dimana orang duduk
7. Segera perbaiki kabel-kabel yang rusak dan sambungan gas yang bocor
8. Perbaiki keretakan-keretakan pada atap dan fondasi rumah, dan pastikan hal itu bukan
karena kerusakan struktur
9. Pasang pipa air dan gas yang lentur untuk menghindari kebocoran air dan gas
10. Simpan racun serangga atau bahan yang berbahaya dan mudah terbakar di tempat aman,
terkunci serta jauh dari jangkauan anak-anak
11. Hiasan gantung dan lampu diikat kuat agar tidak jatuh pada saat gempa.
12. Bila memungkinkan sediakan kasur gulung di dekat tempat-tempat tertentu sebagai alat
pengaman kejatuhan barang dari atas
13. Menyediakan helm dekat dengan tempat kerja atau tempak tidur Anda dan gunakan
segera ketika terjadi gempa

2. Mitigasi saat terjadi gempa bumi


 
a. Bila Anda berada dalam bangunan, cari tempat perlindungan. Hindari jendela dan bagian
rumah yang terbuat dari kaca. Gunakan bangku, meja atau perlengkapan rumah tangga yang kuat
sebagai perlindungan.
 
b. Tetap di sana namun bersiap untuk pindah. Tunggu sampai goncangan berhenti dan aman
untuk bergerak.
 
c. Menjauhlah dari jendela kaca, perapian, kompor atau peralatan rumah tangga yang mungkin
akan jatuh. Tetap di dalam untuk menghindari terkena pecahan kaca atau bagian-bagian
bangunan.
 
d. Jika malam hari dan Anda di tempat tidur. Cari tempat yang aman yang kuat dan tunggu
gempa berhenti. Jika gempa sudah berhenti, periksa anggota keluarga dan carilah tempat yang
aman. Ada baiknya kita mempunyai lampu senter dekat tempat tidur. Saat gempa malam hari,
alat murah ini sangat berguna untuk menerangi jalan mencari tempat aman, terutama bila listrik
padam akibat gempa. Lilin dan lampu gas sangat berbahaya, dan sebaiknya tidak digunakan.
 
e. Jika Anda berada di tengah keramaian, cari perlindungan. Tetap tenang dan mintalah yang lain
untuk tenang juga. Jika sudah aman, berpindahlah ke tempat yang terbuka, jauh dari pepohonan
besar atau bangunan. Waspada akan kemungkinan gempa susulan.
 
f. Jika Anda di luar, cari tempat terbuka, jauh dari bangunan, pohon tinggi dan jaringan listrik.
Hindari rekahan akibat gempa yang bisa sangat berbahaya.
 
g. Jika Anda mengemudi, berhentilah jika aman, tapi tetap dalam mobil. Menjauhlah dari 
jembatan, jembatan layang atau terowongan. Pindahkan mobil jauh dari lalu lintas. Jangan
berhenti dekat pohon tinggi, lampu lalu lintas atau tiang listrik.
 
h. Jika Anda di pegunungan, dekat dengan lereng atau jurang yang rapuh waspadalah dengan
batu atau tanah longsor yang runtuh akibat gempa.
 
i. Jika Anda di pantai, segeralah berpindah ke daerah yang tinggi atau berjarak beberapa ratus
meter dari pantai. Gempa bumi dapat menyebabkan tsunami selang beberapa menit atau jam
setelah gempa dan menyebabkan kerusakan yang hebat.

3. Mitigasi setelah gempa bumi berlangsung


 Saat Anda dan keluarga terlepas dari ancaman akibat gempa awal 
a. Periksa adanya luka. Setelah menolong diri, bantu menolong mereka yang terluka atau
terjebak. Hubungi petugas yang menangani bencana, kemudian berikan pertolongan pertama jika
memungkinkan. Jangan coba memindahkan mereka yang luka serius karena justru bisa
memperparah luka.
 
b. Periksa keamanan. Periksa hal-hal berikut setelah gempa
 Api atau ancaman kebakaran. 
 Kebocoran gas – tutup saluran gas jika diduga bocor dari adanya bau dan jangan dibuka
sebelum diperbaiki oleh ahlinya.
 Kerusakan saluran listrik – matikan meteran listrik.
 Kerusakan kabel listrik – menjauhlah dari kabel listrik sekalipun meteran telah dimatikan.
 Barang-barang yang jatuh di dalam lemari (saat Anda membukanya).
 Periksa pesawat telepon – pastikan telepon pada tempatnya.
c. Lindungi diri Anda dari ancaman tidak langsung dengan memakai celana panjang, baju lengan
panjang, sepatu yang kuat, dan jika mungkin juga sarung tangan. Ini akan melindungi Anda dari
luka akibat barang-barang yang pecah.
 
d. Bantu tetangga yang memerlukan bantuan. Orang tua, anak-anak, ibu hamil, ibu menyusui dan
orang cacat mungkin perlu bantuan tambahan. Mereka yang jumlah anggota keluarganya besar
juga memerlukan bantuan tambahan pada keadaan darurat.
 
e. Pembersihan. Singkirkan barang-barang yang mungkin berbahaya, termasuk pecahan gelas,
kaca, dan obat-obatan yang tumpah.
 
f. Waspada dengan gempa susulan. Sebagian besar gempa susulan lebih lemah dari gempa
utama. Namun, beberapa dapat cukup kuat untuk merobohkan bangunan yang sudah goyah
akibat gempa pertama.

B. Mitigasi Non Struktural


Mitigasi nonstruktural dapat dilakukan dengan memperkenalkan atau menerapkan asuransi
bencana di daerah yang rawan sehingga masyarakat tidak harus menunggu bantuan
pemerintah atau donatur saat harus melakukan pemulihan pascabencana dan masyarakat
dapat kembali melakukan berbagai aktivitas sosial dan ekonomi lebih segera.

Melihat pentingnya upaya mitigasi bencana alam tersebut, tampaknya harus segera
dilakukan oleh semua pihak yang diprakarsai oleh departemen sosial. Mitigasi gempa
tersebut harus dilakukan secara terpadu, terus-menerus, dan dilakukan semua pihak,
sehingga kerugian cacat fisik, jiwa dan harta benda,dapat diminimalkan. Berbagai kejadian
mengenaskan yang terjadi dalam bencana gempa tersebut adalah merupakan pengalaman
berharga. Seringkali penyesalan itu terulang lagi hanya karena tidak ada inisiatif untuk
memulai mitigasi bencana yang sangat penting ini.
BAB III
PEMBAHASAN KONSEP TSUNAMI

3.1      Pengertian Tsunami

Tsunami adalah rangkaian gelombang laut yang mampu menjalar dengan kecepatan
hingga lebih 900 km per jam, terutama diakibatkan oleh gempa bumi yang terjadi di dasar laut.
Kecepatan gelombang tsunami bergantung pada kedalaman laut. Di laut dengan kedalaman7000
m misalnya, kecepatannya bisa mencapai 942,9 km/jam. Kecepatan ini hampir sama dengan
kecepatan pesawat jet. Namun demikian tinggi gelombangnya di tengah laut tidak lebihdari 60
cm. Akibatnya kapal-kapal yang sedang berlayar diatasnya jarang merasakan adanya tsunami.
Berbeda dengan gelombang laut biasa, tsunami memiliki panjang gelombang antara dua
puncaknya lebih dari 100 km di laut lepas dan selisih waktu antara puncak-puncak
gelombangnya berkisar antara 10 menit hingga 1 jam. Saat mencapai pantai yang dangkal,
teluk,atau muara sungai gelombang ini menurun kecepatannya, namun tinggi gelombangnya
meningkat puluhan meter dan bersifat merusak.

3.2      Penyebab tsunami
Tsunami tidak akan terjadi jika tidak ada faktor pemicu. Faktor penyebab terjadinya tsunami ini
adalah:
3.2.1        Gempa bumi yang berpusat di bawah laut
Meskipun demikian, tidak semua gempa bumi dibawah laut berpotensi menimbulkan
tsunami. Gempa bumi dasar laut dapat menjadi pernyebab terjadinya tsunami adalah gempa
bumi dengan kriteria sebagai berikut:

 Gempa bumi yang terjadi di dasar laut.


 Pusat gempa kurang dari 30 km dari permukaan laut.
 Magnitudo gempa lebih besar dari 6,0 SR.
 Jenis pensesaran gempa tergolong sesar vertikal (sesar naik atau turun).
Tsunami yang ditimbulkan oleh gempabumi biasanya menimbulkan gelombang yang cukup 
besar, tergantung dari kekuatan gempanya dan besarnya area patahan yang terjadi.
Tsunami dapat dihasilkan oleh gangguan apapun yang dengan cepat memindahkan suatu 
massa air yang sangat besar, seperti suatu gempabumi, letusan vulkanik, batu  bintang/meteor
atau tanah longsor. Bagaimanapun juga, penyebab yang paling umum  terjadi adalah dari
gempabumi di bawah permukaan laut. Gempabumi kecil bisa saja  menciptakan tsunami akibat
dari adanya longsor di bawah permukaan laut/lantai samudera  yang mampu untuk
membangkitkan tsunami.
Tsunami dapat terbentuk manakala lantai samudera berubah bentuk secara vertikal dan 
memindahkan air yang berada di atasnya. Dengan adanya pergerakan secara vertical dari  kulit
bumi, kejadian ini biasa terjadi di daerah pertemuan lempeng yang disebut subduksi.  Gempa
bumi di daerah subduksi ini biasanya sangat efektif untuk menghasilkan gelombang  tsunami
dimana lempeng samudera slip di bawah lempeng kontinen, proses ini disebut juga  dengan
subduksi.

3.2.2        Letusan Gunung Berapi

Letusan gunung berapi dapat menyebabkan terjadinya gempa vulkanik (gempa akibat
letusan gunung berapi). Tsunami besar yang terjadi padatahun 1883 adalah akibat meletusnya
Gunung Krakatau yang berada di Selat Sunda. Meletusnya Gunung Tambora di Nusa Tenggara
Barat padatanggal 10-11 April 1815 juga memicu terjadinya tsunami yang melanda Jawa Timur
dan Maluku. Indonesia sebagai negara kepulauan yang beradadi wilayah ring of fire (sabuk
berapi) dunia tentu harus mewaspadai ancaman ini.

3.2.3        Longsor bawah laut.

Longsor bawah laut ini terjadi akibat adanya tabrakan antara lempeng samudera dan
lempeng benua. Proses ini mengakibatkan terjadinya palung laut dan pegunungan. Tsunami
karena longsoran bawah laut ini dikenal dengan nama tsunamic submarine landslide.
3.2.4        Hantaman Meteor di Laut

Jatuhnya meteor berukuran besar di laut juga merupakan penyebab terjadinya tsunami.

3.3      Gejala Tsunami

·                Diawali dengan gempa bumi.


·                Air laut tiba-tiba surut
·                Bau garam menyengat
·                Langit tampak berwarna hitam
·                Terjadi ledakan yang dahsyat

3.4      Sistem Peringatan DIni

Banyak kota-kota di sekitar Pasifik, terutama di Jepang dan juga Hawaii, mempunyai
sistem peringatan tsunami dan prosedur evakuasi untuk menangani kejadian tsunami. Bencana
tsunami dapat diprediksi oleh berbagai institusi seismologi di berbagai penjuru dunia dan proses
terjadinya tsunami dapat dimonitor melalui perangkat yang ada di dasar atu permukaan laut yang
terknoneksi dengansatelit.
Perekam tekanan di dasar laut bersama-sama dengan perangkat yang mengapung di laut
buoy, dapat digunakan untuk mendeteksi gelombang yang tidak dapat dilihat oleh pengamat
manusia pada laut dalam. Sistem sederhana yang pertama kali digunakan untuk memberikan
peringatan awal akan terjadinya tsunami pernah dicoba di Hawai pada tahun 1920-an. Kemudian,
sistem yang lebih canggih dikembangkan lagi setelah terjadinya tsunami besar pada tanggal 1
April 1946 dan 23 Mei 1960. Amerika serikat membuat Pasific Tsunami Warning Center pada
tahun 1949, dan menghubungkannya ke jaringan data dan peringatan internasional pada tahun
1965.
Salah satu sistem untuk menyediakan peringatan dini tsunami, CREST Project, dipasang
di pantai Barat Amerika Serikat, Alaska, dan Hawai oleh USGS, NOAA, dan Pacific Northwest
Seismograph Network, serta oleh tiga jaringan seismik universitas.
Hingga kini, ilmu tentang tsunami sudah cukup berkembang, meskipun proses terjadinya
masih banyak yang belum diketahui dengan pasti. Episenter dari sebuah gempa bawah laut dan
kemungkinan kejadian tsunami dapat cepat dihitung. Pemodelan tsunami yang baik telah berhasil
memperkirakan seberapa besar tinggi gelombang tsunami di daerah sumber, kecepatan
penjalarannya dan waktu sampai di pantai, berapa ketinggian tsunami di pantai dan seberapa jauh
rendaman yang mungkin terjadi di daratan. Walaupun begitu, karena faktor alamiah, seperti
kompleksitas topografi dan batimetri sekitar pantai dan adanya corak ragam tutupan lahan (baik
tumbuhan, bangunan, dll), perkiraan waktu kedatangan tsunami, ketinggian dan jarak rendaman
tsunami masih belum bisa dimodelkan secara akurat.

Sistem peringatan dini di indonesia


Pemerintah Indonesia, dengan bantuan negara-negara donor, telah mengembangkan
Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia (Indonesian Tsunami Early Warning System -
InaTEWS). Sistem ini berpusat pada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di
Jakarta. Sistem ini memungkinkan BMKG mengirimkan peringatan tsunami jika terjadi gempa
yang berpotensi mengakibatkan tsunami. Sistem yang ada sekarang ini sedang disempurnakan.
Kedepannya, sistem ini akan dapat mengeluarkan 3 tingkat peringatan, sesuai dengan hasil
perhitungan Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan (Decision Support System - DSS).
Pengembangan Sistem Peringatan Dini Tsunami ini melibatkan banyak pihak, baik
instansi pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga internasional, lembaga non-
pemerintah. Koordinator dari pihak Indonesia adalah Kementrian Negara Riset dan
Teknologi(RISTEK). Sedangkan instansi yang ditunjuk dan bertanggung jawab untuk
mengeluarkan INFO GEMPA dan PERINGATAN TSUNAMI adalah BMKG (Badan
Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika). Sistem ini didesain untuk dapat mengeluarkan
peringatan tsunami dalam waktu paling lama 5 menit setelah gempa terjadi.

Sistem Peringatan Dini memiliki 4 komponen:


1.            Pengetahuan mengenai Bahaya dan Resiko,
2.            Indikasi dan Spekulasi Penelitian,
3.            Peringatan, dan Reaksi.Observasi (Monitoring gempa dan permukaan laut),
4.            Integrasi dan Diseminasi Informasi, Kesiapsiagaan.
Cara Kerja
Sebuah Sistem Peringatan Dini Tsunami adalah merupakan rangkaian sistem kerja yang
rumit dan melibatkan banyak pihak secara internasional, regional, nasional, daerah dan bermuara
di Masyarakat.
Apabila terjadi suatu Gempa, maka kejadian tersebut dicatat oleh alat Seismograf
(pencatat gempa). Informasi gempa (kekuatan, lokasi, waktu kejadian) dikirimkan melalui satelit
ke BMKG Jakarta. Selanjutnya BMG akan mengeluarkan INFO GEMPA yang disampaikan
melalui peralatan teknis secara simultan. Data gempa dimasukkan dalam DSS untuk
memperhitungkan apakah gempa tersebut berpotensi menimbulkan tsunami. Perhitungan
dilakukan berdasarkan jutaan skenario modelling yang sudah dibuat terlebih dahulu. Kemudian,
BMKG dapat mengeluarkan INFO PERINGATAN TSUNAMI. Data gempa ini juga akan
diintegrasikan dengan data dari peralatan sistem peringatan dini lainnya (GPS, BUOY, OBU,
Tide Gauge) untuk memberikan konfirmasi apakah gelombang tsunami benar-benar sudah
terbentuk. Informasi ini juga diteruskan oleh BMKG. BMKG menyampaikan info peringatan
tsunami melalui beberapa institusi perantara, yang meliputi (Pemerintah Daerah dan Media).
Institusi perantara inilah yang meneruskan informasi peringatan kepada masyarakat. BMKG juga
menyampaikan info peringatan melalui SMS ke pengguna ponsel yang sudah terdaftar dalam
database BMKG. Cara penyampaian Info Gempa tersebut untuk saat ini adalah melalui SMS,
Facsimile, Telepon, Email, RANET (Radio Internet), FM RDS (Radio yang mempunyai fasilitas
RDS/Radio Data System) dan melalui Website BMG (www.bmg.go.id).

Pengalaman serta banyak kejadian dilapangan membuktikan bahwa meskipun banyak


peralatan canggih yang digunakan, tetapi alat yang paling efektif hingga saat ini untuk Sistem
Peringatan Dini Tsunami adalah RADIO. Oleh sebab itu, kepada masyarakat yang tinggal
didaerah rawan Tsunami diminta untuk selalu siaga mempersiapkan RADIO FM untuk
mendengarkan berita peringatan dini Tsunami. Alat lainnya yang juga dikenal ampuh adalah
Radio Komunikasi Antar Penduduk. Organisasi yang mengurusnya adalah RAPI (Radio Antar
Penduduk Indonesia). Mengapa Radio ? jawabannya sederhana, karena ketika gempa seringkali
mati lampu tidak ada listrik. Radio dapat beroperasi dengan baterai. Selain itu karena ukurannya
kecil, dapat dibawa-bawa (mobile). Radius komunikasinyapun relatif cukup memadai.
                                                                     
3.5      Rambatan Tsunami
Kecepatan rambat gelombang tsunami berbeda-beda, tergantung pada kedalaman laut. Di
laut dalam, kecepatan rambat tsunami mencapai 500 – 1000km per jam atau setara dengan
kecepatan pesawat terbang namun ketinggiangelombangnya hanya sekitar 1 meter.Ketika
gelombang tsunami ini sudah mendekati pantai, kecepatan rambatnya hanya sekitar 30 km per
jam, namun ketinggian gelombangnya bisa mencapai puluhan meter. Ini sebabnya banyak orang
yang sedang berlayar di laut dalam tak menyadari adanya tsunami. kehancuran mengerikan yang
disebabkan oleh tsunami.

3.6      Karakteristik Tsunami

a.         Kecepatan Tsunami
Secara empiris, kecepatan tsunami tergantung pada kedalaman laut dan percepatan
gravitasi  di tempat tersebut. Untuk di laut dalam, kecepatan tsunami bisa setara dengan
kecepatan  pesawat jet, yaitu sekitar 800 km/jam. Semakin dangkal lautnya, kecepatan tsunami
semakin  berkurang, yaitu berkisar antara 2 – 5 km/jam.

b.         Ketinggian Tsunami
  Ketinggian gelombang Tsunami berbanding terbalik dengan kecepatanya. Artinya, jika 
kecapatan tsunami besar, tetapi ketinggian gelombang tsunami hanya beberapa puluh  centimeter
saja. Sebaliknya untuk di daerah pantai, kecepatan tsunaminya kecil, sedangkan  ketinggian
gelombangnya cukup tinggi, bisa mencapai puluhan meter.
 Ketinggian tsunami di pantai dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah bentuk 
pantainya. Ada 2 (dua) bentuk pantai yaitu :

1.         Pantainya terjal
Bentuk pantai seperti ini mengakibatkan bagian utama dari energi tsunami dipantulkan
oleh  slope (pembatas). Sehingga pemantulannya secara utuh mengikuti periode tsunami, tanpa 
pecah. Tinggi gelombang yang gelombang yang dihasilkan antara 1 – 2 meter.
2.         Pantainya Landai
Bentuk pantai ini mengakibtkan energi tsunami akan dinaikkan oleh pantai, disini
berlaku  prinsip dasar energi, yakni energi selalu konstan. Sehingga jika kecepatannya
berkurang  maka amplitudonya besar, panjang gelombangnya berkurang dan mengakibatkan
pecahnya  gelombang. Hal inilah yang mengakibatkan tinggi gelombang tsunami bisa mencapai
puluhan  meter.

3.7      Skema Terjadinya Tsunami

Tsunami dapat terjadi jika terjadi gangguan yang menyebabkan perpindahan sejumlah
besar air, seperti letusan gunung api, gempa bumi, longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi.
Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa bumi bawah laut. Dalam rekaman sejarah beberapa
tsunami diakibatkan oleh gunung meletus, misalnya ketika meletusnya Gunung Krakatau.
Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba-
tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini
mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai menjadi gelombang
besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.
Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana gelombang terjadi,
dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam. Bila tsunami mencapai pantai,
kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai
yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa
meter, namun saat mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena
terjadi penumpukan masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan jauh
dari garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa
kilometer.
Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi juga banyak terjadi
di daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup ke bawah lempeng benua.
Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat
mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang menyebabkan
gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun secara tiba-tiba sehingga
keseimbangan air laut yang berada di atasnya terganggu. Demikian pula halnya dengan benda
kosmis atau meteor yang jatuh dari atas. Jika ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat
terjadi megatsunami yang tingginya mencapai ratusan meter.

3.8      Dampak Tsunami
Dampak Positif dari bencana tsunami       :
1.      Bencana alam merenggut banyak korban, sehingga lapangan pekerjaan menjadi terbuka luas
bagi yang masih hidup
2.      Kegunaan secara Psikologis: Menjalin kerjasama dan bahu- membahu untuk menolong korban
bencana, menimbulkan efek kesadaran bahwa manusia itu saling membutuhkan satu sama lain.
3.      Kita bisa mengetahui samapai dimanakah konstruksi bangunan kita serta kelemahannya, dan
kita dapat melakukan inovasi baru untuk penangkalan apabila bencana tersebut datang kembali
tetapi dengan konstruksi yang lebih baik.

Dampak Negatif dari bencana tsunami


1.      Merusak apa saja yang dilaluinya. bangunan, tumbuh-tumbuhan dan dan mengakibatkan korban
jiwa manusia, serta menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air
bersih.
2.      Banyak tenaga kerja ahli yang menjadi korban, sehingga sulit mencari lagi tenaga ahli yang
sesuai dalam bidang pekerjaannya.
3.      Pemerintah akan kewalahan dalam pelaksanaan pembangunan pasca bencana, karena faktor
dana yang besar.
4.      menambah tingkat kemiskinan apabila ada masyarakat korban bencana yang kehilangan harta
benda.

3.9      Mitigasi Tsunami
Mitigasi meliputi segala tindakan yang mencegah bahaya, mengurangi kemungkinan
terjadinya bahaya, dan mengurangi daya rusak suatu bahaya yang tidak dapat dihindarkan.
Mitigasi adalah dasar managemen situasi darurat. Mitigasi dapat didefinisikan sebagai “aksi yang
mengurangi atau menghilangkan resiko jangka panjang bahaya bencana alam dan akibatnya
terhadap manusia dan harta-benda” (FEMA, 2000). Mitigasi adalah usaha yang dilakukan oleh
segala pihak terkait pada tingkat negara, masyarakat dan individu.
Untuk mitigasi bahaya tsunami atau untuk bencana alam lainnya, sangat diperlukan
ketepatan dalam menilai kondisi alam yang terancam, merancang dan menerapkan teknik
peringatan bahaya, dan mempersiapkan daerah yang terancam untuk mengurangi dampak negatif
dari bahaya tersebut. Ketiga langkah penting tersebut: 1) penilaian bahaya (hazard assessment),
2) peringatan (warning), dan 3) persiapan (preparedness) adalah unsur utama model mitigasi.
Unsur kunci lainnya yang tidak terlibat langsung dalam mitigasi tetapi sangat mendukung adalah
penelitian yang terkait (tsunami-related research).

3.9.1        Penilaian Bahaya (Hazard Assessment)


Unsur pertama untuk mitigasi yang efektif adalah penilaian bahaya. Untuk setiap
komunitas pesisir, penilaian bahaya tsunami diperlukan untuk mengidentifikasi populasi dan aset
yang terancam, dan tingkat ancaman (level of risk). Penilaian ini membutuhkan pengetahuan
tentang karakteristik sumber tsunami, probabilitas kejadian, karakteristik tsunami dan
karakteristik morfologi dasar laut dan garis pantai. Untuk beberapa komunitas, data dari tsunami
yang pernah terjadi dapat membantu kuantifikasi faktor-faktor tersebut. Untuk komunitas yang
tidak atau hanya sedikit memiliki data dari masa lalu, model numerik tsunami dapat memberikan
perkiraan. Tahapan ini umumnya menghasilkan peta potensi bahaya tsunami, yang sangat
penting untuk memotivasi dan merancang kedua unsur mitigasi lainnya, peringatan dan
persiapan.

1.     Data rekaman tsunami (Historical tsunami data)


  Rekaman data umumnya tersedia dalam banyak bentuk dan di banyak tempat. Format
yang ada mencakup publikasi dan katalog manuskrip, laporan penyelidikan lapangan,
pengalaman pribadi, berita koran, rekaman film dan video. Salah satu instansi riset penyimpan
data terbesar adalah International Tsunami Information Center di Honolulu, Hawaii.

2.    Data paleotsunami
  Penelitian paleotsunami juga dapat dilakukan pada endapan tsunami di daerah pesisir dan
bukti-bukti lainnya yang terkait dengan pergeseran sesar penyebab gempabumi tsunamigenik.
3.    Penyelidikan pasca tsunami
  Survey penyelidikian pasca tsunami dilakukan mengikuti suatu peristiwa tsunami yang
baru terjadi untuk mengukur batas inundasi dan merekam keterangan saksi mata mengenai
jumlah gelombang, waktu kedatangan gelombang, dan gelombang mana yang terbesar.

4.    Pemodelan numerik
  Seringkali karena rekaman data minimal, satu-satunya jalan untuk menentukan daerah
potensi bahaya adalah menggunakan pemodelan numerik. Model dapat dimulai dari skenario
terburuk. Informasi ini kemudian menjadi dasar pembuatan peta evakuasi tsunami dan
prosedurnya.

3.9.2        Peringatan (warning)
Unsur kunci kedua untuk mitigasi tsunami yang efektif adalah suatu sistem peringatan
untuk memberi peringatan kepada komunitas pesisir tentang bahaya tsunami yang tengah
mengancam. Sistem peringatan didasarkan kepada data gempabumi sebagai peringatan dini, dan
data perubahan muka airlaut untuk konfirmasi dan pengawasan tsunami. Sistem peringatan juga
mengandalkan  berbagai saluran komunikasi untuk menerima data seismik dan perubahan muka
airlaut, dan untuk memberikan pesan kepada pihak yang berwenang. Pusat peringatan (warning
center) haruslah: 1) cepat – memberikan peringatan secepat mungkin setelah pembentukan
tsunami potensial terjadi, 2) tepat – menyampaikan pesan tentang tsunami yang berbahaya seraya
mengurangi peringatan yang keliru, dan 3) dipercaya – bahwa sistem bekerja terus-menerus, dan
pesan mereka disampaikan dan diterima secara langsung dan mudah dipahami oleh pihak-pihak
yang berkepentingan.

1.    Data
  Sistem peringatan membutuhkan data seismik dan muka airlaut setiap saat secara cepat
(real atau near-real time). Sistem ini juga membutuhkan rekaman data gempabumi dan tsunami
yang pernah terjadi. Kedua jenis data tersebut dipergunakan untuk dapat secara cepat mendeteksi
dan melokalisasi gempabumi tsunamigenik potensial, untuk mengkonfirmasi apakah tsunami
telah terbentuk, dan untuk memperkirakan dampak potensial terhadap daerah pesisir yang
menjadi tanggungjawabnya.
1.1  Data seismic
 Sinyal seismik – getaran dari gempabumi yang bergerak secara cepat melalui kulit bumi
– dipergunakan oleh pusat peringatan untuk mendeteksi terjadinya gempabumi, dan kemudian
untuk menentukan lokasi dan skalanya. Berdasarkan informasi tersebut, statistik likelihood
tsunami yang terbentuk dapat diperkirakan secara cepat, dan peringatan dini atau informasi yang
sesuai dapat dikeluarkan.
 Seismometer standard periode pendek (0.5-2 sec/cycle) dan periode panjang (18-22 sec/cycle)
menghasilkan data untuk menentukan lokasi dan skala gempabumi. Seismometer skala luas —
broadband seismometers (0.01-100 sec/cycle) dapat pula dipergunakan untuk kedua tujuan diatas
dan juga untuk penghitungan momen seismik yang sangat berguna untuk menyempurnakan
analisis data yang dilakukan.

1.2  Data muka air laut


  Pengukur variasi muka laut (water-level gauges) adalah instrumen yang sangat penting
dalam sistem peringatan tsunami. Mereka dipergunakan untuk konfirmasi secara cepat tentang
kehadiran atau tidaknya suatu tsunami mengikuti peristiwa gempabumi, untuk mengamati
perkembangan tsunami, untuk membantu estimasi tingkat bahaya, dan menyediakan alasan untuk
memutuskan bahaya telah berlalu. Gauges kadangkala merupakan satu-satunya cara untuk
mendeteksi tsunami ketika data seismik tidak mendukung, atau bila tsunami bukan disebabkan
oleh gempabumi.
  Untuk bisa memberikan peringatan secara efektif, gauges perlu diletakkan di dekat
sumber tsunami sehingga konfirmasi secara cepat diperoleh, apakah tsunami telah terbentuk atau
tidak, dan perkiraan awal mengenai ukuran tsunami. Mereka harus pula diletakkan diantara
sumber dan daerah pesisir yang terancam untuk memonitor perkembangannya dan membantu
memprediksi dampaknya. Untuk tsunami lokal, gauges dibutuhkan di sepanjang garis pantai
untuk memperoleh konfirmasi tercepat dan untuk evaluasi.

1.3  Data rekaman tsunami dan gempa bumi


  Pusat peringatan membutuhkan akses cepat kepada data rekaman tsunami dan
gempabumi untuk membantu memperkirakan apakah suatu gempabumi dari suatu lokasi dapat
menyebabkan tsunami, dan apakah tsunami tersebut berbahaya bagi daerah tanggung jawab
mereka. Sebagai contoh, adalah sangat berguna untuk mengetahui bila zona subduksi pada suatu
daerah pernah mengalami gempabumi berskala 8 tetapi tidak pernah menghasilkan tsunami. Juga
sangat berguna untuk mengetahui karakteristik rekaman data muka airlaut untuk tsunami yang
berbahaya dan yang tidak berbahaya pada suatu daerah.

1.4  Data model numeric


  Dewasa ini, pusat peringatan mulai mempergunakan data dari model numerik untuk
memberikan panduan dalam prediksi tingkat bahaya tsunami berdasarkan parameter gempabumi
dan data muka airlaut tertentu.

1.5  Data lainnya
Jenis data lainnya yang diperlukan oleh pusat peringatan adalah seperti data letusan
gunungapi atau tanah longsor yang terjadi di dekat tubuh airlaut.

2.         Komunikasi
Sistem peringatan tsunami membutuhkan komunikasi yang unik dan ekstensif. Data
seismik dan perubahan muka airlaut harus dikirim dari lokasi secara cepat dan dapat dipercaya
oleh penerima.

2.1   Akses data real time


Data seismik dan perubahan muka airlaut supaya berguna haruslah dapat diterima secara
cepat real atau very near real time. Banyak teknik komunikasi yang bisa dipergunakan, seperti
radio VHF, gelombang mikro, transmisi satelit.

2.2  Penyebaran pesan
  Penyampaian pesan kepada para pengguna juga sama pentingnya sebagaimana
mendapatkan data secara real time. Penyampaian pesan dapat secara cepat dilakukan melalui
Global Telecommunications System (GTS) atau Aeronautical Fixed Telecommunications
Network (AFTN). Pesan dapat pula disampaikan secara konvensional melalui e-mail, telpon atau
fax.
3.9.3        Persiapan

Kegiatan kategori ini tergantung pada penilaian bahaya dan peringatan. Persiapan yang
layak terhadap peringatan bahaya tsunami membutuhkan pengetahuan tentang daerah yang
kemungkina terkena bahaya (peta inundasi tsunami) dan pengetahuan tentang sistem peringatan
untuk mengetahui kapan harus mengevakuasi dan kapan saatnya kembali ketika situasi telah
aman. Tanpa kedua pengetahuan akan muncul kemungkinan kegagalan mitigasi bahaya tsunami.
Tingkat kepedulian publik dan pemahamannya terhadap tsunami juga sangat penting. Jenis
persiapan lainnya adalah perencanaan tata ruang yang menempatkan lokasi fasilitas vital
masyarakat seperti sekolah, kantor polisi dan pemadam kebakaran, rumah sakit berada diluar
zona bahaya. Usaha-usaha keteknikan untuk membangun struktur yang tahan terhadap tsunami,
melindungi bangunan yang telah ada dan menciptakan breakwater penghalang tsunami juga
termasuk bagian dari persiapan.

1.    Evakuasi
 Rencana evakuasi dan prosedurnya umumnya dikembangkan untuk tingkat lokal, karena
rencana ini membutuhkan pengetahuan detil tentang populasi dan fasilitas yang terancam
bahaya, dan potensi lokal yang dapat diterapkan untuk mengatasi masalah. Tsunami lokal hampir
tidak menyediakan waktu yang cukup untuk peringatan formal dan disertai gempabumi,
sementara tsunami distan mungkin memberi waktu beberapa jam untuk persiapan sebelum
gelombang yang pertama tiba. Sehingga persiapan evakuasi dan prosedurnya harus disiapkan
untuk kedua skenario tersebut.

1.1  Evakuasi untuk tsunami local


  Ketika tsunami lokal terjadi, satu-satunya tanda yang ada mungkin hanyalah goncangan
gempa bumi, atau suatu kondisi yang tidak biasa pada tubuh airlaut. Masyarakat harus mampu
mengenali tanda-tanda bahaya tersebut, kemudian pindah segera dan secepatnya kearah darat
atau ke arah dataran tinggi karena gelombang tsunami dapat menghantam dalam hitungan menit.
Para pengungsi juga menghadapi bahaya yang disebabkan oleh gempabumi seperti tanah
longsor,  runtuhnya bangunan dan jembatan yang mungkin menghambat usaha mereka dalam
menyelamatkan diri. Untuk itu diperlukan sekali kepedulian publik dan pendidikan tentang
tsunami dan kemungkinan bahaya yang mengikuti. Hal ini juga membutuhkan perencanaan
resmi tentang zona bahaya dan rute evakuasi yang aman. Kunci utama untuk memotivasi
pendidikan publik adalah pemahaman tentang bahaya tsunami dan dimana kemungkinan banjir
tsunami tersebut terjadi.

2.    Pendidikan
Mitigasi tsunami harus mengandung rencana untuk meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan oleh masyarakat luas, pemerintah lokal, dan para pembuat kebijakan tentang sifat-
sifat tsunami, kerusakan dan bahaya yang disebabkan dan langkah-langkah yang diperlukan
untuk mengurangi bahaya.

2.1  Pendidikan publik
Pendidikan publik yang dilaksanakan akan efektif bila ikut memperhitungkan bahasa dan
budaya lokal, ada-istiadat, praktek keagamaan, hubungan masyarakat dengan kekuasaan, dan
pengalaman tsunami masa lalu.

2.2  Pendidikan untuk para operator sistem peringatan, manager bencana alam, dan pembuat
kebijakan.
  Operator sistem peringatan, manager bencana alam, dan pembuat kebijakan harus
memenuhi suatu tingkat pendidikan dan pemahaman terhadap bahaya tsunami. Sebab tsunami,
baik lokal maupun distan, jarang terjadi pada suatu daerah tertentu, sehingga orang-orang kunci
tersebut tidak memiliki pengalaman probadi terhadap fenomena yang menjadi dasar keputusan
menyangkut persiapan atau tindakan yang harus dilakukan ketika bahaya tersebut menimpa.

3.    Tata guna lahan


Sebagai konsekuensi pertumbuhan penduduk global, daerah pesisir yang rawan tsunami
berkembang dengan cepat. Karena tidak mungkin untuk menghentikan pembangunan, sebaiknya
dilakukan pencegahan pembangunan fasilitas umum pada zona rawan bencana tsunami, seperti
sekolah, polisi, pemadam kebakaran dan rumah sakit yang memiliki arti penting bagi populasi
ketika bahaya sewaktu-waktu terjadi. Sebagai tambahan, hotel dan penginapan juga perlu
ditempatkan pada lokasi yang sesuai dengan prosedur evakuasi untuk memberikan keamanan
kepada para tamunya.

4.     Keteknikan
Keteknikan dapat membantu mitigasi tsunami. Bangunan dapat diperkuat sehingga tahan
terhadap tekanan gelombang dan arus yang kuat. Fondasi struktur dapat dikonstruksikan
menahan erosi dan penggerusan oleh arus. Lantai dasar suatu bangunan dapat dibuat terbuka
sehingga mampu membiarkan airlaut melintas, hal ini menolong mengurangi sifat penggerusan
arus pada fondasi. Bagian penting dari suatu bangunan seperti generator cadangan, motor
elevator dapat ditempatkan pada lantai yang tidak terkena banjir. Benda-benda berat berbahaya
seperti tanki yang dapat hanyut terbawa banjir sebaiknya ditanamkan ke tanah. Sistem
transportasi dikonstruksikan atau dimodifikasi sehingga mampu memfasilitasi evakuasi massal
secara cepat keluar dari daerah bahaya. Beberapa struktur penahan gelombang laut seperti
seawall, sea dikes, breakwaters, river gates, juga mampu menahan atau mengurangi tekanan
tsunami.

3.9.4        Penelitian
Meskipun tidak terkait langsung dengan aktivitas mitigasi, penelitian yang terkait dengan
tsunami sangatlah penting untuk meningkatkan kualitas mitigasi. Riset yang menyelidiki bukti-
bukti paleotsunami, mengembangkan database, kuantifikasi dampak bahaya tsunami, atau
pemodelan numerik dapat meningkatkan tingkat akurasi penilaian bahaya. Penelitian juga
mampu meningkatkan cara pendidikan publik sehingga tingkat kepedulian masyarakat akan
bahya tsunami meningkat. Penelitian juga memberikan panduan perencanaan tata ruang dalam
zona inundasi potensial.

3.10   Menghadapi Tsunami

3.10.1     Persiapan Menghadapi Tsunami


1) Mengetahui pusat informasi bencana, seperti Posko Bencana, Palang Merah Indonesia,
Tim SAR. Kenali areal rumah, sekolah, tempat kerja, atau tempat lain yang beresiko.
2) Mengetahui wilayah dataran tinggi dan dataran rendah yang beresiko terkena Tsunami
3) Jika melakukan perjalanan ke wilayah rawan Tsunami, kenali hotel, motel, dan carilah
pusat pengungsian. Adalah penting mengetahui rute jalan keluar yang ditunjuk setelah
peringatan dikeluarkan.
4) Siapkan kotak Persediaan Pengungsian dalam suatu tempat yang mudah dibawa (ransel
punggung), di dekat pintu.
5) Siapkan peersediaan makanan dan air minum untuk pengungsian.
6) Siapkan selalu peralatan P3K lengkap.
7) Membawa barang secukupnya saja untuk keperluan pengungsian.
8) Segera mengungsi setelah ada pemberitahuan dari pihak yang berwenang atas penyebaran
informasi tentang tsunami.
9)  Jika hanya ada sedikit waktu sebelum datang tsunami,segera mencari pintu dan mencari
jalan keluar dari rumah atau gedung dengan segera.
10) Carilah tempat yang tinggi dan aman dari gelombang tsunami,atau mengikuti rute dan
tempat yang suah ditetapkan oleh pihak yang berwenang.
11) Utamakan keselamatan terlebih dahulu, jika terjadi kerusakan pada tempat Anda
berada,bila ingin menyelamatkan harta benda carilah yang mudah dan ringan dibawa.
12) Pastikan tidak ada anggota keluarga yang tertinggal pada saat pergi ke tempat evakuasi.
Jika bisa ajaklah tetangga dekat Anda untuk pergi bersama-sama.
13) Jika tsunami terjadi pada saat Anda sedang menyetir kendaraan, cepat keluar dan cari
tempat yang tinggi dan aman.
14) Setelah Terjadi Tsunami, Periksa kesediaan makanan. Makanan apapun yang terkena air
mungkin sudah tercemar dan harus dibuang.
15) Memberikan bantuan kepada korban luka-luka. Berikan bantuan P3K dan panggil
bantuan. Jangan pindahkan orang yang terluka, kecuali yang luka serius.
16) Segera membangun tenda pengungsian apabila keadaan untuk kembali ke rumah tidak
memungkinkan.
17) Pastikan keadaan sudah aman dan tidak terjadi tsunami susulan sebelum kembali ke
rumah.Bila keadaan rumah tidak memungkinkan untuk ditempati carilah tempat tinggal
yang bisa ditempati atau kembali ke tempat pengungsian.
3.10.2     Cara penanggulangan Tsunami
Adapun cara yang dilakukan untuk penanggulangan bencana tsunami adalah :
1) Melaksanakan evakuasi secara intensif.
2) Melaksanakan pengelolaan pengungsi.
3) Melakukan terus pencarian orang hilang, dan pengumpulan jenazah.
4) Membuka dan hidupkan jalur logistik dan lakukan resuplay serta pendistribusian
5) logistik yang diperlukan.
6) Membuka dan memulihkan jaringan komunikasi antar daerah atau kota.
7) Melakukan pembersihan kota yang hancur dan penuh puing dan lumpur.
8) Menggunakan dana pemerintah untuk penanggulangan bencana dan gunakan pula dengan
9) tepat sumbangan dana baik dari dalam maupun luar negeri.
10) Menyambut dengan baik dan libatkan unsur civil society.
3.10.3     Upaya Penyelamatan diri saat terjadi Tsunami
1) Sebesar apapun bahaya tsunami, gelombang ini tidak datang setiap saat. Janganlah ancaman
bencana alam ini mengurangi kenyamanan menikmati pantai dan lautan.
2) Jika berada di sekitar pantai, terasa ada guncangan gempabumi, air laut dekat pantaisurut
secara tiba-tiba sehingga dasar laut terlihat, segeralah lari menuju ke tempat yangtinggi
(perbukitan atau bangunan tinggi) sambil memberitahukan teman-teman yang lain.
3) Jika sedang berada di dalam perahu atau kapal di tengah laut serta mendengar berita
daripantai telah terjadi tsunami, jangan mendekat ke pantai. Arahkan perahu ke laut.
4) Jika gelombang pertama telah datang dan surut kembali, jangan segera turun ke daerahyang
rendah. Biasanya gelombang berikutnya akan menerjang.
5) Jika gelombang telah benar-benar mereda, lakukan pertolongan pertama pada korban. Jika
berada di sekitar pantai, terasa ada guncangan gempabumi, air laut dekat pantaisurut secara
tiba-tiba sehingga dasar laut terlihat, segeralah lari menuju ke tempat yangtinggi (perbukitan
atau bangunan tinggi) sambil memberitahukan teman-teman yang lain.
6) Jika sedang berada di dalam perahu atau kapal di tengah laut serta mendengar berita
daripantai telah terjadi tsunami, jangan mendekat ke pantai. Arahkan perahu ke laut.
7) Jika gelombang pertama telah datang dan surut kembali, jangan segera turun ke daerahyang
rendah. Biasanya gelombang berikutnya akan menerjang.
8) Jika gelombang telah benar-benar mereda, lakukan pertolongan pertama pada korban.
3.11   Data Historis Tsunami
1. 1 November 1755, setelah gempa bumi kolosal menghancurkan Lisbon, Portugal dan
pegunungan di Eropa, orang menyelamatkan diri dengan menggunakan perahu. Namun
Tsunami akhirnya menyusul. Peristiwa mengerikan secara bersamaan tersebut membunuh
lebih dari 60 ribu orang.
2. 27 Agustus 1883, letusan gunung Krakatau memicu terjadinya tsunami yang
menenggelamkan 36 ribu orang Indonesia yang berada di pulau Jawa bagian barat dan utara
Sumatera. Kekuatan gelombang mendorong 600 ton blok terumbu karang menuju tepi
pantai bersama dengan arus tsunami yang besar.
3. 15 Juni 1896, gelombang setinggi 30 meter, disebabkan oleh gempa bumi menyapu pantai
timur Jepang. Sebanyak 27 ribu orang menjadi korban.
4. 1 April 1946, tsunami April Fool, dipicu sebuah gempa yang terjadi di Alaska, membunuh
159 orang, dan kebanyakan berada di kepulauan Hawaii.
5. 9 Juli 1958, diingat sebagai tsunami terbesar yang pernah dicatat oleh masa modern, Gempa
di Teluk Lituya Alaska disebabkan oleh tanah longsor yang awalnya dipicu oleh gempa
bumi berskala 8,3 skala richter. Gelombang sangat tinggi, tetapi karena wilayah tersebut
relatif terisolasi dan kondisi geologinya unik maka tsunami tidak menyebabkan banyak
kerusakan. Tapi hanya menenggelamkan satu perahu dan membunuh dua orang
6. 22 Mei 1960, salah satu gempa besar yang tercatat manusia terjadi di Chile sebesar 8,6
skala richter, menciptakan tsunami yang menerjang pantai Chile dalam waktu kurang dari
15 menit. Gelombang setinggi 25 meter membunuh  1500 orang di Chile dan
Hawaii,menjadi tsunami yang cukup besar.
7. 27 Maret 1964, dikenal sebagai gempa bumi Good Friday Alaska, dengan kekuatan sekitar
8,4 skala richter menggulung dengan kecepatan 400 mil per jam tsunami di Valdez Inlet
dengan ketinggian 6,7 meter, membunuh lebih dari 120 orang.Sepuluh orang yang menjadi
korban di kota Crescent, di utara California, yang sempat menyaksikan gelombang setinggi
6,3 meter
8. 23 Agustus 1976, sebuah tsunami di barat daya Filipina membunuh 8 ribu korban jiwa
akibat gempa bumi yang terjadi 30 menit setelah adanya gempa.
9. 17 Juli 1998, sebuah gempa berkekuatan 7,1 skala richter menyebabkan tsunami di Papua
Nugini yang membunuh 2200 orang dengan sangat cepat.
10. 26 Desember 2004, gempa kolosal dengan kekuatan 9,1 dan 9,3 skala richter setinggi 3,5
meter mengguncang Indonesia dan membunuh 230 ribu jiwa, sebagian besar karena
tsunami. Gempa tersebut dinamakan sebagai gempa Sumatera-Andaman dan tsunami yang
terjadi kemudian dikenal sebagai tsunami lautan Hindia. Gelombang yang terjadi menimpa
banyak belahan dunia lain, sejauh hingga Nova Scotia dan Peru.
11. 2006 – 17 Juli, Gempa yang menyebabkan tsunami terjadi di selatan pulau Jawa, Indonesia,
dan setinggi maksimum ditemukan 21 meter di Pulau Nusakambangan. Memakan korban
jiwa lebih dari 500 orang. Dan berasal dari selatan kota Ciamis
12. 2007 – 12 September, Bengkulu, Memakan korban jiwa 3 orang. Ketinggian tsunami 3-4m.
13. 2010 – 27 Februari, Santiago, Chili,yang memakan korban jiwa yang tidak sedikit.
14. 11 maret 2011, Gempa bumi berkekuatan 8,9 skala Richter pada kedalaman 24,4 kilometer
di sebelah pantai timur Honshu, Jepang, pada 11 Maret 2011 pukul 12.46 WIB atau 14.46
waktu setempat, tercatat sebagai gempa bumi terbesar ketujuh di dunia.

PERAN PERAWAT DALAM MANAJEMEN BENCANA PADA FASE TANGGAP


DARURAT GEMPA BUMI DAN TSUNAMI

1. Melakukan Triase
a. Identifikasi secara cepat korban yang membutuhkan stabilisasi segera (perawatan di
lapangan).
b. Identifikasi korban yang hanya dapat diselamatkan dengan pembedahan darurat (life
saving surgery), jika diperlukan.
c. Pasien harus diidentifikasi dan diletakkan secara cepat dan tepat, mengelompokkan
korban sesuai dengan keparahan pada masing-masing warna tag yaitu kuning dan
merah.
d. Area tindakan harus ditentukan sebelumnya dan diberi tanda.
e. Penemuan, isolasi dan tindakan pasien terkontaminasi/terinfeksi harus diutamakan.

2. Melakukan Pertolongan Pertama


a. Mengobati luka ringan secara efektif dengan melakukan teknik pertolongan pertama,
seperti kontrol perdarahan, mengobati shock dan menstabilkan patah tulang.
b. Melakukan pertolongan bantuan hidup dasar seperti manajemen perdarahan eksternal,
mengamankan pernafasan, dan melakukan teknik yang sesuai dalam penanganan
cedera.
c. Mempunyai keterampilan Pertolongan pertama seperti membersihkan jalan napas,
melakukan resusitasi dari mulut-mulut, melakukan CPR/RJP, mengobati shock, dan
mengendalikan perdarahan.
d. Membuka saluran udara secepat mungkin dan memeriksa obstruksi saluran napas
harus menjadi tindakan pertama, jika perlu saluran udara harus dibuka dengan metode
Head-Tilt/Chin-Lift.
e. Mengalokasikan pertolongan pertama pada korban dengan perdarahan, maka perawat
harus mnghentikan perdarahan, karena perdarahan yang tidak terkontrol dapat
menyebabkan kelemahan dan apabila akhirnya shock dapat menyebabkan korban
meninggal.

3. Peran Perawat di dalam Posko Pengungsian dan Posko Bencana


a. Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek kesehatan sehari-hari.
Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan harian.
b. Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang memerlukan penanganan
kesehatan di RS. Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian.
c. Pemeriksaan kondisi dan stabilitas pasien dengan memantau tandatanda vital;
Pemeriksaan peralatan yang melekat pada tubuh pasien seperti infus, pipa
ventilator/oksigen, peralatan immobilisasi dan lain-lain.
d. Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan, makanan khusus bayi, peralatan
kesehatan. Membantu penanganan dan penempatan pasien dengan penyakit menular
maupun kondisi kejiwaan labil hingga membahayakan diri dan lingkungannya
berkoordinasi dengan perawat jiwa.
e. Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada korban (ansietas, depresi yang
ditunjukkan dengan seringnya menangis dan mengisolasi diri) maupun reaksi
psikosomatik (hilang nafsu makan, insomnia, fatigue, mual muntah, dan kelemahan
otot).
f. Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak, dapat dilakukan dengan
memodifikasi lingkungan misal dengan terapi bermain.
g. Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya oleh para psikolog dan psikiater.
Konsultasikan bersama supervisi setempat mengenai pemeriksaan kesehatan dan
kebutuhan masyarakat yang tidak mengungsi.

4. Melakukan Rujukan Perawatan di Rumah Sakit


a. Mengukur kapasitas perawatan rumah sakit.
b. Lokasi perawatan di rumah sakit Hubungan dengan perawatan di lapangan.
c. Arus pasien ke RS terdekat harus langsung dan terbuka.
d. Arus pasien harus cepat dan langsung menuju RS terdekat, harus ditentukan IGD,
OK, ruangan rawat, dan ICU.

5. Peran Perawat dalam Pasca Bencana


a. Membantu masyarakat untuk kembali pada kehidupan normal melalui proses
konsultasi atau edukasi.
b. Membantu memulihkan kondisi fisik yang memerlukan penyembuhan jangka waktu
yang lama untuk normal kembali bahkan terdapat keadaan dimana kecacatan terjadi.
Bab IV
PENUTUP

4. 1    Kesimpulan
Dari uraian makalah di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
Tsunami adalah gelombang laut yang disebabkan oleh gempa bumi, tanah longsor,
meteor  atau letusan gunung berapi yang terjadi di laut.
Terjadinya Tsunami diakibatkan oleh adanya gangguan yang menyebabkan perpindahan
sejumlah besar air meluap ke daratan, seperti letusan gunung api, gempa bumi, longsor maupun
meteor  yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa bumi bawah laut.
Dampak Tsunami sebagian besar mengakibatkan kerusakan parah dan banyak menelan korban
jiwa dan harta benda sehingga perlu adanya upaya untuk menghadapi tsunami baik dalam
keadaan waspada,persiapan,saat terjadi tsunami dan setelah terjadi tsunami.
Ada pula berbagai macam cara untuk menanggulangi bencana tsunami.

Gempa bumi adalah peristiwa pelepasan energi yang menyebabkan dislokasi pada bagian
dalam bumi secara tiba-tiba. Terjadinya gempa bumi disebabkan oleh beberapa hal diantaranya
vulkanik, tektonik, runtuhan dan nuklir. Akibat yang di timbulkan gempa bumi yakni
menimbulkan kerusakan bangunan, sarana dan prasarana umum seperti jalan raya dan lain – lain.
Upaya penanggulangan yang dapat kita lakukan yakni dengan membuat bangunan yang
sesuai standar / membuat bangunan tahan gempa terutama di daerah rawan gempa.
       Mitigasi saat terjadinya gempa bumi yang paling utama adalah hindari kepanikan, jika ada di
dalam ruangan berlindung di bawah kolong meja, dan jika diluar ruangan jauhi tiang listrik dan
pohon.

4. 2    Saran
Untuk mengantisipasi datangnya tsunami yang sampai saat ini belum bisa diprediksikan
dengan tepat kapan dan dimana akan terjadi maka dapat dilakukan beberapa langkah sebagai
berikut :
Selalu waspada dan memantau dengan aktif informasi tentang bahaya tsunami dari pihak yang
berwenang terhadap adanya potensi tsunami terutama penduduk yang bermukim didekat
pantai.Menentukan tempat-tempat berlindung yang tinggi dan aman jika terjadi tsunami.

Menyediakan persediaan makanan dan air minum untuk keperluan darurat dan
pengungsian. Menyiapkan tas ransel yang berisi (atau dapat diisi) barang-barang yang sangat
dibutuhkan di tempat pengungsian seperti perlengkapan P3K atau obat-obatan.
Sebaiknya pengetahuan mitigasi tentang bencana gempa bumi ditanamkan sejak kecil
denga tujuan untuk menciptakan generasi yang tanggap bencana serta berguna bagi nusa dan
bangsa

4. 3    Penutup
Demikianlah makalah ini kami buat dengan yang sebenar-benarnya. Ucapan terima kasih
tertuju kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kemudahan kepada kami
sehingga terlaksananya pembuatan makalah dan presentasi ini. Serta kepada teman-teman yang
ikut membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami selaku anggota kelompok memohon maaf sebesar-besarnya apabila terdapat
kessalahan serta kekurangan dalam makalah ini. Selain untuk memenuhi tugas Pendidikan
Lingkungan Hidup, Semoga makalah ini dapat menjadi acuan, pertimbangan, serta motivasi dan
koreksi bagi kegiatan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Wisesa Hendra. 2011. Buku Pintar Bumi; Tips penanganan jika terjadi gempa bumi. Harmoni.
Jogjakarta.

Ischak. 1989. Geografi 2a; Gempa Bumi dan Klasifikasi Gempa. PT. Intan Pariwira. Yogyakarta.

Suprobo Bambang. 2008. IPS Geografi; Penyebab Gempa Bumi dan Penanggulangannya.
Penerbit Erlangga. Jakarta.

(2011). Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana: Panduan Bagi
Petugas Kesehatan Yang Bekerja Dalam Penanganan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Di
Indonesia. Edisi revisi.

Fitria, H., (2011). Tanggap Darurat Bencana (Studi Kasus:Tanggap Darurat Bencana Gunung
Api Merapi Kabupaten Sleman Tahun 2010)

http://sheilahalizaplh.blogspot.com/p/mitigasi-bencana-saat-terjadi-gempa-
bumi.htmlhttp://mitigasigempa.blogspot.com/2011/11/mitigasi-bencana_23.html 
sumber: http://bhoeks-dou-mbozo.blogspot.com/2014/06/makalah-gempa-bumi-dan-
mitigasinya.html

Anda mungkin juga menyukai