Anda di halaman 1dari 6

MITIGASI BENCANA TSUNAMI

Mata Kuliah :

Dosen Pengampuh :
Disusun Oleh :
Kelompok 1/Kelas A
Moh. Adelviyanto Hamim (841419096)
Santri Baid (841419031)
Angriani M. Mootalu (841419006)
Wulan Aprilia Salim (841419008)
Miftahul Jannah Dau (841419034)
Siti Nur Aulia Supu (841418001)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

TAHUN 2022
A. Mitigasi Bencana Tsunami
1. Definisi Mitigasi
Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana,
baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana (Pasal 1 ayat 6 PP No 21 Tahun 2008
tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana). Mitigasi didefinisikan
sebagai upaya yang ditujukan untuk mengurangi dampak dari bencana, Mitigasi
adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi
ancaman bencana. (UU No 24 Tahun 2007, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1
angka 9) (PP No 21 Tahun 2008, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 angka 6).
Mitigasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf c dilakukan untuk
mengurangi risiko bencana bagi masyarakat yang berada pada kawasan rawan
bencana. (UU No 24 Tahun 2007 Pasal 47 ayat (1)sedangkan mitigasi bencana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf c dilakukan untuk mengurangi risiko
dan dampak yang diakibatkan oleh bencana terhadap masyarakat yang berada
pada kawasan rawan encana. (PP No 21 Tahun 2008 Pasal 20 ayat (1) baik
bencana alam, bencana ulah manusia maupun gabungan dari keduanya dalam
suatu negara atau masyarakat. Dalam konteks bencana, dikenal dua macam yaitu
(1) bencana alam yang merupakan suatu serangkaian peristiwa bencana yang
disebabkan oleh fakto alam, yaitu berupa gempa, tsunami, gunung meletus, banjir,
kekeringan, angin topan tanah longsor, dll. (2) bencana sosial merupakan suatu
bencana yang diakibatkan oleh manusia, seperti konflik sosial, penyakit
masyarakat dan teror. Mitigasi bencana merupakan langkah yang sangat perlu
dilakukan sebagai suatu titik tolak utama dari manajemen bencana.
2. Definisi Bencana
Bencana adalah peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan masyarakat yang disebabkan oleh beberapa faktor
nonalam maupun faktor manusia sehingga dapat mengakibatkan korban jiwa,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis (BNPB,
2012; Adri et al., 2020; Banjarnahor et al., 2020; Rahmat et al., 2021). Bencana
tsunami adalah bencana yang disebabkan oleh serangkaian gelombang ombak laut
raksasa yang timbul karena adanya pergeseran laut akibat gempa bumi (BNPB,
2012). Bencana alam merupakan fenomena alam yang tidak bisa diprediksi dan
tidak bisa dihindari serta dapat menimbukan kerugian bagi masyarakat, baik
kerugian materi maupun nonmateri (Murdiaty et al., 2020; Syarifah et al, 2020).
3. Definisi Tsunami
Tsunami adalah bencana yang paling sering melanda negara Jepang. Sehingga
kata tsunami berasal dari bahasa Jepang yang berarti gelombang ombak lautan
"tsu" berarti lautan, "nami" berarti gelombang ombak. Tsunami adalah
perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara
vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh
gempa tektonik bawah laut, letusan gunung berapi, longsor bawah laut, atau
meteor yang jatuh ke bum (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, 2019-
33).
B. Penyebab Tsunami
Sebesar apapun bahaya tsunami, gelombang ini tidak datang setiap saat. Gelombang
tsunami datang karena dipicu adanya gerakan di dasar laut. Ada beberapa aktivitas yang
menjadi penyebab terjadinya bencana tsunami menurut Badan Meteorologi Klimatologi
dan (2019.35-38), diantaranya
a. Gempa Tektonik Bawah Laut
Gempa tektonik adalah gempa yang disebabkan oleh pergeseran pergeseran
kulit bumi. Ketika gempa tersebut terjadi di bawah laut, air yang berada di atasnya
akan bergerak dari posisinya dan terbentuklah gelombang Akibat adanya gaya
gravitasi, massa air akan berupaya kembali pada posisinya.
b. Letusan Gunung Berapi
Letusan gunung berapi yang sangat besar dapat mengakibatkan gempa bumi di
wilayah sekitar. Letusan gunung berapi yang membawa material dapat terlempar
ke laut dan merubah volume air laut, sehingga menimbulkan gelombang besar
pada daratan pulau sekitar gunung berapa tersebut.
c. Longsor Bawah Laut
Longsor bawah laut ini dapat disebabkan oleh tabrakan lempeng. gempa bumi
tektonik atau letusan gunung bawah laut. Getaran kuat yang ditimbulkan oleh
longsor ini bisa menyebabkan terjadinyat tsunami
d. Meteor yang jatuh ke Bumi
Meteor/benda langit yang jatuh ke bumi memang jarang sekali. namun hal ini
mungkin saja dapat terjadi. Apabila meteor tersebut jatuh ke dalam laut maka
akan menimbulkan tekanan ke permukaan air dan akan memunculkan gelombang
besar yang dapat menghantam daratan di sekitarnya.
Penyebab tsunami di atas yang paling umum terjadi di Indonesia yaitu tsunami
yang disebabkan oleh aktivitas gempa tektonik di bawah laut. Namun tidak semua
gempa bumi tektonik dapat memicu terjadinya gelombang tsunami Berikut
beberapa kriteria gempa bumi yang dapat memicu terjadinya tsunami, yaitu :
1) Memiliki kekuatan magnitudo (M) sebesar 7.0 skala Richter atau lebih
2) Pusat gempa bumi berada di bawah laut dengan kedalam kurang
dari100 km
3) Terjadi perubahan dasar laut secara vertikal yang disebabkan pusat
gempa bumi yang berupa sesar turun (normal fault) dan sesar naik
(thrust fault)
4) Jarak pusat gempa dari pantai memungkinkan terbentuknya tsunami.
Jika gempa bumi terjadi di tepi pantai, maka kecil kemungkinan akan
terjadi tsunami karena kedalaman air dangkal. Namun, jika gempa
bumi berpusat di dasar laut maka akan besar kemungkinan berpotensi
tsunami.
C. Strategi Umum Dalam Mitigasi Bencana Tsunami
Dalam melakukan mitigasi bencana tsunami, setiap lokasi memiliki kerentanan yang
berbeda sehingga tidak dapat dibuat parameter mitigasi yang sama antara satu lokasi
dengan lokasi yang lain. Namun, Strusinska-Correia dalam Meilano (2020) menyebutkan
bahwa terdapat beberapa strategi yang umum digunakan dalam mitigasi bencana tsunami
yang diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan literasi masyarakat
Hal ini perlu dilakukan sebagai edukasi kepada masyarakat tentang apa itu
bencana, potensi nya, dan bagaimana cara memitigasi nya. Literasi menjadi poin
terpenting dalam melakukan upaya mitigasi bencana, dimana masyarakat dengan
literasi yang tinggi akan lebih mudah untuk menyesuaikan diri terhadap potensi
bencana.
2. Membuat perlindungan pantai secara structural/ non structural
Dalam melakukan perlindungan pantai secara structural dapat dilakukan
dengan pembangunan tanggul laut dan pemecah gelombang lepas pantai.
Pembangunan tanggul laut dapat dilakukan pada area yang sering terdampak
tsunami tetapi tidak terlalu tinggi (maksimal 6 m). Sedangkan pemecah
gelombang lepas pantai dapat dlakukan untuk mengurangi ketinggian tsunami
hingga 40% dan memperlambat selama 8 menit. Sedangkan perlindungan pantai
secara non stuctural dapat dilakukan dengan membuat hutan pantai, membuat
tanggul hijau, dan membuat bukit pencegahan bencana tsunami. Hutan pantai
terdiri dari pohon pinus, dll. dengan lebar hutan 50 meter. Kemudian tanggul
hijau dibuat dengan menanam 17 spesies pohon yang tahan terhadap tsunami
seperti cemara, berangan, dll. Selanjutnya bukit pencegahan bencana tsunami
yang dapat digunakan sebagai taman dalam keadaan normal, namun dapat
dijadikan juga sebagai tempat evakuasi.
3. Tata Guna Lahan
Tata guna lahan juga merupakan komponen penting dalam upaya mitigasi
bencana, seperti zona ketinggian tsunami diatas 2 meter tidak boleh dibangun
sebagai perumahan namun boleh dibangun untuk keperluan rekreasi, agrikultur
dan juga industri. Kemudian zona ketinggian tsunami kurang dari 2 meter dapat
digunakan untuk pemukiman dengan catatan ada jalur evakuasi.
4. Manajemen Kedaruratan
Manajemen kedaruratan yang dimaksud adalah dengan membangun sistem
peringatan dini, pemodelan tsunami, pembuatan jalur evakuasi, dan diseminasi
informasi. Sistem peringatan dini yang dimaksud dapat berlangsung apabila
sudah ada pengetahuan akan risiko di masyarakat, kemudian sistem monitoring,
kapasitas dalam merespon dan diseminasi serta komunikasi. Jika salah satu dari
sistem tersebut tidak terpenuhi, maka system peringatan dini yang dimaksud
tidak akan berjalan dengan baik.
Adri, K., Rahmat, H. K., Ramadhani, R. M., Najib, A., & Priambodo, A. (2020).
Analisis Penanggulangan Bencana Alam dan Natech Guna Membangun
Ketangguhan Bencana dan Masyarakat Berkelanjutan di Jepang.
NUSANTARA: Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 7(2), 361-374.
Banjarnahor, J., Rahmat, H. K., & Sakti, S. K. (2020). Implementasi Sinergitas
Lembaga Pemerintah untuk Mendukung Budaya Sadar Bencana di Kota
Balikpapan. NUSANTARA: Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 7(2), 448-461.
BNPB. (2012). Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor
02
tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana
Meilano, Irwan. 2020. Potensi Tsunami dan Upaya Mitigasi. Clubinar 11/12 BMH
Edisi 117. PUIPT Gemps (CEST).
Murdiaty, M., Angela, A., & Sylvia, C. (2020). Pengelompokkan Data Bencana Alam
Berdasarkan Wilayah, Waktu, Jumlah Korban dan Kerusakan Fasilitas Dengan
Algoritma K-Means. Jurnal Media Informatika Budidarma, 4(3), 744–752.
Rahmat, H. K., Syarifah, H., Kurniadi, A., Putra, R. M., & Wahyuni, S. W. (2021).
Implementasi Kepemimpinan Strategis Guna Menghadapi Ancaman Bencana
Banjir Dan Tsunami Di Provinsi Kalimantan Timur. Jurnal Manajemen
Bencana (JMB), 7(1)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan
Bencana

Anda mungkin juga menyukai