Kelompok 7
Nama Kelompok :
KATA PENGATAR
Assalamualaikum wr wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan
rahmat taufik dan hidayahnya,sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini
dengan judul “Mitigasi Dengan Bencana Gempa Bumi Dan Tsunami”.
Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini dalam rangka untuk melengkapi salah satu
persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Keperawatan Bencana Falkutas Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Asy-Syafiiyah.
Terima kasih atas bantuan serta bimbingan baik moril dan materil yang selalu
diberikan dari berbagai pihak yang telah banyak ikut ambil bagian dalam pembuatan askep ini
yang sangat membantu penulis dalam menyusun dan menyelesaikan askep ini.
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
3.1 Pengertian Tsunami
3.2 Penyebab Tsunami
3.3 Gejala Tsunami
3.4 Sistem Peringatan Dini
3.5 Rambatan Tsunami
3.6 Karakteristik Tsunami
3.8 Dampak Tsunami
3.8. 3 Persiapan
3.8. 4 Penelitian
3.9 Mitigasi Tsunami
3.10 Menghadapi Tsunami
BAB IV Penutup
4. 1 Kesimpulan
4. 2 Saran
4. 3 Penutup
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bencana alam selalu menyisikan duka dan kerugian bagi masyarakat, termasuk kehilangan
orang-orang yang kita sayangi. Bencana alam yang terjadi tidak sepenuhnya menjadi otoritas
Tuhan, tetapi terdapat juga bencana-bencana alam yang disebabkan oleh ulah manusia. Manusia
membakar hutan, membuat hutan beton diatas resapan air, hutan ditebang dan digunduli secara
tidak terkendali, ekosistem laut musnah dengan cara di bom, adalah contoh serentetan perilaku
manusia yang dapat menjadi pemicu terjadinya bencana alam.
Salah satu bencana alam yang disebabkan perilaku buruk manusia terhadap alam adalah
bencana gema bumi (seisme). Bencana alam gempa bumi ini biasanya terjadi tiba-tiba dan sulit
diprediksi atau diramalkan sebelumnya. Tiba-tiba bumi bergetar dengan skala ringan sampai
skala besar. Gempa bumi terjadi karena lempengan dan patahan bumi biasanya mengalami
pergeseran (gempa tektonik) atau disebabkan adanya letusan atau tenaga dari dalam bumi
(magma) yang menggetarkan permukaan bumi (gempa vulkanik).
Wilayah indonesia termasuk salah satu wilayah didunia yang paling rentan terjadinya
gempa bumi dalam beberapa tahun terakhir, kita mengetahui terjadinya berbagai genpa bumi
yang melanda berbagai daerah di indonesia, seperti di Niasm Sumatra Barat, Yogyakarta dan
Jawa Barat bagian selatan (Tasikmalaya, Ciamis, Cianjur, Sukabumi)
Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang dilaluinya. Bangunan,
tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia serta menyebabkan genangan,
pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air bersih.
Teks-teks geologi, geografi, dan oseanografi di masa lalu menyebut tsunami sebagai
"gelombang laut seismik".
Di dalam makalah yang berjudul Mitigasi dalam bencana Gempa Bumi Dan Tsunami ini,
penulis menjelaskan tentang terjadinya gempa bumi dan tsunami,
Diharapkan dengan hadirnya makalah ini dapat menggugah kesadaran manusia akan arti
pentingnya perlidungan/ pemeliharaan alam dan dapat mendorong masyarakat untuk lebih
terlibat dalam proses pengulangan kerusakan alam. Kerusakan alam yang mengakibatkan
timbulnya berbagai bencana alam yang kerapkali melanda negara kita harus terus-menerus
dievaluasi dan menjadi pelajaran bagi kita semua yang selama ini telah mengabaikam alam,
tempat kita hidup dan pijak.
Gerakan peduli terhadap alam dan lingkungan, ,mutlak perlu terus dilakukan agar bumi ini
terselamatkan dari bencana alam yang dahsyat lagi.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa itu gempa bumi ?
b. Apa saja faktor-faktor terjadinya gempa?
c. Bagaimana dampak yang ditimbulkan gempa bumi terhadap kehidupan manusia?
d. Bagaimana mitigasi untuk gempa bumi?
e. Apa yang di maksud dengan tsunami?
f. Apa penyebab dari bencana tsunami?
g. Gejala apa saja yang muncul sebelum tsunami terjadi?
h. Bagaimana poses terjadinya tsunami?
i. Apa akibat dari bencana tsunami?
j. Bagaimana upaya untuk pencegahan serta penanggulangan tsunami?
k. Dimana saja kawasan yang pernah terjadi bencana tsunami?
BAB II
PEMBAHASAN KONSEP GEMPA BUMI
Gempa vulkanisme terjadi karena meletusnya gunung berapi. Kalau gunung api akan
meletus timbullah tekanan gas dari dalam sumbat kawah. Tekanan itu menyebabkan terjadinya
getaran yang di sebut gempa bumi. Gempa bumi ini hanya terdapat di daerah sekitar gunung api
yang meletus. Gempa bumi ini lebih bahaya dari gempa bumi runtuhan.
2. Gempa Runtuhan (guguran)
Gempa bumi runtuhan terjadi karena guguran atau runtuhan tanah atau runtuhnya bagian
atas litosfer karena sebelah dalam berongga. Daerah yang terjadi gempa guguran adalah daerah
tambang yang berbentuk terowongan, pegunungan kapur atau lubang di dalam pegunungan
kapur. Kadang-kadang terdapat gua yang terjadi karena pelarutan. Jika atap gua tersebut runtuh,
maka timbullah gempa bumi. Bahaya yang di akibatkan gempa bumi runtuhan kecil, umumnya
gempa runtuhan terjadi pada wilayah local.
3. Gempa Tektonik
Gempa bumi tektonik di sebabkan oleh gerak lempeng tektonik dan merupakan akibat
dari gerak orogenetik. Daerah yang sering kali mengalami gempa ini adalah daerah pegunungan
lipatan muda, yaitu daerah rangkaian mediterania dan rangkaian sirkum pasifik. Bahaya gempa
ini besar sekali sebab lapisan bumi dapat mengalami lipatan patahan, retakan atau bergeser.
Karena gempa ini selalu mengakibatkan pergeseran muka bumi, maka gempa ini di sebut juga
gempa dislokasi. Dislokasi berasal dari kata Dis artinya terpisah, iocare artinya tempat. Jadi,
timbulnya getaran itu karena retakan kulit bumi atau terpisahnya kulit bumi dari kedudukan
semula.
4. Ledakan Nuklir
Gempa ini terjadi di sebabkan oleh peledakan nuklir. Pada umumnya peristiwa ini terjadi
pada Negara-negara yang sedang perang atau yang melakukan percobaan hasil rakitnya.
Kekuatan gempa ini tergantung dari kekuatan dari hantaman nuklir tersebut.
Rencana darurat rumah tangga dibuat sederhana sehingga mudah diingat oleh seluruh anggota
keluarga. Bencana adalah situasi yang sangat mencekam sehingga mudah mencetus
kebingungan. Rencana darurat yang baik hanya berisi beberapa rincian saja yang mudah
dilaksanakan.
Tentukan jalan melarikan diri, Pastikan Anda dan keluarga tahu jalan yang paling aman untuk
keluar dari rumah saat gempa. Jika Anda berencana meninggalkan daerah atau desa, rencanakan
beberapa jalan dengan memperhitungkan kemungkinan beberapa jalan yang putus atau tertutup
akibat gempa.
Tentukan tempat bertemu, Dalam keadaan anggota keluarga terpencar,misalnya ibu di rumah,
ayah di tempat kerja, sementara anak-anak di sekolah saat gempa terjadi, tentukan tempat
bertemu. Yang pertama semestinya lokasi yang aman dan dekat rumah. Tempat ini biasanya
menjadi tempat anggota keluarga bertemu pada keadaan darurat. Tempat kedua dapat berupa
bangunan atau taman di luar desa, digunakan dalam keadaan anggota keluarga tidak bisa kembali
ke rumah. Setiap orang mestinya tahu tempat tersebut.
1. Minta bantuan ahli bangunan. Tanyakan tentang perbaikan dan penguatan rumah seperti
serambi, pintu kaca geser, garasi, dan pintu garasi. Setidaknya ada bagian rumah yang
tahan gempa sebagai titik atau ruang berlindung
2. Periksa apakah fondasi rumah Anda kokoh
3. Jika mempunyai saluran air panas dan gas, pastikan tertanam dengan kuat. Gunakan
sambungan pipa yang lentur.
4. Letakkan barang yang besar dan berat di bagian bawah rak dan pastikan rak tertempel
mati pada tembok
5. Simpan barang pecah-belah di bagian bawah rak atau lemari yang berlaci dan dapat
dikunci
6. Gantungkan benda berat seperti gambar, lukisan, dan cermin jauh dari tempat tidur, sofa
atau kursi dimana orang duduk
7. Segera perbaiki kabel-kabel yang rusak dan sambungan gas yang bocor
8. Perbaiki keretakan-keretakan pada atap dan fondasi rumah, dan pastikan hal itu bukan
karena kerusakan struktur
9. Pasang pipa air dan gas yang lentur untuk menghindari kebocoran air dan gas
10. Simpan racun serangga atau bahan yang berbahaya dan mudah terbakar di tempat aman,
terkunci serta jauh dari jangkauan anak-anak
11. Hiasan gantung dan lampu diikat kuat agar tidak jatuh pada saat gempa.
12. Bila memungkinkan sediakan kasur gulung di dekat tempat-tempat tertentu sebagai alat
pengaman kejatuhan barang dari atas
13. Menyediakan helm dekat dengan tempat kerja atau tempak tidur Anda dan gunakan
segera ketika terjadi gempa
Melihat pentingnya upaya mitigasi bencana alam tersebut, tampaknya harus segera
dilakukan oleh semua pihak yang diprakarsai oleh departemen sosial. Mitigasi gempa
tersebut harus dilakukan secara terpadu, terus-menerus, dan dilakukan semua pihak,
sehingga kerugian cacat fisik, jiwa dan harta benda,dapat diminimalkan. Berbagai kejadian
mengenaskan yang terjadi dalam bencana gempa tersebut adalah merupakan pengalaman
berharga. Seringkali penyesalan itu terulang lagi hanya karena tidak ada inisiatif untuk
memulai mitigasi bencana yang sangat penting ini.
BAB III
PEMBAHASAN KONSEP TSUNAMI
3.1 Pengertian Tsunami
Tsunami adalah rangkaian gelombang laut yang mampu menjalar dengan kecepatan
hingga lebih 900 km per jam, terutama diakibatkan oleh gempa bumi yang terjadi di dasar laut.
Kecepatan gelombang tsunami bergantung pada kedalaman laut. Di laut dengan kedalaman7000
m misalnya, kecepatannya bisa mencapai 942,9 km/jam. Kecepatan ini hampir sama dengan
kecepatan pesawat jet. Namun demikian tinggi gelombangnya di tengah laut tidak lebihdari 60
cm. Akibatnya kapal-kapal yang sedang berlayar diatasnya jarang merasakan adanya tsunami.
Berbeda dengan gelombang laut biasa, tsunami memiliki panjang gelombang antara dua
puncaknya lebih dari 100 km di laut lepas dan selisih waktu antara puncak-puncak
gelombangnya berkisar antara 10 menit hingga 1 jam. Saat mencapai pantai yang dangkal,
teluk,atau muara sungai gelombang ini menurun kecepatannya, namun tinggi gelombangnya
meningkat puluhan meter dan bersifat merusak.
3.2 Penyebab tsunami
Tsunami tidak akan terjadi jika tidak ada faktor pemicu. Faktor penyebab terjadinya tsunami ini
adalah:
3.2.1 Gempa bumi yang berpusat di bawah laut
Meskipun demikian, tidak semua gempa bumi dibawah laut berpotensi menimbulkan
tsunami. Gempa bumi dasar laut dapat menjadi pernyebab terjadinya tsunami adalah gempa
bumi dengan kriteria sebagai berikut:
Letusan gunung berapi dapat menyebabkan terjadinya gempa vulkanik (gempa akibat
letusan gunung berapi). Tsunami besar yang terjadi padatahun 1883 adalah akibat meletusnya
Gunung Krakatau yang berada di Selat Sunda. Meletusnya Gunung Tambora di Nusa Tenggara
Barat padatanggal 10-11 April 1815 juga memicu terjadinya tsunami yang melanda Jawa Timur
dan Maluku. Indonesia sebagai negara kepulauan yang beradadi wilayah ring of fire (sabuk
berapi) dunia tentu harus mewaspadai ancaman ini.
Longsor bawah laut ini terjadi akibat adanya tabrakan antara lempeng samudera dan
lempeng benua. Proses ini mengakibatkan terjadinya palung laut dan pegunungan. Tsunami
karena longsoran bawah laut ini dikenal dengan nama tsunamic submarine landslide.
3.2.4 Hantaman Meteor di Laut
Jatuhnya meteor berukuran besar di laut juga merupakan penyebab terjadinya tsunami.
3.3 Gejala Tsunami
Banyak kota-kota di sekitar Pasifik, terutama di Jepang dan juga Hawaii, mempunyai
sistem peringatan tsunami dan prosedur evakuasi untuk menangani kejadian tsunami. Bencana
tsunami dapat diprediksi oleh berbagai institusi seismologi di berbagai penjuru dunia dan proses
terjadinya tsunami dapat dimonitor melalui perangkat yang ada di dasar atu permukaan laut yang
terknoneksi dengansatelit.
Perekam tekanan di dasar laut bersama-sama dengan perangkat yang mengapung di laut
buoy, dapat digunakan untuk mendeteksi gelombang yang tidak dapat dilihat oleh pengamat
manusia pada laut dalam. Sistem sederhana yang pertama kali digunakan untuk memberikan
peringatan awal akan terjadinya tsunami pernah dicoba di Hawai pada tahun 1920-an. Kemudian,
sistem yang lebih canggih dikembangkan lagi setelah terjadinya tsunami besar pada tanggal 1
April 1946 dan 23 Mei 1960. Amerika serikat membuat Pasific Tsunami Warning Center pada
tahun 1949, dan menghubungkannya ke jaringan data dan peringatan internasional pada tahun
1965.
Salah satu sistem untuk menyediakan peringatan dini tsunami, CREST Project, dipasang
di pantai Barat Amerika Serikat, Alaska, dan Hawai oleh USGS, NOAA, dan Pacific Northwest
Seismograph Network, serta oleh tiga jaringan seismik universitas.
Hingga kini, ilmu tentang tsunami sudah cukup berkembang, meskipun proses terjadinya
masih banyak yang belum diketahui dengan pasti. Episenter dari sebuah gempa bawah laut dan
kemungkinan kejadian tsunami dapat cepat dihitung. Pemodelan tsunami yang baik telah berhasil
memperkirakan seberapa besar tinggi gelombang tsunami di daerah sumber, kecepatan
penjalarannya dan waktu sampai di pantai, berapa ketinggian tsunami di pantai dan seberapa jauh
rendaman yang mungkin terjadi di daratan. Walaupun begitu, karena faktor alamiah, seperti
kompleksitas topografi dan batimetri sekitar pantai dan adanya corak ragam tutupan lahan (baik
tumbuhan, bangunan, dll), perkiraan waktu kedatangan tsunami, ketinggian dan jarak rendaman
tsunami masih belum bisa dimodelkan secara akurat.
3.6 Karakteristik Tsunami
a. Kecepatan Tsunami
Secara empiris, kecepatan tsunami tergantung pada kedalaman laut dan percepatan
gravitasi di tempat tersebut. Untuk di laut dalam, kecepatan tsunami bisa setara dengan
kecepatan pesawat jet, yaitu sekitar 800 km/jam. Semakin dangkal lautnya, kecepatan tsunami
semakin berkurang, yaitu berkisar antara 2 – 5 km/jam.
b. Ketinggian Tsunami
Ketinggian gelombang Tsunami berbanding terbalik dengan kecepatanya. Artinya, jika
kecapatan tsunami besar, tetapi ketinggian gelombang tsunami hanya beberapa puluh centimeter
saja. Sebaliknya untuk di daerah pantai, kecepatan tsunaminya kecil, sedangkan ketinggian
gelombangnya cukup tinggi, bisa mencapai puluhan meter.
Ketinggian tsunami di pantai dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah bentuk
pantainya. Ada 2 (dua) bentuk pantai yaitu :
1. Pantainya terjal
Bentuk pantai seperti ini mengakibatkan bagian utama dari energi tsunami dipantulkan
oleh slope (pembatas). Sehingga pemantulannya secara utuh mengikuti periode tsunami, tanpa
pecah. Tinggi gelombang yang gelombang yang dihasilkan antara 1 – 2 meter.
2. Pantainya Landai
Bentuk pantai ini mengakibtkan energi tsunami akan dinaikkan oleh pantai, disini
berlaku prinsip dasar energi, yakni energi selalu konstan. Sehingga jika kecepatannya
berkurang maka amplitudonya besar, panjang gelombangnya berkurang dan mengakibatkan
pecahnya gelombang. Hal inilah yang mengakibatkan tinggi gelombang tsunami bisa mencapai
puluhan meter.
Tsunami dapat terjadi jika terjadi gangguan yang menyebabkan perpindahan sejumlah
besar air, seperti letusan gunung api, gempa bumi, longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi.
Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa bumi bawah laut. Dalam rekaman sejarah beberapa
tsunami diakibatkan oleh gunung meletus, misalnya ketika meletusnya Gunung Krakatau.
Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba-
tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini
mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai menjadi gelombang
besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.
Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana gelombang terjadi,
dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam. Bila tsunami mencapai pantai,
kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai
yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa
meter, namun saat mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena
terjadi penumpukan masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan jauh
dari garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa
kilometer.
Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi juga banyak terjadi
di daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup ke bawah lempeng benua.
Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat
mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang menyebabkan
gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun secara tiba-tiba sehingga
keseimbangan air laut yang berada di atasnya terganggu. Demikian pula halnya dengan benda
kosmis atau meteor yang jatuh dari atas. Jika ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat
terjadi megatsunami yang tingginya mencapai ratusan meter.
3.8 Dampak Tsunami
Dampak Positif dari bencana tsunami :
1. Bencana alam merenggut banyak korban, sehingga lapangan pekerjaan menjadi terbuka luas
bagi yang masih hidup
2. Kegunaan secara Psikologis: Menjalin kerjasama dan bahu- membahu untuk menolong korban
bencana, menimbulkan efek kesadaran bahwa manusia itu saling membutuhkan satu sama lain.
3. Kita bisa mengetahui samapai dimanakah konstruksi bangunan kita serta kelemahannya, dan
kita dapat melakukan inovasi baru untuk penangkalan apabila bencana tersebut datang kembali
tetapi dengan konstruksi yang lebih baik.
3.9 Mitigasi Tsunami
Mitigasi meliputi segala tindakan yang mencegah bahaya, mengurangi kemungkinan
terjadinya bahaya, dan mengurangi daya rusak suatu bahaya yang tidak dapat dihindarkan.
Mitigasi adalah dasar managemen situasi darurat. Mitigasi dapat didefinisikan sebagai “aksi yang
mengurangi atau menghilangkan resiko jangka panjang bahaya bencana alam dan akibatnya
terhadap manusia dan harta-benda” (FEMA, 2000). Mitigasi adalah usaha yang dilakukan oleh
segala pihak terkait pada tingkat negara, masyarakat dan individu.
Untuk mitigasi bahaya tsunami atau untuk bencana alam lainnya, sangat diperlukan
ketepatan dalam menilai kondisi alam yang terancam, merancang dan menerapkan teknik
peringatan bahaya, dan mempersiapkan daerah yang terancam untuk mengurangi dampak negatif
dari bahaya tersebut. Ketiga langkah penting tersebut: 1) penilaian bahaya (hazard assessment),
2) peringatan (warning), dan 3) persiapan (preparedness) adalah unsur utama model mitigasi.
Unsur kunci lainnya yang tidak terlibat langsung dalam mitigasi tetapi sangat mendukung adalah
penelitian yang terkait (tsunami-related research).
2. Data paleotsunami
Penelitian paleotsunami juga dapat dilakukan pada endapan tsunami di daerah pesisir dan
bukti-bukti lainnya yang terkait dengan pergeseran sesar penyebab gempabumi tsunamigenik.
3. Penyelidikan pasca tsunami
Survey penyelidikian pasca tsunami dilakukan mengikuti suatu peristiwa tsunami yang
baru terjadi untuk mengukur batas inundasi dan merekam keterangan saksi mata mengenai
jumlah gelombang, waktu kedatangan gelombang, dan gelombang mana yang terbesar.
4. Pemodelan numerik
Seringkali karena rekaman data minimal, satu-satunya jalan untuk menentukan daerah
potensi bahaya adalah menggunakan pemodelan numerik. Model dapat dimulai dari skenario
terburuk. Informasi ini kemudian menjadi dasar pembuatan peta evakuasi tsunami dan
prosedurnya.
3.9.2 Peringatan (warning)
Unsur kunci kedua untuk mitigasi tsunami yang efektif adalah suatu sistem peringatan
untuk memberi peringatan kepada komunitas pesisir tentang bahaya tsunami yang tengah
mengancam. Sistem peringatan didasarkan kepada data gempabumi sebagai peringatan dini, dan
data perubahan muka airlaut untuk konfirmasi dan pengawasan tsunami. Sistem peringatan juga
mengandalkan berbagai saluran komunikasi untuk menerima data seismik dan perubahan muka
airlaut, dan untuk memberikan pesan kepada pihak yang berwenang. Pusat peringatan (warning
center) haruslah: 1) cepat – memberikan peringatan secepat mungkin setelah pembentukan
tsunami potensial terjadi, 2) tepat – menyampaikan pesan tentang tsunami yang berbahaya seraya
mengurangi peringatan yang keliru, dan 3) dipercaya – bahwa sistem bekerja terus-menerus, dan
pesan mereka disampaikan dan diterima secara langsung dan mudah dipahami oleh pihak-pihak
yang berkepentingan.
1. Data
Sistem peringatan membutuhkan data seismik dan muka airlaut setiap saat secara cepat
(real atau near-real time). Sistem ini juga membutuhkan rekaman data gempabumi dan tsunami
yang pernah terjadi. Kedua jenis data tersebut dipergunakan untuk dapat secara cepat mendeteksi
dan melokalisasi gempabumi tsunamigenik potensial, untuk mengkonfirmasi apakah tsunami
telah terbentuk, dan untuk memperkirakan dampak potensial terhadap daerah pesisir yang
menjadi tanggungjawabnya.
1.1 Data seismic
Sinyal seismik – getaran dari gempabumi yang bergerak secara cepat melalui kulit bumi
– dipergunakan oleh pusat peringatan untuk mendeteksi terjadinya gempabumi, dan kemudian
untuk menentukan lokasi dan skalanya. Berdasarkan informasi tersebut, statistik likelihood
tsunami yang terbentuk dapat diperkirakan secara cepat, dan peringatan dini atau informasi yang
sesuai dapat dikeluarkan.
Seismometer standard periode pendek (0.5-2 sec/cycle) dan periode panjang (18-22 sec/cycle)
menghasilkan data untuk menentukan lokasi dan skala gempabumi. Seismometer skala luas —
broadband seismometers (0.01-100 sec/cycle) dapat pula dipergunakan untuk kedua tujuan diatas
dan juga untuk penghitungan momen seismik yang sangat berguna untuk menyempurnakan
analisis data yang dilakukan.
1.5 Data lainnya
Jenis data lainnya yang diperlukan oleh pusat peringatan adalah seperti data letusan
gunungapi atau tanah longsor yang terjadi di dekat tubuh airlaut.
2. Komunikasi
Sistem peringatan tsunami membutuhkan komunikasi yang unik dan ekstensif. Data
seismik dan perubahan muka airlaut harus dikirim dari lokasi secara cepat dan dapat dipercaya
oleh penerima.
2.2 Penyebaran pesan
Penyampaian pesan kepada para pengguna juga sama pentingnya sebagaimana
mendapatkan data secara real time. Penyampaian pesan dapat secara cepat dilakukan melalui
Global Telecommunications System (GTS) atau Aeronautical Fixed Telecommunications
Network (AFTN). Pesan dapat pula disampaikan secara konvensional melalui e-mail, telpon atau
fax.
3.9.3 Persiapan
Kegiatan kategori ini tergantung pada penilaian bahaya dan peringatan. Persiapan yang
layak terhadap peringatan bahaya tsunami membutuhkan pengetahuan tentang daerah yang
kemungkina terkena bahaya (peta inundasi tsunami) dan pengetahuan tentang sistem peringatan
untuk mengetahui kapan harus mengevakuasi dan kapan saatnya kembali ketika situasi telah
aman. Tanpa kedua pengetahuan akan muncul kemungkinan kegagalan mitigasi bahaya tsunami.
Tingkat kepedulian publik dan pemahamannya terhadap tsunami juga sangat penting. Jenis
persiapan lainnya adalah perencanaan tata ruang yang menempatkan lokasi fasilitas vital
masyarakat seperti sekolah, kantor polisi dan pemadam kebakaran, rumah sakit berada diluar
zona bahaya. Usaha-usaha keteknikan untuk membangun struktur yang tahan terhadap tsunami,
melindungi bangunan yang telah ada dan menciptakan breakwater penghalang tsunami juga
termasuk bagian dari persiapan.
1. Evakuasi
Rencana evakuasi dan prosedurnya umumnya dikembangkan untuk tingkat lokal, karena
rencana ini membutuhkan pengetahuan detil tentang populasi dan fasilitas yang terancam
bahaya, dan potensi lokal yang dapat diterapkan untuk mengatasi masalah. Tsunami lokal hampir
tidak menyediakan waktu yang cukup untuk peringatan formal dan disertai gempabumi,
sementara tsunami distan mungkin memberi waktu beberapa jam untuk persiapan sebelum
gelombang yang pertama tiba. Sehingga persiapan evakuasi dan prosedurnya harus disiapkan
untuk kedua skenario tersebut.
2. Pendidikan
Mitigasi tsunami harus mengandung rencana untuk meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan oleh masyarakat luas, pemerintah lokal, dan para pembuat kebijakan tentang sifat-
sifat tsunami, kerusakan dan bahaya yang disebabkan dan langkah-langkah yang diperlukan
untuk mengurangi bahaya.
2.1 Pendidikan publik
Pendidikan publik yang dilaksanakan akan efektif bila ikut memperhitungkan bahasa dan
budaya lokal, ada-istiadat, praktek keagamaan, hubungan masyarakat dengan kekuasaan, dan
pengalaman tsunami masa lalu.
2.2 Pendidikan untuk para operator sistem peringatan, manager bencana alam, dan pembuat
kebijakan.
Operator sistem peringatan, manager bencana alam, dan pembuat kebijakan harus
memenuhi suatu tingkat pendidikan dan pemahaman terhadap bahaya tsunami. Sebab tsunami,
baik lokal maupun distan, jarang terjadi pada suatu daerah tertentu, sehingga orang-orang kunci
tersebut tidak memiliki pengalaman probadi terhadap fenomena yang menjadi dasar keputusan
menyangkut persiapan atau tindakan yang harus dilakukan ketika bahaya tersebut menimpa.
4. Keteknikan
Keteknikan dapat membantu mitigasi tsunami. Bangunan dapat diperkuat sehingga tahan
terhadap tekanan gelombang dan arus yang kuat. Fondasi struktur dapat dikonstruksikan
menahan erosi dan penggerusan oleh arus. Lantai dasar suatu bangunan dapat dibuat terbuka
sehingga mampu membiarkan airlaut melintas, hal ini menolong mengurangi sifat penggerusan
arus pada fondasi. Bagian penting dari suatu bangunan seperti generator cadangan, motor
elevator dapat ditempatkan pada lantai yang tidak terkena banjir. Benda-benda berat berbahaya
seperti tanki yang dapat hanyut terbawa banjir sebaiknya ditanamkan ke tanah. Sistem
transportasi dikonstruksikan atau dimodifikasi sehingga mampu memfasilitasi evakuasi massal
secara cepat keluar dari daerah bahaya. Beberapa struktur penahan gelombang laut seperti
seawall, sea dikes, breakwaters, river gates, juga mampu menahan atau mengurangi tekanan
tsunami.
3.9.4 Penelitian
Meskipun tidak terkait langsung dengan aktivitas mitigasi, penelitian yang terkait dengan
tsunami sangatlah penting untuk meningkatkan kualitas mitigasi. Riset yang menyelidiki bukti-
bukti paleotsunami, mengembangkan database, kuantifikasi dampak bahaya tsunami, atau
pemodelan numerik dapat meningkatkan tingkat akurasi penilaian bahaya. Penelitian juga
mampu meningkatkan cara pendidikan publik sehingga tingkat kepedulian masyarakat akan
bahya tsunami meningkat. Penelitian juga memberikan panduan perencanaan tata ruang dalam
zona inundasi potensial.
3.10 Menghadapi Tsunami
1. Melakukan Triase
a. Identifikasi secara cepat korban yang membutuhkan stabilisasi segera (perawatan di
lapangan).
b. Identifikasi korban yang hanya dapat diselamatkan dengan pembedahan darurat (life
saving surgery), jika diperlukan.
c. Pasien harus diidentifikasi dan diletakkan secara cepat dan tepat, mengelompokkan
korban sesuai dengan keparahan pada masing-masing warna tag yaitu kuning dan
merah.
d. Area tindakan harus ditentukan sebelumnya dan diberi tanda.
e. Penemuan, isolasi dan tindakan pasien terkontaminasi/terinfeksi harus diutamakan.
4. 1 Kesimpulan
Dari uraian makalah di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
Tsunami adalah gelombang laut yang disebabkan oleh gempa bumi, tanah longsor,
meteor atau letusan gunung berapi yang terjadi di laut.
Terjadinya Tsunami diakibatkan oleh adanya gangguan yang menyebabkan perpindahan
sejumlah besar air meluap ke daratan, seperti letusan gunung api, gempa bumi, longsor maupun
meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa bumi bawah laut.
Dampak Tsunami sebagian besar mengakibatkan kerusakan parah dan banyak menelan korban
jiwa dan harta benda sehingga perlu adanya upaya untuk menghadapi tsunami baik dalam
keadaan waspada,persiapan,saat terjadi tsunami dan setelah terjadi tsunami.
Ada pula berbagai macam cara untuk menanggulangi bencana tsunami.
Gempa bumi adalah peristiwa pelepasan energi yang menyebabkan dislokasi pada bagian
dalam bumi secara tiba-tiba. Terjadinya gempa bumi disebabkan oleh beberapa hal diantaranya
vulkanik, tektonik, runtuhan dan nuklir. Akibat yang di timbulkan gempa bumi yakni
menimbulkan kerusakan bangunan, sarana dan prasarana umum seperti jalan raya dan lain – lain.
Upaya penanggulangan yang dapat kita lakukan yakni dengan membuat bangunan yang
sesuai standar / membuat bangunan tahan gempa terutama di daerah rawan gempa.
Mitigasi saat terjadinya gempa bumi yang paling utama adalah hindari kepanikan, jika ada di
dalam ruangan berlindung di bawah kolong meja, dan jika diluar ruangan jauhi tiang listrik dan
pohon.
4. 2 Saran
Untuk mengantisipasi datangnya tsunami yang sampai saat ini belum bisa diprediksikan
dengan tepat kapan dan dimana akan terjadi maka dapat dilakukan beberapa langkah sebagai
berikut :
Selalu waspada dan memantau dengan aktif informasi tentang bahaya tsunami dari pihak yang
berwenang terhadap adanya potensi tsunami terutama penduduk yang bermukim didekat
pantai.Menentukan tempat-tempat berlindung yang tinggi dan aman jika terjadi tsunami.
Menyediakan persediaan makanan dan air minum untuk keperluan darurat dan
pengungsian. Menyiapkan tas ransel yang berisi (atau dapat diisi) barang-barang yang sangat
dibutuhkan di tempat pengungsian seperti perlengkapan P3K atau obat-obatan.
Sebaiknya pengetahuan mitigasi tentang bencana gempa bumi ditanamkan sejak kecil
denga tujuan untuk menciptakan generasi yang tanggap bencana serta berguna bagi nusa dan
bangsa
4. 3 Penutup
Demikianlah makalah ini kami buat dengan yang sebenar-benarnya. Ucapan terima kasih
tertuju kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kemudahan kepada kami
sehingga terlaksananya pembuatan makalah dan presentasi ini. Serta kepada teman-teman yang
ikut membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami selaku anggota kelompok memohon maaf sebesar-besarnya apabila terdapat
kessalahan serta kekurangan dalam makalah ini. Selain untuk memenuhi tugas Pendidikan
Lingkungan Hidup, Semoga makalah ini dapat menjadi acuan, pertimbangan, serta motivasi dan
koreksi bagi kegiatan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Wisesa Hendra. 2011. Buku Pintar Bumi; Tips penanganan jika terjadi gempa bumi. Harmoni.
Jogjakarta.
Ischak. 1989. Geografi 2a; Gempa Bumi dan Klasifikasi Gempa. PT. Intan Pariwira. Yogyakarta.
Suprobo Bambang. 2008. IPS Geografi; Penyebab Gempa Bumi dan Penanggulangannya.
Penerbit Erlangga. Jakarta.
(2011). Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana: Panduan Bagi
Petugas Kesehatan Yang Bekerja Dalam Penanganan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Di
Indonesia. Edisi revisi.
Fitria, H., (2011). Tanggap Darurat Bencana (Studi Kasus:Tanggap Darurat Bencana Gunung
Api Merapi Kabupaten Sleman Tahun 2010)
http://sheilahalizaplh.blogspot.com/p/mitigasi-bencana-saat-terjadi-gempa-
bumi.htmlhttp://mitigasigempa.blogspot.com/2011/11/mitigasi-bencana_23.html
sumber: http://bhoeks-dou-mbozo.blogspot.com/2014/06/makalah-gempa-bumi-dan-
mitigasinya.html