Anda di halaman 1dari 12

MANAJEMEN PRA BENCANA

MANAJEMEN BENCANA ALAM TSUNAMI

DISUSUN OLEH :

MOCHAMAD RIZAL MAHENDRA (29.0670)


DIAJENG ASADINASTI PENANGGUNGAN (30. 0662)
MUHAMMAD HAMRIN NUR WAHYU (30.1209)

KELAS
J-3

KEAMANAN DAN KESELAMATAN PUBLIK


FAKULTAS PERLINDUNGAN MASYARAKAT
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas ke hadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan Makalah Bencana Alam Tsunami ini tepat pada waktunya.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi bagi kami dan pembaca pada umumnya.

Praya, 27 Maret 2022

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................
A. Latar Belakang .....................................................................................
B. Rumusan Masalah ................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................
A. Pengertian Tsunami .............................................................................
B. Karakteristik Tsunami .........................................................................
C. Sejarah Tsunami ..................................................................................
D. Jenis-Jenis Tsunami..............................................................................
E. Penyebab Terjadi Tsunami...................................................................
F. Mitigasi Bencana Alam Tsunami.........................................................
BAB III PENUTUP..........................................................................................
A. Kesimpulan ..........................................................................................
B. Saran ....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tsunami merupakan salah satu bencana alam yang sangat ditakuti di
Indonesia. Pada saat 2004 silam saja, bencana alam ini merenggut ratusan ribu
jiwa warga Aceh. Bahkan, masyarakat sekitar pantai apabila merasakan gempa
yang cukup besar akan melakukan evakuasi diri menuju tempat yang lebih tinggi
karena khawatir akan terjadi bencana tsunami.
Salah satu bencana geologi ini sering terjadi di negara-negara yang
termasuk ke dalam daerah Cincin Api Pasifik (ring of fire). Daerah cincin api
pasifik ini sangat rentan terjadi gempa vulkanik maupun tektonik sehingga sangat
berpotensi juga untuk terjadi tsunami andai kata pusat gempa berada di lautan.
Negara-negara yang rawan terkena bencana ini di antaranya adalah Indonesia,
Jepang, Filipina, Papua Nugini, India, Bangladesh, Maladewa, dan Australia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tsunami?
2. Bagaimana karakteristik tsunami?
3. Bagaimana sejarah tsunami?
4. Apa saja jenis-jenis tsunami?
5. Apa penyebab terjadinya tsunami?
6. Bagaimana mitigasi bencana tsunami?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tsunami
Istilah tsunami merupakan adopsi dari bahasa Jepang. Tsunami menurut
Beni (2006), adalah istilah yang berasal dari bahasa Jepang yang sekarang
sudah menjadi istilah yang biasa dipakai di seluruh penjuru dunia. Tsunami
berasal dari kata tsu yang berarti pelabuhan dan nami memiliki arti ombak.
Masyarakat Jepang biasanya setelah terjadi bencana tsunami akan pergi ke
pelabuhan untuk melihat seberapa besar kerusakan yang ditimbulkan, sehingga
dipakailah istilah tsunami (Sutowijoyo 2005).
Tsunami merupakan salah satu Bencana Alam yang sering terjadi di
Indonesia. Tsunami adalah gelombang besar yang dihasilkan oleh gempa bumi
di dasar samudera, Gunung Meletus, atau longsoran masa batuan di sekitar
basin samudera (Djunire 2009). Simandjuntak (1994) mengartikan tsunami
sebagai salah satu kejadian alam yang dicirikan oleh terjadinya pasang naik
yang besar secara mendadak yang biasanya terjadi sesaat setelah terjadi
guncangan Gempa Bumi tektonik. Gelombang yang dihasilkan oleh bencana
alam ini dapat menghancurkan daerah pemukiman yang berada di dekat pantai.
Berdasarkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG)
(2006), tsunami adalah gelombang laut yang mampu menjalar dengan
kecepatan tinggi hingga lebih dari 900 km/jam, gelombang ini disebabkan oleh
gempa bumi yang terjadi di dasar laut. Tsunami sendiri sangat berkaitan
dengan perubahan bentuk dasar laut dengan cepat karena adanya faktor-faktor
geologi, seperti letusan gunung berapi ataupun gempa bumi (Sudrajat 1994).

B. Karakteristik Tsunami
Karakteristik umum dari tsunami pada dasarnya berbeda dengan
karakteristik ombak pada biasanya. Ombak merupakan gelombang air yang
dihasilkan dari tiupan angin, sedangkan tsunami merupakan gelombang yang
dibentuk akibat adanya kegiatan geologi bumi. Tsunami merupakan
gelombang yang dapat mencapai panjang gelombang lebih dari 150 km, serta
memiliki kecepatan gelombang seperti pesawat jet, yaitu sekitar 800 km/jam
(King 1972).

Menurut PVMBG (2006), kecepatan gelombang tsunami bergantung pada


kedalaman laut. Tsunami memiliki panjang gelombang antara dua puncaknya
lebih dari 100 km di laut lepas dan selisih waktu antara kedua puncak tersebut
diperkirakan antara 10 menit sampai 1 jam. Pada saat mencapai pantai yang
dangkal, teluk, atau muara sungai, gelombang ini kemudian akan menurun
kecepatannya, namun tinggi gelombang akan meningkat sehingga sangat bersifat
merusak benda-benda yang berada di sekitar pantai.
Pada laut dalam, tsunami akan bergerak dengan kecepatan yang sangat
tinggi, yaitu 500 sampai dengan 1000 km/jam. Siklus terjadinya gelombang
kembali berkisar antara hitungan menit sampai satu jam. Saat mendekati pantai
gelombang akan melambat dan ketinggian gelombang akan meninggi. Tinggi
gelombang ini dapat berubah karena adanya konversi energi dari bentuk energi
kinetik menjadi energi potensial. Berkurangnya kecepatan gelombang yang
artinya ada perpindahan energi menjadi energi potensial yang menyebabkan
bertambah tingginya gelombang (Diposaptono dan Budiman 2006).

C. Sejarah Tsunami
Istilah tsunami mulai tersebar luas di belahan dunia setelah terjadinya
gempa besar di Jepang yang menyebabkan tsunami sehingga menewaskan
sekitar 22.000 orang serta merusak pantai timur Honshu sepanjang 280 km.
Kejadian tersebut terjadi pada 15 Juni 1896 (Badan Meteorologi dan Geofisika
2010). Di Indonesia, tsunami diperkirakan terjadi pertama kali pada tahun
1618 di Nusa Tenggara Barat. Dalam kurun waktu tahun 1600 sampai 2006,
Indonesia telah mengalami 108 kali kejadian tsunami. Sekitar 90% tsunami di
Indonesia disebabkan gempa tektonik, 9% akibat letusan gunung api, dan
hanya 1% dipicu oleh tanah longsor.
D. Jenis-Jenis Tsunami
Klasifikasi tsunami berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi
tsunami vulkanik dan tsunami tektonik. Jenis tsunami vulkanik adalah jenis
tsunami yang disebabkan gempa yang berasal dari kegiatan vulkanik bumi,
sedangkan tsunami tektonik disebabkan karena adanya gempa yang terjadi akibat
aktivitas tektonik bumi.
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 6/PRT/M/2009,
berdasarkan karakteristiknya tsunami dibedakan menjadi tsunami lokal dan
tsunami berjarak.

Tsunami Lokal
Tsunami lokal berhubungan dengan episentrum gempa di sekitar pantai
sehingga waktu tempuh dari sumber kejadian sampai ke bibir pantai berkisar
antara lima sampai tiga puluh menit. Biasanya dampak dari tsunami ini cukup
besar karena kekuatan dari gelombang masih sangat terasa ketika sudah mencapai
daratan.
Tsunami Berjarak
Tsunami berjarak adalah jenis tsunami yang paling umum terjadi di pantai-
pantai yang bertemu langsung dengan Samudera Pasifik. Jenis tsunami ini
memiliki sumber penyebab yang jauh dari bibir pantai sehingga kekuatan
gelombang yang dihasilkan tidak sebesar tsunami lokal. Waktu tempuh pada saat
gempa sampai terjadinya tsunami di daratan berkisar antara 5.5 jam sampai 18
jam.

E. Penyebab Terjadi Tsunami


Tsunami menurut PVBMG (2006), dapat terjadi dari gempa tektonik
maupun vulkanik apabila memenuhi syarat berikut :
1. pusat gempa terjadi di dasar laut;
2. kedalaman pusat gempa kurang dari 60 km;
3. magnitude lebih besar dari 6.0 skala Richter;
4.  jenis patahan tergolong sesar naik atau sesar turun.
Sedangkan menurut King (1972) dan Anhert (1996), faktor-faktor yang
dapat menyebabkan tsunami adalah sebagai berikut :
1. ada retakan di dasar laut yang disertai dengan suatu gempa bumi;
retakan di sini maksudnya adalah suatu zona planar yang lemah yang
melewati daerah kerak bumi;
2. ada tanah longsor, baik yang terjadi di bawah air atau yang berasal dari
atas lautan yang kemudian menghujam ke dalam air;
3. ada aktivitas gunung berapi yang terletak di dekat pantai atau di bawah
air yang sewaktu-waktu dapat terangkat atau tertekan seperti gerakan
yang terjadi pada retakan;
4. berbeda halnya dengan badan meteorologi dan geofisika (2010),
menurut lembaga ini tsunami akan terjadi jika kekuatan gempa lebih
dari 7.0 sr, lokasi pusat gempa di laut dengan kedalaman kurang dari 70
km, serta terjadi deformasi vertikal dasar laut;
5. gelombang tsunami paling sering disebabkan oleh gempa tektonik
dangkal di perairan samudera Pasifik.

F. Mitigasi Bencana Alam Tsunami


Mitigasi adalah suatu aktivitas untuk mengurangi dampak kerusakan atau
kehilangan nyawa. Aktivitas mitigasi bencana alam diperoleh melalui berbagai
tindakan analisis risiko untuk menghasilkan berbagai informasi perencanaan
mitigasi (FEMA 2008). Menurut Ihsan (2017), mitigasi bencana adalah istilah
yang digunakan untuk menunjuk pada semua tindakan untuk mengurangi dampak
dari suatu bencana yang dapat dilakukan sebelum suatu bencana terjadi, termasuk
kesiapan dan tindakan-tindakan pengurangan risiko jangka panjang. Mitigasi
bencana tsunami dapat didekati dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan non-
fisik dan pendekatan fisik.
Pendekatan Mitigasi Non-Fisik
Mitigasi bencana tsunami dengan pendekatan non fisik biasanya dilakukan
dengan memetakan tingkat kerawanan daerah tertentu terhadap bencana tsunami
selanjutnya diadakan kegiatan sosialisasi kepada masyarakat terkait dengan
berbagai hal yang berkaitan dengan tsunami. Hal-hal yang disosialisasikan kepada
masyarakat biasanya mengenai :
- Pengertian tsunami;
- Penyebab terjadinya tsunami;
- Ciri-ciri akan terjadinya tsunami;
- Dampak bencana alam tsunami;
- Cara penyelamatan diri dan evakuasi jika terjadi bencana.
Sosialisasi ini penting agar masyarakat nantinya paham dan mengerti
bagaimana cara mereka untuk menyelamatkan diri, andai kata terjadi bencana
alam ini. Selain dengan sosialisasi, perlu diadakan juga simulasi aksi bencana
tsunami. Simulasi ini dimaksudkan agar masyarakat tidak panik saat memperoleh
informasi ketika akan terjadi bencana alam tsunami. Dengan adanya simulasi ini
juga, masyarakat akan terbiasa dengan keadaan yang genting sehingga ketika saat
terjadi bencana masyarakat sudah mengerti apa yang harus mereka lakukan.
Pendekatan Mitigasi Fisik
Mitigasi bencana dengan pendekatan fisik dapat dilakukan dengan upaya
struktural, non-struktural, maupun gabungan antar keduanya. Pemilihan upaya
mitigasi fisik ini bergantung pada kondisi fisik pantai, tata ruang, tata guna
lahan, serta modal yang tersedia. Mitigasi fisik tsunami dapat dilakukan
dengan beberapa cara, di antaranya adalah :
a. Pendekatan Non-Struktural dengan Sabuk Hijau (Green Belt)
Pendekatan non-struktural dengan sabuk hijau misalnya perlindungan
daerah pantai dari bencana tsunami dengan menggunakan vegetasi, seperti
cemara laut (Casuarina equisetifolia), bakau, pohon api-api, nipah, dan
vegetasi lainnya yang berhabitat di pantai. Mitigasi dengan cara ini harus
memenuhi persyaratan teknis dari vegetasi tersebut dalam meredam
gelombang. Salah satu parameter yang paling penting adalah nisbah dari lebar
hutan bakau dari pantai sampai ujung hutan mangrove yang menghadap
langsung ke laut (B) dengan panjang gelombang tsunami (L), atau dapat
dirumuskan dengan B/L. Semakin besar nilai B/L maka semakin efektif
metode mitigasi bencana tsunami dengan sabuk hijau. Hutan mangrove atau
hutan bakau juga sangat efektif dalam meredam gelombang air laut atau
ombak. Hutan mangrove ini dapat mencegah terjadinya abrasi juga.
b. Pendekatan Struktural dengan Peringatan Dini
Salah satu upaya struktural dalam mitigasi bencana ini adalah
pemberitahuan dini terjadinya tsunami. Penyampaian informasi ini dapat
menggunakan sirene, lonceng, bel, dan sebagainya. Pemasangan alat
pendeteksi dini mutlak harus dilakukan pada metode ini. Sistem peringatan
dini menggunakan alat sensor kenaikan tinggi muka air laut, satelit buatan, dan
receiver gelombang yang langsung terhubung dengan alat pemberi tahu bahaya
bencana tsunami.
c. Bangunan Sipil Penahan Tsunami
Bangunan sipil yang dikhususkan untuk menahan bencana tsunami di
Indonesia belum pernah dibangun. Bangunan sipil ini dapat kita temui di
negara Jepang. Meskipun sangat efektif dalam meredam terjangan gelombang
air, bangunan ini dinilai merusak nilai estetik dari suatu lanskap di pantai.
d. Bangunan Sipil untuk Evakuasi
Lokasi evakuasi harus mudah dijangkau apabila bencana tsunami benar-
benar terjadi. Lokasi evakuasi dapat berupa lahan yang memiliki ketinggian
tertentu dan bangunan tinggi yang tahan terhadap gelombang dan getaran
gempa. Apabila suatu pemukiman jauh dari dataran yang memiliki elevasi
yang tinggi maka perlu dibuat suatu bangunan sipil yang dikhususkan untuk
evakuasi. Bangunan ini sangat penting untuk mengurangi jumlah korban akibat
dari lambatnya proses evakuasi ke daerah yang lebih tinggi.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tsunami adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan
permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut
tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di bawah laut, letusan
gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau hantaman meteor di laut.
Gelombang tsunami dapat merambat ke segala arah. Tenaga yang dikandung
dalam gelombang tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan
kelajuannya.
Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang
dilaluinya. Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa
manusia serta menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian,
tanah, dan air bersih. Bencana alam tsunami bisa menimbulkan korban lebih
banyak dibandingkan gempa, hal ini karena tsunami terjadi setelah adanya gempa
sehingga korban dan kerugian harga benda dapat berlipat ganda. Berbagai cara
yang dapat dilakukan untuk mengurangi jatuhnya korban akibat bencana tsunami.

B. Saran
Tsunami adalah salah satu bencana alam yang memang menakutkan.
Dampak yang ditimbulkan dari tsunami juga sangat bersifat merusak dan
menghancurkan. Maka dari itu, kita patut lebih mempelajari tentang bencana alam
di sekitar kita. Dengan mempelajari, kita bisa mengetahui bagaimana tanda-tanda
bencana seperti tsunami itu akan terjadi dan akan lebih siap saat menghadapi
terjadinya hal yang tidak di inginkan. Namun kami lebih menghimbau, agar kita
semua lebih mendekatkan diri kepada Tuhan YME. Karena Dia-lah penguasa
seluruh jagat raya ini. Atas kehendak-Nya juga seluruh bencana di alam semesta
ini dapat terjadi, termasuk bencana tsunami.
DAFTAR PUSTAKA

Anhert, F. 1996. Introduction to Geomorphology. London: Arnold.

Beni S., Ambarjaya. 2006. Tsunami Sang Gelombang Pembunuh. Jakarta: CV.


Karya MandiriPratama.

Diposaptono S., Budiman. 2006. Tsunami. Bogor: Buku Ilmiah Populer.

Diposaptono S., Budiman. 2008. Hidup Akran dengan Gempa dan Tsunami.


Bogor: PT. Sarana Komunika Utama.

Pribadi S, Fachrizal, I Gunawan, I Hermawan, Y Tsuji, SS Han. 2006. Gempa


Bumi dan Tsunami Selatan Jawa Barat 17 Juli 2006. Jakarta: Badan
Meteorologi dan Geofisika.

Anda mungkin juga menyukai