MEMAHAMI GEJALA
ALAM ABIOTIK
Di Susun Oleh :
Sri Suhesti
Nurhasanah
Kelas : X Akutansi
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah Ilmu
Pengetahuan Alam tentang Gejala Alam Abiotik yaitu Tsunami. Tujuan dari
pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai gejala alam
abiotik yang terjadi dipermukaan bumi serta beberapa dampak dan solusi
penanggulangannya.
Makalah ini penulis buat dalam rangka memenuhi tugas mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam. Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah memberikan dorongan, motivasi, bimbingan,kritik dan
saran yang telah diberikan sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu referensi,
petunjuk maupun pedoman dan juga berguna untuk menambah pengetahuan bagi
para pembaca.
Makalah Ilmu Penetahuan Alam ini tentu masih banyak kekurangan dalam
penyusunannya baik dari kata-kata maupun isi yang terkandung didalamnya. Oleh
karena itu penulis berharap kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
2.1. Latar Belakang
2.2. Pokok Bahasan
2.3. Tujuan Pembuatan Makalah
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Gejala Alam Abiotik
2.2. Jenis-Jenis Gejala Alam
2.3. Penjelasan
2.4. Penanggulangan Bencana Alam
BAB III PENUTUP
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
2.3 Penjelasan
Dalam beberapa jenis bencana alam diatas penulis memilih bencana alam
Tsunami.
Tsunami (bahasa Jepang: 津波; tsu = pelabuhan, nami = gelombang, secara harafiah
berarti "ombak besar di pelabuhan") adalah perpindahan badan air yang disebabkan
oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan
permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di bawah
laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau atau hantaman
meteor di laut. Gelombang tsunami dapat merambat ke segala arah. Di laut dalam,
gelombang tsunami dapat merambat dengan kecepatan 500-1000 km per jam. Setara
dengan kecepatan pesawat terbang. Ketinggian gelombang di laut dalam hanya
sekitar 1 meter. Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa oleh kapal yang
sedang berada di tengah laut. Ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang
tsunami menurun hingga sekitar 30 km per jam, namun ketinggiannya sudah
meningkat hingga mencapai puluhan meter. Hantaman gelombang Tsunami bisa
masuk hingga puluhan kilometer dari bibir pantai. Kerusakan dan korban jiwa yang
terjadi karena Tsunami bisa diakibatkan karena hantaman air maupun material yang
terbawa oleh aliran gelombang tsunami.
Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak bangunan, tumbuh-
tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia yang dilaluinya serta
menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air bersih.
Penyebab tsunami
Tsunami tidak akan terjadi jika tidak ada faktor pemicu. Faktor penyebab terjadinya
tsunami ini adalah:
· Gempa bumi yang berpusat di bawah laut
Meskipun demikian, tidak semua gempa bumi dibawah laut berpotensi
menimbulkan tsunami. Gempa bumi dasar laut dapat menjadi pernyebab terjadinya
tsunami adalah gempa bumi dengan kriteria sebagai berikut:
· Gempa bumi yang terjadi di dasar laut.
· Pusat gempa kurang dari 30 km dari permukaan laut.
· Magnitudo gempa lebih besar dari 6,0 SR.
· Jenis pensesaran gempa tergolong sesar vertikal (sesar naik atau turun).
Rambatan Tsunami
Karakteristik Tsunami
a. Kecepatan Tsunami
Secara empiris, kecepatan tsunami tergantung pada kedalaman laut dan percepatan
gravitasi di tempat tersebut. Untuk di laut dalam, kecepatan tsunami bisa setara
dengan kecepatan pesawat jet, yaitu sekitar 800 km/jam. Semakin dangkal lautnya,
kecepatan tsunami semakin berkurang, yaitu berkisar antara 2 – 5 km/jam.
b. Ketinggian Tsunami
Ketinggian gelombang Tsunami berbanding terbalik dengan kecepatanya. Artinya,
jika kecapatan tsunami besar, tetapi ketinggian gelombang tsunami hanya beberapa
puluh centimeter saja. Sebaliknya untuk di daerah pantai, kecepatan tsunaminya
kecil, sedangkan ketinggian gelombangnya cukup tinggi, bisa mencapai puluhan
meter.Ketinggian tsunami di pantai dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya
adalah bentuk pantainya. Ada 2 (dua) bentuk pantai yaitu :
· Pantainya Terjal
Bentuk pantai seperti ini mengakibatkan bagian utama dari energi tsunami
dipantulkan oleh slope (pembatas). Sehingga pemantulannya secara utuh mengikuti
periode tsunami, tanpa pecah. Tinggi gelombang yang gelombang yang dihasilkan
antara 1 – 2 meter.
· Pantainya Landai
Bentuk pantai ini mengakibtkan energi tsunami akan dinaikkan oleh pantai, disini
berlaku prinsip dasar energi, yakni energi selalu konstan. Sehingga jika
kecepatannya berkurang maka amplitudonya besar, panjang gelombangnya
berkurang dan mengakibatkan pecahnya gelombang. Hal inilah yang
mengakibatkan tinggi gelombang tsunami bisa mencapai puluhan meter.
Dampak Tsunami
Dampak Positif dari bencana Tsunami :
1. Bencana alam merenggut banyak korban, sehingga lapangan pekerjaan menjadi
terbuka luas bagi yang masih hidup
2. Kegunaan secara Psikologis: Menjalin kerjasama dan bahu- membahu untuk
menolong korban bencana, menimbulkan efek kesadaran bahwa manusia itu saling
membutuhkan satu sama lain.
3. Kita bisa mengetahui samapai dimanakah konstruksi bangunan kita serta
kelemahannya, dan kita dapat melakukan inovasi baru untuk penangkalan apabila
bencana tersebut datang kembali tetapi dengan konstruksi yang lebih baik.
Mitigasi Tsunami
Mitigasi meliputi segala tindakan yang mencegah bahaya, mengurangi kemungkinan
terjadinya bahaya, dan mengurangi daya rusak suatu bahaya yang tidak dapat
dihindarkan. Mitigasi adalah dasar managemen situasi darurat. Mitigasi dapat
didefinisikan sebagai “aksi yang mengurangi atau menghilangkan resiko jangka
panjang bahaya bencana alam dan akibatnya terhadap manusia dan harta-benda”
(FEMA, 2000). Mitigasi adalah usaha yang dilakukan oleh segala pihak terkait pada
tingkat negara, masyarakat dan individu.
Untuk mitigasi bahaya tsunami atau untuk bencana alam lainnya, sangat diperlukan
ketepatan dalam menilai kondisi alam yang terancam, merancang dan menerapkan
teknik peringatan bahaya, dan mempersiapkan daerah yang terancam untuk
mengurangi dampak negatif dari bahaya tersebut. Ketiga langkah penting tersebut:
1) penilaian bahaya (hazard assessment), 2) peringatan (warning), dan 3) persiapan
(preparedness) adalah unsur utama modelpencegahan. Unsur kunci lainnya yang
tidak terlibat langsung dalam pencegahantetapi sangat mendukung adalah penelitian
yang terkait (tsunami-related research).
· Penilaian Bahaya (Hazard Assessment)
Unsur pertama untuk mitigasi yang efektif adalah penilaian bahaya. Untuk
setiap komunitas pesisir, penilaian bahaya tsunami diperlukan untuk
mengidentifikasi populasi dan aset yang terancam, dan tingkat ancaman (level of
risk). Penilaian ini membutuhkan pengetahuan tentang karakteristik sumber
tsunami, probabilitas kejadian, karakteristik tsunami dan karakteristik morfologi
dasar laut dan garis pantai. Untuk beberapa komunitas, data dari tsunami yang
pernah terjadi dapat membantu kuantifikasi faktor-faktor tersebut. Untuk komunitas
yang tidak atau hanya sedikit memiliki data dari masa lalu, model numerik tsunami
dapat memberikan perkiraan. Tahapan ini umumnya menghasilkan peta potensi
bahaya tsunami, yang sangat penting untuk memotivasi dan merancang kedua unsur
mitigasi lainnya, peringatan dan persiapan.
Peringatan (warning)
Unsur kunci kedua untuk mitigasi tsunami yang efektif adalah suatu sistem
peringatan untuk memberi peringatan kepada komunitas pesisir tentang bahaya
tsunami yang tengah mengancam. Sistem peringatan didasarkan kepada data gempa
bumi sebagai peringatan dini, dan data perubahan muka air laut untuk konfirmasi
dan pengawasan tsunami. Sistem peringatan juga mengandalkan berbagai saluran
komunikasi untuk menerima data seismik dan perubahan muka airlaut, dan untuk
memberikan pesan kepada pihak yang berwenang. Pusat peringatan (warning
center) haruslah: 1) cepat – memberikan peringatan secepat mungkin setelah
pembentukan tsunami potensial terjadi, 2) tepat – menyampaikan pesan tentang
tsunami yang berbahaya seraya mengurangi peringatan yang keliru, dan 3)
dipercaya – bahwa sistem bekerja terus-menerus, dan pesan mereka disampaikan
dan diterima secara langsung dan mudah dipahami oleh pihak-pihak yang
berkepentingan.
1. Data
Sistem peringatan membutuhkan data seismik dan muka airlaut setiap saat
secara cepat (real atau near-real time). Sistem ini juga membutuhkan rekaman data
gempabumi dan tsunami yang pernah terjadi. Kedua jenis data tersebut
dipergunakan untuk dapat secara cepat mendeteksi dan melokalisasi gempa bumi
tsunamigenik potensial, untuk mengkonfirmasi apakah tsunami telah terbentuk, dan
untuk memperkirakan dampak potensial terhadap daerah pesisir yang menjadi
tanggungjawabnya.
Data seismic
Sinyal seismik – getaran dari gempabumi yang bergerak secara cepat melalui kulit
bumi – dipergunakan oleh pusat peringatan untuk mendeteksi terjadinya
gempabumi, dan kemudian untuk menentukan lokasi dan skalanya. Berdasarkan
informasi tersebut, statistik likelihood tsunami yang terbentuk dapat diperkirakan
secara cepat, dan peringatan dini atau informasi yang sesuai dapat dikeluarkan.
Seismometer standard periode pendek (0.5-2 sec/cycle) dan periode panjang (18-22
sec/cycle) menghasilkan data untuk menentukan lokasi dan skala gempabumi.
Seismometer skala luas — broadband seismometers (0.01-100 sec/cycle) dapat pula
dipergunakan untuk kedua tujuan diatas dan juga untuk penghitungan momen
seismik yang sangat berguna untuk menyempurnakan analisis data yang dilakukan.
Data lainnya
Jenis data lainnya yang diperlukan oleh pusat peringatan adalah seperti data letusan
gunungapi atau tanah longsor yang terjadi di dekat tubuh airlaut.
2. Komunikasi
Sistem peringatan tsunami membutuhkan komunikasi yang unik dan ekstensif.
Data seismik dan perubahan muka airlaut harus dikirim dari lokasi secara cepat dan
dapat dipercaya oleh penerima.
4. Penyebaran Pesan
Penyampaian pesan kepada para pengguna juga sama pentingnya
sebagaimana mendapatkan data secara real time. Penyampaian pesan dapat secara
cepat dilakukan melalui Global Telecommunications System (GTS) atau
Aeronautical Fixed Telecommunications Network (AFTN). Pesan dapat pula
disampaikan secara konvensional melalui e-mail, telpon atau fax.
Persiapan
Kegiatan kategori ini tergantung pada penilaian bahaya dan peringatan. Persiapan
yang layak terhadap peringatan bahaya tsunami membutuhkan pengetahuan tentang
daerah yang kemungkinan terkena bahaya dan pengetahuan tentang sistem
peringatan untuk mengetahui kapan harus mengevakuasi dan kapan saatnya kembali
ketika situasi telah aman. Tanpa kedua pengetahuan akan muncul kemungkinan
kegagalan mitigasi bahaya tsunami. Tingkat kepedulian publik dan pemahamannya
terhadap tsunami juga sangat penting. Jenis persiapan lainnya adalah perencanaan
tata ruang yang menempatkan lokasi fasilitas vital masyarakat seperti sekolah,
kantor polisi dan pemadam kebakaran, rumah sakit berada diluar zona bahaya.
Usaha-usaha keteknikan untuk membangun struktur yang tahan terhadap tsunami,
melindungi bangunan yang telah ada dan menciptakan breakwater penghalang
tsunami juga termasuk bagian dari persiapan.
1. Evakuasi
Rencana evakuasi dan prosedurnya umumnya dikembangkan untuk tingkat lokal,
karena rencana ini membutuhkan pengetahuan detil tentang populasi dan fasilitas
yang terancam bahaya, dan potensi lokal yang dapat diterapkan untuk mengatasi
masalah. Tsunami lokal hampir tidak menyediakan waktu yang cukup untuk
peringatan formal dan disertai gempabumi, sementara tsunami distan mungkin
memberi waktu beberapa jam untuk persiapan sebelum gelombang yang pertama
tiba. Sehingga persiapan evakuasi dan prosedurnya harus disiapkan untuk kedua
skenario tersebut.
3. Pendidikan
Mitigasi tsunami harus mengandung rencana untuk meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan oleh masyarakat luas, pemerintah lokal, dan para pembuat kebijakan
tentang sifat-sifat tsunami, kerusakan dan bahaya yang disebabkan dan langkah-
langkah yang diperlukan untuk mengurangi bahaya.
5. Keteknikan
Keteknikan dapat membantu mitigasi tsunami. Bangunan dapat diperkuat sehingga
tahan terhadap tekanan gelombang dan arus yang kuat. Fondasi struktur dapat
dikonstruksikan menahan erosi dan penggerusan oleh arus. Lantai dasar suatu
bangunan dapat dibuat terbuka sehingga mampu membiarkan airlaut melintas, hal
ini menolong mengurangi sifat penggerusan arus pada fondasi. Bagian penting dari
suatu bangunan seperti generator cadangan, motor elevator dapat ditempatkan pada
lantai yang tidak terkena banjir. Benda-benda berat berbahaya seperti tanki yang
dapat hanyut terbawa banjir sebaiknya ditanamkan ke tanah. Sistem transportasi
dikonstruksikan atau dimodifikasi sehingga mampu memfasilitasi evakuasi massal
secara cepat keluar dari daerah bahaya. Beberapa struktur penahan gelombang laut
seperti seawall, sea dikes, breakwaters, river gates, juga mampu menahan atau
mengurangi tekanan
tsunami.
Persiapan Menghadapi Tsunami
·
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari uraian makalah di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
Tsunami adalah gelombang laut yang disebabkan oleh gempa bumi, tanah
longsor, meteor atau letusan gunung berapi yang terjadi di laut.Terjadinya Tsunami
diakibatkan oleh adanya gangguan yang menyebabkan perpindahan sejumlah besar
air meluap ke daratan, seperti letusan gunung api, gempa bumi, longsor maupun
meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa bumi bawah
laut.Dampak Tsunami sebagian besar mengakibatkan kerusakan parah dan banyak
menelan korban jiwa dan harta benda sehingga perlu adanya upaya untuk
menghadapi tsunami baik dalam keadaan waspada, persiapan, saat terjadi tsunami
dan setelah terjadi tsunami serta berbagai macam cara untuk menanggulangi
bencana tsunami.
Saran
Untuk mengantisipasi datangnya tsunami yang sampai saat ini belum bisa
diprediksikan dengan tepat kapan dan dimana akan terjadi maka dapat dilakukan
beberapa langkah sebagai berikut :
Selalu waspada dan memantau dengan aktif informasi tentang bahaya tsunami dari
pihak yang berwenang terhadap adanya potensi tsunami terutama penduduk yang
bermukim didekat pantai.Menentukan tempat-tempat berlindung yang tinggi dan
aman jika terjadi tsunami. Menyediakan persediaan makanan dan air minum untuk
keperluan darurat dan pengungsian. Menyiapkan tas ransel yang berisi (atau dapat
diisi) barang-barang yang sangat dibutuhkan di tempat pengungsian seperti
perlengkapan P3K atau obat-obatan.
DAFTAR PUSTAKA
· https://maranugraha.wordpress.com/2011/01/01/penanggulangan-bencana-
tsunami/
· http://falah-kharisma.blogspot.com/2015/08/pencegahan-dan-penanggulangan-
tsunami.html