TSUNAMI
Disusun Oleh :
Caca Rohali Sinaga (190204025)
A. Latar Belakang
Tsunami merupakan salah satu bencana alam yang sangat ditakuti di Indonesia. Pada
saat 2004 silam saja, bencana alam ini merenggut ratusan ribu jiwa warga Aceh. Bahkan,
masyarakat sekitar pantai apabila merasakan gempa yang cukup besar akan melakukan
evakuasi diri menuju tempat yang lebih tinggi karena khawatir akan terjadi bencana tsunami.
Salah satu bencana geologi ini sering terjadi di negara-negara yang termasuk ke dalam
daerah Cincin Api Pasifik (ring of fire). Daerah cincin api pasifik ini sangat rentan terjadi
gempa vulkanik maupun tektonik sehingga sangat berpotensi juga untuk terjadi tsunami andai
kata pusat gempa berada di lautan. Negara-negara yang rawan terkena bencana ini di
antaranya adalah Indonesia, Jepang, Filipina, Papua Nugini, India, Bangladesh, Maladewa,
dan Australia.
B. Tujuan
1. Apa pengertian tsunami?
2. Bagaimana karakteristik tsunami?
3. Bagaimana sejarah tsunami?
4. Apa saja jenis-jenis tsunami?
5. Apa penyebab terjadinya tsunami?
6. Bagaimana mitigasi bencana tsunami?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tsunami
Istilah tsunami merupakan adopsi dari bahasa Jepang. Tsunami menurut
Beni (2006), adalah istilah yang berasal dari bahasa Jepang yang sekarang
sudah menjadi istilah yang biasa dipakai di seluruh penjuru dunia. Tsunami
berasal dari kata tsu yang berarti pelabuhan dan nami memiliki arti ombak.
Masyarakat Jepang biasanya setelah terjadi bencana tsunami akan pergi ke
tsunami sebagai salah satu kejadian alam yang dicirikan oleh terjadinya
pasang naik yang besar secara mendadak yang biasanya terjadi sesaat setelah
dekat pantai.
Berdasarkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG)
B. Karakteristik Tsunami
Karakteristik umum dari tsunami pada dasarnya berbeda dengan
karakteristik ombak pada biasanya. Ombak merupakan gelombang air yang
gelombang yang dapat mencapai panjang gelombang lebih dari 150 km, serta
memiliki kecepatan gelombang seperti pesawat jet, yaitu sekitar 800 km/jam
(King 1972).
Pada laut dalam, tsunami akan bergerak dengan kecepatan yang sangat
tinggi, yaitu 500 sampai dengan 1000 km/jam. Siklus terjadinya gelombang
kembali berkisar antara hitungan menit sampai satu jam. Saat mendekati
pantai gelombang akan melambat dan ketinggian gelombang akan meninggi.
Tinggi gelombang ini dapat berubah karena adanya konversi energi dari
bentuk energi kinetik menjadi energi potensial. Berkurangnya kecepatan
Budiman 2006).
C. Sejarah Tsunami
Istilah tsunami mulai tersebar luas di belahan dunia setelah terjadinya
Kejadian tersebut terjadi pada 15 Juni 1896 (Badan Meteorologi dan Geofisika
2010). Di Indonesia, tsunami diperkirakan terjadi pertama kali pada tahun 1618
di Nusa Tenggara Barat. Dalam kurun waktu tahun 1600 sampai 2006,
Indonesia telah mengalami 108 kali kejadian tsunami. Sekitar 90% tsunami di
tsunami yang disebabkan gempa yang berasal dari kegiatan vulkanik bumi,
sedangkan tsunami tektonik disebabkan karena adanya gempa yang terjadi
1. Tsunami Lokal
Tsunami lokal berhubungan dengan episentrum gempa di sekitar pantai
sehingga waktu tempuh dari sumber kejadian sampai ke bibir pantai berkisar
antara lima sampai tiga puluh menit. Biasanya dampak dari tsunami ini cukup
besar karena kekuatan dari gelombang masih sangat terasa ketika sudah
mencapai daratan.
2. Tsunami Berjarak
Tsunami berjarak adalah jenis tsunami yang paling umum terjadi di
pantai-pantai yang bertemu langsung dengan Samudera Pasifik. Jenis tsunami
ini memiliki sumber penyebab yang jauh dari bibir pantai sehingga kekuatan
sampai 18 jam.
retakan di sini maksudnya adalah suatu zona planar yang lemah yang
melewati daerah kerak bumi;
2. ada tanah longsor, baik yang terjadi di bawah air atau yang berasal
dari atas lautan yang kemudian menghujam ke dalam air;
menurut lembaga ini tsunami akan terjadi jika kekuatan gempa lebih
dari 7.0 sr, lokasi pusat gempa di laut dengan kedalaman kurang dari
mitigasi (FEMA 2008). Menurut Ihsan (2017), mitigasi bencana adalah istilah
yang digunakan untuk menunjuk pada semua tindakan untuk mengurangi
dampak dari suatu bencana yang dapat dilakukan sebelum suatu bencana
terjadi, termasuk kesiapan dan tindakan-tindakan pengurangan risiko jangka
panjang. Mitigasi bencana tsunami dapat didekati dengan dua pendekatan,
upaya mitigasi fisik ini bergantung pada kondisi fisik pantai, tata ruang, tata
guna lahan, serta modal yang tersedia. Mitigasi fisik tsunami dapat dilakukan
vegetasi lainnya yang berhabitat di pantai. Mitigasi dengan cara ini harus
memenuhi persyaratan teknis dari vegetasi tersebut dalam meredam
gelombang. Salah satu parameter yang paling penting adalah nisbah dari
lebar hutan bakau dari pantai sampai ujung hutan mangrove yang
menghadap langsung ke laut (B) dengan panjang gelombang tsunami (L), atau
dapat dirumuskan dengan B/L. Semakin besar nilai B/L maka semakin efektif
metode mitigasi bencana tsunami dengan sabuk hijau. Hutan mangrove atau
hutan bakau juga sangat efektif dalam meredam gelombang air laut atau
dini menggunakan alat sensor kenaikan tinggi muka air laut, satelit buatan,
dan receiver gelombang yang langsung terhubung dengan alat pemberi tahu
pantai.
d. Bangunan Sipil untuk Evakuasi
tertentu dan bangunan tinggi yang tahan terhadap gelombang dan getaran
gempa. Apabila suatu pemukiman jauh dari dataran yang memiliki elevasi
yang tinggi maka perlu dibuat suatu bangunan sipil yang dikhususkan untuk
evakuasi. Bangunan ini sangat penting untuk mengurangi jumlah korban
akibat dari lambatnya proses evakuasi ke daerah yang lebih tinggi.