Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MEMAHAMI GEJALA
ALAM ABIOTIK

Di Susun Oleh :
Sri Suhesti
Nurhasanah
Kelas : X Akutansi

Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Puloampel


Jl. Raya Bojonegara No.14, Kp. Mekarsari Rt. 14 Rw. 05 Ds. Margasari.Kec.
Bojonegara Kab. Serang - Banten
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah Ilmu
Pengetahuan Alam tentang Gejala Alam Abiotik yaitu Tsunami. Tujuan dari
pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai gejala alam
abiotik yang terjadi dipermukaan bumi serta beberapa dampak dan solusi
penanggulangannya.
Makalah ini penulis buat dalam rangka memenuhi tugas mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam. Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah memberikan dorongan, motivasi, bimbingan,kritik dan
saran yang telah diberikan sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu referensi,
petunjuk maupun pedoman dan juga berguna untuk menambah pengetahuan bagi
para pembaca.
Makalah Ilmu Penetahuan Alam ini tentu masih banyak kekurangan dalam
penyusunannya baik dari kata-kata maupun isi yang terkandung didalamnya. Oleh
karena itu penulis berharap kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Magelang, 07 Mei 2016


Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
2.1. Latar Belakang
2.2. Pokok Bahasan
2.3. Tujuan Pembuatan Makalah
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Gejala Alam Abiotik
2.2. Jenis-Jenis Gejala Alam
2.3. Penjelasan
2.4. Penanggulangan Bencana Alam
BAB III PENUTUP
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Alam (dalam artian luas memiliki makna yang setara dengan dunia alam,
dunia fisik, atau dunia materi) mengacu kepada fenomena dunia fisik dan juga
kehidupan secara umum. Skala alam terbentang dari sub-atomik sampai kosmik.
Studi tentang alam adalah bagian besar dari ilmu pengetahuan. Meskipun manusia
adalah bagian dari alam, kegiatan manusia sering dipahami sebagai kategori terpisah
dari fenomena alam lainnya.
Gejala alam adalah peristiwa alam dalam pandangan fisika, tidak diciptakan
oleh manusia, melainkan dapat memengaruhi manusia (misalnya : bakteri, penuaan,
bencana alam). Contoh umum dari fenomena alam yang merugikan dan
menguntungkan manusia adalah letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, tanah
longsor, angin puting beliung, El Nina El Nino, cuaca cerah, panas, hujan, mendung
dan perubahan iklim.
Salah satu fenomena alam yang merugikan manusia adalah Tsunami. Tsunami
adalah bencana alam yang terjadi akibat adanya gempa di laut sehingga
menimbulkan air laut menyusut dan masuk dalam celah retakan akibat gempa lalu
melonjak keluar dengan tekanan yang sangat kuat. Bencana alam tsunami ini, sangat
merugikan manusia karena dapat menghancurkan apa yang diterjangnya.

1.2 Pokok Bahasan


1. Darimana asal kata tsunami?
2. Apa yang dimaksud dengan tsunami?
3. Apa penyebab terjadinya tsunami?
4. Apa tanda – tanda terjadinya tsunami?
5. Bagaimana proses terjadinya tsunami?
6. Apa dampak atau akibat tsunami?
7. Bagaimana cara menanggulanginya?
8. Dimana saja kawasan yang pernah terjadi tsunami?

1.3 Tujuan pembuatan makalah


· Untuk mengetahui pengertian tsunami
· Untuk mengetahui sebab – sebab terjadinya tsunami
· Untuk mengetahui tanda – tanda akan terjadi tsunami
· Untuk mengetahui proses terjadinya tsunami
· Untuk mengetahui dampak – dampak yang ditimbulkan tsunami
· Untuk mengetahui cara – cara penanggulangan terjadinya tsunami
· Untuk mengetahui kawasan yang pernah terjadi tsunami
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Gejala Alam Abiotik


Gejala alam abiotik merupakan gejala-gejala yang dimiliki oleh obyek yang
tidak hidup, sehingga tidak dapat dikatakan sebagai makhluk hidup
ataupun organisme.
Komponen abiotik merupakan komponen penyusun ekosistem yang terdiri
dari benda-benda tak hidup. contoh komponen abiotik adalah air, udara, cahaya
matahari, tanah, topografi, dan iklim. Air adalah komponen yang sangat dibutuhkan
oleh semua akhluk hidup karena sebagian besar tubuh makhluk hidup tersusun oleh
air dan tidak ada satupun makhluk hidup yang tidak butuh air. Topografi
adalah letak suatu tempat yang di pandang dari ketinggian di atas permukaan air laut
atau di pandang dari garis bujur dan garis lintang.

2.2 Jenis – Jenis Gejala Alam


· Gempa Bumi
· Banjir
· Tsunami
· Gunung Meletus
· Tanah Longsor
· Angin Puting beliung
· Kebakaran Hutan
· Kekeringan
· Pemanasan Global
· Badai Tropis

2.3 Penjelasan
Dalam beberapa jenis bencana alam diatas penulis memilih bencana alam
Tsunami.
Tsunami (bahasa Jepang: 津波; tsu = pelabuhan, nami = gelombang, secara harafiah
berarti "ombak besar di pelabuhan") adalah perpindahan badan air yang disebabkan
oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan
permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di bawah
laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau atau hantaman
meteor di laut. Gelombang tsunami dapat merambat ke segala arah. Di laut dalam,
gelombang tsunami dapat merambat dengan kecepatan 500-1000 km per jam. Setara
dengan kecepatan pesawat terbang. Ketinggian gelombang di laut dalam hanya
sekitar 1 meter. Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa oleh kapal yang
sedang berada di tengah laut. Ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang
tsunami menurun hingga sekitar 30 km per jam, namun ketinggiannya sudah
meningkat hingga mencapai puluhan meter. Hantaman gelombang Tsunami bisa
masuk hingga puluhan kilometer dari bibir pantai. Kerusakan dan korban jiwa yang
terjadi karena Tsunami bisa diakibatkan karena hantaman air maupun material yang
terbawa oleh aliran gelombang tsunami.
Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak bangunan, tumbuh-
tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia yang dilaluinya serta
menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air bersih.

Penyebab tsunami
Tsunami tidak akan terjadi jika tidak ada faktor pemicu. Faktor penyebab terjadinya
tsunami ini adalah:
· Gempa bumi yang berpusat di bawah laut
Meskipun demikian, tidak semua gempa bumi dibawah laut berpotensi
menimbulkan tsunami. Gempa bumi dasar laut dapat menjadi pernyebab terjadinya
tsunami adalah gempa bumi dengan kriteria sebagai berikut:
· Gempa bumi yang terjadi di dasar laut.
· Pusat gempa kurang dari 30 km dari permukaan laut.
· Magnitudo gempa lebih besar dari 6,0 SR.
· Jenis pensesaran gempa tergolong sesar vertikal (sesar naik atau turun).

Tsunami yang ditimbulkan oleh gempa bumi biasanya menimbulkan gelombang


yang cukup besar, tergantung dari kekuatan gempanya dan besarnya area patahan
yang terjadi.
Tsunami dapat dihasilkan oleh gangguan apapun yang dengan cepat memindahkan
suatu massa air yang sangat besar, seperti suatu gempa bumi, letusan vulkanik,
batu bintang/meteor atau tanah longsor. Tsunami dapat terbentuk manakala lantai
samudera berubah bentuk secara vertikal dan memindahkan air yang berada di
atasnya. Dengan adanya pergerakan secara vertical dari kulit bumi, kejadian ini
biasa terjadi di daerah pertemuan lempeng yang disebut subduksi. Gempa bumi di
daerah subduksi ini biasanya sangat efektif untuk menghasilkan gelombang tsunami
dimana lempeng samudera slip di bawah lempeng kontinen, proses ini disebut juga
dengan subduksi.

· Letusan Gunung Berapi


Letusan gunung berapi dapat menyebabkan terjadinya gempa vulkanik (gempa
akibat letusan gunung berapi). Tsunami besar yang terjadi padatahun 1883 adalah
akibat meletusnya Gunung Krakatau yang berada di Selat Sunda. Meletusnya
Gunung Tambora di Nusa Tenggara Barat padatanggal 10-11 April 1815 juga
memicu terjadinya tsunami yang melanda Jawa Timur dan Maluku. Indonesia
sebagai negara kepulauan yang beradadi wilayah ring of fire (sabuk berapi) dunia
tentu harus mewaspadai ancaman ini.

· Longsor Bawah Laut.


Longsor bawah laut ini terjadi akibat adanya tabrakan antara lempeng samudera dan
lempeng benua. Proses ini mengakibatkan terjadinya palung laut dan pegunungan.
Tsunami karena longsoran bawah laut ini dikenal dengan namatsunamic submarine
landslide.

· Hantaman Meteor di Laut


Jatuhnya meteor berukuran besar di laut juga merupakan penyebab terjadinya
tsunami.

Gejala terjadinya bencana Tsunami :


· Diawali dengan gempa bumi.
· Air laut tiba-tiba surut
· Bau garam menyengat
· Langit tampak berwarna hitam
· Terjadi ledakan yang dahsyat

Sistem Peringatan Dini


Banyak kota-kota di sekitar Pasifik, terutama di Jepang dan juga Hawaii,
mempunyai sistem peringatan tsunami dan prosedur evakuasi untuk menangani
kejadian tsunami. Bencana tsunami dapat diprediksi oleh berbagai institusi
seismologi di berbagai penjuru dunia dan proses terjadinya tsunami dapat di monitor
melalui perangkat yang ada di dasar atu permukaan laut yang terkoneksi dengan
satelit.
Perekam tekanan di dasar laut bersama-sama dengan perangkat yang
mengapung di laut, dapat digunakan untuk mendeteksi gelombang yang tidak dapat
dilihat oleh pengamat manusia pada laut dalam. Sistem sederhana yang pertama kali
digunakan untuk memberikan peringatan awal akan terjadinya tsunami pernah
dicoba di Hawai pada tahun 1920-an. Kemudian, sistem yang lebih canggih
dikembangkan lagi setelah terjadinya tsunami besar pada tanggal 1 April 1946 dan
23 Mei 1960. Amerika serikat membuat Pasific Tsunami Warning Center pada
tahun 1949, dan menghubungkannya ke jaringan data dan peringatan internasional
pada tahun 1965.
Salah satu sistem untuk menyediakan peringatan dini tsunami, CREST
Project, dipasang di pantai Barat Amerika Serikat, Alaska, dan Hawai oleh USGS,
NOAA, dan Pacific Northwest Seismograph Network, serta oleh tiga jaringan
seismik universitas.
Hingga kini, ilmu tentang tsunami sudah cukup berkembang, meskipun
proses terjadinya masih banyak yang belum diketahui dengan pasti. Pemodelan
tsunami yang baik telah berhasil memperkirakan seberapa besar tinggi gelombang
tsunami di daerah sumber, kecepatan penjalarannya dan waktu sampai di pantai,
berapa ketinggian tsunami di pantai dan seberapa jauh rendaman yang mungkin
terjadi di daratan. Walaupun begitu, karena faktor alamiah, seperti kompleksitas
topografi dan batimetri sekitar pantai dan adanya corak ragam tutupan lahan (baik
tumbuhan, bangunan, dll), perkiraan waktu kedatangan tsunami, ketinggian dan
jarak rendaman tsunami masih belum bisa dimodelkan secara akurat.
Sistem peringatan dini di Indonesia
Pemerintah Indonesia telah mengembangkan Sistem Peringatan Dini
Tsunami Indonesia (Indonesian Tsunami Early Warning System -
InaTEWS). Sistem ini berpusat pada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika (BMKG) di Jakarta. Sistem ini memungkinkan BMKG mengirimkan
peringatan tsunami jika terjadi gempa yang berpotensi mengakibatkan tsunami.
Sistem yang ada sekarang ini sedang disempurnakan. Kedepannya, sistem ini akan
dapat mengeluarkan 3 tingkat peringatan, sesuai dengan hasil perhitungan Sistem
Pendukung Pengambilan Keputusan (Decision Support System - DSS).
Pengembangan Sistem Peringatan Dini Tsunami ini melibatkan banyak
pihak, baik instansi pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga internasional,
lembaga non-pemerintah. Koordinator dari pihak Indonesia adalah Kementrian
Negara Riset dan Teknologi(RISTEK). Sedangkan instansi yang ditunjuk dan
bertanggung jawab untuk mengeluarkan INFO GEMPA dan PERINGATAN
TSUNAMI adalah BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika). Sistem
ini didesain untuk dapat mengeluarkan peringatan tsunami dalam waktu paling lama
5 menit setelah gempa terjadi.
Sistem Peringatan Dini memiliki 4 komponen:
1. Pengetahuan mengenai Bahaya dan Resiko,
2. Peramalan,
3. Peringatan, dan Reaksi.Observasi (Monitoring gempa dan
permukaan laut),
4. Integrasi dan Diseminasi Informasi, Kesiapsiagaan.

Rambatan Tsunami

Kecepatan rambat gelombang tsunami berbeda-beda, tergantung pada kedalaman


laut. Di laut dalam, kecepatan rambat tsunami mencapai 500 – 1000km per jam atau
setara dengan kecepatan pesawat terbang namun ketinggiangelombangnya hanya
sekitar 1 meter.Ketika gelombang tsunami ini sudah mendekati pantai, kecepatan
rambatnya hanya sekitar 30 km per jam, namun ketinggian gelombangnya bisa
mencapai puluhan meter. Ini sebabnya banyak orang yang sedang berlayar di laut
dalam tak menyadari adanya tsunami. kehancuran mengerikan yang disebabkan oleh
tsunami.

Karakteristik Tsunami

a. Kecepatan Tsunami
Secara empiris, kecepatan tsunami tergantung pada kedalaman laut dan percepatan
gravitasi di tempat tersebut. Untuk di laut dalam, kecepatan tsunami bisa setara
dengan kecepatan pesawat jet, yaitu sekitar 800 km/jam. Semakin dangkal lautnya,
kecepatan tsunami semakin berkurang, yaitu berkisar antara 2 – 5 km/jam.
b. Ketinggian Tsunami
Ketinggian gelombang Tsunami berbanding terbalik dengan kecepatanya. Artinya,
jika kecapatan tsunami besar, tetapi ketinggian gelombang tsunami hanya beberapa
puluh centimeter saja. Sebaliknya untuk di daerah pantai, kecepatan tsunaminya
kecil, sedangkan ketinggian gelombangnya cukup tinggi, bisa mencapai puluhan
meter.Ketinggian tsunami di pantai dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya
adalah bentuk pantainya. Ada 2 (dua) bentuk pantai yaitu :
· Pantainya Terjal
Bentuk pantai seperti ini mengakibatkan bagian utama dari energi tsunami
dipantulkan oleh slope (pembatas). Sehingga pemantulannya secara utuh mengikuti
periode tsunami, tanpa pecah. Tinggi gelombang yang gelombang yang dihasilkan
antara 1 – 2 meter.
· Pantainya Landai
Bentuk pantai ini mengakibtkan energi tsunami akan dinaikkan oleh pantai, disini
berlaku prinsip dasar energi, yakni energi selalu konstan. Sehingga jika
kecepatannya berkurang maka amplitudonya besar, panjang gelombangnya
berkurang dan mengakibatkan pecahnya gelombang. Hal inilah yang
mengakibatkan tinggi gelombang tsunami bisa mencapai puluhan meter.

Proses Terjadinya Tsunami


Tsunami dapat terjadi jika terjadi gangguan yang menyebabkan perpindahan
sejumlah besar air, seperti letusan gunung api, gempa bumi, longsor maupun meteor
yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa bumi bawah laut.
Dalam rekaman sejarah beberapa tsunami diakibatkan oleh gunung meletus,
misalnya ketika meletusnya Gunung Krakatau.
Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun
secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang berada di
atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai
di pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.
Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana gelombang
terjadi, dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam. Bila tsunami
mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya
sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi gelombang
tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun saat mencapai pantai
tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena terjadi penumpukan masa
air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan jauh dari garis
pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa
kilometer.
Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi juga
banyak terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup ke bawah
lempeng benua.
Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat
mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang
menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun
secara tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya terganggu.
Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh dari atas. Jika
ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi megatsunami yang
tingginya mencapai ratusan meter.

Dampak Tsunami
Dampak Positif dari bencana Tsunami :
1. Bencana alam merenggut banyak korban, sehingga lapangan pekerjaan menjadi
terbuka luas bagi yang masih hidup
2. Kegunaan secara Psikologis: Menjalin kerjasama dan bahu- membahu untuk
menolong korban bencana, menimbulkan efek kesadaran bahwa manusia itu saling
membutuhkan satu sama lain.
3. Kita bisa mengetahui samapai dimanakah konstruksi bangunan kita serta
kelemahannya, dan kita dapat melakukan inovasi baru untuk penangkalan apabila
bencana tersebut datang kembali tetapi dengan konstruksi yang lebih baik.

Dampak Negatif dari bencana Tsunami


1. Merusak apa saja yang dilaluinya. bangunan, tumbuh-tumbuhan dan dan
mengakibatkan korban jiwa manusia, serta menyebabkan genangan, pencemaran air
asin lahan pertanian, tanah, dan air bersih.
2. Banyak tenaga kerja ahli yang menjadi korban, sehingga sulit mencari lagi tenaga
ahli yang sesuai dalam bidang pekerjaannya.
3. Pemerintah akan kewalahan dalam pelaksanaan pembangunan pasca bencana,
karena faktor dana yang besar.
4. Menambah tingkat kemiskinan apabila ada masyarakat korban bencana yang
kehilangan harta benda.

Mitigasi Tsunami
Mitigasi meliputi segala tindakan yang mencegah bahaya, mengurangi kemungkinan
terjadinya bahaya, dan mengurangi daya rusak suatu bahaya yang tidak dapat
dihindarkan. Mitigasi adalah dasar managemen situasi darurat. Mitigasi dapat
didefinisikan sebagai “aksi yang mengurangi atau menghilangkan resiko jangka
panjang bahaya bencana alam dan akibatnya terhadap manusia dan harta-benda”
(FEMA, 2000). Mitigasi adalah usaha yang dilakukan oleh segala pihak terkait pada
tingkat negara, masyarakat dan individu.

Untuk mitigasi bahaya tsunami atau untuk bencana alam lainnya, sangat diperlukan
ketepatan dalam menilai kondisi alam yang terancam, merancang dan menerapkan
teknik peringatan bahaya, dan mempersiapkan daerah yang terancam untuk
mengurangi dampak negatif dari bahaya tersebut. Ketiga langkah penting tersebut:
1) penilaian bahaya (hazard assessment), 2) peringatan (warning), dan 3) persiapan
(preparedness) adalah unsur utama modelpencegahan. Unsur kunci lainnya yang
tidak terlibat langsung dalam pencegahantetapi sangat mendukung adalah penelitian
yang terkait (tsunami-related research).
· Penilaian Bahaya (Hazard Assessment)
Unsur pertama untuk mitigasi yang efektif adalah penilaian bahaya. Untuk
setiap komunitas pesisir, penilaian bahaya tsunami diperlukan untuk
mengidentifikasi populasi dan aset yang terancam, dan tingkat ancaman (level of
risk). Penilaian ini membutuhkan pengetahuan tentang karakteristik sumber
tsunami, probabilitas kejadian, karakteristik tsunami dan karakteristik morfologi
dasar laut dan garis pantai. Untuk beberapa komunitas, data dari tsunami yang
pernah terjadi dapat membantu kuantifikasi faktor-faktor tersebut. Untuk komunitas
yang tidak atau hanya sedikit memiliki data dari masa lalu, model numerik tsunami
dapat memberikan perkiraan. Tahapan ini umumnya menghasilkan peta potensi
bahaya tsunami, yang sangat penting untuk memotivasi dan merancang kedua unsur
mitigasi lainnya, peringatan dan persiapan.

· Data Rekaman Tsunami (Historical Tsunami Data)


Rekaman data umumnya tersedia dalam banyak bentuk dan di banyak tempat.
Format yang ada mencakup publikasi dan katalog manuskrip, laporan penyelidikan
lapangan, pengalaman pribadi, berita koran, rekaman film dan video. Salah satu
instansi riset penyimpan data terbesar adalah International Tsunami Information
Center di Honolulu, Hawaii
· Data Paleo Tsunami
Penelitian paleotsunami juga dapat dilakukan pada endapan tsunami di daerah
pesisir dan bukti-bukti lainnya yang terkait dengan pergeseran sesar penyebab
gempabumi tsunamigenik.
Penyelidikan pasca tsunami
Survey penyelidikian pasca tsunami dilakukan mengikuti suatu peristiwa
tsunami yang baru terjadi untuk mengukur batas inundasi dan merekam keterangan
saksi mata mengenai jumlah gelombang, waktu kedatangan gelombang, dan
gelombang mana yang terbesar.

Peringatan (warning)

Unsur kunci kedua untuk mitigasi tsunami yang efektif adalah suatu sistem
peringatan untuk memberi peringatan kepada komunitas pesisir tentang bahaya
tsunami yang tengah mengancam. Sistem peringatan didasarkan kepada data gempa
bumi sebagai peringatan dini, dan data perubahan muka air laut untuk konfirmasi
dan pengawasan tsunami. Sistem peringatan juga mengandalkan berbagai saluran
komunikasi untuk menerima data seismik dan perubahan muka airlaut, dan untuk
memberikan pesan kepada pihak yang berwenang. Pusat peringatan (warning
center) haruslah: 1) cepat – memberikan peringatan secepat mungkin setelah
pembentukan tsunami potensial terjadi, 2) tepat – menyampaikan pesan tentang
tsunami yang berbahaya seraya mengurangi peringatan yang keliru, dan 3)
dipercaya – bahwa sistem bekerja terus-menerus, dan pesan mereka disampaikan
dan diterima secara langsung dan mudah dipahami oleh pihak-pihak yang
berkepentingan.
1. Data
Sistem peringatan membutuhkan data seismik dan muka airlaut setiap saat
secara cepat (real atau near-real time). Sistem ini juga membutuhkan rekaman data
gempabumi dan tsunami yang pernah terjadi. Kedua jenis data tersebut
dipergunakan untuk dapat secara cepat mendeteksi dan melokalisasi gempa bumi
tsunamigenik potensial, untuk mengkonfirmasi apakah tsunami telah terbentuk, dan
untuk memperkirakan dampak potensial terhadap daerah pesisir yang menjadi
tanggungjawabnya.

Data seismic
Sinyal seismik – getaran dari gempabumi yang bergerak secara cepat melalui kulit
bumi – dipergunakan oleh pusat peringatan untuk mendeteksi terjadinya
gempabumi, dan kemudian untuk menentukan lokasi dan skalanya. Berdasarkan
informasi tersebut, statistik likelihood tsunami yang terbentuk dapat diperkirakan
secara cepat, dan peringatan dini atau informasi yang sesuai dapat dikeluarkan.
Seismometer standard periode pendek (0.5-2 sec/cycle) dan periode panjang (18-22
sec/cycle) menghasilkan data untuk menentukan lokasi dan skala gempabumi.
Seismometer skala luas — broadband seismometers (0.01-100 sec/cycle) dapat pula
dipergunakan untuk kedua tujuan diatas dan juga untuk penghitungan momen
seismik yang sangat berguna untuk menyempurnakan analisis data yang dilakukan.

Data muka air laut


Pengukur variasi muka laut (water-level gauges) adalah instrumen yang sangat
penting dalam sistem peringatan tsunami. Mereka dipergunakan untuk konfirmasi
secara cepat tentang kehadiran atau tidaknya suatu tsunami mengikuti peristiwa
gempabumi, untuk mengamati perkembangan tsunami, untuk membantu estimasi
tingkat bahaya, dan menyediakan alasan untuk memutuskan bahaya telah berlalu.
Gauges kadangkala merupakan satu-satunya cara untuk mendeteksi tsunami ketika
data seismik tidak mendukung, atau bila tsunami bukan disebabkan oleh
gempabumi.
Untuk bisa memberikan peringatan secara efektif, gauges perlu diletakkan di dekat
sumber tsunami sehingga konfirmasi secara cepat diperoleh, apakah tsunami telah
terbentuk atau tidak, dan perkiraan awal mengenai ukuran tsunami. Mereka harus
pula diletakkan diantara sumber dan daerah pesisir yang terancam untuk memonitor
perkembangannya dan membantu memprediksi dampaknya. Untuk tsunami lokal,
gauges dibutuhkan di sepanjang garis pantai untuk memperoleh konfirmasi tercepat
dan untuk evaluasi.

Data rekaman tsunami dan gempa bumi


Pusat peringatan membutuhkan akses cepat kepada data rekaman tsunami dan
gempabumi untuk membantu memperkirakan apakah suatu gempabumi dari suatu
lokasi dapat menyebabkan tsunami, dan apakah tsunami tersebut berbahaya bagi
daerah tanggung jawab mereka. Sebagai contoh, adalah sangat berguna untuk
mengetahui bila zona subduksi pada suatu daerah pernah mengalami gempabumi
berskala 8 tetapi tidak pernah menghasilkan tsunami. Juga sangat berguna untuk
mengetahui karakteristik rekaman data muka airlaut untuk tsunami yang berbahaya
dan yang tidak berbahaya pada suatu daerah.

Data model numeric


Dewasa ini, pusat peringatan mulai mempergunakan data dari model numerik untuk
memberikan panduan dalam prediksi tingkat bahaya tsunami berdasarkan parameter
gempabumi dan data muka airlaut tertentu.

Data lainnya
Jenis data lainnya yang diperlukan oleh pusat peringatan adalah seperti data letusan
gunungapi atau tanah longsor yang terjadi di dekat tubuh airlaut.

2. Komunikasi
Sistem peringatan tsunami membutuhkan komunikasi yang unik dan ekstensif.
Data seismik dan perubahan muka airlaut harus dikirim dari lokasi secara cepat dan
dapat dipercaya oleh penerima.

3. Akses Data Real Time


Data seismik dan perubahan muka airlaut supaya berguna haruslah dapat
diterima secara cepat real atau very near real time. Banyak teknik komunikasi yang
bisa dipergunakan, seperti radio VHF, gelombang mikro, transmisi satelit.

4. Penyebaran Pesan
Penyampaian pesan kepada para pengguna juga sama pentingnya
sebagaimana mendapatkan data secara real time. Penyampaian pesan dapat secara
cepat dilakukan melalui Global Telecommunications System (GTS) atau
Aeronautical Fixed Telecommunications Network (AFTN). Pesan dapat pula
disampaikan secara konvensional melalui e-mail, telpon atau fax.

Persiapan
Kegiatan kategori ini tergantung pada penilaian bahaya dan peringatan. Persiapan
yang layak terhadap peringatan bahaya tsunami membutuhkan pengetahuan tentang
daerah yang kemungkinan terkena bahaya dan pengetahuan tentang sistem
peringatan untuk mengetahui kapan harus mengevakuasi dan kapan saatnya kembali
ketika situasi telah aman. Tanpa kedua pengetahuan akan muncul kemungkinan
kegagalan mitigasi bahaya tsunami. Tingkat kepedulian publik dan pemahamannya
terhadap tsunami juga sangat penting. Jenis persiapan lainnya adalah perencanaan
tata ruang yang menempatkan lokasi fasilitas vital masyarakat seperti sekolah,
kantor polisi dan pemadam kebakaran, rumah sakit berada diluar zona bahaya.
Usaha-usaha keteknikan untuk membangun struktur yang tahan terhadap tsunami,
melindungi bangunan yang telah ada dan menciptakan breakwater penghalang
tsunami juga termasuk bagian dari persiapan.
1. Evakuasi
Rencana evakuasi dan prosedurnya umumnya dikembangkan untuk tingkat lokal,
karena rencana ini membutuhkan pengetahuan detil tentang populasi dan fasilitas
yang terancam bahaya, dan potensi lokal yang dapat diterapkan untuk mengatasi
masalah. Tsunami lokal hampir tidak menyediakan waktu yang cukup untuk
peringatan formal dan disertai gempabumi, sementara tsunami distan mungkin
memberi waktu beberapa jam untuk persiapan sebelum gelombang yang pertama
tiba. Sehingga persiapan evakuasi dan prosedurnya harus disiapkan untuk kedua
skenario tersebut.

3. Pendidikan
Mitigasi tsunami harus mengandung rencana untuk meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan oleh masyarakat luas, pemerintah lokal, dan para pembuat kebijakan
tentang sifat-sifat tsunami, kerusakan dan bahaya yang disebabkan dan langkah-
langkah yang diperlukan untuk mengurangi bahaya.

4. Tata Guna Lahan


Sebagai konsekuensi pertumbuhan penduduk global, daerah pesisir yang rawan
tsunami berkembang dengan cepat. Karena tidak mungkin untuk menghentikan
pembangunan, sebaiknya dilakukan pencegahan pembangunan fasilitas umum pada
zona rawan bencana tsunami, seperti sekolah, polisi, pemadam kebakaran dan
rumah sakit yang memiliki arti penting bagi populasi ketika bahaya sewaktu-waktu
terjadi. Sebagai tambahan, hotel dan penginapan juga perlu ditempatkan pada lokasi
yang sesuai dengan prosedur evakuasi untuk memberikan keamanan kepada para
tamunya.

5. Keteknikan
Keteknikan dapat membantu mitigasi tsunami. Bangunan dapat diperkuat sehingga
tahan terhadap tekanan gelombang dan arus yang kuat. Fondasi struktur dapat
dikonstruksikan menahan erosi dan penggerusan oleh arus. Lantai dasar suatu
bangunan dapat dibuat terbuka sehingga mampu membiarkan airlaut melintas, hal
ini menolong mengurangi sifat penggerusan arus pada fondasi. Bagian penting dari
suatu bangunan seperti generator cadangan, motor elevator dapat ditempatkan pada
lantai yang tidak terkena banjir. Benda-benda berat berbahaya seperti tanki yang
dapat hanyut terbawa banjir sebaiknya ditanamkan ke tanah. Sistem transportasi
dikonstruksikan atau dimodifikasi sehingga mampu memfasilitasi evakuasi massal
secara cepat keluar dari daerah bahaya. Beberapa struktur penahan gelombang laut
seperti seawall, sea dikes, breakwaters, river gates, juga mampu menahan atau
mengurangi tekanan
tsunami.
Persiapan Menghadapi Tsunami

· Mengetahui pusat informasi bencana, seperti Posko Bencana, Palang Merah


Indonesia, Tim SAR. Kenali areal rumah, sekolah, tempat kerja, atau tempat lain
yang beresiko. Mengetahui wilayah dataran tinggi dan dataran rendah yang beresiko
terkena Tsunami.
· Jika melakukan perjalanan ke wilayah rawan Tsunami, kenali hotel, motel, dan
carilah pusat pengungsian. Adalah penting mengetahui rute jalan keluar yang
ditunjuk setelah peringatan dikeluarkan.
· Siapkan kotak Persediaan Pengungsian dalam suatu tempat yang mudah dibawa
(ransel punggung), di dekat pintu.
· Siapkan peersediaan makanan dan air minum untuk pengungsian.
· Siapkan selalu peralatan P3K lengkap.
· Membawa barang secukupnya saja untuk keperluan pengungsian.
· Segera mengungsi setelah ada pemberitahuan dari pihak yang berwenang atas
penyebaran informasi tentang tsunami.
· Jika hanya ada sedikit waktu sebelum datang tsunami,segera mencari pintu dan
mencari jalan keluar dari rumah atau gedung dengan segera.
· Carilah tempat yang tinggi dan aman dari gelombang tsunami,atau mengikuti
rute dan tempat yang suah ditetapkan oleh pihak yang berwenang.
· Utamakan keselamatan terlebih dahulu, jika terjadi kerusakan pada tempat Anda
berada,bila ingin menyelamatkan harta benda carilah yang mudah dan ringan
dibawa.
· Pastikan tidak ada anggota keluarga yang tertinggal pada saat pergi ke tempat
evakuasi. Jika bisa ajaklah tetangga dekat Anda untuk pergi bersama-sama.
· Jika tsunami terjadi pada saat Anda sedang menyetir kendaraan, cepat keluar dan
cari tempat yang tinggi dan aman.
· Setelah Terjadi Tsunami, Periksa kesediaan makanan. Makanan apapun yang
terkena air mungkin sudah tercemar dan harus dibuang.
· Memberikan bantuan kepada korban luka-luka. Berikan bantuan P3K dan
panggil bantuan. Jangan pindahkan orang yang terluka, kecuali yang luka serius.
· Segera membangun tenda pengungsian apabila keadaan untuk kembali ke rumah
tidak memungkinkan.
· Pastikan keadaan sudah aman dan tidak terjadi tsunami susulan sebelum kembali
ke rumah.Bila keadaan rumah tidak memungkinkan untuk ditempati carilah tempat
tinggal yang bisa ditempati atau kembali ke tempat pengungsian.

Cara Penanggulangan Tsunami


Adapun cara yang dilakukan untuk penanggulangan bencana tsunami adalah :
· Melaksanakan evakuasi secara intensif.
· Melaksanakan pengelolaan pengungsi.
· Melakukan terus pencarian orang hilang, dan pengumpulan jenazah.
· Membuka dan hidupkan jalur logistik dan lakukan resuplay serta pendistribusian
· logistik yang diperlukan.
· Membuka dan memulihkan jaringan komunikasi antar daerah atau kota.
· Melakukan pembersihan kota yang hancur dan penuh puing dan lumpur.
· Menggunakan dana pemerintah untuk penanggulangan bencana dan gunakan pula
dengan
· tepat sumbangan dana baik dari dalam maupun luar negeri.
· Menyambut dengan baik dan libatkan unsur civil society.

Upaya Penyelamatan diri saat terjadi Tsunami


· Sebesar apapun bahaya tsunami, gelombang ini tidak datang setiap saat.
Janganlah ancaman bencana alam ini mengurangi kenyamanan menikmati pantai
dan lautan.
· Jika berada di sekitar pantai, terasa ada guncangan gempabumi, air laut dekat
pantaisurut secara tiba-tiba sehingga dasar laut terlihat, segeralah lari menuju ke
tempat yangtinggi (perbukitan atau bangunan tinggi) sambil memberitahukan
teman-teman yang lain.
· Jika sedang berada di dalam perahu atau kapal di tengah laut serta mendengar
berita daripantai telah terjadi tsunami, jangan mendekat ke pantai. Arahkan perahu
ke laut.
· Jika gelombang pertama telah datang dan surut kembali, jangan segera turun ke
daerahyang rendah. Biasanya gelombang berikutnya akan menerjang.
· Jika gelombang telah benar-benar mereda, lakukan pertolongan pertama pada
korban. Jika berada di sekitar pantai, terasa ada guncangan gempabumi, air laut
dekat pantaisurut secara tiba-tiba sehingga dasar laut terlihat, segeralah lari menuju
ke tempat yangtinggi (perbukitan atau bangunan tinggi) sambil memberitahukan
teman-teman yang lain.
· Jika sedang berada di dalam perahu atau kapal di tengah laut serta mendengar
berita daripantai telah terjadi tsunami, jangan mendekat ke pantai. Arahkan perahu
ke laut.
· Jika gelombang pertama telah datang dan surut kembali, jangan segera turun ke
daerahyang rendah. Biasanya gelombang berikutnya akan menerjang.
· Jika gelombang telah benar-benar mereda, lakukan pertolongan pertama pada
korban.
·
Data Historis Tsunami
· 1 November 1755, setelah gempa bumi kolosal menghancurkan Lisbon, Portugal
dan pegunungan di Eropa, orang menyelamatkan diri dengan menggunakan perahu.
Namun Tsunami akhirnya menyusul. Peristiwa mengerikan secara bersamaan
tersebut membunuh lebih dari 60 ribu orang.
· 27 Agustus 1883, letusan gunung Krakatau memicu terjadinya tsunami yang
menenggelamkan 36 ribu orang Indonesia yang berada di pulau Jawa bagian barat
dan utara Sumatera. Kekuatan gelombang mendorong 600 ton blok terumbu karang
menuju tepi pantai bersama dengan arus tsunami yang besar.
· 15 Juni 1896, gelombang setinggi 30 meter, disebabkan oleh gempa bumi
menyapu pantai timur Jepang.Sebanyak 27 ribu orang menjadi korban.
· 1 April 1946, tsunami April Fool, dipicu sebuah gempa yang terjadi di Alaska,
membunuh 159 orang, dan kebanyakan berada di kepulauan Hawaii.
· 9 Juli 1958, diingat sebagai tsunami terbesar yang pernah dicatat oleh masa
modern, Gempa di Teluk Lituya Alaska disebabkan oleh tanah longsor yang
awalnya dipicu oleh gempa bumi berskala 8,3 skala richter. Gelombang sangat
tinggi, tetapi karena wilayah tersebut relatif terisolasi dan kondisi geologinya unik
maka tsunami tidak menyebabkan banyak kerusakan. Tapi hanya menenggelamkan
satu perahu dan membunuh dua orang
· 22 Mei 1960, salah satu gempa besar yang tercatat manusia terjadi di Chile
sebesar 8,6 skala richter, menciptakan tsunami yang menerjang pantai Chile dalam
waktu kurang dari 15 menit. Gelombang setinggi 25 meter membunuh 1500 orang
di Chile dan Hawaii,menjadi tsunami yang cukup besar.
· 27 Maret 1964, dikenal sebagai gempa bumi Good Friday Alaska, dengan
kekuatan sekitar 8,4 skala richter menggulung dengan kecepatan 400 mil per jam
tsunami di Valdez Inlet dengan ketinggian 6,7 meter, membunuh lebih dari 120
orang.Sepuluh orang yang menjadi korban di kota Crescent, di utara California,
yang sempat menyaksikan gelombang setinggi 6,3 meter
· 23 Agustus 1976, sebuah tsunami di barat daya Filipina membunuh 8 ribu
korban jiwa akibat gempa bumi yang terjadi 30 menit setelah adanya gempa.
· 17 Juli 1998, sebuah gempa berkekuatan 7,1 skala richter menyebabkan tsunami
di Papua Nugini yang membunuh 2200 orang dengan sangat cepat.
· 26 Desember 2004, gempa kolosal dengan kekuatan 9,1 dan 9,3 skala richter
setinggi 3,5 meter mengguncang Indonesia dan membunuh 230 ribu jiwa, sebagian
besar karena tsunami. Gempa tersebut dinamakan sebagai gempa Sumatera-
Andaman dan tsunami yang terjadi kemudian dikenal sebagai tsunami lautan
Hindia. Gelombang yang terjadi menimpa banyak belahan dunia lain, sejauh hingga
Nova Scotia dan Peru.
· 2006 – 17 Juli, Gempa yang menyebabkan tsunami terjadi di selatan
pulau Jawa, Indonesia, dan setinggi maksimum ditemukan 21 meter di Pulau
Nusakambangan. Memakan korban jiwa lebih dari 500 orang. Dan berasal dari
selatan kota Ciamis
· 2007 – 12 September, Bengkulu, Memakan korban jiwa 3 orang. Ketinggian
tsunami 3-4 m.
· 2010 – 27 Februari, Santiago, Chili,yang memakan korban jiwa yang tidak
sedikit.

·
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Dari uraian makalah di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
Tsunami adalah gelombang laut yang disebabkan oleh gempa bumi, tanah
longsor, meteor atau letusan gunung berapi yang terjadi di laut.Terjadinya Tsunami
diakibatkan oleh adanya gangguan yang menyebabkan perpindahan sejumlah besar
air meluap ke daratan, seperti letusan gunung api, gempa bumi, longsor maupun
meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa bumi bawah
laut.Dampak Tsunami sebagian besar mengakibatkan kerusakan parah dan banyak
menelan korban jiwa dan harta benda sehingga perlu adanya upaya untuk
menghadapi tsunami baik dalam keadaan waspada, persiapan, saat terjadi tsunami
dan setelah terjadi tsunami serta berbagai macam cara untuk menanggulangi
bencana tsunami.

Saran

Untuk mengantisipasi datangnya tsunami yang sampai saat ini belum bisa
diprediksikan dengan tepat kapan dan dimana akan terjadi maka dapat dilakukan
beberapa langkah sebagai berikut :
Selalu waspada dan memantau dengan aktif informasi tentang bahaya tsunami dari
pihak yang berwenang terhadap adanya potensi tsunami terutama penduduk yang
bermukim didekat pantai.Menentukan tempat-tempat berlindung yang tinggi dan
aman jika terjadi tsunami. Menyediakan persediaan makanan dan air minum untuk
keperluan darurat dan pengungsian. Menyiapkan tas ransel yang berisi (atau dapat
diisi) barang-barang yang sangat dibutuhkan di tempat pengungsian seperti
perlengkapan P3K atau obat-obatan.
DAFTAR PUSTAKA

· https://maranugraha.wordpress.com/2011/01/01/penanggulangan-bencana-
tsunami/
· http://falah-kharisma.blogspot.com/2015/08/pencegahan-dan-penanggulangan-
tsunami.html

Anda mungkin juga menyukai